Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187101 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maulidiah Ihsan
"Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian dini di dunia. Salah satu faktor risikonya adalah hipertensi, keduanya merupakan komponen dari sindrom metabolik yang saling mempengaruhi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia >15 tahun dikaitkan dengan hipertensi. Studi memanfaatkan data IFLS ke-4 dan ke-5 yang dianalisis dengan desain kohort retrospektif. Pengukuran variabel independen dan kovariat yang berubah didasarkan IFLS ke-4 dan ke-5, sedangkan variabel yang tidak berubah didasarkan IFLS ke-4. Pemilihan sampel dipastikan terbebas dari DM dan tidak memiliki status hipertensi terkontrol. Hasil studi menunjukkan tetap hipertensi dan menjadi hipertensi terbukti dapat meningkatkan risiko kejadian DM. Pada kelompok tetap hipertensi risiko DM 2,30 kali lipat, sedangkan pada kelompok menjadi hipertensi risiko DM 2,14 kali lipat dibandingkan kelompok tetap tidak hipertensi setelah dikontrol usia, perubahan aktivitas fisik, dan perubahan indeks masa tubuh, sedangkan pada kelompok hipertensi terkendali tidak didapatkan hubungan yang signifikan. Studi ini juga menyimpulkan 41,5% kasus DM dapat dicegah pada populasi umum dan 68% kasus DM dapat dicegah pada penderita hipertensi dengan mengendalikan hipertensi menjadi terkontrol atau mengeliminasinya. Pengendalian hipertensi dan DM memerlukan komitmen bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat sesuai pesan CERDIK dan PATUH.

Diabetes mellitus is a non-communicable disease which was the main cause of early death at the global level. One of the known risk factors for diabetes mellitus is hypertension, both are known as the components of the metabolic syndrome in interplay system. This study aims to determine the risk of Diabetes Mellitus in people aged >15 years that associate with hypertension in Indonesia. The study was using data from the 4th IFLS and 5th IFLS which analyzed using a retrospective cohort design. The measurements of the independent and covariate variables that potentially changes are based on the 4th IFLS and 5th IFLS data, whereas the variables that constant are based on the4th IFLS data. The sampling method was excluding the diabetes mellitus and hypertension controlled criteria. The multivariable adjusted RR for incident diabetes melitus for baseline hypertension 2,30, and progression hypertension 2,14 after controlling for age, changes in physical activity, and body mass index changes. This study also concluded that PAR % 41.5%  and AR% 68%. The hypertension control is an integrated strategy of diabetes mellitus control which requires a joint commitment from the government and society to live a healthy lifestyle according to the CERDIK and PATUH health messages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retia Rismawati
"Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia karena prevalensinya yang terus meningkat. Hipertensi yang juga merupakan faktor risiko diabetes melitus tipe 2 memiliki prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia. Tidak hanya itu, prevalensi kedua penyakit tersebut meningkat seiring bertambahnya usia, dimulai dari usia ≥40 tahun. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sumber data yang digunakan berasal dari hasil Riskesdas 2018. Terdapat sebanyak 15.026 partisipan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil: Prevalensi diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia masing-masing sebesar 21,3% dan 51,8%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). Efek gabungan antara hipertensi dengan obesitas sentral memiliki risiko sebesar 2,07 kali lebih besar terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Risiko diabetes melitus tipe 2 yang lebih tinggi terjadi pada orang yang mengalami hipertensi dan obesitas sentral. Saran: Perlu dilakukan deteksi dini diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi sedini mungkin, terutama bagi penduduk yang berusia ≥40 tahun dan mengalami obesitas sentral.

