Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106014 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulya Farah Fauzan
"Karya tulis ini akan membahas dinamika pemaknaan dari pemberian donasi di antara penggemar Virtual Youtuber di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan pengalaman yang diusung oleh Turner (1986) dan metode nethnography yang diusung oleh Kozinets (2015), penelitian dilakukan dengan menganalisis hasil wawancara mendalam kepada penggemar dan donatur, observasi partisipan, dan arsip-arsip rekaman siaran langsung. Penelitian ini bermaksud untuk menggali bagaimana pengalaman-pengalaman penggemar VTuber, baik secara personal maupun kolektif, dapat membantu tiap individunya memahami apa itu donasi VTuber, batasan-batasan dalam berdonasi, dan bentuk-bentuk ekspresi yang timbul dari pemaknaan yang mereka miliki. Ekspresi yang beragam atas pemberian donasi menujukkan bahwa pengalaman yang dimiliki baik oleh penggemar dan donatur membangun gambaran yang beragam atas pemberian donasi. Temuan menunjukkan bahwa donasi sebagai yang bersifat moneter dapat dimaknai sebagai sarana untuk berkomunikasi, membangun relasi dan keintiman, cara untuk mengekspresikan apresiasi dari penggemar kepada VTuber idolanya. Hal tersebut terkait dengan batasan-batasan yang diekspresikan melalui interaksi antara penggemar dengan penggemar, penggemar dengan donatur, dan penggemar dengan idola.

This paper will discuss the dynamics of the meaning regarding donation among Virtual Youtuber fans in Indonesia. Using Turner's (1986) anthropology of experience approach and Kozinets' (2015) nethnography method, the research is conducted by analyzing the results of in-depth interviews with fans and donors, participant observation, and archives of live broadcast recordings. This study aims to explore how the experiences of VTuber fans, both in personal and collective levels, help individuals understand what donating in VTuber scene means, the limitations of donating, and the forms of expression that arise from their meanings. The diverse expressions of donation indicate that the experiences of both fans and donors build a diverse imagery regarding donation. The findings show that donations, as monetary gift in nature, can be interpreted as a means to communicate, build relationships and intimacy, and a way to express appreciation from fans to their idol VTuber. It is related to the boundaries expressed through interactions between fans and fans, fans and donors, and fans and idols"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Amalia
"Penelitian ini membahas bagaimana pengaruh yang diberikan virtual Youtuber Jepang kepada virtual Youtuber di Indonesia. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis, dan konsep Soft Power milik Nye dan teori Soft Power Currencies oleh Vuving. Setelah virtual Youtuber Kizuna AI mencetuskan istilah “Virtual Youtuber”, keberadaan virtual Youtuber semakin mendapatkan perhatian dan diminati oleh banyak orang. Hal ini membuat Pemerintah Jepang memanfaatkan virtual Youtuber Jepang sebagai salah satu sumber soft power mereka. Tiga Soft Power Currencies digunakan untuk mengukur bagaimana virtual Youtuber Jepang dapat berkerja sebagai soft power Jepang terhadap virtual Youtuber Indonesia. Pertama, benignity, munculnya rasa suka dari kelompok creator virtual Youtuber Indonesia terhadap virtual Youtuber Jepang, serta rasa terima kasih kepada virtual Youtuber Jepang yang memberikan kesempatan kepada beberapa virtual Youtuber Indonesia untuk mengikuti acara virtual Youtuber yang ada. Kedua, brilliance, banyak kelompok creator virtual Youtuber di Indonesia yang mulai membuat virtual Youtuber karena tertarik dan terinspirasi dengan virtual Youtuber Jepang. Ketiga, beauty, karena memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghibur para penontonnya, membuat virtual Youtuber Indonesia mencontoh cara-cara yang telah dilakukan oleh virtual Youtuber Jepan.

