Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122416 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marcella Stefania Yunitasari
"Mendominasi pengguna aktif media sosial di dunia, dewasa muda memanfaatkan Instagram guna memenuhi kebutuhan untuk melakukan pengungkapan diri mengenai aspek kehidupan romantis dalam lingkup komunikasi masspersonal. Memiliki kontrol mutlak atas kehadiran digitalnya, dewasa muda dapat menyampaikan aspek kehidupan romantisnya melalui cara yang sesuai dengan kebutuhannya untuk membangun citra diri, salah satunya melalui konten Public Display of Affection (PDA) di Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman dewasa muda dalam memanfaatkan Instagram untuk mengunggah konten PDA serta makna dari pengalaman pengungkapan hubungan romantis dewasa muda melalui konten PDA di Instagram. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti mewawancarai empat perempuan usia dewasa muda yang sedang menjalani hubungan romantis dan kerap mengunggah konten PDA di Instagram. Penelitian ini menemukan bahwa dewasa muda memilih Instagram sebagai media untuk mengunggah konten PDA karena: (1) memenuhi kebutuhan untuk memperoleh eksistensi diri; (2) menawarkan cara berkomunikasi yang lebih mudah dan jelas; dan (3) menawarkan berbagai fitur penyuntingan. Adapun dewasa muda melakukan pengungkapan diri di Instagram mengenai hubungan pacarannya melalui konten PDA untuk: (1) menciptakan citra diri yang positif; (2) memperoleh validasi sosial; dan (3) menunjukkan status kepemilikan atas pacar di hadapan publik.

Dominating the world's active social media users, young adults utilize Instagram to fulfill the need to self-disclose aspects of their romantic life within the scope of masspersonal communication. Having absolute control over their digital presence, young adults can convey aspects of their romantic life in a way that suits their needs to build their self-image. Currently, they tend to announce it through Public Display of Affection (PDA) content on Instagram. This study aims to find out the experiences of young adults in utilizing Instagram to upload PDA content and the meaning of young adult’s experience of revealing romantic relationships through PDA content on Instagram. Using qualitative approach, the researcher interviewed four young adult women who are in a romantic relationship and often upload PDA content on Instagram. This study found that young adults choose Instagram as a medium to upload PDA content because: (1) it fulfills the need to gain self-existence; (2) it offers an easier and clearer way of communicating; and (3) it offers various editing features. The reasons why young adults self-disclose on Instagram about their dating relationships through PDA content are to: (1) create a positive self-image; (2) obtain social validation; and (3) to show possession over their romantic partner in public."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinand Andre Tatontos
"Fenomena menggunakan akun kedua merupakan upaya untuk memampukan individu mengungkapkan informasi pribadi yang lebih tersembunyi. Konteks ekologi media di Indonesia, terutama pada faktor budaya, membuat beberapa topik sensitif tidak bisa dibahas di media sosial. Sehingga, Akun alter menjadi salah satu bentuk akun kedua yang digunakan untuk berinteraksi dengan kelompok sosial tertentu. Dalam konteks komunitas furry, individu menciptakai identitas alternatif yang dikenal dengan istilah fursona. Identitas tersebut menjadi artefak pada akun media sosial yang ditujukan untuk berinteraksi pada anggota furry lainnya. Penelitian ini mencaritahu bagaimana proses pengungkapan diri pada subkultur furry yang menggunakan akun fursona di media sosial. Penelitian ini berfokus pada 5 tujuan pengungkapan diri: ekspresi diri, klarifikasi diri, validasi sosial, kontrol sosial, dan membangun relasi. Penulis mencari tahu motivasi atau tujuan self-disclosure menggunakan akun fursona. Setelah dikaitkan dengan tujuan pengungkapan diri, penulis menemukan bahwa tiap individu memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam membuat akun fursona. Tiap individu mencapai motivasi pengungkapan diri yang utama saat membuat akun fursona, serta mencapai tujuan pengungkapan diri lain seiring dengan penggunaan akun tersebut. Penulis menemukan beberapa fenomena lain. Pertama, fursona diciptakan sebagai cerminan diri penciptanya. Kedua, akun fursona memiliki manfaat sebagai ruang aman untuk berbagi konten yang sensitif. Ketiga, pemilik akun fursona mencapai kesehatan mental yang positif karena berinteraksi dengan komunitas yang menerima beragam topik, termasuk yang tabu.