Background: Type 2 diabetes mellitus is a disease that is still a public health problem not only in Indonesia, but also in the world because of its increasing prevalence. Hypertension, which is also a risk factor for type 2 diabetes mellitus, has a very high prevalence in Indonesia. Not only that, the prevalence of both diseases also increases with age, starting from 40 years of age. Objective: To determine the relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in a population aged ≥40 years in Indonesia. Methods: This study used a quantitative method with a cross sectional study design. The source of the data used comes from the results of Riskesdas 2018. There are 15.026 participants based on the inclusion and exclusion criteria of the study. Results: The prevalence of type 2 diabetes mellitus and hypertension in the population aged ≥40 years in Indonesia are 21,3% and 51,8%, respectively. There is a statistically significant relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). The combined effect of hypertension and central obesity has a risk of 2,07 times greater for the type 2 diabetes mellitus after being controlled by gender and obesity. Conclusion: There is a relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia. The risk of type 2 diabetes mellitus is higher in people with hypertension and central obesity. Suggestion: It is necessary to detect type 2 diabetes mellitus and hypertension as early as possible, especially for people aged ≥40 years and experiencing central obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Aswal Liambo
"ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat, WHO melaporkan hampir satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diprediksi meningkat menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 nanti. Kurang aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yang tidak terlalu besar. Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia sebesar 25,8 dan proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 26,1 . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi hipertensi, proporsi kurang aktivitas fisik dan hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia berdasarkan data IFLS 5 tahun 2014. Desain yang digunakan adalah cross sectional, populasi penelitian yakni seluruh penduduk dewasa ge;18 tahun yang menjadi responden IFLS 5 tahun 2014 dengan sampel sebanyak 26.043 responden. Kriteria hipertensi menggunakan pedoman JNC-7 140/90 mmHg , penilaian aktivitas fisik berdasarkan kebiasaan melakukan kegiatan fisik minimal selama 10 menit dalam seminggu, terdiri dari aktif dan kurang aktif. Uji statistik pada analisis bivariat dan multivariat menggunakan cox regression. Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 24,09 , proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 35,68 , serta terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi P value 0,000 . Penduduk yang kurang aktivitas fisik berisiko 1,15 kali mengalami hipertensi dibandingkan penduduk yang memiliki aktivitas fisik aktif PR: 1,15; 95 CI: 1,09-1,21 . Disarankan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan fisik ringan berupa jalan kaki minimal selama 30 menit setiap harinya dan kepada Dinas Kesehatan untuk berinovasi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya aktivitas fisik dengan menggunakan sosial media Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya .

ABSTRACT
Hypertension is the leading causes for prematur death worldwide. Globally, WHO reported about nearly one billion people living with hypertension and it is estimated that this number will escalate to more than 1,5 billion by the year 2025. Insufficient physical activity is one of the modifiable risk factors for hypertension, which is not required great effort and cost. In 2013, the prevalence of hypertension among Indonesian adults was 25,8 and the proportion of insufficient physical activity was 26,1 . This study aims to know the prevalence of hypertension, the proportion of insufficient physical activity and also its relationship among the Indonesian adults based on IFLS 5 data in 2014. A cross sectional study was conducted among 26.043 respondents in IFLS 5 aged 18 years and above. The JNC 7 guidelines used to defined hypertension if systolic blood pressure ge 140 mmHg and or diastolic ge 90 mmHg , whereas physical activity measured by the habit of performing physical activity for at least 10 minutes a week. Statistical test on bivariate and multivariate analysis using cox regression. The prevalence of hypertension was 24,09 and the proportion of insufficient physical activity was 35,68 . Statistical test shown there was a significant relationship between physical activity and hypertension P value 0,000 , people with insufficient physical activity at risk 1,15 times having hypertension than those with active physical activity PR 1,15 95 CI 1,09 1,21 . Adults should do at least 30 minutes walking everyday, province district health office needs to use social media such as Facebook, Instagram, Twitter, etc, in order to promoting the benefit of physical activity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anny Oedjianti
"Pekelja di kilang minyak tcrutama di lokasi bising mempunyai risiko tinggi menderita gangguan pcndcngaran sebagai penyakit akibat kelja. Pajanan kombinasi (bising, penyakit DM, hipcrtensi, DM dan hipertensi) dapat terjadi secara bersamaan pada seorang pekerja. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungau dan kontribusi pajanan kombinasi terhadap teljadinya gangguan pendengaran. Dengan metode historikal kohor, data pekelja dari tahun 2002-2007, pcfnetapan kriteria gangguan pendengaran berdasarkan hasil audiogram pada frekuensi 4000 Hz > 25 dBA, status DM berdasarkan kriteria diagnostik PERKENI 2006 GDP 2126 mg/dL, status hipertensi herdasarkan JNC7 S 2140 mmHg dan D 290 mm!-Ig. Analisis statistik dengan univariat dan bivariat.