This study discusses the influence of Japanese virtual Youtubers virtual towards Indonesian virtual Youtubers. The author of the study employs descriptive analytical methods, Nye’s Soft Power concept and Vuving’s Soft Power Currencies theory. After virtual Youtuber Kizuna AI coined the term "Virtual Youtuber," the existence of virtual Youtuber gained significant recognition and attention among many people. This makes the Japanese Government utilizes Japanese virtual Youtubers as one of their soft power resources. Three Soft Power Currencies were used to measure how Japanese virtual Youtubers works as one among Japanese soft powers on Indonesian virtual Youtubers. Firstly, Benignity, the emergence of the positive attitudes within Indonesian virtual Youtuber creator community towards Japanese virtual Youtubers, as well as the gratitude to the Japanese virtual Youtubers for giving opportunities to several Indonesian virtual Youtubers to take part in the existing virtual Youtuber event(s). Secondly, Brilliance, the appearance of Indonesian virtual Youtuber creators who started producing virtual Youtuber contents due to their interests to and inspirations from the Japanese virtual Youtubers. Thirdly, Beauty, the existence of similar objectives of both Japanese and Indonesian virtual Youtubers which is to entertain their respective audience, causing Indonesian virtual Youtubers to imitate the methods conducted by Japanese virtual Youtubers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nursyamsi Abdul Hamid
"Penyebaran wabah Covid-19 yang sangat masif mengharuskan pemerintah memberikan kebijakan untuk melakukan pembatasan aktivitas masyarakat demi menekan penyebaran Covid-19. Namun terdapat efek samping yang ditimbulkanyaiu, sejumlah industr, khususnya sektor informal, menjadi terhambat sehingga menurunkan kemampuan finansial masyarakat. Dengan begitu banyak masyarakat kelas menengah ke bawah yang membutuhkan bantuan logistik maupun finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain bantuan sosial dari pemerintah, masyarakat, khususnya yang lebih mampu dapat berkontribusi dalam pemberian donasi untuk membantu masyarakat menengah ke bawah dalam memenuhi kebutuhan dasarnya di tengah pandemi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perilaku donasi masyarakat pada masa pandemi Covid-19 beserta faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan faktor demografis dan sosial-ekonomi dalam memengaruhi keputusan untuk meningkatkan donasi, serta pendekatan theory of planned behavior dalam memengaruhi niat berdonasi pada masa pandemi Covid-19. Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner dengan 444 responden yang pernah berdonasi pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menemukan bahwa masyarakat menjadi lebih dermawan pada masa pandemi dengan meningkatkan jumlah maupun proporsi donasi mereka yang dipengaruhi secara positif oleh jumlah pendapatan dan status pernikahan, sedangkan jumlah tanggungan memengaruhi secara negatif. Dalam pendekatan theory of planned behavior, ditemukan bahwa sikap, persepsi kontrol perilaku, norma moral, dan perliaku masa lalu memengaruhi niat berdonasi pada masa pandemi.

