Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203023 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marlya Niken Pradipta
"Penyakit Influenza adalah salah satu penyakit ISPA yang mendapat perhatian karena dapat menimbulkan wabah. Di Indonesia positivity rate influenza mencapai 40,3%, dimana virus yang teridentifikasi adalah virus A (subtype H1N1Pdm09 dan AH3) dan virus B (subtype Victoria). Studi cross sectional dan analisis cox regression dengan estimasi nilai Prevalence Ratio (PR) dengan memanfaatkan data sekunder surveilans Influenza Like Illness di DKI Jakarta tahun 2021-2022. Hasil penelitian didapatkan prevalensi Influenza positif sebesar 27,8%. Hasil analisis multivariat menunjukkan usia <5 tahun dan ≥65 tahun berisiko 0,51 kali (p-value=0,006; 95% CI=0,31-0,82), kontak orang sakit berisiko 2,27 kali (p-value=<0,001; 95% CI=1,45-3,56), dan musim hujan memiliki PR 3,26 kali (p-value=<0,001; 95%CI=1,68–6,33) mengalami influenza A dan B dibandingkan dengan pasien yang tidak terkonfirmasi influenza A dan B. Musim hujan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi Kejadian influenza A dan B di DKI Jakarta Tahun 2021-2022.

Influenza is one of the ARI diseases that receives concern because it can cause outbreaks. In Indonesia, the positivity rate of influenza reached 40.3%, where the identified viruses were virus A (subtypes H1N1Pdm09 and AH3) and virus B (subtype Victoria). Cross sectional study and cox regression analysis with estimation of Prevalence Ratio (PR) value by utilizing secondary data of Influenza Like Illness surveillance in DKI Jakarta in 2021-2022. The results showed that the prevalence of positive Influenza was 27.8%. The results of multivariate analysis showed that age <5 years and ≥65 years had a risk of 0.51 times (p-value=0.006; 95% CI=0.31-0.82), contact with patients had a risk of 2.27 times (p-value=0.001; 95% CI=1.45-3.56), and the rainy season had a PR of 3.26 times (p-value=0.001; 95% CI=1.45-3.56). 26 times (p-value=<0.001; 95% CI=1.68-6.33) to experience influenza A and B compared to patients who did not have confirmed influenza A and B. The rainy season is the dominant factor influencing the incidence of influenza A and B in DKI Jakarta in 2021-2022."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Setyanti
"Sejarah mencatat telah terjadi empat kali pandemi Influenza dengan penularan besar dan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Hingga akhir tahun 2016 didapatkan proporsi kasus positif Influenza sebesar 11 di Indonesia. Keparahan Influenza pada pasien Severe Acute Respiratory Infection SARI belum diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keparahan Influenza berdasarkan data sekunder surveilans Influenza pada pasien Severe Acute Respiratory Infection SARI di 6 enam rumah sakit sentinel Jakarta Timur pada September 2011 hingga Agustus 2014.
Responden berasal dari pasien rawat inap di rumah sakit sentinel tersebut yang positif Influenza RT-PCR Influenza. Keparahan dinilai berdasarkan lama rawat inap >4 hari, dirawat di ruang HCU/ICU dan penggunaan ventilator mekanik. Variabel yang diukur adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, penyakit pernapasan penyerta, penyakit kronis penyerta, kontak anggota serumah demam yang disertai batuk/nyeri tenggorok, waktu mencari pengobatan, status rokok, musim dan tipe Influenza. Analisis yang digunakan adalah Cox Regression yang mengestimasi nilai Prevalence Ratio PR. Terdapat 571 kasus Influenza positif dengan 259 Influenza Berat dan 312 Influenza Sedang.
