Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yaumil Syafindra
"Peningkatan penggunaan media sosial yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari pada remaja, yang akan berdampak pula pada peningkatan perilaku negatif, seperti cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk cyberbullying pada korban remaja di media sosial, prakiraan dampak bentuk cyberbullying terhadap kemampuan kecerdasan emosional remaja, serta cara mitigasinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui teknik pengumpulan data yang meliputi studi literatur, studi dokumen dan wawancara. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis tematik kualitatif untuk mengidentifikasi bentuk cyberbullying pada korban remaja di media sosial, dan menganalisa prakiraan kualitatif menurut narasumber ahli, terkait prakiraan dampak cyberbullying terhadap kemampuan kecerdasan emosional remaja dalam penggunaan media sosial, serta cara mitigasi cyberbullying pada remaja. Hasil penelitian ini teridentifikasi temuan lima kasus korban cyberbullying remaja dalam bentuk flaming dan harassment di media sosial, yang memungkinkan korban remaja cenderung mengalami dampak terhadap kemampuan kecerdasan emosionalnya, dalam sulitnya untuk memahami dan mengelola emosi dirinya dan orang lain. Dengan sulitnya korban cyberbullying remaja untuk memahami dan mengelola emosinya, memungkinkan korban remaja cenderung untuk mengalami sulitnya membina hubungan sosial, ketidak percayaan diri, stres, depresi, dan mengalami kegagalan dalam prestasi belajar di sekolah. Serta, hasil penelitian dalam cara mitigasi cyberbullying terhadap remaja untuk memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang baik, yaitu, pertama, dengan cara individu remaja untuk tidak merespon cyberbullying yang dialaminya. Kedua, dengan cara memastikan remaja mendapati dukungan dari lingkungan keluarga dan sekolah, yaitu, pastikan remaja dapat komunikasi yang baik oleh orang tuanya, dan pastikan remaja untuk dapat literasi oleh guru di sekolah, tentang penggunaan media sosial yang baik dan fenomena cyberbullying merupakan perilaku buruk.

The increased use of social media has become an integral part of daily life in adolescents, which will also have an impact on increasing negative behaviors, such as cyberbullying. This study aims to determine the form of cyberbullying on teenage victims on social media, the predicted impact of this form of cyberbullying on adolescents' emotional intelligence abilities, and how to mitigate it. This research used qualitative methods through data collection techniques which included literature studies, document studies and interviews. This study uses qualitative thematic analysis techniques to identify the form of cyberbullying on adolescents' victims on social media, and analyzes qualitative forecasts according to expert sources, related to forecasting the impact of cyberbullying on adolescents' emotional intelligence abilities in using social media, as well as how to mitigate cyberbullying on adolescents. The results of this study identified the findings of five cases of adolescent victims of cyberbullying in the form of flaming and harassment on social media, which allows adolescent victims to tend to experience an impact on their emotional intelligence abilities, in the difficulty of understanding and managing the emotions of themselves and others. With the difficulty of adolescent victims of cyberbullying to understand and manage their emotions, it is possible for adolescent victims to tend to experience difficulties in fostering social relationships, lack of self-confidence, stress, depression, and experience failure in academic achievement at school. In addition, the results of research on how to mitigate cyberbullying so that adolescents have good emotional intelligence abilities, namely first by how individual adolescents do not respond to the cyberbullying they experience. Second, by ensuring that adolescents get support from the family and school environment, namely ensuring that adolescents can communicate well with their parents, and ensuring that adolescents are literate by teachers at school, about good use of social media and the phenomenon of cyberbullying is bad behavior."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nedya Farisia
"ABSTRAK
Media sosial berkembang dengan pesat saat ini dan menyediakan kenyamanan untuk berkomunikasi. Namun kenyamanan tersebut banyak disalahgunakan untuk memperlakukan orang lain dengan tidak layak di hadapan seluruh komunitas internet yang biasa disebut cyberbullying. Apabila cyberbullying gagal dicegah, akan sulit untuk melacak dan menanganinya. Salah satu senjata utama untuk mencegah aksi cyberbullying adalah dengan melakukan deteksi pada media sosial. Deteksi cyberbullying dapat dilakukan dengan menentukan apakah suatu post menyinggung topik sensitif yang bersifat pribadi seperti ras atau tidak. Dengan menentukan kata-kata terkait topik sensitif tersebut dan filter sentimen, deteksi tweet cyberbullying dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi Hyperpipes, Tree-based J48, dan SVM. Hasil menunjukkan bahwa algoritma hyperpipes dan decision tree menghasilkan hasil evaluasi yang terbaik dengan tingkat akurasi 85,32% dan 86,24%.

