Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178605 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irfan Nafis Sjamsuddin
"Saat ini, masyarakat semakin mudah mengakses informasi melalui berbagai perangkat yang terhubung dengan teknologi internet. Namun, hal tersebut menimbulkan berbagai kekhawatiran baru, salah satunya penyebaran infromasi yang salah atau tidak akurat. Untuk mengatasinya, pendekatan literasi yang lebih spesifik dibutuhkan yaitu literasi kesehatan digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan determinan personal terhadap literasi kesehatan digital pada mahasiswa program sarjana Universitas Indonesia. Studi ini menggunakan analisis data sekunder dengan desain potong lintang. Data dikumpulkan melalui survei yang dilakukan oleh tim peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menggunakan instrumen eHEALS dengan delapan pertanyaan tentang literasi kesehatan digital pada studi ini. Analisis menggunakan regresi linear berganda dengan literasi kesehatan sebagai variabel dependen dan determinan sosial meliputi jenis kelamin, usia, rumpun ilmu, dan uang saku sebagai variabel independen. Hasil penelitian menunjukkan tingkat literasi kesehatan digital pada mahasiswa program sarjana dalam kategori baik (M=3,14; SD=0,501). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan variabel usia saku berhubungan secara signifikan dengan literasi kesehatan digital setelah dikontrol oleh variabel usia (β=0,926; 95% CI=0,037 – 1,785). Oleh karena itu, diperlukan upaya dalam pengembangan program edukasi kesehatan yang dapat menjangkau mahasiswa dari beragam latar belakang dengan tujuan meningkatkan literasi kesehatan digital mereka.

Currently, it is easier for people to access information through various devices connected to internet technology. However, this raises various new concerns, one of which is the spread of false or inaccurate information. To overcome this, a more specific literacy approach is needed, namely digital health literacy. This study aims to determine the relationship between personal determinants of digital health literacy in undergraduate students at the University of Indonesia. This study uses secondary data analysis with a cross-sectional design. Data was collected through a survey conducted by a research team from the Faculty of Public Health, University of Indonesia, using the eHEALS instrument with eight questions about digital health literacy in this study. The analysis uses multiple linear regression with health literacy as the dependent variable and social determinants including gender, age, knowledge class, and pocket money as independent variables. The results showed that the level of digital health literacy in undergraduate students was in the good category (M=3.14; SD=0.501). The results of multiple linear regression analysis show that the pocket age variable is significantly related to digital health literacy after controlling for the age variable (β=0.926; 95% CI=0.037 – 1.785). Therefore, efforts are needed to develop health education programs that can reach students from various backgrounds with the aim of increasing their digital health literacy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hapsoh Riani
"Pandemi Covid-19 memperburuk kemampuan literasi peserta didik jenjang Sekolah Dasar di Indonesia. Faktor kendala teknis dan non-teknis selama pembelajaran jarak jauh mengakibatkan literacy loss, dan perlu diminimalisir sedini mungkin. Penyesuaian sistem pembelajaran maupun kebijakan berguna menghalau potensi terjadinya literacy loss, salah satunya melalui penerapan kebijakan kurikulum darurat yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan kurikulum darurat dibuat untuk mengurangi kendala pembelajaran yang dihadapi siswa, guru, dan orang tua akibat penerapan Pembelajaran Jarak Jauh yang kurang maksimal. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan memberikan bentuk kebijakan kurikulum darurat dalam menanggulangi literacy loss pada siswa jenjang sekolah dasar. Kebijakan ini berisi beberapa modul untuk anak, guru, maupun orang tua yang fokus materinya pada kebutuhan dasar literasi dan numerasi yang berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk menunjang berlanjutnya pembelajaran. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebijakan kurikulum darurat dapat menjadi salah satu cara menanggulangi masalah literacy loss. Diharapkan dengan kebijakan ini, masalah disparitas pembangunan manusia pada era pandemi covid-19 dapat teratasi sehingga pengembangan kapasitas manusia dalam pembangunan sosial dapat lebih optimal.