Hasil analisis multivariat yang menggunakan analisis Cox Regression mengungkapkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan Influenza Berat: adalah usia ge;65 tahun memiliki Prevalence Ratio 1,63 kali p value= 0,025, CI 95 = 1,065-2,506 mengalami Influenza Berat dibandingkan usia 5-64 tahun. Selain itu faktor risiko lainnya adalah terinfeksi Influenza saat musim hujan PR=1,59, CI 95 = 1,061-2,398 dan waktu berobat le;3 hari PR=1,43; CI 95 =1,121-1,841.
Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara umur, musim dan waktu berobat dengan keparahan Influenza pada pasien SARI di rumah sakit sentinel Jakarta Timur.

There have been four times of Influenza pandemic with high transmission, high morbidity and mortality in history. Up to the end of 2016 there were 11 positive Influenza cases in Indonesia. Influenza severity in Severe Acute Respiratory Infections SARI is unknown.
This study aims to determine the severity of Influenza based on secondary data Influenza surveillance at Sentinel Hospital in East Jakarta 2011 2014 Ministry of Health RI. This study used cross sectional study design using secondary data of Influenza surveillance at 6 six Sentinel hospitals in East Jakarta from September 2011 to August 2014.
Respondents coming from inpatients with positive Influenza by RT PCR in sentinel hospital. Severity assessed by length of stay LOS 4 days , admission to HCU ICU and use of mechanical ventilators. Independent variables in this research were age, sex, occupation, respiratory disease, chronic disease, household contact with fever and cough sore throat, time to seek treatment, cigarette status, season and type of Influenza. The analysis used Cox Regression to estimates Prevalence Ratio PR . There were 571 cases of positive Influenza with 259 Severe Influenza and 312 Moderate Influenza.
The results of a multivariate analysis using Cox Regression analysis revealed that risk factors associated with severe Influenza ge 65 years had Prevalence Ratio of 1,63 times p value 0,025, 95 CI 1,065 2,506 had Severe Influenza than in 5 64 years. In addition, other risk factors were affected by Influenza during the rainy season PR 1.59, 95 CI 1,061 2,398 and treatment time le 3 days PR 1,43 95 CI 1,121 1,841.
This study concluded that factors associated with Influenza severity in SARI patients at Sentinel hospital in East Jakarta were age, season and time to seek treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisa Nurul Muthia
"ABSTRAK
Latar Belakang: Efikasi vaksin influenza pada populasi usia lanjut masih
menjadi perdebatan. Studi sebelumnya menunjukkan penurunan seroproteksi yang
lebih cepat pada usia lanjut. Belum ada studi hubungan seroproteksi dengan
influenza-like illness pada usia lanjut
Tujuan: Mengetahui hubungan status vaksinasi dengan seroproteksi bulan
pertama dan mengetahui hubungan antara seroproteksi bulan pertama dengan
kejadian influenza-like illness selama 6 bulan pasca-vaksinasi pada usia lanjut.
Metode: Studi kohort ambispektif ini menggunakan data penelitian induk dengan
subjek usia lanjut ≥ 60 tahun yang tinggal di komunitas Posyandu lansia wilayah
Jakarta Timur, dan data primer dalam periode Desember 2015-Maret 2016.
Vaksinasi Influenza yang dievaluasi adalah vaksin influenza trivalen inaktif.
Seroproteksi didefinisikan sebagai titer Hemagglutinin Inhibition ≥ 1:40.
Influenza-like Illness sesuai kriteria WHO adalah infeksi pernapasan akut yang
ditandai oleh demam (suhu ≥380C) dan batuk.
Hasil: Terdapat 265 subjek pada penelitian ini, terdiri dari 133 subjek pada
kelompok vaksinasi dan 132 subjek pada kelompok tidak vaksinasi. Proporsi
seroproteksi pasca-vaksinasi pada bulan pertama, keempat, dan keenam adalah
92,5%; 83,5%; dan 74,4%. Analisis bivariat menunjukkan vaksinasi
meningkatkan risiko terjadinya seroproteksi pada bulan pertama (RR 3,48,; IK
95% 2,61-4,65). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara seroproteksi bulan
pertama dengan insidens ILI selama 6 bulan pasca-vaksinasi (RR 0,325 IK 95%
0,04-2,641). Analisis multivariat menunjukkan OR seroproteksi setelah
penyesuaian adalah 60,429 (IK 95% 25,323-144,206) dengan titer Hemagglutinin
Inhibition ≥ 1:40 pra-vaksinasi sebagai variabel perancu.
