Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177836 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jauza Alayya
"Peristiwa terorisme memiliki nilai berita dan tidak mungkin dilewatkan oleh media. Pemberitaan terorisme dalam pandangan kritis tidaklah bebas nilai melainkan dipengaruhi banyak hal termasuk kepentingan dan ideologi media. Peran media dalam pemberitaan terorisme tidak hanya menyampaikan dan menyediakan informasi, melainkan mengkonstruksi realitas melalui wacana media yang menghasilkan wacana publik. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan wacana terorisme oleh media Jawa Pos pada peristiwa terorisme tahun 2018, sekaligus berupaya untuk menjelaskan faktor apa saja yang berpengaruh dalam pembentukan wacana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis wacana kritis milik Fairclough yakni melalui tahapan analisis teks, analisis praktik diskursif, sampai dengan analisis sosial budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemberitaan terorisme tahun 2018, 1) Surat kabar Jawa Pos memiliki ketertarikan khusus terhadap isu terorisme, 2) Pro pemerintah, yakni fokus pada menyoroti tindakan sekaligus keberhasilan pemerintah dalam menangani aksi terorisme, yang secara tidak langsung merupakan upaya Jawa Pos untuk mengkonstruksi realitas tertentu yakni mengarahkan agar publik mempercayai bahwa pemerintah telah melakukan banyak hal dan aksi terorisme ditangani dengan baik oleh pemerintah, 3) Pemberitaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor individu, rutinitas media, organisasi media, ekstra media, dan ideologi media. Ideologi media tercatat sebagai faktor yang memegang peranan paling penting pada terciptanya wacana pro pemerintah melalui pemberitaan yang disajikan, dan 4) Pemberitaan terorisme versi Jawa Pos telah dijalankan dengan memegang prinsip jurnalisme positif sekaligus melakukan upaya counter-terrorism.

Terrorist events have news value and cannot be ignored by the media. Reporting on terrorism in a critical view is not value-free but is influenced by many things including media interests and ideology. The role of the media in reporting on terrorism is not only conveying and providing information, but also constructing reality, namely through media discourse to produce public discourse. This study attempts to describe the terrorist discourse carried out by the Jawa Pos during the 2018 terrorism incident, while at the same time trying to describe the factors that influence the formation of this discourse. The research was conducted using the Fairclough critical discourse analysis method, namely through the stages of text analysis, analysis of discursive practices, to socio-cultural analysis. The results of the study show that in reporting on terrorism in 2018, 1) Jawa Pos has special interest in the issue of terrorism, 2) Jawa Pos is pro-government, focus on highlighting the actions and success of the government in dealing with acts of terrorism, which is indirectly an attempt by Jawa Pos to constructing a certain reality, namely directing the public to believe that the government has done many things and terrorism issue are well handled by the government, 3) Terrorism news are influenced by several factors, namely individual factors, media routines, media organizations, extra media, and media ideology. Media ideology is recorded as the factor that plays the most important role in the creation of pro-government discourse through the news it presents, and 4) The Jawa Pos version of terrorism reporting is also carried out by upholding the principles of positive journalism and counter-terrorism."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Eko Pranoto
"Penelitian ini bermaksud untuk menyingkapkan sikap negarawan terhadap isu terorisme. Data yang dikaji adalah surat diplomasi yang ditulis oleh Dr. Mahathir Mohamad kepada para pemimpin dunia. Teks mengenai terorisme dianalisis untuk menemukan proposisi makro dari teks surat diplomasi. Proposisi makro yang ditemukan digunakan untuk menejelaskan sikap Dr. Mahathir Mohamad terkait terorisme. Teori yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut adalah analisis wacana kritis Fairclough yang dijadikan sebagai teori utama. Selain itu, teori lain yang digunakan adalah teori proposisi Van Dijk dan tata bahasa fungsional sistemik Halliday. Pengolahan data dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan peranti lunak pengolah kata SketchEngine untuk menemukan kata kunci yang dijadikan bukti empiris sikap politik Dr. Mahathir Mohamad. Hasil penelitian ini menunjukkan sikap perlawanan yang ditunjukkan oleh Dr. Mahathir Mohamad terhadap terorisme. Kata terorisme cukup sering berkolokasi dengan kata fight dan against, kemudian kata Muslim selalu diasosiasikan sebagai kelompok yang tertindas, dan teraniaya oleh pihak Barat. Kedua hal tersebut menunjukkan usaha Dr. Mahathir Mohamad melawan wacana yang selalu mengaitkan terorisme dengan Islam.