The phenomenon of using a second account is an attempt to enable individuals to reveal more hidden personal information. The media ecology context of Indonesia, especially cultural factors, means that several sensitive topics cannot be discussed on social media. Thus, an alter account becomes a form of second account used to interact with certain social groups. In the context of the furry community, individuals create alternative identities known as fursona. This identity becomes an artifact on a social media account intended to interact with other furry members. This research seeks to understand the process of self-disclosure in the furry subculture who use fursona accounts on social media. This research focuses on 5 goals of self-disclosure: self-expression, self-clarification, social validation, social control, and building relationships. The author seeks to find out the motivation or purpose of self-disclosure using the fursona account. After linking it to the purpose of self-disclosure, the author found that each individual had different motivations in creating a fursona account. Each individual achieves their primary self-disclosure motivation when creating a fursona account, as well as achieving other self-disclosure goals as they use the account. The author discovered several other phenomena. First, the fursona was created as a reflection of its creator. Second, fursona accounts have the benefit of being a safe space for sharing sensitive content. Third, fursona account owners achieve positive mental health by interacting with a community that accepts a variety of topics, including taboo ones."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Nisrina Listiani
"ABSTRACT
Penggunaan situs jejaring sosial SJS kini semakin marak di dunia dan bahkan sudah menjadi bagian integral dari kehidupan kita. Instagram merupakan salah satu SJS yang paling banyak digunakan saat ini sehingga terbentuklah urgensi untuk meneliti mengenai Instagram. Penelitian terdahulu mengenai Instagram menghasilkan bahwa Instagram memberikan efek negatif terutama terhadap subjective well-being seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa Instagram tidak hanya memberikan dampak negatif bagi penggunanya melainkan juga dampak positif, tergantung pada cara penggunaannya. Penulis menguji sebuah model yang mencakup self-disclosure, social support, online social well-being, dan continuance intention pada Instagram, mereplikasi penelitian Huang 2016 yang dilakukan pada konteks Facebook. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 429 orang. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model yang diajukan berhasil teruji kualitasnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada Instagram, self-disclosure yang dilakukan oleh individu memberikan dampak positif terhadap online social well-being -nya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui social support, yang kemudian memberikan dampak positif pula terhadap continuance intention-nya untuk menggunakan SJS tersebut.
ABSTRACT
The usage of social network sites SNSs increased in the past few years and it is now an integral part of our lives. There is an urgency to do a research on Instagram, because it is one of the most used SNSs. Past researches on Instagram found that Instagram has a negative effect on an individual rsquo s subjective well being. The aim of this research is to prove that Instagram doesn rsquo t only affect its users negatively but also positively, depending on how it rsquo s being used. This research tested a model with self disclosure, social support, online social well being, and continuance intention as the variables on an Instagram context, replicating Huangs 2016 research on a Facebook context. There are 429 participants in this research. The result of this research is that the model is qualified and this indicates that on Instagram, an individuals self disclosure has a positive effect on their online social well being both directly and nondirectly through social support, where then the individuals online social well being will also have a positive effect on their continuance intention to use the SNS. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Mona Natasha
"Self-disclosure didefinisikan sebagai tindakan seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya kepada pihak lain. Dalam konteks media sosial, meskipun mampu memenuhi kebutuhan sosial dan emosional pengguna, perilaku self-disclosure juga disertai dengan risiko yang merugikan pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku self-disclosure pengguna media sosial di Indonesia dengan analisis komparatif berdasarkan kelompok usia. Model penelitian dibangun dengan mengadopsi teori privacy calculus dan Communication Privacy Management (CPM). Survei dilakukan terhadap 2.210 responden yang merupakan pengguna aktif media sosial di Indonesia. Data diolah dan dianalisis menggunakan metode Covariance-Based Structural Equation Modeling (CB-SEM) dengan program AMOS 24.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada data keseluruhan kelompok, faktor use of information, trust, privacy control, interactivity, perceived benefits, dan perceived risks memengaruhi perilaku self-disclosure pengguna. Selain itu, ditemukan juga bahwa faktor use of information dan personal innovativeness memengaruhi perceived benefits, sedangkan faktor trust, notices (privacy policy), dan privacy control memengaruhi perceived risks pada pengguna di media sosial. Penemuan dari penelitian ini dapat membantu penyedia layanan media sosial dalam mengevaluasi kredibilitas dan reliabilitas platform untuk mendorong retensi pengguna. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat membantu pengembang kebijakan di Indonesia dalam mengatur mekanisme kontrol terkait media sosial secara tepat untuk memastikan keamanan informasi yang disebarkan melalui media sosial.