Simpulan: Proporsi seroproteksi pasca-vaksinasi pada bulan pertama, keempat,
dan keenam adalah 92,5%; 83,5%; 74,4%. Terdapat hubungan bermakna antara
status vaksinasi dengan seroproteksi. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara
seroproteksi bulan pertama dengan insidens influenza-like illness selama 6 bulan
pasca-vaksinasi

ABSTRACT
Background: The efficacy of influenza vaccines in the elderly is still being
debated. Previous studies showed a faster decline of antibody titers in the elderly.
The relationship between seroprotection with influenza-like illness in the elderly
has not been established.
Objective: To determine the relationship between vaccination status with
seroprotection and to determine the relationship between first month
seroprotection with the incidence of influenza-like illness 6 months postvaccination
in the elderly.
Methods: An ambispective cohort study was conducted using secondary data from
the parent study of elderly subjects age ≥ 60 years who live in the community of
Posyandu lansia in East Jakarta, and primary data taken from December 2015 to
March 2016. The influenza vaccine evaluated was the Trivalent Inactivated
Vaccine 2014/2015. Seroprotection defined as Hemagglutinin Inhibition titer ≥
1:40. Influenza-like Illness according to WHO criteria is an acute respiratory
infection characterized by fever (temperature ≥380 C) and cough.
Results: There were 265 subjects in this study consisting of 133 subjects in the
vaccine group and 132 subjects in the unvaccinated group. The proportion of
post-vaccination seroprotection in the first, fourth, and sixth month was 92.5%;
83.5%; and 74.4%. Bivariate analysis showed vaccination increases the risk of
seroprotection (RR 3.48 CI95% 2.61 to 4.65). Seroprotection achieved in the first
month showed no statistical significance to the risk of ILI incidence 6 months
after vaccination (RR 0.325 95% CI 0.04 to 2.641). Multivariate analysis showed
adjusted OR for seroprotection is 60.429 (CI 95% from 25.323 to 144.206) with
pre-vaccination Hemagglutinin Inhibition titer of ≥ 1:40 as the confounding
variable"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Ojong
"Latar belakang: Influenza-like illness merupakan penyakit yang terbanyak dijumpai di PT. X, yang dikhawatirkan akan menurunkan produktivitas kerja. Program imunisasi influenza baru diikuti oleh 30% pekexja Belum diketahui efektivitas imunisasi tersebut terhadap kejadian influenza-like illness. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas imunisasi influenza di PT. X
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan disain kasus-kontrol dengan perbandingan l:l. Jumlah sampel perkelompok 88 orang. Sampel dipilih dengan random. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner, wawancara, pemeriksaan fisik dan rekam medik serta dari dokumen sumber daya manusia.
Hasil penelitian: lnfluenza~Iike illness dipengaruh oleh imunisasi (OR=4.83), lokasi kerja (0R=3.94), kebiasaan olahraga (OR=3.86), kebiasaan merokok (OR=2.86), dan Indeks Massa Tubuh (0R=0.44). Subyek yang mendapat imunisasi median lama sakit 3 (3-5) sedangkan pada yang tidak diimmmisasi median larna sakit 4 (2-7) hari. Dua nilai tersebut berbeda bermakna (p 0.008). Efektivitas imunisasi influenza terhadap kejadian influenza-like illness sebesar 69.4%.
Kesimpulan Imunisasi influenza merupakan falctor determinan utama influenza illness dengan efektivitas 69.4%.