The Covid-19 pandemic has exacerbated the literacy skills of elementary school students in Indonesia. The technical and non-technical constraints during distance learning result in literacy loss, which should be minimized as early as possible. Adjustment of learning systems and policies helps prevent the potential for literacy loss, one of which is implementing emergency curriculum policies issued by the Ministry of Education and Culture. The emergency curriculum policy was created to reduce learning obstacles students, teachers, and parents face due to the suboptimal implementation of Distance Learning. This study utilized a literature review method by providing an emergency curriculum policy to mitigate literacy loss in elementary school students. This policy contains several modules for children, teachers, and parents whose material focuses on basic literacy and numeracy needs, focusing on essential and prerequisite competencies to support continuous learning. Thus, it can be said that the emergency curriculum policy can be one way to overcome the problem of literacy loss. It is hoped that with this policy, the problem of disparity in human development in the era of the COVID-19 pandemic can be resolved so that the development of human capacity in social development can be more optimal. 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hisyam Yusril Hidayat
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi masyarakat terkait dengan kebijakan penanganan COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta. Penanganan COVID-19 saat ini berfokus pada penerapan kebijakan non-pharmaceutical intervention (NPI) yang bertujuan untuk menekan angka transmisi di Provinsi DKI Jakarta yang hingga saat ini menjadi episentrum penyebaran wilayah tertinggi di Indonesia. Masih rendahnya persepsi risiko dan pengetahuan masyarakat, tingginya ketidakpatuhan sosial, dan banyaknya masyarakat yang memercayai hoaks masih menjadi tantangan dan sekaligus menunjukan kemampuan literasi yang rendah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui mixed method yaitu antara metode kuantatif dengan survei dan kualitatif melalui wawancara dan studi kepustakaan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 500 responden yang berasal dari seluruh Kota/Kabupaten Administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat literasi kebijakan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta pada tingkatan yang tinggi mencapai 98,2% (491 responden) dan yang dalam tingkatan rendah mencapai 1,8% (9 responden). Responden dengan karakteristik tingkat pendidikan tinggi dan mayoritas sudah menguasai teknologi yang lebih baik cenderung memiliki tingkat literasi kebijakan yang tinggi. Untuk itu optimalisasi peran dari pemerintah dan masyarakat terkait dengan upaya dalam meningkatkan literasi kebijakan yang memengaruhi implementasi kebijakan NPI yang diterapkan di Provinsi DKI Jakarta sangat diperlukan.

This research aims to determine community literacy skills related to COVID-19 handling policy in DKI Jakarta Province. COVID-19 handling policy focuses on implementing a non-pharmaceutical intervention (NPI) policy expected to reducing transmission rate in the DKI Jakarta Province, which is the epicenter of the COVID-19 cases in Indonesia. Low public risk perception and public knowledge, high social non-compliance, and many people who believe in hoaxes are still challenges and it also show low public literacy skills. This study uses a quantitative approach. This research uses mixed method technique. Quantitative method with survey and qualitative method through interviews and literature study. Respondents in this study were 500 respondents from all administration cities / regency in DKI Jakarta Province. The results showed that the level of public literacy in DKI Jakarta Province at a high level reached 98.2% (491 respondents) and in the low level reached 1.8% (9 respondents). Respondents with higher education level characteristics and high technology mastery tended to high levels of policy literacy. Based on the findings, it needs optimizing the role of the government and society in relation to efforts to increase policy literacy that affects the implementation of the NPI policy in DKI Jakarta is needed."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Sundari
"Rendahnya tingkat literasi pangan dan gizi pada remaja dapat membentuk perilaku makan tidak sehat dan dapat berlangsung hingga dewasa, hal ini dapat memengaruhi kesehatan mereka. Literasi pangan dan gizi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan ayah dan ibu, pendapatan keluarga, kebiasaan makan keluarga, pengaruh teman sebaya, penggunaan media, dan peran guru. Untuk melihat faktor dominan tingkat literasi pangan dan gizi berdasarkan faktor tersebut, dilakukan penelitian studi cross-sectional pada bulan Maret hingga Mei 2021. Penelitian melibatkan 135 siswa/i SMA Negeri 3 Depok, dipilih menggunakan metode quota sampling serta pengisian kuesioner secara daring. Hasil penelitian menemukan sebagian besar responden memiliki tingkat literasi pangan dan gizi yang baik yaitu sebesar 71,1%. Hasil bivariat dan multivariat menunjukkan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna pada tingkat literasi pangan dan gizi remaja hanya berdasarkan penggunaan media (p-value=0,000) serta penggunaan media merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan tingkat literasi pangan dan gizi remaja (OR = 6,5). Untuk itu, faktor penggunaan media pada remaja dapat dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan literasi pangan dan gizi para siswa/i.