This research aims to reveal the attitude of statesman toward terrorism issues. The data of this research are diplomatic letters written by Dr. Mahathir Mohamad to world leaders. The texts are being analyzed to discover the macro proposition to explain Dr. Mahathir Mohamad's attitude in regard to terrorism issues. To achieve the objectives, this research employs Fairclough's CDA as the main theory. Besides, macro rules of Van Dijk, and Halliday's functional grammar are also used to support the main theory. The data of this research is processed through SketchEngine to find the keywords of the text. The keywords are the empiric data to explain the attitude of Dr. Mahathir Mohamad toward terrorism. The result shows the struggle of Dr. Mahathir Mohamad in fighting terrorism. The word terrorism is frequently collocates with fight and against. Moreover, the word Muslim is always associated as a group which being oppressed, and tortured by the West. Those findings show Dr. Mahathir Mohamad's struggle in fighting terrorism which always being associated with Islam.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T48217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risya Rahmalia
"Seorang anak keturunan Jepang yang berhasil menjadi kepala negara di negara lain dan berhasil membangkitkan perekonomian negara tersebut dari keterpurukan dan juga berhasil memerangi terorisme yang sejak lama telah menjadi momok bagi masyarakat Peru?, itulah hal yang selalu dielu-elukan oleh Jepang terhadap sosok Alberto Fujimori, mantan Presiden Peru 1990-2000, walaupun segudang kasus kriminal telah ia lakukan selama masa pemerintahannya hingga akhirnya ia pun kabur ke Jepang.
Fokus penelitian ini adalah mengenai pemberitaan media massa Jepang akan sosok Alberto Fujimori setelah beliau "kabur" ke Jepang, yaitu akhir tahun 2000. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana citra Alberto Fujimori digambarkan melalui pemberitaan media massa Jepang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan data primer artikel-artikel surat kabar Jepang dan data sekunder berupa buku bacaan yang berkaitan dengan tema penelitian.
Analisis dalam penelitian ini berupa kutipan artikel surat kabar Jepang yang kemudian dikaji melalui teori analisis wacana kritis. Pada akhirnya penelitian ini menyimpulkan bahwa citra Alberto Fujimori yang digambarkan melalui pemberitaan media massa Jepang adalah citra baik. Meskipun terdapat pemberitaan kontra, namun hal tersebut tidak mengubah citra baik Fujimori di media Jepang.

A son of Japanese immigrant who became a President in another country outside Asia and successfully save the country from economic failure and fight against terrorism which is already appear from many years before and threatening Peru's society?, that was the things which is always become a pride for Japanese people about it's descent, Alberto Fujimori a former President of Peru for 1990-2000, although so many criminal cases he has done during his regime until he finally fled to Japan.
The focus of this research is how the Japanese mass media news describe about this figure after he "escaped" to Japan at the end of 2000. The purpose of this research is to examine image of Alberto Fujimori illustrated through the Japanese mass media. The method of this research is qualitative with newspaper articles as the primary data and several books which is related with the theme as the secondary data.
The analysis of this research is quotation from newspaper articles and analyzed it with critical discourse analysis theory. Finally this research concluding that the image of Alberto Fujimori which is described by Japanese mass media is good image. Although there are negative news about Fujimori does exist too but it doesn't change the good image of Fujimori in the Japanese media.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Halim
"Penelitian ini mengkaji penggambaran narasi LGBTQ+ dalam media massa independen Rusia, Meduza, menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis oleh Norman Fairclough. Pertanyaan utama yang diangkat adalah, "Bagaimana konstruksi narasi LGBTQ+ di dalam media independen Meduza dengan analisis wacana kritis?" Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konstruksi narasi LGBTQ+ dalam media independen Meduza menggunakan teori analisis wacana kritis. Dengan menganalisis berbagai artikel dan konten terkait, studi ini menggali lebih dalam tentang peran bahasa dan framing dalam menciptakan atau mengubah persepsi publik. Melalui pendekatan ini, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam memahami dinamika narasi LGBTQ+ dalam media independen, serta memperlihatkan bagaimana aspek linguistik berperan dalam membentuk opini publik dan narasi sosial terkait isu-isu LGBTQ+ di Rusia. Penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya analisis kritis dalam menilai narasi media, terutama dalam konteks isu-isu yang kontroversial dan sensitif.