Background : Influenza-like illness is an illness found mostly among staff members in PT X. It?s great concem due to the fact of lowering workers? productivity. Influenza immunization program in PT X has just covered 30% of the whole number of workers. So far, the effectiveness regarding the immunization on the Influenza-like illness symptoms is not known yet. This research is carried out to observe, etfectiveness of influenza immunization in PT X.
Methods: This research used the design of Case-control of l:l. The number of random samples per group was 88 persons. Data was collected through carrying out questionainnaires, interview, physical observation; medical record and human resources document observation.
Result: Influenza-like illness was influenced by immunization (OR=4.83), workers location (OR=3.94), sport activities (OR=3.86), smoking (OR=2.86) and Body Mass Index (0R=0.44). Workers who got imunization, their length of illness was 3 (3-5) days, while those who did not get immunization, their length of illness was 4 (2-7) days. The difference was significant with p value of 0.008. The effectiveness of influenza immunization on Influenza-like illness symptoms is 69.4%.
Conclusion: The influenza immunization was main determinant factor of the influenza-like illness, the effectiveness was 69.4%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32308
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kamaluddin Latief
"Avian influenza pertama kali menyerang manusia dilaporkan di Hong Kong pada tahun 1997. di Indonesia, penyakit ini pertamakali ditemukantezjadi pada unggas di Pekalongan dan Tangerang pada Agustus 2003, dan kasus pada manusia pertama di Indonesia teljadi di bulan Juli 2005 di Kabupaten Tangerang. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatanke WHO, sampai tanggal 31 Januari 2008 tercacat ada 124 kasus confirmed avian influenza dan I 01 kematian akibat avian influenza, atau sekitar 35% kasus dari total kasus di dunia dan 45% dari total kematian akibat avian influenza di dunia. Angka ini adalah angka tertinggi di dunia. Daritotal kasus yang ada di Indonesia, 67,7% kasus berada di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Selama ini yang dianggap deterrninan terjadinya avian influenza adalah kontak dengan unggas atau perilaku kondisi tertentu yang berhubungan dengan unggas, namun temuan ilmiah yang menunjukkan hal tersebut masih sangat terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deterrninan yang berhubungan dengan kejadian avian influenza di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan metode kasus kontrol. Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara terhadap responden. Sedangkan data sekunder diambil dari Depkes/DinasKesehatan Propinsil Dinas Kesehatan Propinsi Kahupaten di mana terdapat kasus avian influenza. Sampel seluruhnya berjumlah 201 orang dengan perhandingan kasus dengan kontrol adalah 1:2.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji multiplelogistic regression. Hasil analisis diperolehhubunganyang signifikanantaraumurdengankejadianavianinfluenza setelah dikontrol kontak dengan unggas dan pekerjaan, nilaip value 0.000, OR 20.117, 95% CI 7.731-52.345. Variabel kontak dengan unggas juga berhubungan dengankejadian avian influenza, p value 0.014, OR 9.060, 95% CI 1.571-52.249, setelah dikontrololeh umur dan pekeijaan. Variabel pekerjaan juga berhubungan dengan kejadian avian influenza, pvalue 0.041, OR 3.818, 95% CI 1.059-13.767, setelah dikontrol umur dan kontak dengan unggas.
Dari penelitian ini disarankan perlunya rancangan program pencegahan avian influenza dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang implementatif dan secara jelas mengatur keterlibatan berbagai sektor, Pengawasan yang ketal terhadap sistem peternakan dimasyarakat dan mengintensifkan pelaksanaan vaksinasi terutama pada peternakan sektor4, adanya penelitian lanjutan, perlunya peningkatan pengetahuan tentang avian influenza di masyarakat dan penerapkan pola peternakan dan lingkungan yang sehat.