Self-disclosure is the act of disclosing one's information about themselves to other parties or individuals. In the context of social media, besides being able to meet users' social and emotional needs, self-disclosure behavior is also accompanied by risks that can harm users. This study aims to determine the factors that influence self-disclosure behavior on social media users in Indonesia, with a comparative analysis based on age groups. Research model was built by adopting the privacy calculus and Communication Privacy Management (CPM) theory. Survey was conducted on 2,210 respondents who are active users of social media in Indonesia. Data were processed and analysed using Covariance-Based Structural Equation Modeling (CB-SEM) method with AMOS 24.0 program. The results of this study indicate that in the overall group data, the use of information, trust, privacy control, interactivity, perceived benefits, and perceived risks significantly affect users' self-disclosure behaviour. It was also found that the use of information and personal innovativeness affect perceived benefits, while trust, notices (privacy policy), and privacy control affect perceived risks on social media users. The findings from this study can help social media service proYiders to evaluate the platform's credibility and reliability, in order to encourage user retention. Results of this study also provide insights to Indonesia's policy makers in developing the appropriate control regarding social media, which ensures the safety of information shared on social media."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verina Erlanti
"[ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah fenomena penularan HIV melalui penggunaan alat suntik yang tidak steril dari Pengguna Narkoba Suntik (Penasun). Perilaku menyuntik penasun secara bergantian membuat tingginya angka penularan HIV di kalangan penasun untuk itu dibutuhkan peranan petugas outreach dalam menjalankan pemasaran sosialLayanan Alat Suntik Steril (LASS). Tujuan penelitian ini mendapatkan gambaran mengenai self-disclosure pada komunikasi interpersonal dalam menerapkan pemasaran sosialyang dilakukan oleh petugas outreach untuk merubah perilaku penasun agar menggunakan alat suntik steril. Metode penelitian kualitatif deskriptif. Disimpulkan penelitian ini menunjukkan ketidakberhasilan pemasaran sosial karena petugas outreach yang tidak mampu membuat penasun melakukan self-disclosure, banyak penasun yang belum membuka dirinya.

