Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170951 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Della Kumalaningrum
"Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya agar terus menjaga ketersediaan listrik di Indonesia. Hingga saat ini kebutuhan terhadap energi listrik di Indonesia masih dipasok dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil, khususnya pembangkit listrik Tenaga Uap dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap. Dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas pembangkit listrik salah satunya adalah pencemaran udara. Pencemaran udara yang dihasilkan berupa limbah gas seperti PM10, SO2, NO2, dan gas-gas tersebut tidak hanya menyebabkan pemanasan global, tetapi berdampak juga terhadap kesehatan manusia. Pada penelitian ini besarnya dampak negatif tersebut dihitung berdasarkan dampak terhadap kesehatan masyarakat yang kemudian akan dikonversi ke dalam nilai ekonomi (biaya eksternalitas). Biaya eksternalitas merupakan kondisi efek dari produksi barang atau jasa membebankan biaya atau manfaat kepada pihak lain dan biaya tersebut tidak tercermin dalam harga yang dibebankan untuk barang dan jasa yang diproduksi. Estimasi dampak kesehatan masyarakat dan biaya eksternalitas yang dihitung pada penelitian ini berasal dari pembangkit listrik yang beroperasi di Unit Pembangkitan Muara Karang dengan menggunakan pemodelan Robust Uniform World Model (RUWM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya dampak kesehatan masyarakat dan biaya eksternalitas yang diperoleh untuk setiap pembangkit listrik masing-masing berbeda, karena setiap pembangkit memiliki kondisi pengoperasian yang juga berbeda. Pada PLTGU Blok 1 biaya eksternalitas yang dihasilkan sebesar 18,51 cent USD/kWh, PLTGU Blok 2 sebesar 3,05 cent USD/kWh, dan PLTGU Blok 3 yaitu 1,75 cent USD/kWh. Kedua unit PLTU Muara Karang menghasilkan biaya eksternalitas yang juga berbeda yaitu 1,52 cent USD/kWh untuk PLTU Unit 4 dan PLTU Unit 5 sebesar 1,10 cent USD/kWh.

To encourage national economic growth, efforts are made to maintain electricity availability in Indonesia. Until now, the need for electrical energy in Indonesia is still supplied by fossil fuel power plants, especially Steam Power Plants and Gas Steam Power Plants. One of the negative impacts arising from electricity generation activities is air pollution. Air pollution is produced in the form of waste gases such as PM10, SO2, NO2, and these gases causes global warming and impact of human health. In this study, the magnitude of the negative impact calculated based on the impact on public health, which will the be limited to economic value (cost of externalities). Cost of externalities are conditions when the effect of the production of goods or services imposes costs or benefits on other parties, and these costs are not reflected in the price charged for the goods or services produced. The estimation of public health impacts and externality costs calculated in this study from power plants operating at the Muara Karang Generation Unit using Robust Uniform World Model (RUWM). The research results show that the amount of health and externality costs obtained for each power plant are different because each power plant has different operating conditions. In PLTGU Blok 1, the resulting externality cost was 18,51 cents USD/kWh, PLTGU Block 2 was 3,05 cents USD/kWh, and PLTGU Blok 3 was 1,75 cents USD/kWh. The two Unit of PLTU Muara Karang generate different externality costs, namely 1,52 cents USD/kWh for PLTU unit 4 and PLTU Unit 5 was 1,10 cents USD/kWh. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S38182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S36437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinhat
"Skripsi ini membahas pengaruh antara gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan kuesioner untuk mengukur gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja karyawan. Penelitian dilakukan kepada karyawan PT PJB UP Muara Karang. Setelah dilakukan uji regresi berganda, diketahui bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Untuk dapat terus maju dan berkembang, pemimpin PT PJB UP Muara Karang perlu terus menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional, sehingga kepuasan kerja karyawan PT PJB Muara Karang dapat terus ditingkatkan.