The first documentedavian influenza cases in humans originatedin Hong Kong in 1997. In Indonesia, avian influenza cases for the first time documented inpoultryin Pekalongan and Tangerang in August 2003, and in humans cases on July 2005 in Tangerang district Based on reported of Ministry of Health to WHO until on 31 Januari 2008, there were 124 conflrnled avian influenza cases and I 01 died because of avian influenza, or around 35% and 45% cases in the world died because of avian influenza, This is the higher number in the world. Cases total in Indonesia,67.7%casesarein DKI Jakarta,Jawa Barat and Banten province. During a day, contact with poultry is assumed as determinant of avian influenza disease, however study about this condition is very limited.
The purpose of study is to understand about determinant of avian influenza disease in DKI Jakarta, Jawa Barat and Banten province, 2006-2008. Study desain is analysis with case control method. Primary data was collected by interview respondent. Secondary data taken by Ministry of Health Health Service Province/Health Service District where reported avian influenza cases. The total sample were 201 responden with comparison among case and control is I :2.
Data analysis using multiple logistic regression analysis. Results study finding association between an age and avian influenza disease after controled by contact with poultry andoccupation, pvalue0.000, OR20.117, 95%CI7.731-52.345. Contact with poultry variabe1 also related with avian influenza disease, p value 0.014, OR 9.060, 95% CI 1.571-52.249, after contro1ed by an age and occupation. Occupation variabe1 also related with avian influenza disease, p value 0.041, OR 3.818, 95% CI 1.059-13.767, after controled by an age and contact with poultry.
This research recomended to government to make rule (in order to protect community from disease), quality control of backyard, other research in the future and improvement of community knowledge about health environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T11512
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Virly Nanda Muzellina
"Latar Belakang : Influenza Like Illness ILI adalah sekumpulan gejala infeksi influenza yang sulit dibedakan dengan infeksi pernapasan akut lainnya. Prevalensi ILI tertinggi terjadi pada usia lanjut dan sering disertai komplikasi berat hingga kematian. Pada usia lanjut terjadi immunosenescence yang menyebabkan rentan terhadap infeksi. Pengaruh probiotik terhadap sistem imun merupakan salah satu manfaat yang paling diketahui. Pemberian probiotik oral dilaporkan dapat meningkatkan kerja baik imunitas adaptif maupun bawaan. Studi serta penelitian yang menilai mengenai peranan probiotik pada infeksi non intestinal masih terbatas. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan probiotik dengan Influenza Like Illness pada populasi usia lanjut.
Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dengan data sekunder diambil dari penelitian Dr. dr. Sukamto, SpPD, K-AI pada populasi usia lanjut sehat yang terdapat dalam komunitas usia lanjut di Jakarta Timur, pada bulan Juni-Desember 2015. Terdapat dua kelompok yang diberikan probiotik selama 6 bulan dan kelompok tanpa probiotik, serta dilakukan analisis chi square, untuk menilai angka kejadian ILI dan uji t untuk menilai perbedaan rerata durasi terjadinya ILI.
Hasil Penelitian : Sebanyak 275 usia lanjut sehat diikutsertakan dalam penelitian ini, 139 usia lanjut pada kelompok probiotik dan 136 usia lajut pada kelompok non probiotik. Kejadian ILI pada kelompok probiotik n= 4 subjek 2,9 dan pada kelompok tanpa probiotik n= 6 subjek 4,4 , nilai p= 0,361, risiko relatif RR sebesar 0,652 dengan interval kepercayaan 95 = 0,188-2,260. Didapatkan durasi ILI pada kelompok probiotik selama 2,75 hari dan kelompok tanpa probiotik selama 4,33 hari, nilai p 0,163.
Kesimpulan : Tidak didapatkan perbedaan kejadian ILI antara kelompok probiotik maupun non probiotik, namun didapatkan kecenderungan penurunan durasi ILI pada kelompok probiotik dan risiko ILI lebih rendah pada pemberian probiotik. Kata Kunci : Probiotik, Influenza Like Illness, usia lanjut.