This study examines the depictions of LGBTQ+ narratives in the independent Russian media, Meduza, using Norman Fairclough's Critical Discourse Analysis approach. The main question posed is, "How are LGBTQ+ narratives constructed in the independent media Meduza using critical discourse analysis?" This study aims to identify the construction of LGBTQ+ narratives in Meduza's independent media using a critical discourse analysis approach. By analyzing various articles and related content, this study delves deeper into the role of language and framing in creating or altering public perception. Through this approach, the research is expected to make a significant contribution to understanding the dynamics of LGBTQ+ narratives in independent media and to illustrate how linguistic aspects influence public opinion and social narratives concerning LGBTQ+ issues in Russia. The study also underscores the importance of critical analysis in assessing media narratives, particularly in the context of controversial and sensitive issues."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rinaldi
"Penelitian ini menempatkan media massa sebagai ruang kontestasi. Untuk itu kemudian wacana yang tersaji adalah representasi dari kekuatan yang dominan. Penelitian ini ingin melihat bagaimana keterkaitan hegemoni ideologi demokrasiliberal Amerika terhadap pembentukan wacana war on terror di media massa tanah air. Penelitian ini dilakukan dengan paradigma kritis dan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori ekonomi politik kritis konstruktivis serta menggunakan strategi penelitian Analisis Wacana Kritis. Dengan Analisis Wacana Kritis penelitian kemudian dilakukan di tiga level yaitu pada level mikro yaitu teks dengan menganalisis teks berita, pada level meso yaitu praktik diskursus dengan data wawancara terhadap dua wartawan desk internasional, dan pada level makro yaitu praktik sosiokultural. Untuk memenuhi kriteria kualitas penelitian kritis dilakukan juga analisis historical situatedness. Hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara hegemoni ideologi demokrasi-liberal Amerika Serikat yang dibangun oleh proses sejarah dengan wacana 'War On Terror' yang tersaji kepada publik dalam ruang-ruang media massa.

This research observed mass media as a contested terrain. In such context, the discourse represented through news in mass media was perceived as representing the dominant power. This research analyzed how US liberal-democracy ideology hegemony was taken part into the war on terror discourse propagation throughout Indonesian national mass media. This research applies critical paradigm and qualitative approach with constructivist critical political economy theory and critical discourse analysis strategy. Through conducting critical discourse analysis, this research focuses on three level of analyses: (1) at the micro level, by doing news text analysis, (2) at the meso level, by doing discourse analysis through administering interviews with two journalists in international desk, and (3) at the macro level, by doing socio-cultural practice analysis. To ensure the critical research quality, historical situatedness analysis was undertaken, as well. The result of this research revealed that there is a relation between the US democracy-liberal ideology hegemony that is continuously constructed through historical process with the 'War On Terror' discourse disseminated to the public and represented in mass media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Dini Aprilia Yosefa
"Berita tentang pengunduran diri Paus Benediktus XVI merupakan salah satu berita yang menyita perhatian publik. Penelitian ini menjelaskan penggunaan diksi dalam artikel koran Süddeutsche Zeitung dan BILD Zeitung yang bertemakan pengunduran diri Paus Benediktus XVI (Papst Benedikt XVI ? Rücktritt). Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa citra Paus Benediktus XVI yang ditampilkan oleh BILD adalah cenderung positif, tetapi dalam Süddeutsche Zeitung cenderung netral.