Diperoleh hasil, insiden gangguan pendengaran berkisar antara 25.0% - 50.0% pada pekelja yang terpzgan bising, dengan distribusi responden menurut masing- masing pajanan kombinasi dan karakteristik responden (variabcl pcrancu: Lunur; rnasa kerja; merokok; dan pemakaian APT). Kesimpulan yang diperoleh dari uji statistik, baik variabel independen maupun vadabel perancu mempunyai p value > on, perbedaan tidak bermal-ma. Sehingga gambaran dan kontribusi faktor risiko penyakit DM dan hipcrtcnsi bclum dapat diketahui dengan jelas. Hal ini disebabkan beberapa keterbatasan penelitian diantaranya sampel yang mcmenuhi kriteria inklusi (140 responden) tidak memenuhi besar sampel minimal (287 responden}, informasi data yang diperoleh dari perusahaan tidak lengkap.
Oleh karenanya saran bagi pemsahaan agar lebih memperhatikan sistem pencatatan, pelaporan, dan penyimpanan data., pemeriksaan audiometri, kesehatan berkala, pengukuran dosis pajanan, secara rutin dan berkcsinarnbungan sesuai kebutuhan, terulama bagi pekerja yang terpajan bising > 85 dBA, penertiban sertifikasi operator, kalibrasi alat oleh institusi yang bezwenang.

Workers of refinery in noisy area have high risk to get hearing loss as occupation disease. Combined exposure (noise, DM, hypertension) can happen simultaneously on a worker. The purpose of this study is to find the relation and contribution of combined exposure on hearing loss. The study was using historical cohort, worker’s data from 2002 to 2007, hearing loss criteria definition based on audiograrn result with frequency 4000 Hz >25 dBA; DM status based on PERKENPS diagnosis in 2006 GDP 2 126 mg/dL, hypertension status based on JNC7 S 2 |20 mml-lg and D 2 90 mml-Ig. Statistical analysis was using univariat and bivariat.
The result is hearing loss incident on workers exposed by noise around 25.0% - 50.0%, with respondent’s distribution based on each combined exposure and respondent's characteristic (confounding variable : age, working period, smokind and the using of APT) We conclude by statiscal test, both independent variable and cofounding variable with P value > ot that there is insignificant dillerencetherefore, the illustration and contribution of DM and hypertension risk factor cannot be found clearly. It was caused by some limitations in the study such as inclusive criteria sample (140 respondents) didn't iillfil the quota of sample (287 respondents), incompleted company's clatas.
Therefore, we suggest that the company should pay more attention to data entry, data report and data saving, audiometric check-up, periodic medical check-up, exposure dosage measurement, regularly and continually based on needs, especially for workers exposed by noise > 85 dBA, regulation of operator certification, calibrated equipment by authorized institution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34379
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Farastya Rahmawati
"ABSTRAK
Hingga saat ini diabetes melitus tipe 2 masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensinya masih tinggi di beberapa negara termasuk Indonesia. Tingginya prevalensi diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh pola hidup masyarakat saat ini yang cenderung tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola perilaku dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk umur ≥15 tahun di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013. Variabel perilaku yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, perilaku merokok, konsumsi buah dan/atau sayur, konsumsi makanan/minuman manis, konsumsi makanan berlemak, konsumsi minuman kopi, dan konsumsi minuman berkafein buatan bukan kopi. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor perilaku yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 adalah aktivitas fisik, perilaku merokok, konsumsi makanan/minuman manis, dan konsumsi minuman kopi. Sedangkan secara multivariat, ditemukan bahwa aktivitas fisik, perilaku merokok, dan konsumsi makanan/minuman manis berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2.

ABSTRACT
Until these days type 2 diabetes melitus still become a problem in society, because of high degree prevalence in many countries including Indonesia. This is because unhealthy life style. The objects of this research is to know the correlation between behaviour and type 2 diabetes melitus cases for 15 years old or older Indonesian people in 2013, furthermore this research is use data Riskesdas 2013. The variable observes in this research are physical activity, smoking behaviour, consumption of fruit and/or vegetables, consumption of food or beverages contain sweetener, consumption of fatty food, consumption of coffe, and consumption of non-coffe artificial caffeinated. This research finds that behaviour factor related to type 2 diabetes melitus are physical activity, smoking behaviour, consumption of food or beverages contain sweetener, and consumption of coffe. Furthermore, in multivariate model found that physical activity, smoking behaviour, and consumption of food or beverages contain sweetener related to type 2 diabetes melitus.
