Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72664 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Najwa
"Penelitian ini membahas terkait pemberdayaan masyarakat dalam program budidaya sidat Desa Kebonmanggu, dibahas dari disiplin ilmu kesejahteraan sosial. Urgensi dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka CSR yang dilakukan dengan kerjasama bersama pemerintah daerah, sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi lebih optimal dan efektif. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2022 hingga Mei 2023 menggunakan studi dokumen dan wawancara mendalam pada 8 orang informan yang dipilih melalui teknik purposive samping. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa tahapan pemberdayaan yang dilakukan dalam program budidaya sidat Desa Kebonmanggu. Tahapan tersebut mencakup sosialisasi dan pendaftaran program Gesari, verifikasi lapangan, pengumuman hasil seleksi, pembinaan Gesari Academy, pencairan dana, pembelanjaan, pengembangan metode budidaya, penjualan sidat, pembinaan, monitoring, evaluasi, dan reward. Dalam setiap tahapan tersebut, terdapat peran dari aktor pendamping yang terlibat dalam pelaksanaan untuk membantu kelompok Sidat Bumi menjalankan programnya. Aktor pendamping yang terlibat adalah Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai dinas pendamping program, Pemerintah Desa Kebonmanggu, dan perusahaan PT Semen Jawa itu sendiri yang terlibat dalam pelaksanaan program. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT Semen Jawa dalam kerangka CSR, memiliki tahapan program nya sendiri dan menunjukkan beberapa perbedaan dengan tahap pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan oleh Organisasi Pelayanan Kemanusiaan (Human Service Organizations). Program pemberdayaan masyarakatnya juga melibatkan aktor-aktor pendamping yang membantu kelompok usaha dalam pelaksanaan program, mencerminkan peran-peran dari agen perubahan atau community worker. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bersumbangsih bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial pada mata kuliah intervensi komunitas terkait materi pengembangan masyarakat dan peran agen perubahan (community worker), bahwa perusahaan juga dapat melakukan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melalui kerjasama dengan pemerintah daerah sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

This research discusses the empowerment of the community in the eel cultivation program in Kebonmanggu Village, analyzed from the discipline of social welfare. The urgency of this research is to understand the implementation of community empowerment within the framework of corporate social responsibility (CSR), in collaboration with the local government, in order to optimize and make the services provided to the community more effective. This study was conducted using a qualitative approach with a descriptive type. Data collection was carried out from October 2022 to May 2023 using document studies and in-depth interviews with 8 selected informants using purposive sampling technique. The research findings indicate several stages of empowerment carried out in the eel cultivation program in Kebonmanggu Village. These stages include program socialization and registration, field verification, announcement of selection results, Gesari Academy mentoring, fund disbursement, expenditure, cultivation method development, eel sales, mentoring, monitoring, evaluation, and reward. In each of these stages, there is a role played by accompanying actors involved in the implementation to assist the Sidat Bumi group in running their program. The accompanying actors involved are the Department of Fisheries and Marine Affairs as the program's partner agency, the Kebonmanggu Village Government, and PT Semen Jawa company itself, which is involved in the program's implementation. The conclusion of this research is that the community empowerment program conducted by PT Semen Jawa within the framework of CSR has its own program stages and shows some differences compared to the stages of community development usually carried out by Human Service Organizations. The community empowerment program also involves accompanying actors who assist the business group in program implementation, reflecting the roles of change agents or community workers. The results of this research are expected to contribute to the Social Welfare Science study program, specifically in the community intervention course, regarding community development topics and the role of change agents (community workers), highlighting that companies can also implement community development and empowerment programs through cooperation with the local government as an effort to achieve social welfare for the community"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handi Wijaya
"ABSTRAK
Keberhasilan operasi penangkapan pancing tonda banyak dipengaruhi oleh faktor teknis, dan non teknis. Tujuan penelitian adalah menentukan indeks musim penangkapan, morfometri, umur dan pertumbuhan ikan madidihang, serta pengelolaan pancing tonda di PPN Palabuhanratu berkesinambungan. Metode pengumpulan data primer dengan mengukur parameter kualitas air dan panjang berat ikan madidihang, kemudian wawancara dan pengisian kuesioner. Analisis yang digunakan adalah : (1) analisis rata-rata begerak; (2) regresi linier sederhana; (3) Von Bertallanfy Growth Function; dan (4) regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan madidihang di Palabuhanratu terjadi bulan Juni atau musim timur. Potensi lestari ikan madidihang sebesar 1095,54 ton/tahun dan f optimum 615 unit upaya penangkapan standar long line. Hubungan panjang berat ikan madidihang bersifat isometrik. Kemudian pola dan umur pertumbuhan ikan madidihang dinyatakan dengan persamaan von Bertalanffy yaitu : Lt = 166.43{1-e[-0.45(t+1.3843)]}dengan umur rata-rata 2-3 tahun dan sudah pernah memijah. Secara simultan pengaruh kedelapan faktor produksi ini terhadap hasil tangkapan madidihang dengan pancing tonda adalah signifikan dengan selang kepercayaan 95%. Sedangkan secara parsial pengaruhnya yang signifikan hanya oleh 5 faktor produksi saja, yaitu pendidikan dan pengalaman nakhoda, frekuensi setting menggunakan alat bantu "layang-layang", serta lamanya dan frekuensi setting menggunakan alat bantu jerigen per hari.