The low level of food and nutrition literacy in adolescents tends to develop unhealthy eating behaviors which last until adulthood, this can affect their health. Food and nutrition literacy can be influenced by various factors, such as gender, education level of father and mother, family income, family eating habits, peer influence, media use, and the role of teacher. To see the dominant factor in the level of food and nutrition literacy based on these factors, a cross-sectional study was conducted from March to May 2021. The study involved 135 students of SMA Negeri 3 Depok, selected using the quota sampling method and filling out online questionnaires. The results of the study found that most of the respondents had a good level of food and nutrition literacy, which was 71.1%. The bivariate and multivariate results showed that there was a significant difference in the proportion of food literacy and adolescent nutrition based only on media use (p-value = 0.000) and media use was the most dominant factor associated with adolescent food and nutrition literacylevels (OR = 6.5). For this reason, the factor of media use in adolescents can be considered in an effort to improve food and nutrition literacy for students.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Claudia Zipora
"Rendahnya literasi kesehatan reproduksi di kalangan remaja Indonesia menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan literasi kesehatan reproduksi mahasiswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desainnya potong lintang dengan sampel 482 mahasiswa sarjana Universitas Indonesia berusia <20 tahun. Pengukuran literasi menggunakan kuesioner yang diadaptasi dan uji bivariabel untuk analisis. Hasilnya menunjukkan mayoritas mahasiswa memiliki literasi kesehatan reproduksi sedang menuju kurang, dengan skor terbaik pada pencegahan penyakit dan terendah pada pelayanan kesehatan. Mahasiswa perempuan dan rumpun kesehatan memiliki literasi kesehatan reproduksi lebih baik. Penelitian ini menyarankan peningkatan edukasi dan layanan kesehatan reproduksi serta penelitian lanjutan.

Low reproductive health literacy among Indonesian teenagers causes various health problems. This research aims to describe students' reproductive health literacy and the factors that influence it. The design was cross-sectional with a sample of 482 University of Indonesia undergraduate students aged <20 years. Literacy measurement uses an adapted questionnaire and bivariable tests for analysis. The results show that the majority of students have moderate to poor reproductive health literacy, with the best scores on disease prevention and the lowest on health services. Female and health students have better reproductive health literacy. This research suggests improving reproductive health education and services as well as further research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randita Shafira Putri
"Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan lapisan masyarakat. Kasus COVID-19 yang terus meningkat dan adanya kebijakan mengenai pembatasan berbagai kegiatan sosial masyarakat dapat menyebabkan kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada mahasiswa S1 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari kuesioner online yang disebar melalui media sosial. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Kecemasan diukur dengan menggunakan kuesioner GAD-7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kecemasan ringan sebesar 37,8%, kecemasan sedang sebesar 27,3%, dan kecemasan berat sebesar 15,4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara coping (PR=1,79 95%CI: 1,33-2,41; p=0,000) dan dukungan sosial (PR=1,85 95%CI: 1,38-2,48; p=0,000) dengan kecemasan pada mahasiswa S1 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia selama pandemi COVID-19. Kemudian, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, tempat tinggal, tingkat ekonomi keluarga, riwayat penyakit, dan riwayat kontak COVID-19 dengan kecemasan pada mahasiswa S1 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia selama Pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic has affected various aspects of life and levels of society. The increasing number of COVID-19 cases and the policies regarding restrictions on various social activities can cause anxiety. This study aims to determine the factors associated with anxiety in undergraduate students of the Health Sciences Cluster, University of Indonesia. The research design used was cross-sectional. The data used is in the form of primary data, obtained from online questionnaires distributed through social media. Sampling in this study using the purposive sampling method. Anxiety was measured using the GAD-7 questionnaire. The results showed that the proportion of mild anxiety was 37.8%, moderate