"
2015
S60387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Savitri
"Hipertensi remaja masih menjadi masalah bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kardiovaskular di masa dewasa. Salah satu faktor risiko hipertensi remaja adalah overweight. Terdapat peningkatan prevalensi overweight pada remaja umur 16-18 tahun di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2007-2013 sebesar 5,7% menjadi 6,7% Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan overweight dengan hipertensi remaja usia 15-17 tahun di Indonesia berdasarkan data IFLS V Tahun 2014.
Desain Penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari IFLS V Tahun 2014. Analisis data yang digunakan adalah Regresi Logistik. Hasil analisis menunjukkan remaja dengan overweight berpeluang 1,530 kali (95% CI; 1,080-2,166) dibandingkan remaja tidak overweight setelah dikendalikan oleh jenis kelamin. Remaja terutama remaja laki-laki dapat meningkatkan aktivitas fisik (jalan cepat dan lari) untuk mencegah overweight dan hipertensi.

Adolescents hypertension is still become a problem for health, because it can increase the number of mortality and morbidity from cardiovascular disease in adulthood. Overweight has become one of the risk factors of it. There is increasing prevalence of overweight in adolescents of aged 16-18 in Indonesia. Based on Riskesdas, there is a growing of adolescents at the aged of 16-18 in Indonesia between 2007-2013, its around 5,7% and 6,7%. The aim of this study is to find out the relation of overweight and adolescents hypertension at the aged of 15-17 based on IFLS V data in 2014.
The design of this study is using cross sectional secondary data of IFLS V 2014 with logistic regression are used for data analysis. The analysis showed that adolescents with overweight had a POR 1,530 times (95% CI 1.880-2.166) compared to un-overweight (normal-weight) adolescents after being control by gender. The boys have advantage to increasing of physical activity (by running or brisk walking) to prevent from overweight and hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Crysti Mei Manik
"Prevalensi obes di dunia tinggi. Data 2016 menunjukkan bahwa prevalensi obes meningkat 3 kali lipat yakni lebih dari 650 juta orang. Pada populasi obes ditemukan banyak penderita DM dan hipertensi. Hal Ini kemungkinan menunjukkan bahwa ada hubungan antara DM dengan hipertensi pada populasi obesitas Penelitian ini bertujuan melihat apakah ada hubungan DM dengan hipertensi pada populasi obes di Indonesia dengan menggunakan data The Indonesian Family Life Survey kelima (IFLS-5) Tahun 2014. Desain penelitian cross sectional. Jumlah Sampel adalah 712 orang. Analisis data menggunakan cox regression. Kriteria inklusi adalah penduduk obes di Indonesia yang menjadi responden IFLS-5 tahun 2014 dan memiliki data tekanan darah diukur 3 kali serta memiliki data lengkap pada seluruh variable. Dari 712 orang obes, 12.1% menderita DM. Pada kelompok obes dengan DM terdapat 84.9% hipertensi. Pada kelompok obes tidak DM terdapat 61.7% hipertensi. Nilai Prevalensi Rasio (PR) 1.3 (95% CI; 1.007-1.684), artinya pada populasi obes dengan DM beresiko terjadi hipertensi sebesar 1.3 kali lipat jika dibandingkan dengan terjadinya hipertensi pada populasi obes tanpa DM setelah di kontrol oleh variabel umur dan jenis kelamin.