ABSTRACT
Background of this research was the phenomenon of HIV transmission through the use of unsterile needle syringe behaviour among Injecting Drug Users IDUs IDUs habbit to used unsterille needle syringe increased HIV transmission among them it make the role of outreach officer in running sosial marketing sterile needle syringe programme became important The purpose of this research was to get the description about self disclosure for social marketing which done by the outreach officer to change their behaviour use sterile needle syringe The methode was using descriptive qualitative The conclusion showed that the social marketing had not been success yet because outreach officer had not been able yet to make IDUs doing self disclosure so most IDUs had not been willing to open themselves to their outreach officer ;Background of this research was the phenomenon of HIV transmission through the use of unsterile needle syringe behaviour among Injecting Drug Users IDUs IDUs habbit to used unsterille needle syringe increased HIV transmission among them it make the role of outreach officer in running sosial marketing sterile needle syringe programme became important The purpose of this research was to get the description about self disclosure for social marketing which done by the outreach officer to change their behaviour use sterile needle syringe The methode was using descriptive qualitative The conclusion showed that the social marketing had not been success yet because outreach officer had not been able yet to make IDUs doing self disclosure so most IDUs had not been willing to open themselves to their outreach officer ;Background of this research was the phenomenon of HIV transmission through the use of unsterile needle syringe behaviour among Injecting Drug Users IDUs IDUs habbit to used unsterille needle syringe increased HIV transmission among them it make the role of outreach officer in running sosial marketing sterile needle syringe programme became important The purpose of this research was to get the description about self disclosure for social marketing which done by the outreach officer to change their behaviour use sterile needle syringe The methode was using descriptive qualitative The conclusion showed that the social marketing had not been success yet because outreach officer had not been able yet to make IDUs doing self disclosure so most IDUs had not been willing to open themselves to their outreach officer ;Background of this research was the phenomenon of HIV transmission through the use of unsterile needle syringe behaviour among Injecting Drug Users IDUs IDUs habbit to used unsterille needle syringe increased HIV transmission among them it make the role of outreach officer in running sosial marketing sterile needle syringe programme became important The purpose of this research was to get the description about self disclosure for social marketing which done by the outreach officer to change their behaviour use sterile needle syringe The methode was using descriptive qualitative The conclusion showed that the social marketing had not been success yet because outreach officer had not been able yet to make IDUs doing self disclosure so most IDUs had not been willing to open themselves to their outreach officer , Background of this research was the phenomenon of HIV transmission through the use of unsterile needle syringe behaviour among Injecting Drug Users IDUs IDUs habbit to used unsterille needle syringe increased HIV transmission among them it make the role of outreach officer in running sosial marketing sterile needle syringe programme became important The purpose of this research was to get the description about self disclosure for social marketing which done by the outreach officer to change their behaviour use sterile needle syringe The methode was using descriptive qualitative The conclusion showed that the social marketing had not been success yet because outreach officer had not been able yet to make IDUs doing self disclosure so most IDUs had not been willing to open themselves to their outreach officer ]"
2016
T45231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Hanif Maulida
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran disclosure sebagai mediator dalam hubungan antara status hubungan dan subjective well-being, dengan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan yang mengikuti penelitian ini terdiri dari 314 individu yang berusia 18- 25 tahun, menggunakan aplikasi kencan daring dalam enam bulan terakhir, atau bertemu dengan teman atau pasangan melalui aplikasi kencan daring atau jaringan sosial, dengan partisipan perempuan berjumlah 189 (60,2%). Pengukurun self-disclosure dilakukan dengan menggunakan Self-Disclosure Index (SDI), sementara subjective well-being diukur berdasarkan skor. The Satisfaction With Life Scale Positive and Negative Affect Schedule(PANAS) yang dijumlahkan menjadi satu skor subjective well-being yang sudah terstandarisasi. Hasil analisis dengan teknik regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat peran mediasi self-disclosure dalam hubungan antara status hubungan dan subjective well-being. Perbedaan tingkat subjective well-being yang ditemukan antara kelompok status lajang dan berkencan signifikan dimediasi dengan self-disclosure indirect effect  = [0,914, - 5,005]). Perbedaan tingkat subjective well-being yang ditemukan antara kelompok status lajang dan berpasangan juga signifikan demediasi dengan  self- disclosure  CI = [1,833, - 8,056]).