The resignation of Pope Benedict XVI is one of the news, which fairly drew public attention. This paper describes the use of diction in the articles from Süddeutsche Zeitung and BILD Zeitung newspapers concerning the resignation of Pope Benedict XVI (Papst Benedikt XVI - Rücktritt). As a literary study, this paper uses descriptive qualitative approach for its method. Based on the analysis of the articles, BILD Zeitung tends to represent Pope Benedict XVI positively, while the representation in the Süddeutsche Zeitung is neutral."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Nurianti
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan gambaran dua organisasi Muslim di Indonesia yaitu Front Pembela Islam dan Forum Umat Islam dalam dua teks berita berjudul “Film Protest Turns Violent” dan “Chaos at FUI protest over anti-Islam movie” di situs The Jakarta Post.
Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah analisis wacana kritis model Teun A.Van Dijk (kognisi sosial) dengan pendekatan kualitatif. Dalam model analisis Van Dijk, terdapat tiga tahap untuk menganalisis teks berita yaitu analisis teks, analisis kognisi sosial, dan analisis sosial.
Pertama, dalam analisis teks ditemukan bahwa teks berita pertama cenderung memproduksi gambaran negatif tentang kedua organisasi Muslim dengan menggunakan beberapa strategi teks (tematik,skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris). Sementara itu, meskipun artikel kedua memiliki konsep yang serupa, beberapa strategi teks yang digunakan menghasilkan makna yang berbeda (teks kedua menghasilkan gambaran yang cenderung lebih positif tentang organisasi Muslim).
Kedua, penemuan dalam analisis kognisi sosial adalah wartawan artikel pertama memandang organisasi Muslim ini sebagai kelompok yang negatif dan hal ini dapat terlihat di artikel yang diproduksi.
Ketiga, dalam analisis sosial, ditemukan bahwa wacana tentang organisasi-organisasi Muslim di Indonesia dan citra organisasi Muslim lainnya yang diproduksi oleh media asing mempengaruhi gambaran kedua organisasi Muslim dalam dua teks berita The Jakarta Post.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa artikel pertama mengandung ideologi pengabaian kedua organisasi Muslim dengan menegaskan gambaran yang negatif, sedangkan artikel kedua tidak terlalu mengangkat ideologi tersebut.

This study aims to find the representation of two Indonesian Islamist organizations, The Islamic Defenders Front (Front Pembela Islam) and Islamic Society Forum (Forum Umat Islam) in two news texts of The Jakarta Post website titled “Film Protest Turns Violent” and “Chaos at FUI protest over anti-Islam movie”.
Method that is used in this study is critical discourse analysis by Teun A. Van Dijk (sociocognitive model) in qualitative approach. In Van Dijk’s model of analysis, there are three stages to analyze news texts; textual analysis, social cognition,and social analysis.
First, in textual analysis, it is found that the first article produced negative representation of the organizations through a number of text strategies (thematic, schematic, semantic, syntax, stylistic, and rhetorical). Meanwhile, although the second article shared similar concepts, some text strategies that were used resulted in different meaning (it produced rather positive image of the Islamist groups).
Second, in social cognition analysis, the finding is that the journalist of the first article perceives the organizations as negative groups,and it is revealed in the article.
Third, in social analysis, it is found that the discourse about Islamist organizations in Indonesia and the image of other Islamist organizations in foreign media influenced the representations.
This study concludes that the first article contains the ideology of excluding the groups by asserting negative representation, while the second article did not really elevate the ideology.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Khairani
"Penelitian ini menggunakan Muted Group Theory untuk membahas mengenai praktik wacana pembungkaman perempuan yang terjadi di media. Pemberitaan mengenai pelanggaran Syariat Islam yang melibatkan perempuan merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh kelompok dominan (laki-laki) untuk membisukan perempuan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis wacana kritis milik Norman Fairclough. Dalam menganalisis dimensi mikro (teks), kerangka analisis Theo Van Leeuwen dipinjam untuk membantu mendeteksi representasi perempuan ditampilkan pada teks. Sedangkan dimensi meso (discourse practice) dan makro (sosiocultural practice) dilakukan melalui teknik wawancara dan kajian literatur.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pembungkaman perempuan dilakukan dengan meniadakan suara dan pendapat perempuan, dengan tidak menjadikannya sebagai narasumber. Perempuan hanya diposisikan sebagai objek pemberitaan dan suaranya diwakilkan dan direpresentasikan dengan bahasa dan perspektif laki-laki.