ABSTRACT
Social media is growing rapidly at the moment and provide convenience to communicate. But such convenience widely misused to treat other people with not decent before the entire internet community commonly called cyberbullying. If cyberbullying fail to prevent, it will be difficult to track down and deal with it. One of the main weapons to prevent acts of cyberbullying is to perform detection on social media. Detection of cyberbullying can be done by determining whether a post offend the sensitive topic of a personal nature such as racist or not. By determining the related words such sensitive topics and filter sentiment, cyberbullying tweet detection is done by using the method of classification Hyperpipes, Tree-based J48, and SVM. The results show that the algorithm hyperpipes and decision tree produces the best evaluation results with the accuracy of 85.32% and 86.24%.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadillah Nur Fitriyani
"Pandemi COVID-19 menjadi salah satu faktor pemicu stres bagi remaja. Dukungan sosial dan kecerdasan emosional diperlukan oleh remaja agar mampu mengelola stresnya menjadi respon adaptif dan tidak berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan sosial dan kecerdasan emosional dengan tingkat stres siswa SMP di Jakarta Timur selama pandemi COVID-19. Metode penelitian yang digunakan penelitian ini desain penelitian deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional. Sebanyak 426 siswa SMP di Jakarta Timur dengan kriteria responden pengambilan sampel dengan teknik stratified random sampling serta purposive sampling. Kuesioner menggunakan analisis data dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial dan tingkat kecerdasan emosional baik tinggi dan rendah memiliki nilai mendekati sama; hanya 41,8% responden memiliki tingkat stres normal. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan tingkat stres (p=0,001), dan adanya hubungan yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan tingkat stres (p=0,013). Temuan penelitian ini dapat membantu siswa lebih aware terhadap permasalahan yang mengganggu fisik dan psikologisnya dan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

The COVID-19 pandemic is one of the factors that trigger stress for teenagers. Social support and emotional intelligence are needed by adolescents to be able to manage their stress into an adaptive and not prolonged response. This study aims to determine the relationship between social support and emotional intelligence with the stress level of junior high school students in East Jakarta during the COVID-19 pandemic. The research method used in this research is descriptive correlative research design through a cross sectional approach. A total of 426 junior high school students in East Jakarta with the criteria of respondents taking samples with stratified random sampling technique and purposive sampling The questionnaire using data analysis with univariate and bivariate analysis with chi square test shows that the level of social support and the level of emotional intelligence both high and low have nearly the same value; only 41.8% of respondents had normal stress levels. The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between social support variables and stress levels (p=0.001), and a significant relationship between emotional intelligence variables and stress levels (p=0.013). The findings of this study can help students become more aware of the problems that interfere with their physical and psychological and nurses in providing nursing care according to patient needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifa Hasna Fairuz
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang dimiliki oleh tingkat penggunaan media sosial terhadap tingkat resiko viktimisasi online harassment pada mahasiswa angkatan 2013 Universitas X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didasari oleh Teori Aktivitas Rutin dari Cohen dan Felson dalam melihat resiko viktimisasi online harassment. Dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner, indikator-indikatornya telah ditentukan oleh penulis. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan SPSS dan kajian teori serta jurnal peneltian yang digunakan. Dari 383 responden, hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan serta pengaruh antara pengguna tingkat penggunaan media sosial terhadap viktimisasi online harassment yang dialami oleh mahasiswa angkatan 2013 Universitas X.

