Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Serevina
"Visi sebaiknya tidak hanya milik pemimpin tetapi menjadi visi bersama sehingga pemimpin perlu menginspirasikan visi bersama. Penelitian-penelitian sebelumnya meneliti pengaruh grit terhadap inspire a shared vision dan ditemukan hasil yang tidak konsisten. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peran moderasi identitas pengusaha pada hubungan grit dan perilaku inspire a shared vision pada pengusaha yang baru merintis usahanya. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Data diambil menggunakan kuesioner dalam bentuk gform yang disebarkan secara online melalui media sosial. Partisipan penelitian adalah pengusaha yang baru merintis usaha. Pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling dan diperoleh 201 partisipan yang berasal dari berbagai bidang usaha seperti online shop, jasa, dan franchise food and beverage. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur grit adalah The Grit Scale versi original. Perilaku inspire a shared vision diukur dengan menggunakan alat ukur Leadership Practices Inventory dimensi Inspire A Shared Vision. Teknik analisis data penelitian adalah analisis regresi menggunakan bantuan makro PROCESS dari Hayes yang dipasangkan pada aplikasi SPSS. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai p = 0.13 dan rentang CIs = -0.33, 0.04, artinya identitas pengusaha tidak terbukti memoderasi hubungan antara grit dan perilaku inspire a shared vision. Efek moderasi yang tidak signifikan dapat disebabkan oleh ukuran sampel yang tidak sama antar kategori pengusaha dan definisi pengkategorian identitas pengusaha yang masih kurang jelas. Temuan ini dapat menjadi referensi bagi penelitian lainnya yang akan meneliti terkait dengan grit, perilaku inspire a shared vision, dan identitas pengusaha.

Vision shouldn't just belong to the leader but be a shared vision so the leader should inspire a shared vision. Prior studies examined the effects of grit on inspire a shared vision and found inconsistent results. Therefore, this study was conducted to determine the moderation role of entrepreneur identity on the relationship between grit and inspire a shared vision behavior in new entrepreneurs who are starting their businesses. The design of this study is cross sectional. The data was collected by using questionnaires in gform distributed through social media. The participants were entrepreneurs who have just started a business. The convenience sampling technique was used and obtained 201 participants who came from different business areas including online shop, services, and food and beverage franchises. The measurement tool used for measuring grit is The Grit Scale. The inspire a shared vision behavior was measured by using the Leadership Practices Inventory measuring tool dimensions of Inspire A Shared Vision. The technique for analyzing data in this study is regression analyzing with the help of the macro PROCESS from Hayes paired with SPSS applications. The results showed that p value = 0.13 and CIs range = -0.33, 0.04, indicating that the entrepreneur identities were not proved in moderating the relation between grit and inspire a shared vision behavior. The moderating effects that were not found significant may be due to unequal samples size across the entrepreneur categories and the definition of entrepreneur identities is still unclear. These findings can be a reference for other studies that will investigate the relationship between grit, inspire a shared vision behavior, and entrepreneurs' identity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medisa Faradina Tania
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara job insecurity dan komitmen organisasi secara keseluruhan maupun pada tingkat dimensi, serta melihat peran moderasi grit terhadap hubungan antara job insecurity dengan komitmen organisasi, khususnya dalam menghadapi masa pandemic yang berdampak pada banyaknya kasus pemutusan hubungan kerja. Partisipan Penelitian ini berjumlah 200 karyawan yang diperoleh secara online dengan menggunakan convenience sampling. Penelitian ini bersifat kuantitatif, dan alat ukur yang digunakan adalah Organizational Commitment Questionnaire (1990), Job Insecurity Measurement (2013), dan The Grit Scale (2009). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi dan uji moderasi terhadap variabel penelitian. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa job insecurity tidak berkorelasi dengan komitmen organisasi, dimensi marginalization insecurity berkorelasi secara negatif signifikan dengan dimensi komitmen kontinuan, dan grit tidak memoderasi hubungan antara job insecurity dan komitmen organisasi. Dalam situasi pandemik saat ini tinggi rendahnya komitmen organisasi tidak berhubungan dengan job insecurity. Meskipun karyawan memiliki job insecurity tinggi, namun dengan tidak tersedianya alternatif lainnya seperti pekerjaan baru, maka setiap karyawan akan berusaha untuk menunjukkan komitmennya terhadap organisasi dengan harapan akan dipertahankan oleh organisasi, dan grit dari masing-masing karyawan tidak memiliki peran karena karyawan berusaha untuk menujukkan perilaku bertahan dalam menghadapi situasi krisis.