This research was done by used of Muted Group Theory to assessed the practice of muteness on women in the media. The reported shari?a violation that involved women were one of the tool used by the dominant group (men) to muted the women.
This research is a qualitative study with Norman Fairclough's critical discourse analysis (cda). We used Theo Van Leeuwen's analysis framework to analized the micro dimensional aspects (texts), and to further assisted in detecting women representation that occured in those texts. Meanwhile, the meso (discourse practice) and macro (sociocultural practice) dimensions were assessed by interview and literature review.
According to the results, were found that the muteness of women were done by silencing the voice and the opinion of women, thus hindered women to act as a informant. Women were positioned as object of report only and their voice were represented through the language and perspective of men."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T42930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hamad
"Selama kampanye Pemilu 1999 umumnya media massa Indonesia mengkonstruksikan partai politik ibarat grup musik; dan menjadikan para tokohnya sebagai selebritis. Pada masa itu, koran-koran nasional menggambarkan partai politik sebagai alat pengumpul massa. Sementara fungsi parpol sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas) dalam kehidupan berdemokrasi tidak terlihat dalam pengkonstruksian tersebut. Menariknya, hal itu terjadi dalam kondisi dimana setiap media memiliki motivasi yang berbeda-beda, entah itu ideologis, idealis, politis, ataupun ekonomis, dalam membuat berita politik.

During the 1999-campaign period generally the mass media in Indonesia constructed political parties like a music group; and present the politicians acts as celebrities. At that time, national newspapers describe political parties as the instrument to harvested masses. Meanwhile the political party functions, as broker within the clearinghouse of ideas in the democratic lives didn?t appear within the political party?s discourse. In spite of the media have different interests one each other in news making the political parties, such as ideological, idealism, political, and economic or market factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzi
"Tulisan ini membahas bagiaman peran media massa dalam melakukan perlawanan terhadap terorisme dengan menggunakan analisa framing terhadap media massa lokal Antaranews.com sebagai kantor berita resmi negara. Didasari oleh perkembangan orientasi kelompok-kelompok teroris yang menggunakan media massa sebagai alat untuk mencapai tujuannya yakni menyebarkan rasa takut dan kebutuhan media massa akan berita-berita terorisme yang dianggap memiliki nilai berita tinggi, penulis berusaha membuktikan bahwa media memiliki peran ganda yaitu untuk menghalangi teroris untuk mencapai tujuannya tanpa menghilangkan perannya sebagai penyampai informasi baik pada publik maupun pemangku kepentingan. Dengan menganalisa 4 buah berita dari antaranews.com mengenai bom Kampung Melayu, penulis membuktikan bahwa dengan framing yang tepat dan dipengaruhi oleh agenda-setting dari negara, antaranews.com mampu berperan dalam melakukan perlawanan terhadap terorisme dengan penekanan tertentu dalam setiap berita sekaligus membuktikan pemikiran newsmaking criminology yang berupaya untuk mengutangi harm dari berita dapat dilakukan secara nyata.

This paper discusses the role of mass media in the fight against terrorism by using framing analysis on local media, Antaranews.com as the official state news agency. Based on the development of the orientation of terrorist groups using mass media as a means to achieve their goal of spreading the fear and need of the media for the news of terrorism that is considered to have high news values, the author tries to prove that the media has a dual role that is to deter terrorists for achieveing its goals without losing its role as a transmitter of information to both the public and stakeholders. By analyzing the 4 pieces of news from antaranews.com about Kampung Melayu bombs, the authors prove that with proper framing and influenced by the agenda-setting of the goverment, Antaranews.com can play a role in the fight against terrorism with a certain emphasis in every news as well as proving newsmaking thoughts criminology that seeks to combat harm from the news can be real."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>