Background : Influenza Like Illness ILI is a group of influenza infection symptoms that are difficult to distinguish from other acute respiratory infections. The highest prevalence of ILI is in the elderly and is often accompanied by severe complications and death. Immunosenescence occurs in the elderly, that causes susceptibility to infection. The effect of probiotics on the immune system is one of the most known benefits. Oral administration of probiotics reportedly can increase the performance both adaptive and innate immunities. Studies and research that assess the role of probiotics on non intestinal infections are still limited. This study aims to determine the relationship of probiotics and Influenza Like Illness in the elderly population.
Method : This study is a retrospective cohort study with secondary data drawn from the research of Dr. dr. Sukamto, SpPD, K AI in a healthy elderly population contained in the elderly community in East Jakarta, in June to December 2015. There are two groups, probiotic, given for 6 months, and non probiotic groups. Theese two groups were assessed by chi square analytic, to determine the incidence of ILI and t test to determine the mean differences of duration of ILI.
Results : A total of 275 healthy elderly is enrolled in this study, 139 elderly in the probiotic group and 136 elderly in the non probiotic group. The incidence of ILI in the probiotic group, n 4 subjects 2,9 and in the non probiotic group, n 6 subjects 4,4 , p 0.518, relative risk RR 0.652 with 95 confidence interval 0.188 ndash 2.260. The duration of ILI in the probiotic group is 2.75 days and the non probiotic group is 4.33 days, p value 0.163.
Conclusion : There are no differences in the incidence of ILI between probiotic and non probiotic groups, but there is downward trend in the duration of ILI in the probiotic group and a lower risk of ILI in the administration of probiotics. Keywords Probiotics, Influenza Like Illness, Elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Suryakusumah
"Penyakit Flu Burung (FB) atau avian influenza (AI) adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus jenis HSNI dan ditularkan oleh unggas. Virus AI adalah virus pathogen type A dari virus influenza yang biasa menyerang unggas. Virus flu ini secara alamiah terdapat pada unggas liar yang biasa bennigrasi dan jika virus ini menginfeksi unggas domestik seperti ayrun atau bebek temak maka dapat menyebabkan kematian pada populasi tersebut.
Kasus pertama flu burung pada manusia terjadi di Kabupaten Tangerang pada bulan Juli 2005. Sejak saat itu kasus demi kasus baik yang menyereng uaggas maupun kontak dengan unggas;, lokasi penampunglln & pemotongan unggas terinfeksi HSNI, lokasi KLB kematian unggru; positif H5Nl, kepadatan penduduk, kondisi cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, arab angin dan kangin). Penelitian ini menggunakan rancanglln studi ekologik ekspl001tory dengan analisis spasial.
Hasil penelitian memperlihatkan antara lain dari 33 kejadian AI terkonfinnasi pada manusia hanya terdapat 6 kasus yang basil pemeriksaan sampel unggasnya penitif H5NI. Kepadatan tempat penampunglln ayam (TPnA) dan kepadatan penduduk tidak menggambarkar. adanya pengaruh terhadap penyebaran kejadian AI terkontiminasi pada manusia di DKI Jakarta Gambaran cakapan risiko infeksi AI di DKJ Jakarta adalah 100%.
Perlunya dilakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam terhadap variabel lainnya, seperti jalur transportasi unggas; hidup, unggas domestik liar dan binatang lainnya seperti kucing, anjing atau serangga lainnya pada setiap kejadian AI pada manusia. Perlu juga dilakukan kajian tentang reseptor AI pada manusia sehingga dapat menemukan population at risk sebagai early warning system. Hal penting lainnya ada1ah perlu adanya pemahaman dan persamaan persepsi dalam peleksanaan penanggulangan flu burung berbagai instansi yang terkait.