anxiety was 27.3%, and severe anxiety was 15.4%. The results showed that there was a significant relationship between coping (PR=1,79 95%CI: 1,33-2,41; p=0,000) and social support (PR=1,85 95%CI: 1,38-2,48; p=0,000) with anxiety in Health Science Cluster Undergraduate Students of the University of Indonesia during the COVID-19 pandemic. Then, the results of the study showed that there was no significant relationship between age, gender, place of residence, family economic level, disease history, and history of COVID-19 contact with anxiety in Health Sciences Cluster Undergraduate Students of the University of Indonesia during the COVID-19 Pandemic. The government needs to optimize programs and policies regarding mental health, such as education through social media by providing infographics, educational videos and so on to reduce the potential for mental health disorders, especially anxiety during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Meitasari
"Berbagai permasalahan kesehatan termasuk di Maluku diduga berhubungan dengan literasi kesehatan. Beberapa studi menyatakan masih terdapat tingkat literasi kesehatan yang terbatas, termasuk pada mahasiswa. Penelitian tentang literasi kesehatan pada mahasiswa khususnya di Indonesia bagian timur, masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi kesehatan pada mahasiswa program sarjana reguler di Universitas Pattimura dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari Studi Literasi Kesehatan 2019 dengan sampel mahasiswa sarjana angkatan 2018 dari 9 fakultas di Universitas Pattimura (n=356) dengan desain potong lintang. Pengukuran literasi kesehatan dilakukan menggunakan instrumen European Health Literacy Survey Question 16 (HLS-EU-Q16) yang telah diadaptasi ke dalam konteks dan Bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat literasi kesehatan terbatas dengan rata-rata skor sebesar 32,94 (SD=6,81) skala 0-50. Faktor yang berhubungan dengan tingkat literasi kesehatan adalah suku orang tua (p=0,002), kepemilikan asuransi kesehatan (p=0,029), dan riwayat penyakit (p=0,001). Faktor yang paling dominan adalah riwayat penyakit. Diperlukan intervensi yang bersifat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan literasi kesehatan pada mahasiswa.

Various health issues, notably in Maluku, are thought to be linked to health literacy. Several studies state that there is still a limited level of health literacy, including among students. Research on health literacy among students, particularly in eastern Indonesia, is still limited. This research aims to determine the level of health literacy among regular undergraduate students at Pattimura University and the factors related to it. This research is a secondary data analysis from the 2019 Health Literacy Study with a sample of 2018 undergraduate students from 9 faculties at Pattimura University (n=356) with a cross-sectional design. Health literacy was measured using the European Health Literacy Survey Question 16 (HLS-EU-Q16) instrument which has been adapted to the Indonesian context and language. The results of this study show a limited level of health literacy with an average score of 32.94 (SD=6.81) on a scale of 0-50. Factors related to the level of health literacy were parents' ethnicity (p=0.002), health insurance ownership (p=0.029), and medical history (p=0.001). The most dominant factor is medical history. Interventions are needed that increase knowledge and skills to increase health literacy in students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Hanan
"Perilaku kesehatan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan, Munculnya infeksi COVID-19 yang meningkat memerlukan adanya tindakan pencegahan sehingga penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa tingkat akhir S1 Reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) tahun 2022. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods. Disain cross sectional pada studi kuantitatif dilakukan pada 98 responden yang diambil dengan quota sampling serta dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Untuk memperkuat hasil penelitian dilakukan studi kualitatif dengan disain studi kasus pada 6 orang informan yang meliputi: mahasiswa, orang tua mahasiswa dan petugas K3L FKMUI. Hasil penelitian menunjukkan 51,2% responden berperilaku kurang baik dalam pencegahan COVID-19. COVID-19 dengan menyediakan sarana yang dibutuhkan, namun tidak menghimbau anaknya untuk berperilaku. K3L juga sudah membuat aturan dan himabaun bagi warga FKM UI tetapi sarana cuci tangan ada yang rusak dan tidak menyediakan masker bagi mahasiswa. Untuk itu, perlu adanya peningkatan fasilitas dan jadwal monitoring sarana prasarana pencegahan COVID-19 secara rutin oleh K3L FKM UI agar perilaku pencegahan COVID-19 Mahasiswa dapat meningkat.