Abstract
The success of fishing operation of trolling lines heavily influenced by technical factors, and non-technical. The research objective was to determine the fishing season index, morphometry, age and growth of yellowfin tuna, as well as the management of fishing trolling lines at PPN Palabuhanratu. Primary data collection methods collected from measurement of water quality parameters and the length and weight of yellowfin, then interview and filling questionnaire from filed. The analysis used were: (1) analysis of the average stir, (2) simple linear regression, (3) Von Bertallanfy Growth Function, and (4) multiple regression. The results showed that yellowfin fishing season in Palabuhanratu season in June or east season. The potential sustainable resource of yellowfin tuna is 1095.54 tons/year and 615 units optimum f standard longline fishing effort. Length weight relationship of yellowfin tuna is isometric. The pattern and age of yellowfin tuna growth expressed by von Bertalanffy equation, Lt = 166.43 {1-e [-0.45 (t+1.3843)]} with an average age of 2-3 years and have never spawn. The simultaneous influence of these eight factors of production towards yellowfin catches by fishing with trolling lines is a significant 95% confidence interval. While the partial effects were significant only by the 5 factors of production, namely education and experience of the skipper, the frequency setting using the tools kite "layang-layang", as well as the duration and frequency settings using the tools jerry cans per day.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30043
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Suryo Sukirno
"Skripsi ini menganalisa peran Indonesia terhadap pengelolaan perikanan tuna dari segi hukum-hukum dan juga dari sisi organisasi internasional maupun regional. Indonesia telah meratifikasi beberapa hukum dan ketentuan internasional seperti United Nations Conventions on the Law of the Sea (1982 UNCLOS), United Nations Fish Stock Agreement (1995 UNFSA) dan juga telah berhasil meratifikasi 3 Regional Fisheries Management Organization (RFMO) yaitu Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), Conventions on Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), dan Western Central and Pacific Fisheries Organization (WCPFC). 1982 UNCLOS menyatakan bahwa masing-masing negara wajib untuk bekerja sama antara lain untuk mengelola perikanan di area laut lepas (high seas) dan juga di Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE). Juga bisa di simpulkan bahwa organisasi internasional dan regional tersebut didirikan karena ada timbulnya isuisu pengelolaan perikanan dimana dapat merusak sumber daya, konservasi dan dapat menyebabkan penipisan stok ikan tuna. Pengelolaan perikanan di Indonesia banyak mengangkat isu-isu yang terkait dengan kasus Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) dimana kesalahan ini jelas tidak memenuhi ketentuan yang ditegaskan di hukum-hukum internasional. Isu tersebut mengangkat beberapa persoalan penting yang memperlihatkan kelemahan aplikasi Undang-Undang maupun Peraturan Menteri. Oleh sebab itu, skripsi ini menggambarkan bagaimana Indonesia memperoleh peran di pengelolaan perikanan yang berdasar dengan asas berkerlanjutan dan pemikiran jangka panjang.