The massive spread of the Covid-19 outbreak required the government to provide policies for restricting community activity to suppress Covid-19 deployments. However, there are side effects that some industries, especially the informal sector, are hindered, thereby lowering the financial ability of the community. With so many lower middle class people who need logistics and financial assistance to meet their daily needs. In addition to the social assistance of Governments, communities, especially those who are better able to contribute to the donation to help the middle-down community in fulfilling their basic needs in the middle of the pandemic. This study was conducted to see the behavior of public donations during the Covid-19 pandemic and the factors that affect it. The study used quantitative research methods with a demographic and socio-economic factors approach in influencing the decision to raise donations, as well as a theory of planned behavior approach in influencing the intent to donate during the Covid-19 pandemic. The data used was the primary data obtained through the dissemination of the questionnaire with 444 respondents who had donated during the Covid-19 pandemic. The study found that society became more philanthropic in the period of pandemic by increasing the amount and proportion of their donations positively influenced by the amount of income and marital status, while the number of dependents negatively affected. In the theory of planned behavior approach, it was discovered that attitudes, perceptions of behavioral control, moral norms, and past growth have influenced the intention of donating during a pandemic.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Putri Istiqomah
"ABSTRAK
Religiusitas diartikan sebagai kewajiban yang mengikat. Memberikan sejumlah harta kepada orang lain berdonasi merupakan salah satu sikap altruis yang dianjurkan oleh setiap agama manapun sehingga setiap penganut agama dianjurkan untuk melaksanakan apa yang telah diperintahkan Tuhan melalui kitab suci pada tiap-tiap agama. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh religiusitas terhadap perilaku donasi. Metode yang digunakan penulis adalah experimental dengan modifikasi dictictator game. Dimensi religiusitas yang dipakai antara lain Organizational Religious Activity ORA , Non Organizational Religious Activity NORA , dan Intrinsic Religiousity IR . Hasil menunjukkan bahwa semua dimensi religiusitas secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap perilaku donasi. Selain itu, penganut Islam, Kristen, Katholik, Budha memiliki kecenderungan untuk berdonasi di lembaga filantropi yang sesuai dengan agama mereka, penganut Hindu memiliki kecenderungan yang sama antara lembaga filantropi religius dan sosial sedangkan penganut Atheis dan Agnostik cenderung untuk mendonasikan uangnya di lembaga filantropi yang tidak terafiliasi dengan agama manapun

ABSTRACT
Religiosity is define as binding obligations. Giving is one of the altruistic attitudes advocated by almost all religion, so religious believers are recommended to do what God has told through the scriptures in each religion. This research aims to investigate the influence of religiosity on donation behaviour. The methodoly used by the author is experimental method, by modifying dictator game exeperiment. The dimensions of religiosity used are Organizational Religious Activity ORA , Non Organizational Religious Activity NORA , and Intrinsic Religiosity IR . The results show that all dimensions of religiosity have a significant positive effect on giving behavior. In addition, adherents of Islam, Christianity, Catholicism, Buddhism have a tendency to engage in religious philanthropic institutions, Hindus have the same tendency between religious and social philanthropy institutions while Atheists and Agnostics have a tendency to split their money in non religious philanthropic institutions
"
2017
S69245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Dhinda Andini
"ABSTRAK
Jejaring sosial instagram memiliki kebebasan dan keleluasaan untuk menunjukkan dan menggunakan identitas yang berbeda dengan yang sebenarnya ada pada diri penggunanya. Pembentukan identitas baru dilakukan oleh generasi milenial secara online di jejaring sosial instagram dengan memanfaatkan tren kamera analog. Pada generasi milenial penggunaan pada kamera analog bukan hanya untuk menyalurkan hobi dan minat saja, tetapi ada orientasi lain yang ada di dalamnya. Selain menjadi tempat untuk menunjukkan identitas baru, instagram juga berperan sebagai mediator untuk individu melakukan praktik mimetic terhadap idolanya. Ternyata praktik

ABSTRACT
Instagram social network allows its users to have freedom and latitude to use identities that are different from what they actually have. The formation of new identities is done online by millennials generation on instagram, by utilizing the trend of analog cameras. The use of analog cameras among millenials generation is not only for the sake of hobbies or interests, theres a real orientation behind that. Other than to be a platform to show new identity, instagram also takes mediating role for individuals to do mimetic practice toward their idols. It is found that is mimetic practice that helps individuals to be able to form new identity as an analog photographer in instagram. The forming of online identity turns out to be helpful for individuals to get out of their inconvinience with themselves. Having new identity as an analog photographer in online world is thought to be useful in pursuing their goals, acquire recognition/acknowledgement, and as a mean to be seen as unique individual."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utaminingsih
"ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang identitas diri yang berusaha dibentuk dan ditampilkan melalui unggahan foto perjalanan wisata terlebih lagi setelah media sosial berkembang pesat di Indonesia. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian sebelumnya yang membahas tentang unggahan foto di media sosial. Penelitian sebelumnya membahas bagaimana makna dari foto yang diunggah baik untuk merepresentasikan diri dan juga konstruksi identitas didalam media sosial. Penelitian sebelumnya tidak menggunakan foto sebagai intrumen utama namun masih didukung hal-hal lainnya seperti unggahan status di media sosial. Oleh karena itu didalam artikel ini akan berfokus pada foto sebagai instrumen penting untuk membangaun identitas diri didalam masyarakat digital. Penulis berargumen unggahan foto berwisata memiliki makna tersendiri bagi masyarakat digital untuk itu adanya identitas yang dibangun dari unggahan foto di media sosial berkaitan dengan adanya identitas yang ingin ditunjukkan seseorang didalam media sosial. Artikel ini akan membahas mengenai makna foto perjalanan yang diunggah ke media sosial Instagram. Artikel ini menggunakan metode kualitatif, data dikumpulkan dengan wawancara mendalam pada individu dengan rentang usia 19-34 tahun yang melakukan perjalanan wisata dalam satu tahun terakhir dan mengunggah hasil foto kedalam media sosial khususnya Instagram.