ABSTRACT
The aim of this study is to look at the correlation between job insecurity and organizational commitment as a whole and the dimension level, as well as see the role of grit moderation on the relationship between job insecurity with organizational commitment, especially in dealing with a pandemic that affects the number of cases of layoffs. Participants in this research are 200 employees obtained online using convenience sampling. This research is quantitative, and the measuring instruments used are Organizational Commitment Questionnaire (1990), Job Insecurity Measurement (2013), and The Grit Scale (2009). Data processing was performed using correlation tests and moderation tests on the research variables. The results of the study concluded that job insecurity did not correlate with organizational commitment, the dimension of marginalization insecurity was significantly negatively correlated with the dimensions of commitment continuance, and grit did not moderate the relationship between job insecurity and organizational commitment. In the current pandemic situation, high or low organizational commitment is not related to job insecurity. Even though employees have high job insecurity, but with the absence of other alternatives such as new jobs, each employee will try to show their commitment to the organization in the hope that it will be maintained by the organization, and the grit of each employee has no role because employees are trying to show behavior survive in the face of a crisis situation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Shafa Ashrina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada efek moderasi dari grit dalam hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja pada karyawan milenial. Sebanyak 300 karyawan, berusia 20-39 tahun, berpartisipasi dalam penelitian ini. Alat pengukur Skala Kepuasan Kerja Umum, Skala Kinerja Peran dan Skala Grit-S digunakan untuk mengukur kepuasan kerja, kinerja dan ketabahan.
Hasil analisis statistik uji moderasi menggunakan PROCESS HAYES versi 3.3 model 1 menunjukkan bahwa grit tidak memoderasi hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja. Ini diduga disebabkan Kepuasan kerja milenial lebih banyak ditentukan oleh faktor lingkungan dan pengawasan yang bagus.
Pemenuhan ini akan mengarah pada kepuasan kerja berhubungan langsung dengan tingkat kinerja, terlepas dari apakah gritnya dimiliki oleh individu yang tinggi atau tidak yang artinya variabel grit belum berperan dalam memperkuat hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja karyawan.

This study aims to see whether there is a moderating effect of grit in the relationship between job satisfaction and performance in millennial employees. A total of 300 employees, aged 20-39 years, participated in this study. Measuring tools for General Job Satisfaction Scale, Role Performance Scale and Grit-S Scale are used to measure job satisfaction, performance and grit.
The results of the statistical analysis of the moderation test using PROCESS HAYES version 3.3 model 1 shows that grit does not moderate the relationship between job satisfaction and performance. This is thought to be due to millennial job satisfaction determined more by environmental factors and good supervision.
This fulfillment will lead to job satisfaction which is directly related to the level of performance, regardless of whether the grit is owned by high individuals or not, which means that the grit variable has not played a role in strengthening the relationship between job satisfaction and employee performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Fathia Dayatri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh job insecurity pada job involvement dengan mempertimbangkan peran moderasi grit pada karyawan di masa pandemi Covid-19. Responden penelitian adalah 762 karyawan organisasi publik dan swasta di Indonesia yang menerapkan perubahan kebijakan karena Covid-19. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Job Involvement Scale, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), dan Short Grit Scale (Grit-S). Data dikumpulkan menggunakan kuesioner secara daring serta dianalisis dengan analisis regresi menggunakan model 1 SPSS PROCESS. Hasil penelitian menemukan bahwa grit terbukti tidak memoderasi hubungan job insecurity dan job involvement. Sebagai implikasinya, temuan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh organisasi sebagai acuan dalam mengantisipasi peningkatan job insecurity karyawan akibat adanya perubahan.