This thesis analyzes the role of the Indonesian tuna fisheries management under the scope of international laws and regional organizations. Indonesia has ratified several international laws and regulations such as the United Nations Conventions on the Law of the Sea (1982 UNCLOS), the United Nations Fish Stock Agreement (1995 UNFSA) and has also been successfully ratified 3 Regional Fisheries Management Organization (RFMO), namely the Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), Conventions on the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), and the Central and Western Pacific Fisheries Organization (WCPFC). Furthermore, 1982 UNCLOS states that each state is responsible to cooperate amongst another to manage the fisheries in the high seas areas (high seas) and also in the Exclusive Economic Zone (EEZ). It can also be illustrated that the international and regional organizations are established because there is the urgency of fisheries management issues that may damage the resources as it can eventually cause depletion in tuna stocks. The Indonesian fisheries management has several issues of Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) where such actions do not comply with the laws and standards as defined in international law. The issue raised some important issues that demonstrate the weak practical application of national Laws and Ministerial Regulations Therefore, this paper analyzes why should Indonesia’s role to be persistent in applying the conservation principles and sustainable measures in its fisheries management."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S61175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmalia Puspita
"Abon ikan adalah produk olahan dari daging ikan, melalui kombinasi proses pengolahan. Pembuatan makanan olahan dari ikan sidat (Anguilla bicolor) yakni produk abon ikan dipercaya mampu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, layak untuk dikonsumsi bagi para konsumennya dan juga memiliki daya simpan yang relatif lebih lama dibandingkan produk olahan ikan lainnya seperti nugget, baksi dan sosis ikan. Pembuatan abon ikan sidat ini dilakukan dengan variasi bahan baku murni daging ikan sidat dan campuran lengkuas (Alpinia galngan Sw) dengan rasa original dan pedas. Penentuan kualitas produk abon ikan sidat dengan melakukan analisis proksimat dan juga organoleptik pada setiap tipe. Untuk kandungan protein terbaik, diperoleh oleh abon ikan sidat tipe A1 dengan kandungan 35,0%, sedangkan tipe B1 34,7%, A2 29,3% dan B2 21,3%. Untuk analisis organoleptik, terbaik diperoleh oleh tipe A2 mengenai rasa 82,4%; warna 84,4%; tekstur 84,8% dan Aroma 84,8%.

Shredded fish is processed product of fish meat, through a combination of processing. The manufacture of processed foods of eel (Anguilla bicolor) shredded fish product believed to fill the nutritional needs of the community, suitable for consumption for customers and also have a shelf life that is relatively longer than other processed fish products such as nuggets, meatball and fish sausages. Manufacture of shredded eel is done with pure raw material variations eel meat and mix with galangal (Alpinia galngan Sw) with the original flavor and spicy. Determination of product quality shredded eel by proximate analysis and also organoleptic analysis on every type. For the best protein content, obtained by shredded eel type A1 with a content of 35.0%, while 34.7% of type B1, A2 and B2 29.3% to 21.3%. For organoleptic analysis, the best test results obtained by A2 type about the taste 82.4%; color 84.4%; texture 84.8% and 84.8% of Aroma."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Syahbana
"[ABSTRAK
Minyak ikan dikenal sebagai sumber polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang baik dan digunakan untuk tujuan farmasetika dan suplemen pangan secara luas. Dalam penelitian ini, bahan baku ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dikarakterisasi dan minyak ikan diekstraksi dari tulang ikan sidat dengan metode Bligh & Dyer dan wet rendering. Komposisi asam lemak dari minyaknya dianalisa dan dikuantifikasi menggunakan kromatografi gas. Hasil yang diperoleh menunjukkan, total by-product pengolahan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) mencapai 26,38%, kandungan lemak tulang ikan sidat 17,33 ± 0,58 g/100 g. Rendemen minyak ikan sidat yang diekstraksi dengan metode Bligh dan Dyer adalah 17,12%. Berdasarkan hasil analisis asam lemak minyak ikan sidat, diperoleh kandungan SFA 19,87%, MUFA 25,84%, PUFA 13,84%. Komposisi asam lemak utama minyak ikan sidat adalah asam palmitat 13,58%, asam oleat 20,94%, asam linoleat 4,01%, EPA 1,57% dan DHA 4,84%. Rendemen tertinggi ekstraksi minyak ikan dari tulang ikan sidat menggunakan metode wet rendering adalah sebesar 6,95% yang didapat pada pada suhu 80ºC, waktu perebusan 60 menit. Penambahan waktu perebusan menjadi 90 menit pada suhu yang sama, tidak berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen. Kondisi ekstraksi metode wet rendering terbaik berdasarkan persentase rendemen dan nilai hasil uji mutu dari minyak ikan adalah suhu perebusan 60°C, waktu perebusan 60 menit dengan persentase rendemen sebesar 5,53%, asam lemak bebas 0,47% , bilangan asam 9.277,55 mg KOH/kg, bilangan peroksida 38,35 meq/kg, bilangan anisidin 25,84 meq/kg dan total oksidasi 102,55 meq/kg. Hanya kandungan asam lemak bebas saja yang mempunyai nilai sesuai standar yang diperbolehkan.