ABSTRACT
This article discusses the self identity trying to be formed and displayed through uploaded photos of travel tours even more so after the rapidly growing social media in Indonesia. This article is written based on previous research that discusses photo uploads on social media. Previous research discussed how the meaning of the uploaded images both to represent themselves as well as the construction of identity in social media. Previous research did not use photos as the main instrument but still supported other things like status uploads on social media. Therefore in this article will focus on the image as an important instrument to build identity within the digital community. The authors argue that travel photo uploads have their own meaning for the digital community for that identity built from photo uploads in social media related to the identity that someone wants to show in social media. This article will discuss the meaning of travel photos uploaded to Instagram as social media. This article uses qualitative methods, data collected by in-depth interviews on individuals with age range 19-34 years who traveled in the last year and uploaded photos into social media, especially Instagram. "
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chandatama Olivia Pramesti
"Keberadaan teknologi digital mempermudah manusia dalam melakukan berbagai aktivitas, salah satunya adalah melakukan donasi secara online. Indonesia sebagai negara yang memiliki asas gotong-royong membuat masyarakatnya terbiasa untuk saling membantu dengan memberikan donasi. Beberapa proyek penggalangan dana yang dilakukan secara online memiliki kesulitan untuk mencapai target dana yang dibutuhkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi intensi masyarakat yang sebelumnya melakukan donasi secara konvensional menjadi online. Theory of Planned Behaviour digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ketertarikan dan keputusan masyarakat untuk melakukan donasi secara online. Faktor tersebut adalah perceived behavioural control, descriptive norms, injunctive norms, moral norms, past behaviour, attitude, dan behavioural intention. Berdasarkan data penelitian yang didapatkan dari 336 responden di Indonesia dan dilakukan pengolahan data dengan Structural Equation Modeling ditemukan bahwa beberapa faktor dalam Theory of Planned Behaviour memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi dan keputusan individu dalam melakukan donasi secara online, yaitu injunctive norms, moral norms, past behaviour, attitude, dan behavioural intention. Sedangkan faktor perceived behavioural control dan descriptive norms ditemukan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi dan keputusan melakukan donasi secara online. Faktor yang memiliki pengaruh signifikan tersebut kemudian digunakan untuk merancang rekomendasi strategi dalam meningkatkan intensi dan keputusan masyarakat dalam melakukan donasi secara online.