Avian influenza (AI) or Bird flu (FB) is contagious disease to human which caused by H5Nl virus, and naturally this disease appears among birds. Avian influenza is an infectious viral disease of birds caused by type 'A' strains of the influenza virus. Wild migratory birds such as ducks, and geese, are natural carriers of the virus, but are resistant to severe infection from the virus. However, the virus is contagious among domesticated poultry birds and can cause very severe consequences.
The first human case was happened in Tangerang Regency in July 2005. According to WHO, np to May 2008, case of avian influenza in all the world reach The lab exam of poultry samples show that only 6 incident from 33 have positive of H5NI. The location of stock poultry and population density have not describe the influence to human case spreading in DKI Jakarta Province. The describe of risk AI infection coverage in DKI Jakarta region is 100%.
The study suggest that need to conduct similar stand by with comprehensive variable such as life poultry transportation pathway, the existence of wild domestic poultry and other animal like cat, dog or fly. Also study of human AI receptor in DKI Jakarta Province in tum the population at risk will be able to determent as early warning system. And last but not the least, need to boost coordination and perception in dealing with AI issues among stroke holder.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29138
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elfi Fauziah
"Tesis ini membahas pengelompokan virus-virus influenza A. Virus influenza A adalah virus RNA yang berbahaya, karena memiliki kemampuan mutasi yang tinggi dan menyebabkan wabah di beberapa negara. Dengan kemajuan bioinformatika, virus-virus dapat dikelompokkan dengan menganalisis sekuens-sekuens protein dari virus-virus tersebut. Markov clustering (MCL) telah diaplikasikan dengan baik pada bioinformatika, seperti; mengelompokkan jaringan-jaringan antara protein yang satu dengan yang lain, jaringan kemiripan antar protein, dan penentuan keluarga protein.
Tujuan penelitian ini adalah mengelompokkan virus-virus influenza A berdasarkan protein hemaglutinin (HA) menggunakan algoritma Markov clustering (MCL) dan program menggunakan perangkat lunak Octave berbasis open source. Simulasi program menggunakan tiga buah faktor penggelembungan yang berbeda, yaitu; r = 1.5, r = 2.0, dan r = 2.5.
Pengelompokan virus-virus influenza A menghasilkan dua kelompok. Kelompok pertama dengan pusat kelompoknya A/duck/Jiangsu/115/2011(H4N2) dan kelompok kedua dengan pusat kelompoknya A/duck/Victoria/0305-2/2012 (H5N3). Struktur pengelompokan virus-virus influenza A berdasarkan sekuens protein hemaglutinin (HA) yang diperoleh dengan menggunakan algoritma Markov clustering (MCL) mempunyai kemiripan struktur dengan struktur pengelompokan protein hemaglutinin (HA), dengan demikian pengelompokan virus-virus influenza A dapat mengacu pada pengelompokan keluarga protein hemaglutinin (HA).

The focus of this study is the clustering of influenza A viruses. Influenza A virus is an RNA virus that is dangerous, because it has a high mutation capability and caused outbreaks in several countries. With the development of bioinformatics, the viruses can be clustered by analyzing the protein sequences of these viruses. Markov clustering (MCL) has been very well applied to bioinformatics, such as to cluster protein-protein interactions (PPI) networks, determine the similarity between the protein network, and determine the protein families.
The aim of this study is to cluster influenza A viruses based on hemagglutinin protein (HA) using Markov clustering (MCL) and programs using software Octave which based on open source. The simulation of program using three different inflation factors, ie; r = 1.5, r = 2.0 and r = 2.5.