ABSTRACT
Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
;Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
;Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
, Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
]"
2015
T45227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahono Budianto
"Penelitian bertujuan mengetahui beberapa aspek biologi udang yang tertangkap trammel net dan didaratkan di PPS Cilacap (hubungan panjang berat, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, CPUE, dan MSY), menentukan status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang di Kabupaten Cilacap, dan menentukan strategi pengelolaan secara berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan di PPS Cilacap pada bulan Maret sampai Juni 2012. Metode yang digunakan adalah sample survey terhadap udang yang ditangkap oleh kapal trammel net yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Cilacap. Sedangkan untuk analisis status keberlanjutan menggunakan Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH), dan untuk menyusun prioritas strategi menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (AHP).
Udang jerbung, udang dogol, udang windu, dan udang krosok yang tertangkap dan didaratkan di PPS Cilacap mempunyai sifat pertumbuhan alometrik negatif dengan nilai b < 3, yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan beratnya. Hasil perhitungan nisbah kelamin menunjukkan udang jerbung jantan lebih lebih banyak daripada udang jerbung betina, sedangkan untuk jenis udang lainnya menunjukan jenis kelamin betina lebih banyak daripada jenis kelamin jantan. Hasil pengamatan TKG menunjukkan bahwa di PPS Cilacap udang jerbung paling banyak ditemukan dengan TKG 4 (27,4%), udang dogol TKG 0 (44,9%), udang windu TKG 0 (53,7%), dan udang krosok TKG 0 (43 %), sedangkan untuk TKG 1, 2, dan 3 lebih sedikit ditemukan. Status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang di Kabupaten Cilacap adalah dimensi ekologis 83,6 (berkelanjutan), ekonomi 52,15 (cukup berkelanjutan), sosial 58,75 (cukup berkelanjutan), teknologi 93,11 (berkelanjutan), dan etika 53,41 (cukup berkelanjutan). Apabila dilihat secara multidimensi, kegiatan perikanan tangkap komoditas udang dengan alat tangkap trammel net di Kabupaten Cilacap dalam kondisi cukup berkelanjutan (nilai indeks 70,04).
Strategi yang perlu dilakukan dalam pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang di Kabupaten Cilacap berdasarkan skala prioritas adalah 1) Pengaturan zonasi penangkapan udang, 2) Peningkatan akses nelayan terhadap pendidikan, 3) Pengaturan hak kepemilikan dalam pemanfaatan sumberdaya udang, 4) Penentuan ukuran udang yang diperbolehkan ditangkap, 5) Pelatihan cara penanganan hasil tangkapan untuk menjaga mutu, 6) Pengaturan upaya penangkapan udang, 7) Sosialisasi penangkapan ramah lingkungan, 8) Pengembangan alat tangkap yang efisien, 9) Peningkatan peran lembaga terkait, dan 10) Penyusunan peraturan daerah tentang pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang.

Cilacap waters has a great fisheries potential resources, especially shrimps. The study aims to know some aspects of the biology of shrimp are caught by trammel net and landed in the PPS Cilacap (length weight relationship, sex ratio, gonad maturity level, CPUE, and MSY), determine the status of sustainable management of shrimp fisheries commodities in Cilacap, and determine strategies sustainable management. The research carried out in PPS Cilacap in March until June 2012. The method used is a sample survey of shrimp caught by trammel net vessels operating in the Cilacap waters and landing their catch in PPS Cilacap. The analysis of shrimps sustainability status using Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH), and prioritize strategies using Analytical Hierarchy Process method (AHP).