The existence of digital technology makes it easier for humans to do various activities, including making donations online. Indonesia as a country that has the principle of mutual assistance makes people accustomed to help each other by making donations. Some fundraising projects are carried out online and have difficulty achieving the required funding targets. Several factors influence the intentions of people who previously contributed to donate money conventionally to do it online. Theory of Planned Behavior (TPB) is used in this study to find out the factors that influence people's interest and decision to make donations online. These factors are perceived behavioral control, descriptive norms, injunctive norms, moral norms, past behavior, attitude, and behavioral intention. Based on research data obtained from 336 respondents in Indonesia and data processing using Structural Equation Modeling found several factors in TPB have significant influence on individual intentions and decisions in making donations online, namely injunctive norms, moral norms, past behavior, attitude, and behavioral intention. Perceived behavioral control and descriptive norms factors were found to have no significant influence on intention and decision to make donations online. The factors that have significant influence are used to design strategy recommendations in increasing intentions and decisions in making donations online.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidh Mahasin Erianddi Usman
"Perkembangan teknologi financial technology berkembang dengan pesat dan telah banyak produk turunan dari financial technology tersebut. Salah satu produk turunan baru dari financial technology adalah donasi online dimana masyarakat dapat melakukan aktivitas filantropi ditangan mereka sendiri. Sistem ini tergolong baru dan belum dikenal luas oleh masyarakat. Technology Acceptance Model yang dicetuskan oleh Davis pada tahun 1989 digunakan sebagai model untuk mengukur tingkat penerimaan masyarakat atas teknologi/sistem baru. Dikarenakan jasa penerimaan pemberian donasi secara online adalah produk turunan dari fintech, maka banyak produk lain yang menggunakan fintech dari satu perusahaan. Oleh sebab itu unsur kepercayaan dimasukan untuk menambah daya penjelasan dari TAM. Penelitian ini melibatkan 154 responden yang mengisi kuesioner melalui google forms dan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Hasil pengolahan data menunjukan bahwa benar adanya pengaruh dari persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use), persepsi kegunaan (perceived usefulness), dan kepercayaan terhadap sikap terhadap sistem donasi online (attitude). Sedangkan intensi menggunakan sistem donasi online (intention to use) dipengaruhi secara positif oleh sikap terhadap sistem donasi online dan kepercayaan serta dipengaruhi secara negatif oleh persepsi kegunaan.

The development of financial technology has been growing exponentially and has produced countless of derivated product. One of the lastest product derivation from financial technology is online donation in which society can do a philanthropic activities on their fingertip. This system is new thus not all of people know that we can make donation through website/apps/etc. Technology Acceptance Model, introduce by Davis on 1989 has been widely used as model to measure acceptance of a new technology or system. And because online donation system is one of new product of fintech and fintech has been around for sometimes, thats why fintech product is plenty even only on one firm. Thus this is where trust come in to reinforce the explanatory power of TAM. This research involved 154 respondent whom fill their quessionaire via google forms. To estimate the model, Structural Equation Modelling (SEM) is employed. Result of this research shows that perceived usefulness, perceived ease of use, and trust has their own role influencing attitude toward online donation. Intention of online donation usage was positively influenced by attitude and trust. Perceived usefulness gave negative influence toward intention of online donation usage.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desideria Lumongga Dwihadiah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan Imperialisme Budaya Korea yang dilakukan melalui Media pada Sub Kultur Penggemar K-Pop di Indonesia serta mengungkapkan adanya Dominasi Budaya Korea di Indonesia serta bentuk-bentuk dominasinya, mengetahui Sub Kultur Fandom K-Pop di Indonesia serta menjabarkan media sosial sebagai saluran hegemoni Imperialisme Budaya Korea di Indonesia. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir yang berangkat dari Teori Imperialisme Budaya dan dihubungkan dengan konsep Fandom sebagai sebuah sub kultur. Paradigma dalam penelitian adalah critical constructivist dan merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui in depth interview, observasi serta studi literatur untuk sumber-sumber sekunder. Informan penelitian berjumlah lima orang yang semuanya merupakan penggemar K-Pop.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Hegemoni Budaya Korea di Indonesia dilakukan dengan menggunakan media sosial dan web site sebagai alat utama. Media sosial dan web site-web site khusus penggemar sudah akrab di kalangan anak muda di Indonesia. Bentuk-bentuk imperialisme budaya Korea pada sub kultur penggemar terbentuk melalui sebuah proses yang disebut Proses Fandomisasi. Proses Fandomisasi dimulai dari level individu, kelompok lalu masyarakat, diawali dengan Idol Recognition, Emotion Building, Text Collection, Sub Culture Engagement lalu terakhir Sub Culture Emergence. Bentuk-bentuk Imperialisme Budaya Korea pada penggemar menyentuh tiga aspek : artefak, shared meaning dan social behavior, di mana di dalamnya terjadi adaptasi terhadap imperialisme budaya (adjusted cultural imperialism).