Clustering of influenza A viruses resulted in two clusters. The center of the first cluster is A / duck / Jiangsu / 115/2011 (H4N2) and the center of the second cluster is A / duck / Victoria / 0305-2 / 2012 (H5N3). Clustering structure of influenza A viruses using Markov clustering (MCL) have the similar structure with clustering structure of the hemaglutinin protein (HA), thus clustering of influenza A viruses can refer to the clustering of hemagglutinin proteins (HA) families.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihdina Inti Rachma
"Avian influenza H5N1 ningga november 2007 telan menyerang dan menevvaskan 81orang dari 102 orang yang terinfeksi di Indonesia. Pada saat ini, masalan penting yang dikuatirkan oleh para anli adalah kemungkinan munoulnya subtipe baru virus influenza yang mampu menular antar manusia_ Hal ini dapat terjadi senubungan dengan adanya virus subtipe baru yang mungkin terbentuk akibat mutasi atau reasorsi (reassortment) virus avian influenza asal unggas dan virus human imfuenza. lV|utasi pada virus influenza dapat menimbulkan perubanan komposisi atau susunan asam amino pada virus yang dapat mempengaruni aktivitas virus.
Penelitian melalui bioinformatika pada beberapa virus avian imfuenza menunjukkan banvva, dibandingkan dengan NA (Neuraminidase) dan NP (Nuk/eoprotein), ternyata HA (Haemagg/utinin) Iebin mudan mengalami mutasi_ Kemampuan virus Avian imfuenza untuk melakukan mutasi memungkinkan virus untuk berubah sifat patogenisitasnya.
Pada penelitian ini dilakukan analisis mutasi yang terjadi pada virus H5N1 yang terjadi di Indonesia, dengan Cara melihat perubanan nukleotida dan analisis posisi epitop pada asam aminonya. Dengan demikian dapat diperkirakan apakan mutasi tersebut dapat mempengaruhi patogenitas atau tidak. Virus yang dianalisis diambil hanya dari kasus H5N1 yang menyerang manusia.
Penelitian ini menggunakan metode Sequence allignment dengan program MAFFT dan prediksi epitop menggunakan program IMMUNEEPITOPE Didapatkan banyak sekali perubanan nukleotida pada sekuen hemagglutinin pada H5N1 di Indonesia, namun berdasarkan prediksi epitope ternyata belum mengalami mutasi yang cukup drastis ningga menguban patogenitas virus tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Salim Ridlo
"Kemampuan virus Influenza A dalam menginfeksi manusia sangat bergantung pada receptor binding yang dimiliknya. Protein yang berfungsi sebagai receptor binding pada virus ini adalah haemagglutinin. Influenza A akan mampu menginfeksi manusia dan dapat menyebar antar manusia apabila protein haemagglutinin telah mengenali SA α-2,6 Gal sebagai receptor pada manusia. Virus Influenza A subtipe H5N1 telah ditemukan dapat menginfeksi manusia namun belum mampu menular antar manusia. Dari hasil analisis mutasi terhadap sekuan haemagglutinin didapatkan bahwa sekuen protein haemagglutinin pada virus H5N1 belum menyamai sekuan protein haemagglutinin pada virus Influenza A yang telah menjadi pandemik yaitu subtipe H1N1, H2N2, dan H3N2 sehingga belum mampu menyebar antar manusia. Sekuan utama yang mendukung penyebaran pada manusia adalah asam amino posisi 226 dan 228 pada protein Haemagglutinin. Pada saat virus menjadi pendemik maka asam amino posisi 226 telah berubah menjadi Leu dan pada posisi 228 telah berubah menjadi Ser. Sedangkan pada virus H5N1 masih berupa Gln pada posisi 226 dan Gly pada posisi 228 yang merupakan pengenal SA α-2,3 Gal receptor pada burung. Selain pada posisi tersebut perbedaan juga ditemukan pada posisi 251 dan posisi 258. Pada subtipe yang telah menjadi pandemik sekuen posisi 251 adalah Leu dan posisi 258 adalah Phe, sedangkan pada H5N1 Phe pada 251 dan Tyr pada 258. Dari hasil ini dapat diprediksi sekuen H5N1 yang dapat menjadi pandemik yaitu apabila telah terjadi perubahan pada sekuen posisi 226 dan 228 serta didukung dengan perubahan pada posisi 251 dan 258."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30368
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>