White/Banana shrimps, greasyback shrimps, tiger shrimps, and rainbow shrimps are caught by trammel net and landed in PPS Cilacap have negative allometric growth with value of b <3, that?s main the growth of length is sooner rather than increase the weight. Sex ratio for jerbung shrimps much more male than female, and for the others of shrimps female more than the male sex. Gonad Maturity Level (GML) indicate that the PPS Cilacap for white/banana shrimps most abundant with GML 4 (27.4%), greasyback shrimps at GML 0 (44.9%), tiger shrimps at GML 0 (53.7 %), and rainbow shrimps at GML 0 (43%), while for GML 1, 2, and 3 are less common. Sustainability status of fisheries management in shrimp commodity in Cilacap are for the ecological dimension 83.6 (sustainable), economic, 52.15 (enough sustainable), social 58.75 (enough sustainable), technological 93.11 (sustainable), and ethics 53.41 (enough sustainable). When viewed as a multidimensional, commodity shrimp fishing activities by trammel net in Cilacap is enough sustained (index value of 70.04).
Strategy needs to be done in the management of shrimp fisheries commodities in Cilacap upon priorities are 1) Setting for fishing ground, 2) Increased access to education fishermen, 3) The ownership rights in the resource use shrimp, 4) Determination of the permitted size of shrimp caught, 5) Training the handling of the catch to keep the quality, 6) Setting the shrimp fishing effort, 7) Dissemination of environmentally fishing, 8) Development of fishing gear are efficient, 9) Increase the role of relevant institutions, and 10) Preparation of local regulations on the management of shrimp fisheries commodities.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T32748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan bernilai ekonomis penting. Beberapa Negara seperti Jepang, Korea dan Negara-negara di Eropa merupakan pangsa pasar ikan sidat yang potensial. Penyebaran ikan ini di Indonesia sangat luas, salah satunya perairan Danau Poso Sulawesi Tengah. Stok ikan sidat memiliki keterbatasan karena belum dapat dikembangbiakkan dengan sistem budidaya, sehingga ketersediaannya sangat tergantung dari alam. Sampai saat ini aktivitas perikanan terhadap ikan sidat adalah kegiatan pembesaran sampai ukuran bernilai ekonomis. Penelitian dilakukan dari Mei-September 2012 di Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi kualitas air pada sistem pemeliharaan yang sesuai untuk pembesaran larva ikan sidat. Pembesaran larva sidat menggunakan dua sistem pemeliharaan, yaitu sistem bak air diam (kubus) dan bak air mengalir ( raceway) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter konduktivitas (p=0,047), Nitrit (p=0,004), Suhu (p=0,046), Pospat (p=0,049) serta Total Pospat (p=0,032) menunjukkan perbedaan nyata pada dua sistem pemeliharaan tersebut. Hasil analisis PCA menunjukkan pertumbuhan berat (W) dan panjang (L) larva sidat dipengaruhi oleh konsentrasi DO, Suhu, TP, PO4 dan NH4. Rata-rata pertumbuhan panjang larva sidat pada bak air diam 65,59 % (3,19 cm) sedangkan pada bak air mengalir 65,92 % (3,25 cm). Rata-rata pertumbuhan berat larva sidat pada bak air diam 384,49 % (0,756 gr), sedangkan pada bak air mengalir 412,72 % (0,796 gr). Hasil ini menunjukkan bahwa bak uji air mengalir lebih baik untuk pemeliharaan atau pembesaran larva ikan sidat."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Perairan danau dan sungai Poso sudah lama diketahui sebagai daerah penangkapan ikan sidat. Ikan sidat termasuk famili Anguillidae merupakan ikan katadromus yaitu ikan yang hidup di perairan tawar (sungai/danau), bermigrasi ke laut untuk melakukan pemijahan dan setelah itu kembali lagi ke perairan tawar untuk melanjutkan siklus hidupnya. Benih ( glass eel/elver) sidat di aliran Sungai Poso sendiri bergerak dari Muara Poso, kemudian bermigrasi anadromus untuk sampai ke perairan tawar melewati beberapa wilayah sungai seperti Sungai Pandiri, Sulewana menuju Rawa Tentena dan kemudian berakhir di Danau Poso. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perairan yang dilalui fase-fase ikan sidat. Penelitian karakteristik perairan ikan sidat telah dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan September 2012 dengan metode survei berstrata. Dari pengamatan diperoleh hasil bahwa karakteristik dari lima stasiun pengamatan hampir sama, dimana karakteristik dasar perairannya berbatu dan berpasir, vegetasi yang tumbuh di sekitar sungai juga sama seperti pohon-pohon besar dan alang-alang. Kondisi kualitas perairan di aliran Sungai Poso yang dilewati oleh fase-fase ikan sidat juga masih mendukung untuk kehidupan sidat."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andotama Kharisma
"Kapal pada saat ditarik di air mempunyai gaya hambat akibat kekentalan zat cair. Daya mesin yang dibutuhkan untuk mendorong kapal pada kecepatannya harus dapat mengatasi gaya-gaya hambat. Pengurangan hambatan dalam aliran fluida bisa didapat dengan memberikan zat aditif jenis polimer, surfactant, fibre, cat atau kekasaran khusus pada permukaan benda. Permukaan kulit ikan yang dilapisi dengan biopolimer cairan kental (lendir) adalah salah satu elemen pengurangan hambatan tarik.