This study aims to determine the relationship between job insecurity and job involvement by considering the role of grit as the moderator in employees during the Covid-19 pandemic. Research respondents are 762 public and private sectors employees who work in organization which implemented policy changes due to Covid-19. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The sampling technique used is accidental sampling. The research measuring instruments consists of Job Involvement Scale, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), and Short Grit Scale (Grit-S). Data were collected using an online questionnaire and analyzed using regression analysis, utilizing SPSS PROCESS Model 1. It was found that grit did not moderate the relationship between job insecurity and job involvement. As the implication, the findings of this research can be used by organizations as reference to anticipate the increase of employee job insecurity due to changes."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kholisah Safria
"Pandemi COVID-19 berdampak besar pada meningkatnya jumlah PHK pada karyawan dan kebijakan rasionalisasi lainnya, hal tersebut mungkin dapat memengaruhi tingkat ketidakaman kerja (job insecurity), kegigihan (grit), dan keterikatan kerja pada karyawan (work engagement). Karyawan milenial menjadi generasi yang paling terdampak dari adanya situasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran dari grit dalam memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement pada karyawan milenial di Indonesia. Grit dinilai dapat menjadi kunci kesuksesan seseorang dan merupakan faktor internal yang memengaruhi job insecurity dan work engagement karyawan. Partisipan direkrut secara daring dan melibatkan 222 karyawan yang memenuhi karakteristik penelitian, yaitu; karyawan milenial berusia 20-38 tahun, memiliki pengalaman bekerja minimal 1 tahun di tempat kerjanya saat ini, dan sedang mengalami kebijakan rasionalisasi. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketiga variabel ini adalah Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, dkk, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), dan Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa grit tidak memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lain selain grit. Kemudian, mayoritas partisipan ini memiliki nilai job insecurity yang rendah, work engagement yang tinggi, dan grit yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan job insecurity berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan work engagement, dan grit berkorelasi secara positif dan signifikan dengan work engagement. Sementara job insecurity tidak berkorelasi secara signifikan dengan grit.

The COVID-19 pandemic has a major impact on increasing the number of employee layoffs and other rationalization policies, this may affect the level of job insecurity, grit, and work engagement on employees. Millennial employees are the most affected generation that affected by this situation. This research was conducted to find out whether there is a role of grit in moderating the relationship between job insecurity and work engagement among millennial employees in Indonesia. Grit is considered to be the key to a person's success and is an internal factor that affects job insecurity and employee work engagement. Participants were recruited online and involved 222 employees who met the research characteristics, that is; millennial employees at aged 20-38 years, having at least 1 year of work experience at their current job, and undergoing a rationalization policy. The measuring instrument that are used to measure these variables are Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, et al, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), and Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). The main results of this research showed that grit did not moderate the relationship between job insecurity and work engagement. This could be due to other factors besides of grit. Furthermore, the majority of these participants had low job insecurity, high work engagement, and high grit of scores. This study also showed that job insecurity was significantly negatively correlated with work engagement, and grit was significantly positively correlated with work engagement. Meanwhile, job insecurity was not significantly correlated with grit."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Andina Ramadhiyanti
"Pandemi Covid-19 menimbulkan berbagai perubahan yang terjadi pada aspek kehidupan, termasuk dampak terhadap perusahaan dan karyawan. Krisis kesehatan dan ekonomi yang terjadi membuat perusahaan menerapkan beberapa kebijakan sebagai upaya untuk tetap dapat menjalankan kegiatan operasionalnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat peran grit sebagai moderator pada hubungan antara ketidakamanan kerja dengan kepuasan kerja pada karyawan. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional study. Terdapat tiga alat ukur yang digunakan yaitu The Minessota Satisfaction Questionnaire (MSQ) short-form, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), dan short grit scale (Grit-S). Populasi dari penelitian ini adalah karyawan yang perusahaannya melakukan kebijakan sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Analisis data secara statistik yang dilakukan yaitu uji asumsi, uji korelasi, dan uji moderasi menggunakan PROCESS Hayes Model 1. Berdasarkan hasil analisis statistik dari 748 partisipan ditemukan terdapat efek interaksi antara ketidakamanan kerja dan grit terhadap kepuasan kerja signifikan (b = -0,02, 95% CI [-0,04, -0,01], t=-3,09, p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa grit berperan sebagai moderator pada hubungan antara ketidakamanan kerja dan kepuasan kerja. Analisis lanjutan yang dilakukan mendapatkan bahwa grit dapat melemahkan pengaruh negatif dari ketidakamanan kerja terhadap kepuasan kerja ketika grit pada tingkat kategori sedang dan tinggi. Hasil penelitian menegaskan pentingnya perusahaan untuk melakukan usaha guna menurunkan ketidakamanan kerja dan meningkatkan kepuasan kerja.