ABSTRACT
This study aims to determine the role of self-disclosure as a mediator in the relationship between relationship status and subjective well-being, using quantitative methods. Participants who participated in the study consisted of 314 individuals aged 18-25 years, has used an online dating application in the last six months or had met a friend or partner through an online dating or social networking application, with a total of 189 (60.2%) female participants. Self-disclosure was measured by using the Self-Disclosure Index (SDI), while subjective well-being was measured based on the scores of The Satisfaction With Life Scale (SWLS) and Positive and Negative Affect Schedule (PANAS), which were then summed up to create standardized subjective well-being scores (t-score). Results using linear multiple regression statistical analysis indicated that there is a mediating role of self-disclosure in the relationship between relationship status and subjective well-being. Differences in the levels of subjective well-being found between single and mingle individuals were significantly mediated by self- disclosure (indirect effect = 2.68, SE = 1.041, CI = [0.914, - 5.005]). Differences in the levels of subjective well-being found between single and partnered individuals were also significantly mediated by self-disclosure (indirect effect = 4.75, SE = 1.598, CI = [1,833, - 8,056])."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Derira Tarisa
"Penelitian ini menganalisis pengaruh antar konsep Motivasi, Self disclosure (pengungkapan diri) dan Psychological Well Being (kesejahteraan psikologis) pada wanita dewasa muda di ibu kota melalui platform media sosial Instagram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan motivasi pengguna Instagram untuk melakukan Self disclosure, selanjutnya penelitian ini juga dilakukan untuk melihat pengaruh Self disclosure terhadap Psychological Well Being. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode explanatory, menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 200 responden wanita dewasa muda di Ibu Kota Jakarta. Pengolah data menggunakan SEM PLS. Studi ini memberikan pemahaman yang lebih spesifik tentang pengaruh motivasi seseorang melakukan pengungkapan diri dan dampaknya terhadap kesejahteraan psikologis. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat motivasi untuk melakukan keterbukaan diri memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang positif. Dengan kata lain, individu yang memiliki motivasi kuat untuk berbagi tentang diri mereka sendiri dan secara aktif mengekspresikan diri mereka cenderung mengalami kesejahteraan psikologis yang positif.

This research analyzes the influence of Motivation, Self disclosure, and Psychological Well-Being on young adult women in the capital city through the social media platform Instagram. The purpose of this research is to find out the Motivation of Instagram users to do self disclosure. Furthermore, this research was also conducted to see the effect of self disclosure on psychological well-being. This study adopts a descriptive quantitative research design with an explanatory approach, utilizing a questionnaire administered to 200 young adult female respondents in the capital city. Using PLS SEM as a data processing tool. This research delves deeper into the topic of self disclosure specifically focusing on young adult women residing in the capital city. The study provides a more specific understanding of the relationship between Motivation for self disclosure and its impact on psychological well-being. The findings of this research indicate that individuals with high levels of Motivation for self disclosure and high levels of openness tend to have positive levels of psychological well-being. In other words, individuals who have a strong Motivation to share about themselves and actively express themselves to a high degree tend to experience positive psychological well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Fitri Nugraheni
"[ABSTRAK
Hubungan antara self-disclosure di Facebook dengan kepribadian narcissistic sudah pernah diteliti, namun belum ada penelitian mengenai hubungan antara self-disclosure berdasarkan topik dengan kepribadian narcissistic. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara self-disclosure dalam topik beliefs, relationships, personal matters, interests, dan intimate feelings dengan kecenderungan kepribadian narcissistic. Penelitian dilakukan terhadap 126 partisipan berusia 18-22 tahun yang menggunakan Facebook. Alat ukur yang digunakan adalah Self-Disclosure Scale (SDS) dan Narcissistic Personality Inventory 16 item (NPI-16). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara tiap topik self-disclosure dengan kepribadian narcissistic.

ABSTRACT
The relationship between self-disclosure on Facebook with narcissistic personality has already empirically supported. However, there’s no research about the relationship between topic-based self-disclosure with narcissistic personality yet. This present research purpose was to find whether each self-disclosure topic (beliefs, relationships, personal matters, interests, and intimate feelings) correlated with narcissistic personality. Participants were 126 late adolescents ages 18-22 using Facebook. The instruments used were Self-disclosure Scale (SDS) and Narcissistic Personality Inventory 16 items (NPI-16). Result showed that there was relationship between each self-disclosure topic with narcissistic personality., The relationship between self-disclosure on Facebook with narcissistic personality has already empirically supported. However, there’s no research about the relationship between topic-based self-disclosure with narcissistic personality yet. This present research purpose was to find whether each self-disclosure topic (beliefs, relationships, personal matters, interests, and intimate feelings) correlated with narcissistic personality. Participants were 126 late adolescents ages 18-22 using Facebook. The instruments used were Self-disclosure Scale (SDS) and Narcissistic Personality Inventory 16 items (NPI-16). Result showed that there was relationship between each self-disclosure topic with narcissistic personality.