This study discusses the influence between transformational leadership style and transactional leadership style about employee job satisfaction. This study is a quantitative study that used questionnaires to measure the transformational leadership style, transactional leadership style on employee job satisfaction. This study was conducted to employee of PT. PJB UP Muara Karang. After regression measurement, it is known that the transformational leadership and transactional leadership style has a significant impact on job satisfaction. The Management of PT. PJB UP Muara Karang must apply the transformational and transactional leadership style so the satisfaction of employee of Pt. PJB UP Muara Karang can be improved."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S43963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fibrina Diamanti Fahardini
"Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan paradigma post-positivist yang membahas evaluasi efektivitas program Corporate Social Responsibility (CSR) Bangkit Bersama PJB Muara Karang yang ada pada PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Muara Karang (PT PJB UPMKR). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan penguatan secara kuantitatif.
Metode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan teknik survey dan in depth interview, serta studi kepustakaan/literatur. Penekanan evaluasi adalah pada evaluasi input, output dan outcome program Bangkit Bersama PJB Muara Karang. Responden pada penelitian ini adalah stakeholder penerima manfaat program CSR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CSR Bangkit Bersama PJB Muara Karang ini telah terkonsep baik namun memiliki kekurangan yang kiranya dapat diperbaiki ke depannya. Namun yang terpenting, program CSR yang telah dilakukan sudah memberi dampak positif bagi masyarakat.

This research is a descriptive study with post-positivist paradigm that addresses the evaluation of the effectiveness of Corporate Social Responsibility (CSR) program Bangkit Bersama PJB Muara Karang in PT Pembangkitan Jawa Bali Muara Karang Power Plant (PT PJB UPMKR). This study is a qualitative research with quantitative reinforcement.
The method used is the case study method with survey techniques and in-depth interviews, and library research / literature. The emphasis of the evaluation is the evaluation of inputs, outputs and program outcomes of Bangkit Bersama PJB Muara Karang program. Respondents in this study were beneficiaries of CSR stakeholders.
The results showed that the CSR program Bangkit Bersama PJB Muara Karang been conceptualized well but has shortcomings that would be corrected in the future. But most importantly, CSR programs that have been undertaken have a positive impact for the community.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Pratama
"ABSTRAK
Pertambahan penduduk yang pesat menuntut untuk disediakannya suatu
Iahan hunian baru yang Iebih Iuas sehingga kebutuhan Iahan menjadi masalah
yang perlu pemecahan serius. Proyek Reklamasi Pantai Mutiara di Muara
Karang, Jakarta Utara, adalah upaya terobosan untuk pemecahan Iahan hunian
yang semakin sempit.
Secara keseluruhan areal yang terbangun mempengaruhi pola
hidrodinamika arus Iaut. Akibat adanya reklamasi tersebut menyebabkan pola
arus yang sebenarnya menjadi tidak teratur dan terjadi putaran-putaran arus
Iaut disekitarnya. Selain itu, Iuas areal ?mixing zone" Iimbah air panas PLTU
Muara Karang dengan air Iaut menjadi semakin sempit yaitu sekitar 1/3 dari
mixing zone sebelum pembangunan Pantai Mutiara.Akibat adanya penyempitan
mixing zone ini, maka suhu air Iaut di perairan Muara Karang akan meningkat
dari suhu semula. Air Iaut ini sejak Iama telah dimanfaatkan oleh PLTU Muara
Karang sebagai air pendingin. Dengan adanya kenaikan suhu air Iaut tersebut
tentu akan mempengaruhi proses pendinginan peralatan suatu pembangkit.
Akibat yang akan dilihat akibat kenaikan suhu air Iaut adalah
pengaruhnya terhadap kondenser yang berfungsi sebagai pendinginan PLTU
Muara Karang. Keandalan kondenser akan mempengaruhi unjuk kerja turbin
yaitu turbine heat rate dan pemakaian bahan bakar spesitik (specific fuel
consumption) dari suatu pembangkit. Sedangkan nilai pemakaian bahan bakar
spesifik juga akan mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk bahan
bakar.