Obese prevalence in the world is high. 2016 data shows that the prevalence of obesity has increased 3-fold, which is more than 650 million people. In obese populations, there are many people with DM and hypertension. This might indicate that there is a relationship between DM and hypertension in obese populations. This study aims to look at the relationship between DM and hypertension in obesity populations in Indonesia by using the data of The Fifth Indonesian Family Life Survey (IFLS-5) in 2014. The design's study was cross sectional. The Total samples were 712 people. Data analysis used cox regression. The inclusion criteria were obese residents in Indonesia who were respondents in the 2014 IFLS-5 and had blood pressure data measured 3 times, meanwhile respondents who  have complete data on all variables. From 712 obese people, 12.1% had DM. In the obese group with DM, there were 84.9% who had hypertension. In the obese group who didn`t have DM there were 61.7% who had hypertension. Prevalence Ratio (PR) value were 1,3 (95% CI; 1,007-1,684), meaning that the obese population with DM is at risk for hypertension by 1,3 times if compared with the occurrence of hypertension in obese population without DM after being controlled by age and gender variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Ramadhani
"Skripsi ini membahas mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan hipertensi derajat 1 di Provinsi Jawa Barat berdasarkan analisis data Riskesdas 2018. Hipertensi derajat 1 menunjukkan tekanan sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99 mmHg. Sampel 38.371 anggota rumah tangga yang berusia 18 tahun ke atas yang masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan desain studi observasional dengan rancangan cross sectional. Data dianalisis menggunakan analisis chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi. Hipertensi derajat 1 di Jawa Barat sebesar 28,9%. Variabel variabel yang berhubungan dengan hipertensi derajat 1 yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, wilayah tempat tinggal, konsumsi alkohol, diabetes melitus, dan obesitas serta faktor yang paling dominan adalah diabetes melitus dengan p value 0,000 dan PR sebesar 1,396 (95% CI;1,295-1,505). Intervensi untuk menurunkan prevalensi hipertensi derajat 1 diantaranya dengan mengoptimalkan program deteksi dini Berat Badan (BB), Tekanan Darah (TD) dan Gula Darah (GD) melalui posbindu PTM untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM.

This study discussed factors related to hypertension stage 1 in West Java Province based on the analysis of Indonesia Basic Health Research 2018 (Riskesdas 2018)  data. The hypertension stage 1 indicates systolic pressure of 140-159 mmHg or diastolic 90-99 mmHg. The sample was taken from 38,371 household members 18 years and older who were included in the inclusion and exclusion criteria. This study used an observational study design with a cross-sectional design. Data were analyzed using chi-square analysis.
The results show that the prevalence of hypertension stage 1 in West Java is 28.9%. Variables related to hypertension stage 1 are age, sex, last education, occupation, residential area, alcohol consumption, diabetes mellitus, and obesity. The most dominant factor related to hypertension stage 1 is diabetes mellitus with p value=0,000 and PR=1,396 (95% CI; 1,295-1,505). Intervention programs to reduce the prevalence of hypertension stage 1 are optimizing early detection programs for Body Weight (BB), Blood Pressure (TD), and Blood Sugar (GD) through Posbindu PTM to increase community participation in the prevention and early detection of PTM risk factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artika Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PROLANIS dengan rujukan penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus Tipe 2 pada peserta BPJS Kesehatan Cabang Depok penyandang penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus Tipe 2, serta gambaran dari umur, jenis kelamin, ketersediaan sumber daya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana, ketersediaan peralatan medis dan obat - obatan, lingkup pelayanan, komitmen pelayanan dan hubungannya dengan PROLANIS. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross - sectional.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara keikutsertaan dalam PROLANIS dengan rujukan penyakit Hipertensi (p = 0,606), serta tidak ada hubungan antara keikutsertaan dalam PROLANIS dengan rujukan penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (p = 0,072). Dari hasil penelitian di peroleh bahwa hanya variabel ketersediaan peralatan medis dan obat ? obatan yang ada hubungan dengan rujukan penyakit Hipertensi (p = 0,030).

This study aims to determine the relationship between PROLANIS with reference Type 2 Diabetes Mellitus and Hypertension in Depok Branch Health BPJS participants with Hypertension disease and Type 2 Diabetes Mellitus, as well as an overview of the age, sex, availability of human resources, availability of infrastructure, availability medical equipment and drugs, scope of services, service commitments and it?s relationship with PROLANIS. This study uses a quantitative research study design cross - sectional.
The results showed that there was no relationship between participation in PROLANIS with reference Hypertension disease (p = 0,606), and there is no relationship between participation in PROLANIS with reference Type 2 Diabetes Mellitus (p = 0,072). From the results obtained that the only variable availability of medical equipment and drugs in connection with the reference Hypertension disease (p = 0,030)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Yohana
"ABSTRAK
Pendahuluan. Prevalensi diabetes global diprediksi akan meningkat sebesar dua kali lipat pada tahun 2030 dari 2,8% menjadi 4,4% (berkisar 366 juta) dengan angka komplikasi kaki diabetes berkisar 10%. Ulkus diabetes dan amputasi ekstremitas bawah merupakan komplikasi diabetes yang akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas Setelah lima tahun amputasi pertama, 28-51% pasien akan menjalani amputasi kedua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi dan profil pasien yang mengalami reamputasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2008-2012.