Health behavior is an activity carried out to maintain or improve health. The emergence of an increased COVID-19 infection requires preventive measures so it is important to know the factors that influence COVID-19. The purpose of this study was to determine the factors associated with the behavior of preventing COVID-19 in final year Regular Undergraduate students at the Faculty of Public Health, University of Indonesia (FKM UI) in 2022. This study used a mixed methods approach. The cross-sectional design of the quantitative study was conducted on 98 respondents who were taken by quota sampling and analyzed using the Chi-Square test. To strengthen the research results, a qualitative study was carried out with a case study design on 6 informants which included: students, parents of students and K3L FKMUI officers. The results showed that 51.2% of respondents behaved badly in preventing COVID-19. COVID-19 by providing the necessary facilities, but not urging their children to behave. K3L has also made rules and appeals for FKM UI residents but there are hand washing facilities that are damaged and do not provide masks for students. For this reason, it is necessary to improve facilities and schedule regular monitoring of COVID-19 prevention infrastructure by K3L FKM UI so that students' COVID-19 prevention behavior can increase.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkya Wimahavinda Kardono
"Pendahuluan: Insiden penyakit tidak menular terus meningkat di Indonesia, dengan peningkatan tahunan pada populasi remaja. Prevalensi penggunaan internet di kalangan remaja Indonesia cukup signifikan, dengan mayoritas mengandalkannya sebagai sumber utama informasi kesehatan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa literasi kesehatan digital memengaruhi gaya hidup yang mempromosikan kesehatan. Namun, penelitian yang berkonsentrasi pada demografi remaja masih langka. Metode: Penelitian menggunakan desain crosssectional untuk menyelidiki hubungan antara tingkat literasi kesehatan digital dan profil gaya hidup yang mempromosikan kesehatan pada remaja pengguna internet di DKI Jakarta. Sampel yang terlibat sejumlah 211 remaja usia 15–19 tahun yang berdomisili di DKI Jakarta. Hasil: Uji Chi-square digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat literasi kesehatan digital dan profil gaya hidup yang mempromosikan kesehatan. Responden dalam penelitian ini menunjukkan tingkat literasi kesehatan digital yang tinggi, dibuktikan dengan ratarata skor eHEALS sebesar 32,47, dan ditemukan hubungan antara tingkat literasi kesehatan digital dan profil gaya hidup yang mempromosikan kesehatan (nilai-p = 0,006, α < 0,05). Kesimpulan: EHealth atau sumber daya digital dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku mempromosikan kesehatan pada remaja. Tingkat literasi kesehatan digital remaja perlu ditingkatkan untuk mendorong adopsi perilaku dan sikap yang berdampak positif untuk kesehatan remaja. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengeksplorasi faktor yang memediasi hubungan antara kedua variabel tersebut untuk upaya promosi kesehatan yang lebih efektif.