Covid-19 brought changes in various aspects of life, including impact on companies and employees. The health and economic crisis that occurred made the company implements several policies as an effort to continue to be able to carry out its operational activities. This study aims to examine the role of grit as a moderator in the relationship between job insecurity and job satisfaction on employee. The approach of this research is quantitative with a cross sectional study design. There are three measuring tools used, namely The Minesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) short-form, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), and short grit scale (Grit-S). The population of this research is employees whose company implemented policy as result of the Covid-19. S Data analysis was carried out by assumption test, correlation test, and moderation test using PROCESS Hayes Model 1. Based on the statistical analysis from 748 participants, the results show significant interaction effect between job insecurity and grit on job satisfaction (b = -0.02, 95% CI [-0.04, -0.01], t=-3.09, p<0.05). With that, it can be concluded that grit acts as a moderator on the relationship between job insecurity and job satisfaction. Further analysis found that grit can attenuate the negative effect of job insecurity on job satisfaction when grit is in the medium and high category. The results of the study emphasize the importance of companies to make efforts to reduce job insecurity and increase job satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maytika Dewi Ayu Shafira
"Berbagai studi menunjukkan adanya inkonsistensi mengenai dampak cyberloafing terhadap performa kerja, sementara terdapat 83,1% karyawan di Indonesia yang melakukan cyberloafing (Hartijasti & Fathonah, 2015). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meneliti kembali hubungan antara cyberloafing dan performa kerja pada dimensi performa tugas, performa kontekstual, dan perilaku kerja kontraproduktif melalui mekanisme tertentu, yaitu psychological detachment. Sampel penelitian adalah karyawan dari berbagai industri berusia 20-64 tahun (N = 614) yang menggunakan internet dalam bekerja. Analisis mediasi menunjukkan bahwa psychological detachment memediasi hubungan antara cyberloafing dan performa tugas (ab = -0,03, BootSE = -0,012, 95% CI [-0,06, -0,02]) serta performa kontekstual (ab = -0,03, BootSE = 0,011, 95% CI [-0,053, -0,011]) tanpa adanya hubungan langsung, sementara psychological detachment memediasi hubungan antara cyberloafing dan perilaku kerja kontraproduktif secara sebagian (ab = 0,02, BootSE = 0,01, 95% CI [0,000, 0,035]) karena ada hubungan langsung di antara keduanya (c’ = 0,21, t(614) = 5,4, SE = 0,04, 95% CI [0,14, 0,29]). Organisasi dapat menggunakan hasil penelitian sebagai pertimbangan dalam merumuskan kebijakan penggunaan internet oleh karyawan

Previous studies showed that there is inconsistency in the consequences of cyberloafing on job performance, whereas 83,1% employees in Indonesia did cyberloafing (Hartijasti & Fathonah, 2015). Therefore, the current research was conducted to reinvestigate the relationship between cyberloafing and job performance, specifically task performance, contextual performance, and counterproductive behavior, through a certain mechanism, namely psychological detachment. The sample was employees from various industries aged 20-64 years old (N = 614) who use internet to work. Mediation analysis showed that psychological detachment fully mediates the relationships between cyberloafing and task performance (ab = -0,03, BootSE = -0,012, 95% CI [-0,06, -0,02]), also contextual performance (ab = -0,03, BootSE = 0,011, 95% CI [-0,053, -0,011]) without direct effect between them. Meanwhile, psychological detachment partially mediates the relationship between cyberloafing and counterproductive work behavior (ab = 0,02, BootSE = 0,01, 95% CI [0,000, 0,035]) because there is direct effect between the two (c’ = 0,21, t(614) = 5,4, SE = 0,04, 95% CI [0,14, 0,29]). Organizations can utilize the results to be put into consideration when creating employees’ internet use policy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eirene Ericha Sulu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran moderasi dukungan sosial pada hubungan grit dan komitmen kewirausahaan. Data diambil secara daring dengan survei online yang diberikan pada entrepreneur muda yaitu wirausahawan yang berusia di bawah 30 tahun dengan domisili baik Jabodetabek maupun luar Jabodetabek (N = 72). Variabel dalam penelitian ini diukur menggunakan The Grit Scale, Entrepreneurial Commitment Scale, dan skala dukungan sosial. Data dalam penelitian dianalisis menggunakan model moderasi pada makro PROCESS Hayes. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial berperan signifikan sebagai moderator pada hubungan grit dan komitmen kewirausahaan. Penting bagi para entrepreneur muda untuk meningkatkan grit dan memperkuat relasi sosial seperti keluarga, teman, dan rekan kerja agar lebih berkomitmen dalam mengembangkan usahanya.