Metode. Disain studi ini adalah potong lintang dengan 80 subjek pasien kaki diabetes yang dirawat di RSCM tahun 2008 sampai 2012. Dilakukan pencatatan data yang didapat dari rekam medik berupa data demografis (jenis kelamin, rerata usia, pendidikan, pekerjaan, pembiayaan) dan klinis (rerata lama diabetes, hipertensi, merokok, neuropati, Peripheral Artery Disease (PAD), anemia, komorbid dan gagal ginjal kronik).
Hasil. Angka amputasi pada kaki diabetes dari tahun 2008-2012 sebanyak 128 subjek (20,3%) pasien dan dari 128 subjek terdapat 80 subjek yang statusnya lengkap dan yang menjalani reamputasi sebanyak 47 subjek (58,7%). Subjek yang menjalani reamputasi lebih sering pada perempuan sebanyak 25 orang (53,2%), dengan rerata usia 58,2 tahun, memiliki pendidikan SMA kebawah 97,8%, menggunakan biaya gakin (72,6%). Lama menderita DM rata-rata 7 tahun, kadar HbA1C ≥ 7% sebesar 46,8%, hipertensi pada 63,8% subyek, merokok sebanyak 14 orang (29,7%), neuropati sebanyak 41 orang (87,2%), PAD sebesar 27,6%,, anemia sebanyak 46 orang (97,8%), kadar albumin rerata 2,5 gr/dl dan terdapat 19 orang (40,45%) dengan eGFR<60 dan proteinuri sebanyak 19 orang (40,4%). Komorbid yang ada pada subjek yang menjalani reamputasi adalah pneumonia (34%), penyakit arteri koroner (21,2%), penyakit ginjal kronik (17%), stroke (10,6%), keganasan (8,6%) dan gagal jantung kongestif (8,6%)
Kesimpulan. Proporsi reamputasi pada kaki diabetes di RSCM tahun 2008 – 2012 sebesar 58,7%. Angka reamputasi pada kaki diabetes lebih tinggi pada perempuan, usia lebih lanjut, pendidikan SMA kebawah, menggunakan biaya umum dan gakin, kadar HbA1C ≥ 7%, hipertensi, neuropati, PAD, anemia, kadar albumin rendah, dengan eGFR<60 dan proteinuri dan komorbid yang lebih banyak

ABSTRACT
Introduction: Diabetic prevalence is arising to two fold in 2030 in the world and the prevalence of diabetic foot is 10%. Diabetic ulcer and the amputation of lower extremity are two complications of diabetes that increasing the morbidity and mortality of the patient. The purpose of this study was to know the proportion and profile of diabetic foot patient that performed reamputation at RSCM in 2008-2012.
Methods. A cross sectional study was conducted in 80 hospitalized patient with diabetic foot infection in Cipto Mangunkusumo Hospital (2008-2012). From medical record we made frequency table.
Result. Out of 628, 128 patient underwent amputation. Eighty subjects conduct this study. The prevalence of amputation was 20,3% and reamputation was 58,7 %. The subject that conducted reamputation more often in women (53,2%), 58 years old, low education, unemployment and with the assurance was Gakin. The duration of diabetes was 7 years, HbA1C≥ 7% was 46,8%; hypertensi was 63,8%, there was 14 sujects who smoked, neuropathy was 87,2%, PAD was 27,6%; anemia in 25 person, albumin was 2,4 gr.dl, 40,45% with eGFR<60, proteinuria in 19 person. The comorbidity were pneumonia (34%), CAD (21,2%), CKD (17%), CVD (10,6%), malignancy (8,6%), CHF (8,6%).
Conclusion. Prevalence of reamputation in diabetic foot was 58,7%. Reamputation is more frequent in women, elderly, low education, unemployment, with the assurance was Gakin, HbA1C≥ 7%, hypertensi, smoked, neuropathy, PAD, anemia, low albumin value, eGFR<60, proteinuria and more comorbidity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>