ABSTRACT
This research aims to reveal the Korean Cultural Imperialism conducted through media on Sub Culture K-Pop Fans in Indonesia as well as revealing the dominance of Korean Culture in Indonesia as well as other forms of domination, knowing Sub K-Pop fandom culture in Indonesia as well as social media describe as Korean Cultural Imperialism hegemony channel in Indonesia. This study uses a framework that departs from Cultural Imperialism Theory and linked with the concept of fandom as a sub-culture. Paradigm used in this research is critical constructivist and a descriptive qualitative research. Data collection techniques used were through in-depth interviews, observation and study of literature for secondary sources. Informants for this research are five people who are fans of K-Pop.
The result shows that the Korean Cultural Hegemony in Indonesia is done by spreading through the media especially social media and web sites. The greatest role of social media spread is already familiar among young people. And the forms of Korean Cultural Imperialism can be seen through a process called Fandomization. The process of Fandomization start from the level of individual, group and society. Fandomization process start with Idol Recognition, Emotion Building, Text Collection, Sub Culture Engagement and Sub Culture Emergence. The forms of Cultural Imperialism can be seen in three aspects: artefacts, shared meaning and social behavior. Social media plays an important role in each stage of the process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2050
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Raissa Salsabila
"Knowledge sharing menjadi aspek yang krusial di lingkungan perguruan tinggi yang dilakukan untuk memaksimalkan distribusi pengetahuan di antara para mahasiswa. Saat ini kegiatan knowledge sharing di kalangan mahasiswa banyak dilakukan secara daring melalui online/virtual community pada media sosial. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kegiatan knowledge sharing melalui media sosial, seperti importance of knowledge exchange, perceived usefulness of socmed, dan virtual community outcomes . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai pengaruh importance of knowledge exchange dan perceived usefulness terhadap knowledge sharing melalui variabel virtual community outcomes sebagai mediasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 178 responden mahasiswa di Jabodetabek. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan SEM-PLS yang diolah menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics 20 dan SmartPLS 4. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa virtual community outcomes dapat memediasi dengan positif dan signifikan hubungan antara importance of knowledge exchange dan perceived usefulness of socmed dengan knowledge sharing . Namun, ditemukan hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara importance of knowledge exchange dan perceived usefulness of socmed dengan knowledge sharing secara langsung.

Knowledge sharing is a crucial aspect in the higher education environment, undertaken to maximize the distribution of knowledge among students. Currently, the practice of knowledge sharing among students is predominantly carried out online through virtual communities on social media. Several factors can influence knowledge sharing activities through social media, such as the importance of knowledge exchange, perceived usefulness of social media, and virtual community outcomes. This study aims to analyze the impact of the importance of knowledge exchange and perceived usefulness on knowledge sharing through the variable of virtual community outcomes as a mediator. The research employs a quantitative approach by distributing questionnaires to 178 student respondents in Jabodetabek. The data analysis technique used is SEM-PLS processed using IBM SPSS Statistics 20 and SmartPLS 4. The results of this study indicate that virtual community outcomes can mediate positively and significantly the relationship between the importance of knowledge exchange and the perceived usefulness of social media with knowledge sharing. However, a negative and nonsignificant relationship was found between the importance of knowledge exchange and the perceived usefulness of social media with knowledge sharing directly."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>