ABSTRACT
This research aims to understand the extent of influence of the use of social media towards the risks of online harassment victimization on batch 2013 students of University X. this research ia a quantitative reseach that is based on Routine Activity Theory by Cohen and Felson in order to see the risks of online harassment victimization. Questionnare, which indicators have been determined by the writer, is used as an instrument in conducting this research. The received data is then analyzed by using SPSS, theoretica studies, and research journals. The result revealed by 383 respondents that there is a correlation and impacts between the social media usage level and the level of online harassment victimization that is experienced by batch 2013 students of University X."
2017
S68012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goleman, Daniel
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002
152.4 GOL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Firdausya Sunaryo
"Komunikasi yang kini dimudahkan dengan kemunculan media sosial juga memiliki konsekuensi buruk, seperti aksi cancel culture yang berujung pada tindakan cyberbullying. Cancel culture merupakan sebuah praktik pemboikotan terhadap seseorang yang dianggap melanggar norma. Figur publik seringkali menjadi target utama cancel culture di internet dikarenakan rumor yang disebarkan di media sosial. Dengan menggunakan metode kualitatif studi kasus dan kajian literatur, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis cancel culture dan cyberbullying terhadap aktor Korea Selatan Kim Seonho dan idol Kim Garam di forum daring dan Twitter dengan konsep efek disinhibisi online, di mana batasan komunikasi hilang apabila dilakukan secara daring dibandingkan secara tatap muka. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa empat dari enam dimensi efek disinhibisi online paling tampak di kasus cancel culture dan cyberbullying kedua figur publik ini, yakni dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, dan minimization of status and authority, dengan anonimitas sebagai faktor utamanya.

The presence of social media in the contemporary media landscape has made communication more accessible. However, the emergence of such a platform also comes with cultural consequences, such as cancel culture–a practice of boycotting someone who is considered to have violated the norm–which often leads to cyberbullying. Public figures have become the main target of cancel culture which is amplified by the online rumors spread on social media. By using qualitative case study methods and literature review, this paper aims to analyze the cancel culture and cyberbullying against South Korean actor Kim Seonho and idol Kim Garam in online forums and Twitter, with the concept of the online disinhibition effect, where communication boundaries disappear as it takes place online. The result shows that four among six dimensions of the online disinhibition effect, namely dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, and minimization of status and authority are present in the cancel culture and cyberbullying of these two public figures, with anonymity being the main factor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bellinda Syane
"Karya akhir ini merupakan profiling lima kasus cyberbullying yang dialami oleh figur publik sosial selebritis Indonesia. Fokus studi ini adalah melakukan profiling korban cyberbullying yang dilihat sebagai bentuk kejahatan, menemukenali ciri-ciri selebriti yang rentan menjadi korban serta bentuk-bentuk viktimisasi serta reviktimisasi yang menyertai. Karya akhir ini mengunakan analisis data sekunder, yang bersumber dari data berita media online Indonesia, mengenai cyberbullying yang dialami publik figur. Analisis data dilakukan dengan pengelompokan cyberbullying oleh Willard dan victim profiling. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa ciri tertentu yang umumnya dimiliki selebriti korban cyberbullying, jenis cyberbullying yang hampir seragam, respons korban terhadap cyberbullying yang mereka alami, dan adanya revictimization yang dialami korban. Ciri tertentu selebriti korban cyberbullying yaitu korban sebagian besar merupakan perempuan dewasa yang berprofesi sebagai selebriti, dengan media sosial yang paling sering menjadi tempat cyberbullying adalah Instagram. Korban mengalami dampak emosional, finansial, psikologis, dan sosial. Respon korban terhadap cyberbullying yang mereka alami adalah counteraggression.