]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Agung Esfandari
"Penelitian ini dilakukan terhadap tenaga didik dan guru pembimbing yang tepat bagi peserta didik, khususnya yang memiliki single parent. Menurut Amato (1999) peserta didik yang memiliki single parent (karena perceraian, perpisahan atau salah satu diantara orang tua kandungnya yang telah meninggal dunia) lebih banyak mengalami masalah dalam berperilaku, lebih rendah nilai akademisnya, sering kesulitan dalam bersosialisasi dan memiliki self-concept yang buruk dibanding peserta didik yang memiliki non-single parent.
Oleh sebab itu, untuk dapat membantu peserta didik yang single parent dalam menghadapi berbagai permasalahnnya dan menjalin hubungan ataupun komunikasi yang baik dengan mereka dibutuhkan tenaga didik dan guru pembimbing yang tepat. Dalam pencarian tersebut, peneliti akan membahas kemampuan self-disclosure (pengungkapan diri) seluruh peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Madania dan guru pembimbing mereka sehingga pada akhirnya dapat diketahui tipe tenaga didik dengan kategori mana yang paling tepat dan disukai oleh mereka. Apakah tenaga didik itu berjenis kelamin laki-laki atau perempuan? Apakah berusia tua atau muda? SMP Madania dipilih sebagai objek studi karena sekolah ini sangat menekankan pentingnya hubungan personal guru dan peserta didik bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Iklim komunikasi antar guru dan peserta didik selalu ditenkankan menyenangkan, supportive dan aman sehingga memberikan kenyamanan pada seluruh anak didiknya terutama pada mereka yang bermasalah dan berasal dari keluarga single parent.
Metode yang digunakan untuk meneliti kemampuan self-disclosure peserta didik terhadap kategori tenaga didik dan guru pembimbing adalah Analysis of Varians (ANOVA) sebab metode tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan antara beberapa variabel yang diukur dengan satu atau lebih faktor tertentu. Pada penelitian ini ada empat buah variabel yang diukur berdasarkan faktor peserta didik. Selain ANOVA, akan digunakan pula uji lanjutan yang dapat mengukur taraf perbedaan antara keempat variabel yaitu uji Duncan. Dengan begitu, kita dapat mengetahui kategori tenaga didik dan guru pembimbing mana yang paling disukai peserta didik.
Secara keseluruhan, peserta didik SMP Madania yang mempunyai single parent menyukai tenaga didik dan guru pembimbing yang usianya antara 20-30 tahun. Hal itu disebabkan adanya kepercayaan bahwa tenaga didik dan guru pembimbing yang usianya "masih muda" dapat memahami permasalahan mereka dengan lebih baik. Selain itu, perbedaan jenis kelamin tenaga didik dan guru pembimbing tidaklah terlalu dipermasalahkan oleh peserta didik karena mereka dianggap memiliki potensi yang sama.
Hasil penelitian ini memberikan kontribusi teoritis pada perkembangan teoriteori self-disclosure sebelumnya yang menegaskan bahwa individu sangat selektif dalam memilih orang dimana ia dapat mengungkapkan diri (Pearce dan Sharp, 1973), juga self-disclosure lebih banyak ditemukan pada hubungan dyadic dari dua orang yang mempunyai umur dan jenis kelamin yang sama. Untuk peserta didik SMP Madania yang memiliki iklim komunikasi kondusif maka hanya perbedaan umur saja yang berpengaruh. Sedangkan perbedaan jenis kelamin dan selektifitas tidak berperan.

This research focuses toward teachers and school counselors in dealing with students, especially the single parent students. According to Amato (1999) single parent students (whether due to parental divorce, break up, or one of them already passed away) exhibit greater behavioral problems, lower academic achievements, additional social difficulties, and poorer self-concepts than non-single parent students.
Henceforth, to help the single parent students in coping with their problems and in establishing healthy relationships with them, schools need the right teachers and school counselors. By studying junior high school students' competency of self-disclosure toward teachers in Madania, the result will reveal the characteristics of teachers that students prefer the most. Will it be a male or a female teacher? Will he or she be young or old?