"
1996
S36588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridha
"PLTU Muara Karang selain mempunyai peranan yang cukup penting sebagai pemasok tenaga listrik di Jakarta juga berpotensi mencemari udara karena menghasilkan emisi. Emisi yang dilepaskan dari cerobong pembangkit akan terdispersi ke udara ambien dan bergabung dengan emisi dari sumber lain. Lokasi PLTU Muara Karang yang berdekatan dengan pemukiman penduduk sering memicu kekhawatiran masyarakat setempat bahwa emisi dari PLTU Muara Karang menyebabkan gangguan kesehatan pernafasan pada masyarakat sekitar.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah pemakaian bahan bakar minyak pada PLTU Muara Karang dapat menyebabkan pencemaran udara. Beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
  1. Bagaimana kondisi emisi 502 dan debu yang dihasilkan PLTU Muara Karang Unit 1, 2, dan 3.
  2. Bagaimana upaya pengendalian pencemaran udara yang dilaksanakan pada PLTU Muara Karang Unit 1, 2, dan 3
  3. Berapa besar kontribusi emisi dari PLTU Muara Karang Unit 1, 2, dan 3 terhadap kualitas udara ambien dan bagaimana kualitas udara ambien disekitar PLTU.
Hipotesis dalam penelitian adalah kontribusi emisi partikulat dan SO2 dari PLTU Muara Karang Unit 1,2, dan 3 terhadap udara udara ambien masih di bawah baku mutu udara ambien.
Tujuan penelitian adalah untuk:
  1. Mengetahui kondisi emisi dari PLTU Muara Karang Unit 1,2 dan 3
  2. Mengetahui upaya pengendalian pencemaran udara pada PLTU Unit 1, 2 dan 3
  3. Mengetahui seberapa besar kontribusi emisi PLTU Muara Karang Unit 1, 2, dan 3 terhadap udara embien dan juga untuk mengetahui kondisi udara ambien.
Penelitian ini bersifat deskriptif melalui survey dan pengumpulan data sekunder yang meliputi data emisi, udara ambien tahun 1998 - 2003, data teknis pembangkit, pengelolaan emisi dan data meteorologi.
Untuk mengendalikan debu telah digunakan malt/cyclone. Apabila alat ini tidak dioperasikan maka emisi debu yang dilepaskan akan berada di atas baku mutu. SO2 yang dihasilkan cenderung berada di atas baku mutu, hal ini disebabkan karena 2 hal:
1. Tidak ada pengendalian emisi SO2 pada PLTU Muara Karang
2. Tingginya kadar sulfur maksimal yang iizinkan pemerintah pada bahan bakar MFO yang disupplay pertamina yaitu 3.5%.
Berdasarkan perhitungan, emisi PLTU Unit 1, 2, dan 3 dapat memenuhi baku mutu apabila kadar sulfur di bawah 0,8%.
Kesimpulan dari penelitian adalah kadar emisi S02 PLTU Unit 1, 2, dan 3 berdasarkan perhitungan berkisar antara 880.08- 3,850.33 mg/m3 (di atas baku mutu emisi S02) dan debu antara 0.59 - 118.81 mg/m3 (di bawah baku mutu emisi debu). Pengelolaan dan pemantauan lingkungan telah dilaksanakan dengan mengacu pada RKL dan RPL. Kontribusi emisi partikulat dan S02 dari PLTU Unit 1, 2, dan 3 masih di bawah baku mutu udara ambien. Untuk bulan Maret 2003 kontribusi terbesar terjadi di lapangan PIK untuk 802 sebesar 23.82% dan debu sebesar 0.21 %. Kondisi udara ambien di tujuh lokasi untuk SO2 masih dibawah baku mutu sedangkan debu di beberapa lokasi telah melewati baku mutu.
Beberapa saran yang diberikan antara lain : untuk mengurangi kadar emisi SO2, perusahaan dapat melakukan dua hal yaitu mensubsitusi bahan bakar yang lebih bersih atau dengan menggunakan teknologi pengendalian emisi SO2. Pemerintah dalam pemberlakuan baku mutu emisi, khususnya SO2 pada pembangkit listrik perlu memperhatikan kondisi spesifik dari suatu kegiatan dan pemberlakuannya dilaksanakan secara bertahap per lokasi.

Muara Karang Steam Power Plant is an important power plant that supplies electricity to feed the daily activity of Jakarta. However, it may also create air pollution. Emission released from the stacks will disperse to the ambient air and get mixed with other sources of emission. Muara Karang Power Plant is located near local housing that often raises public's concern. People perceive that emission from power plant cause respiratory problems.