This research aimed at examining the relationship between grit and entrepreneurial commitment with social support as moderating variable. Data were taken using an online survey on young entrepreneurs, namely entrepreneurs under 30 years old with domiciles in both Jabodetabek and outside Jabodetabek (N = 72). Variables were measured using The Grit Scale, Entrepreneurial Commitment Scale, and Social Support Scale. Data were analyzed using the moderation model on Hayes PROCESS macro on SPSS program. Result showed that social support has a positive effect on grit and entrepreneurial commitment. It is important for young entrepreneurs to increase grit and strengthen social relations like family, friends, or work colleague so that they are more committed in developing their business."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erlita Nur Anggraeni
"Tesis ini membahas mengenai perlindungan hukum terhadap pemegang polis selaku konsumen sehubungan dengan pelaksanaan GCG Terintegrasi demi terwujudnya prinsip Good Corporate Governance (GCG) di PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sebagai BUMN di dalam bidang usaha perasuransian. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris (doktrinal).
Hasil penelitian ini menyarankan bahwa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) selaku pelaku usaha harus secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Good Corporate Governance (GCG), yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responsibility), independen (independency), kewajaran (fairness), dalam kegiatan operasionalnya dan memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada, baik itu ketentuan dalam bidang perasuransian maupun ketentuan-ketentuan lainnya, khususnya dalam hal ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan konsumen sehingga diharapkan apabila PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dikelola dengan tata kelola perusahaan yang baik maka PT Asuransi Jiwasraya dapat menghasilkan produk dan jasa baik dimana nantinya hal tersebut akan semakin meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumennya.
Di samping itu juga, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sebagai entitas utama terhadap anak perusahaannya yang bergerak di bidang usaha jasa keuangan, yang merupakan konglomerasi keuangan harus dapat mengkontrol dan mengawasi anak perusahaan tersebut agar tata kelola anak perusahaan tersebut menerapkan pedoman GCG Terintegrasi sehingga mencerminkan prinsip Good Corporate Governances dalam rangka mewujudkan perlindungan hukum terhadap konsumen dalam usaha bisnis yang dijalankan.

This thesis discusses about legal protection of policyholders as a consumer with respect to the implementation of integrated GCG towards realization of the Good Corporate Governance (GCG) principles in PT Asuransi Jiwasraya (Persero) as the state-owned enterprises in the field of insurance undertakings. This research is the normative-empirical legal research (doctrinal).
The results of this study suggest that PT Asuransi Jiwasraya (Persero) as a business should consistently apply the Good Corporate Governance (GCG) principles, such as transparency, accountability, responsibility, independency, fairness in its operational activities and comply with the provisions of the existing provisions in the field of insurance as well as other provisions, particularly in terms of provisions governing consumer protection so that expected if PT Asuransi Jiwasraya (Persero) managed with the good corporate governance then PT Asuransi Jiwasraya (Persero) can produce good products and services where later it will further improve the confidence and satisfaction of its customers.
In addition, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) also as the main entity against its subsidiaries which are not engaged in the business of financial services, which is a conglomerate should be able to control and oversee the subsidiary in order for the subsidiary governance implemented the guidelines of integrated GCG so that reflect the Good Corporate Governances principles in order to realize the legal protection of the customer in a business venture that is running.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
T45191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>