This final work is structured to analyze and profile five cases of cyberbullying experienced by social public figures, namely Indonesian celebrities. The focus in this case is the profiling victims of cyberbullying which is seen as a form of crime, the characteristics of celebrities who are vulnerable to becoming victims and the victimization and re-victimization that occur. The method used is secondary data analysis, sourced from Indonesian online media news data, regarding cyberbullying experienced by public figures. The analysis in this paper focuses on Willard's cyberbullying classification and victim profiles. The results of the analysis show that there are certain characteristics that are generally possessed by celebrity public figures who are victims of cyberbullying, the type of cyberbullying that is almost same, victim response to the cyberbullying that they experience, and the victim revictimization. A particular feature of celebrity victims of cyberbullying is that most of the victims are adult women who work as celebrities, with the social media that is most often used for cyberbullying is Instagram. Victims experience emotional, financial, psychological, and social impacts. The victim's response to the cyberbullying they experience is counteraggression."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartikaweni Juliansari
"ABSTRAK
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan memahami perasaan, berempati
serta mengatur emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
kecerdasan emosional remaja berdasarkan status kerja ibu. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah responden 143 remaja. Data
diperoleh dari kuesioner Inventori Kecerdasan Emosional. Hasil penelitian
menunjukkan remaja yang berasal dari keluarga dengan ibu bekerja dan tidak
bekerja memiliki skor rata-rata empati yang berbeda (p value 0.000). Penelitian
ini merekomendasikan perlunya pengajaran empati dari orang tua dan lingkungan
remaja, serta pentingnya optimalisasi peran perawat komunitas di sekolah dan
keluarga.
ABSTRACT
Emotional intelligence is a skill to understand our own feeling, empathy, and
emotional control. This study investigated the differences of emotional
intelligence between adolescents whose mothers were working and not working.
This study is a quantitative research with a sample of 143 adolescents. The data
were obtained using Inventori Kecerdasan Emosional Questionnaire. The result
showed that the adolescents whose mothers were working and not working got
different mean score on empathy (p value 0.000). This study recommends the
importance of the implementation of teaching empathy skill from parents and its
environment, as well as optimizing the role of community health nurse, especially
school and family nurse."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S60510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Rury Ervina
"Sensation seeking dapat menjadi prediktor keluaran di organisasi bila diekspresikan melalui beberapa variabel kognisi sosial seperti kecerdasan emosi. Dengan demikian perilaku yang dihasilkan oleh sensation seeking dapat lebih fungsional. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi apakah sensation seeking dapat diekspresikan melalui kecerdasan emosi untuk memprediksi kinerja individu. Desain dalam penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan strategi korelasional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 167 karyawan yang mengisi kuesioner sensation seeking, kecerdasan emosi dan kinerja individu. Hasil menunjukkan bahwa sensation seeking dan kecerdasan emosi dapat memprediksi kinerja individu secara langsung. Namun, demikian berdasarkan hasil analisis efek tidak langsung (indirect effect) membuktikan bahwa kecerdasan emosi tidak dapat mengekspresikan sensation seeking untuk memprediksi kinerja individu.

When it is expressed through several social cognition variables such as emotional intelligence, sensation seeking may serve as a output predictor within an organization. Thus, behaviors that are generated by sensation seeking may become more functional. The main goal of this study is to identify sensation seeking can be expressed through emotional intelligence in predicting invididual performance. The researcher used quantitative design with correlational strategy. 167 employees filled out questionnaires on sensation seeking, emotional intelligence, and individual perfomance. The results of this study shows that sensation seeking and emotional intelligence are able to predict individual performance directly. However, an indirect effect analysis shows that emotional intelligence can not express sensation seeking in the prediction of individual performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filza Nashira
"Situasi pandemi COVID-19 memunculkan banyak perubahan dalam kehidupan remaja. Terbatasnya aktivitas remaja menyebabkan meningkatnya masalah emosional yang dihadapi mereka. Tidak hanya itu, kebahagiaan remaja juga terbukti menurun pada situasi pandemi COVID-19. Untuk menghadapi hal ini, diperlukan tingkat kecerdasan emosional yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional dan kebahagiaan pada populasi remaja di Indonesia dalam situasi COVID-19. Partisipan penelitian berjumlah 232 orang remaja berusia 15-21 tahun yang belum menikah. Kebahagiaan diukur menggunakan alat ukur Subjective Happiness Scale (SHS), sementara kecerdasan emosional diukur menggunakan alat ukur Trait Meta-Mood Scale Short-Form (TMMS-SF). Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis Pearson correlation. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara kecerdasan emosional dan kebahagiaan remaja pada situasi COVID-19 (r 0,433; p < 0,05). Penelitian juga menemukan hubungan positif antara dimensi-dimensi kecerdasan emosional (perhatian emosional, kejelasan emosional, regulasi emosi) dan kebahagiaan.

The COVID-19 pandemic situation has brought about many changes in the lives of adolescents. The restricted activities of adolescents have caused an increase in the emotional problems that they face. Not only that, the happiness of adolescents has also been proven to decline during the COVID-19 pandemic. To deal with this, a good level of emotional intelligence is needed. This study aims to examine the relationship between emotional intelligence and happiness among adolescents in Indonesia during the COVID-19 situation. The research participants were 232 unmarried adolescents aged 15-21 years old. Happiness was measured using the Subjective Happiness Scale (SHS), while emotional intelligence was measured using the Trait Meta-Mood Scale Short-Form (TMMS-SF). Data of the research were analyzed using the Pearson correlation analysis technique. The result shows a positive correlation between emotional intelligence and adolescents’ happiness during the COVID-19 situation (r 0.433; p < 0.05). This research also finds positive correlations between the dimensions of emotional intelligence (emotional attention, emotional clarity, emotion regulation) and happiness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>