Madania Junior High School has been chosen as a field of research because it emphasizes the importance of building healthy relationships between teachers and students more than any other schools. In other words, Madania tries its best to create a supportive, warm, and happy climate so that every students can feel comfortable, especially those who have problems and come from single parent families.
This research uses Analysis of Variance (ANOVA) method because it is usually used to see the variance between several variables through more than one factor. In this case, there are four variables (the categories for teachers and advisors) and one factor (the students). In addition to ANOVA, this research also uses another test called the Duncan test. By applying the Duncan test, we are able to see which of the teachers and advisors that the students prefer the most.
Overall, the result shows that students with single parents prefer teachers that are between 20 - 30 years old. The reason is because they believe "young" teachers understand their problems better. Moreover, students with single parents do not make an issue of the teachers' gender because they believe both male and female teachers have the same ability.
This research's result gives a theoretical contribution toward previous self-disclosure theories, which explain that people are very selective in choosing the person they want to self-disclose to (Pearce and Sharp, 1973:147). In addition, the result also reveals that self-disclosure is found in a dyadic relationship between two people who are of the same age and gender. In reference to Madania Junior High School, which provides a supportive atmosphere, only teachers' age becomes a significant variable while gender does not.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Pradata I.K.
"Ketertarikan terhadap lawan jenis, yang dialaiai oleh hampir semua orang, dapat berlanjut dalam hubungan berpacaran. Berpacaran dapat merupakan suatu proses untuk memilih pasangan hidup. Dengan demikian individu berupaya untuk mengenal pasangannya secara mendalam. Untuk itu mereka perlu saling mengungkapkan diri. Pengungkapan diri (seljfdisclosure) merupakan tindakan individu untuk menceritakan berbagai informasi tentang dirinya (baik pikiran, perasaan, pengalaman) kepada orang lain. Pengungkapan diri tidak mudah dilakukan karena memiliki dua sisi, di satu sisi pengungkapan diri memiliki manfaat besar dalam mengembangkan suatu hubungan, tetapi di sisi lain juga memiliki risiko yang dapat mengancam kelangsungan hubungan, misalnya penolakan, munculnya perasaan terluka.
Penelitian ini bermaksud mengetahui gambaran pengungkapan diri pada masa sebelum berpacaran dan pada masa selama berpacaran. Selain itu ingin diketahui pula peranan pengungkapan diri dalam perkembangan hubungan berpacaran. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan ini yang ingin dicapai adalah memahami penghayatan subyektif individu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Penelitian ini melibatkan 6 subyek, terdiri dari 3 pria dan 3 wanita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seperti yang dikemukakan secara teoretis, pengungkapan diri dapat menunjang tercapainya keintiman, tetapi juga mengandung risiko. Sekalipun pembicaraan berkembang ke arah yang lebih pribadi pada masa berpacaran, ada topik-topik yang dihindari atau ditunda untuk dibicarakan. Hal ini terjadi karena dalam perjalanan hubungan timbul konflik-konflik yang disebabkan oleh pengungkapan diri. Konflik menjadi akibat negatif dari pengungkapan diri yang dialami oleh semua subyek. Hal serupa tidak tampak pada masa sebelum berpacaran. Oleh sebab itu pertimbangan-pertimbangan subyek dalam mengungkapkan diri tainpak lebih kompleks pada masa selama berpacaran.
Peranan pengungkapan diri berbeda-beda untuk masingmasing subyek. Pada empat subyek, pengungkapan diri tampak lebih besar peranannya dalam mengembangkan dan menjaga kelangsungan hubungan. Sementara pada dua subyek, banyak konflik yang timbul berkaitan dengan pengungkapan diri yang akhirnya mengancam kelangsungan hubungan mereka. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengungkapan diri timbal balik dan adanya reaksi-reaksi negatif terhadap pengungkapan diri berperan bagi terancamnya kelangsungan hubungan berpacaran.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggali lebih dalam faktor-faktor kepribadian dan budaya. Selain itu perlu dilibatkan subyek dengan latar belakang yang beragam atau yang memiliki pengalaman masa lalu kurang menguntungkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>