Background: The incidence of non-communicable diseases continues to rise in Indonesia, with an annual increase among adolescents. The prevalence of internet usage among Indonesian adolescents is significant, with the majority relying on it as their primary source of health information. Previous research indicated that digital health literacy influences health-promoting lifestyles. However, studies concentrating on the adolescent demographic remain scarce. Method: This study employed a cross-sectional design to investigate the relationship between digital health literacy levels and health-promoting lifestyle profiles in adolescent internet users in DKI Jakarta. Two hundred eleven adolescents aged 15–19 years across DKI Jakarta were involved. Results: The Chi-square test was utilised to examine the relationship between digital health literacy levels and health-promoting lifestyle profiles. This study revealed a high level of digital health literacy, indicated by an average eHEALS score of 32.47, and established a relationship between digital health literacy and health-promoting lifestyle profile (p-value = 0.006, α < 0.05). Conclusion: The use of eHealth or digital resources can significantly enhance adolescents' health-promoting behaviours. Adolescents’ digital health literacy levels need to be improved to foster the adoption of behaviours and attitudes favourable to health. Future studies can explore the factors mediating the relationship between the two variables for a better health promotion approach."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesslyn Metta Santi
"Fast food adalah jenis makanan yang sudah diolah atau dimasak dalam waktu singkat dan disajikan cepat atas dasar pesanan, dalam kondisi yang masih panas, dan dapat dibawa pergi untuk dikonsumsi di jalan. Fast food ditandai dengan kandungan gizi yang tidak seimbang, dimana sebagian besar mengandung kalori, lemak, gula dan garam yang relatif tinggi, tetapi kandungan serat rendah. Saat ini, industri fast food telah berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi pola makan remaja akibat peningkatan frekuensi konsumsi fast food. Remaja sedang mengalami perubahan dalam pola gaya hidup, seperti perilaku makan yang berubah dan pilihan makanan yang dikonsumsi cenderung tidak sehat, yaitu makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak. Dibuktikan dari WHO (2020) yang menyatakan bahwa 80% remaja di seluruh dunia sering mengonsumsi fast food dan Nilsen (2009) menyatakan 69% masyarakat Indonesia sering mengonsumsi fast food. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi fast food pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2023. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional yang melibatkan 151 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret – April 2024 dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menujukkan bahwa 76,2% responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil analisis uji bivariat menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara uang saku untuk membeli fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), jarak kampus ke gerai fast food (p-value 0,002; OR 3,600), promosi fast food (p-value 0,042; OR 2,445), dan paparan media sosial instagram (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast food. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara jenis kelamin (p-value 0,370), uang saku keseluruhan (p-value 0,331), pengetahuan gizi dan fast food (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan jarak tempat tinggal ke gerai fast food (p-value 0,685). Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan mahasiswa dapat mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan membatasi penggunaan media sosial dan pengaruh iklan serta promosi fast food.

Fast food is a type of food that has been processed or cooked in a short time and that is served quickly on order basis, in a still hot condition, and can be taken away to be eaten in the street. Fast food is characterized by unbalanced nutritional intake, which is mostly high in calories, fat, sugar and salt, but low in fiber. Currently, the fast food industry has grown rapidly around the world, including in Indonesia. This may affect adolescents' diet due to increased frequency of fast food consumption. Adolescents are experiencing changes in lifestyle patterns such as changing dietary behavior and food choices that are consumed which are often unhealthy, such as foods that contain high amounts of sugar, salt, and fat. Evidenced by WHO (2020) which states that 80% of adolescents around the world often consume fast food and Nilsen (2009) states that 69% of people in Indonesia often consume fast food. This study aims to determine factors related to fast food consumption among students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia class of 2023. This research was conducted using a cross-sectional method involving 151 respondents. Data collection was carried out from Maret – April 2024 using the simple random sampling. The results showed that 76,2% of respondents consumed fast food frequently (≥ 3 times/week). The results of the bivariate test analysis showed that there is a significant difference between pocket money to buy fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), campus distance to fast food outlets (p-value 0,002; OR 3,600), fast food promotion (p-value 0,042; OR 2,445), dan of social media instagram exposure (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast. However, it is no significant difference between gender (p-value 0,370), total pocket money (p-value 0,331), nutrition and fast food knowledge (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan residential distance to fast food outlets (p-value 0,685). After knowing the research results, it is hoped that college students can eat healthier foods and limit the use of social media and the influence of advertisements and fast food promotions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>