The problem to be discussed in this research is the impact of the use of fuel oil on air emission. Some of the key questions raised in this research are:
1. Now is the condition of SO 2 and particulate emission released by Muara karang power plant Unit 1, 2, dan 3
2. How to control air emission that is conducted at Muara Karang Power Plant Unit 1, 2, dan 3
3. How is the contribution of emission from Muara Karang Power Plant Unit 1, 2, and 3 and how is ambient air quality
The hypothesis developed in this research is that contribution of S02 and particulate emission from Muara Karang power plant Unit 1, 2 and 3 on ambient air is still below ambient air standard.
The objectives of this research are:
1. To understand emission condition of Muara Karang Power Plant Unit 1, 2, and 3
2. To understand measures the air pollution control that should be undertaken at Muara Karang power plant Unit 1, 2, and 3
3. To understand the contribution of power plant's emission on ambient air and to understand the quality of air ambient.
The methodology used in this research is collection of secondary data that consists of Emission and air ambient data year 1998-2003, plant technical data, emission management and meteorology data.
To control particulate, the company has installed multicyclone. If this equipment is not operated, the emission will exceed the standard. S02 emission tends to be above standard. This condition is caused by:
1. There is no S02 emission control measures at Muara Karang Power Plant
2. The high maximum sulphur level that is allowed by the Government on MFO supplied by Pertamina i.e. 3.5%. Based on calculation, emission of Power Plant unit 1, 2 and 3 can meet the standard if sulphur level is below of 0.8%.
The conclusion of this research is based on the calculation of SO2 emission at Muara Karang Power Plant Unit 1, 2, and 3 is in the range of 880.08 - 3,850.33 mglm3 (higher than SO2 emission standard), and particulate is between 0.59 - 118.81 mglm3 (lower than particulate emission standard). Monitoring and Management of environmental have veen done based on RKL and RPL document. Contribution of particulate and S02 emission of Power Plant Unit 1, 2, and 3 is still bellow ambient standard. In March 2003, the highest emission concentration) was recorded at P1K field site in which S02 contribution was 23.82% and particulate contribution was 0.21%. The ambient air quality at seven location for SO2 was below standard whereas for particulate, in some locations, the emission exceeded the standard.
The given conclusions are to reduce S02 emission, it is suggest that the company substitute less polluted fuel or use technology to control SO2 emission, In enacting emission standard, especially SO2 on the Steam Power Plant, the specific condition of activity should be taken into consideration, and the application should be done gradually per location.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nurina Listya Ningrum
"Konstruksi adalah salah satu pekerjaan paling berisiko yang dipengaruhi oleh gangguan dengan paparan stres panas. Stres akibat panas berasal dari kombinasi suhu lingkungan tempat kerja, metabolisme tubuh pekerja, pakaian kerja, dan karakteristik pekerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April-Mei 2019 dengan 181 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa indeks WBGT luar ruangan berkisar antara 25,3°C hingga 36,8°C. Setelah dibandingkan dengan PERMENKES nomor 70 pada tahun 2016, ditemukan bahwa 100% pekerja mengalami stres akibat panas. Hasil kuesioner menunjukkan 174 responden (96%) mengalami setidaknya satu keluhan kesehatan, dengan keluhan tertinggi banyak berkeringat (92,3%). Hasil pengukuran efek fisiologis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tekanan darah, denyut nadi, saturasi oksigen, dan suhu tubuh antara sebelum bekerja dengan setelah bekerja (nilai p <0,05). Berdasarkan hasil, manajemen proyek disarankan untuk melakukan berbagai upaya dalam mengendalikan stres panas, untuk meminimalkan dampak gangguan panas pada pekerja.

Construction is one of the most risky jobs that is affected by interference with heat stress exposure. Stress due to heat comes from a combination of workplace environmental temperature, worker's metabolism, work clothes, and worker characteristics. This research is a quantitative study with a cross-sectional study conducted in April-May 2019 with 181 respondents. The results show that the outdoor WBGT index ranges from 25.3°C to 36.8°C. After comparing with PERMENKES number 70 in 2016, it was found that 100% of workers experienced heat stress. The results of the questionnaire showed 174 respondents (96%) experienced at least one health complaint, with the highest number of complaints sweating (92.3%). The results of measurement of physiological effects showed that there was a significant relationship between blood pressure, pulse, oxygen saturation, and body temperature between before work and after work (p value <0.05). Based on the results, project management is advised to make various efforts in controlling heat stress, to minimize the impact of heat disruption on workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>