Tujuan penelitian ini ialah upaya peneliti untuk mendapatkan pengurangan hambatan tarik pada kapal model dengan menempelkan kulit belut (monepterus albus) yang masih berlendir pada lambung kapal. Penempelan kulit belut diharapkan dapat menghasilkan pengurangan hambatan tarik dan ramah lingkungan. Pengurangan hambatan (drag reduction) didapat bila nilai kerugian hambatan gesek pada fluida yang di beri aditif nilainya lebih kecil dari fluida standart atau air. Pengukuran gaya hambat pada variasi kecepatan dan sarat kapal dilakukan dengan alat pull force gauge yang diletakkan pada haluan kapal. Penempelan kulit ikan belut pada lambung kapal sepanjang 20% dari panjang haluan kapal model.

When being pulled above water, ship has resisting force because of the viscosity. The engine power needed to push the ship in it's speed must be able to with the drag force. Reduction of the drag in a fluid current can be obtained by adding additive elements such as polymer, surfactant, fiber, paint or something that can add some roughness at the surface of a substance. The surface of fish skin that covered with biopolymer thick fluid (mucus) is one of the element that can reduce thedrag.
The goal of this research is to get less drag in model ship by attachment of eel skin (monepterus albus) that still has it's mucus at the surface of the ship's body. The biopolymer additive substance hopefully can produce reduction in drag of the current and environmentally friendly. Drag reduction can be obtained if a loss in friction drag in a fluid that has given with additive is less than standard fluid or water. Measurement of drag force in variety of speed and laden ship is done with pull force gauge which attached with the forepeak model ship. Attachment of eel skin in hull is 20% from the stem (bow) of model ship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52301
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deo Saputra Irianto
"Sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting, baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Teluk Pelabuhanratu merupakan daerah dengan potensi besar bagi penyediaan benih ikan sidat. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kehidupan ikan sidat adalah salinitas, karena secara alami ikan sidat bermigrasi dari perairan tawar, payau, dan laut atau sebaliknya. Sehingga diperlukan cara untuk menggambarkan persebaran larva ikan sidat (impun) berdasarkan salinitas. Untuk mengetahui nilai salinitas diperoleh dari citra Landsat 8 tahun 2015 dan 2016 menggunakan pendugaan salinitas Algoritma Cimandiri (Supriatna et al., 2016).
Penelitian dilakukan di muara Ci Mandiri, Ci Tepus dan Ci Maja berdasarkan bulan basah dan bulan kering. Keberadaan larva ikan sidat (impun) yang diperoleh dari hasil tangkapan terjadi saat bulan kering dimana hasil tangkapan terbanyak terjadi di mulut muara. Hasil tangkapan berkurang jika semakin jauh dari mulut muara, yaitu pada bagian pantai ke arah laut dan bagian dalam muara sungai dengan nilai salinitas ke arah laut meningkat sedangkan nilai salinitas ke arah sungai berkurang.

Eel (Anguilla spp.) is consumed fish that has an important economic value, either for local or international market. Pelabuhanratu Bay is an area with big potension for supplying eel seed. One of important factor which affect an eel existence is salinity, because eel migrate from fresh water, brakish, and sea naturally although the otherwise so that need ways to describe the distribution of glass eel by the salinity. To find out the percentage of salinity, it obtained from Landsat 8 Imagery year 2015 and 2016 using salinity prediction of Algorithm Cimandiri (Supriatna et al., 2016).
The research has been conducted at Ci Mandiri Estuary, Ci Tepus Estuary, and Ci Maja Estuary based on wet month and dry month. The existence of glass eel which is obtained from the catch was occurs on dry month when the most catch was occurs at the edge of estuary. The catch is reduced if it?s farther from the edge of estuary, at the beach towards the sea and the inside of river estuary with the percentage of salinity towards the sea is increase while the percentage of salinity towards the river is decrease.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>