Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Rosa Virdayani
"Perilaku bunuh diri dan ide bunuh diri selama ini telah menjadi masalah kesehatan mental bagi masyarakat global. Dari berbagai faktor yang mempunyai keterkaitan dengan ide bunuh diri, kualitas tidur adalah salah satu faktor yang secara independen dan konsisten dapat memengaruhi munculnya ide bunuh diri. Salah satu kelompok yang memiliki prevalensi tinggi pada variabel ide bunuh diri dan memiliki kualitas tidur yang buruk adalah kaum buruh industri, terutama yang bekerja dengan sistem shift. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasikan peran kualitas tidur terhadap ide bunuh diri pada buruh industri. Peneliti mengaplikasikan tipe penelitian kuantitatif dan menggunakan metode non-eksperimental. Ide bunuh diri diukur menggunakan alat ukur Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS), sementara kualitas tidur diukur menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Responden dalam penelitian ini merupakan buruh industri berusia 18-29 tahun dari berbagai provinsi di Indonesia, dan bekerja dengan sistem shift. Penelitian ini mengimplementasikan metode analisis regresi linear sederhana untuk menganalisis peran dari kualitas tidur terhadap ide bunuh diri. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa kualitas tidur secara signifikan dan positif dapat memprediksi ide bunuh diri (R2 = 0,09, p < 0,05). Hal ini memiliki arti bahwa semakin buruk kualitas tidur, maka indikasi munculnya ide bunuh diri akan semakin tinggi.

Suicidal behavior and ideation are global public health issues. Among the factors associated with suicidal ideation, sleep quality is one that independently and consistently predicts suicidal thoughts. One group that has a high prevalence of suicidal ideation and poor sleep quality is industrial workers, especially those who work with shift systems. This study aims to identify the role of sleep quality to suicidal ideation among industrial workers. This study applied the quantitative research types and used non-experimental methods. Suicidal ideation was measured using the Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS), while sleep quality was measured using The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). This study involved industrial workers aged 18-29 years from various provinces in Indonesia, and worked with a shift system. Furthermore, this study implemented a simple linear regression analysis method to analyze the role of sleep quality to suicidal ideation. The results of the analysis showed that sleep quality significantly and positively predicts suicidal ideation (R2 = 0,09, p < 0,05). This means that the worse the quality of sleep, the higher the indication of suicidal ideation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sovia Nada
"Sebagai kebutuhan primer, tidur memengaruhi fungsi individu dalam sehari-hari yang tergantung dari kualitasnya. Kualitas tidur memainkan peranan penting dalam memprediksi munculnya salah satu perilaku berisiko pada setiap individu, yaitu ide bunuh diri. Salah satu kelompok dengan prevalensi buruknya kualitas tidur dan ide bunuh diri yang cenderung tinggi adalah kelompok mahasiswa yang dalam klasifikasi perkembangan tergolong dalam kelompok usia emerging adulthood. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi peran kualitas tidur terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa. Peneliti mengaplikasikan tipe kuantitatif dan metode non-eksperimental dengan menyebarkan kuesioner berisikan alat ukur Depressive Symptom Index-Suicidality Subscale (DSI-SS) dan The Pittsburgh Sleep Quality Index <(PSQI) kepada mahasiswa aktif berusia 18-25 tahun secara daring. Di samping itu, penelitian ini mengimplementasikan metode analisis regresi linear sederhana untuk menganalisis peran dari kualitas tidur terhadap ide bunuh diri. Dari 702 partisipan yang diuji, ditemukan bahwa kualitas tidur secara signifikan dan positif dapat memprediksi ide bunuh diri (R2 = 0,188, p < 0,05). Hal ini berarti bahwa memburuknya kualitas tidur akan diikuti dengan kenaikan indikasi ide bunuh diri. Hasil penelitian ini lebih sesuai diterapkan pada mahasiswa sarjana (S1) dan dilakukan di masa pandemi. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif.

As a primary need, sleep affects individual functions in routine that depends on its quality. Sleep quality plays important role in predicting one of the risk behaviors in every individual, suicidal ideation. One of the groups that have the high bad sleep quality and suicidal ideation prevalence is college students, that in developmental classification is categorized as emerging adulthood. This study aims to identify the role of sleep quality to suicidal ideation among college students. This study applied the quantitative and non-experimental type that collected the data online using questionnaire including the measurement tool which are Depressive Symptom Index-Suicidality Subscale (DSI-SS) dan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) to active college students who were 18-25 years old. Furthermore, this research implemented the statistical analysis of simple linear regression to analyze the role of sleep quality to suicidal ideation. From 702 participants’ data tested, the result of this study indicated that sleep quality significantly and positively play a role in predicting suicidal ideation (R2 = 0,188, p< 0,05). This result indicated that the worst the sleep quality, the higher the possibility in experiencing suicidal ideation. This study’s result is more applicable for undergraduates in Bachelor’s Degree and conducted in pandemic. Therefore, further study is needed to increase the representativeness of the result."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delima Oktriana
"Fenomena ide bunuh diri rentan hadir di kalangan mahasiswa yang dipengaruhi oleh berbagai konteks biopsikososial. Ketika kehidupan yang rentan tersebut disertai dengan faktor risiko, maka akan menyebabkan ide bunuh diri menjadi benar-benar hadir. Salah satu faktor risiko ide bunuh diri di kalangan mahasiswa adalah kejenuhan akademik yang berperan sebagai prediktor munculnya ide bunuh diri. Penelitian ini bertjuan untuk menguji peran kejenuhan akademik terhadap ide bunuh diri dengan menggunakan alat ukur Depressive Symptom Index-Suicidality Subscale (DSI-SS) untuk mengukur ide bunuh diri dan Academic Burnout Scale (ABS) untuk mengukur kejenuhan akademik. Berdasarkan 694 partisipan mahasiswa yang diolah datanya dengan analisis statistik regresi sederhana, ditemukan bahwa kejenuhan akademik secara signifikan memprediksi munculnya ide bunuh diri dengan korelasi positif (R2 = 0,200, p < 0,05). Dengan begitu, semakin tinggi tingkat keperahan kejenuhan akademik, maka semakin tinggi kemungkinan munculnya ide bunuh diri.

The phenomenon of suicidal ideation has been prone to emerge among students who are influenced by various biopsychosocial contexts. When this vulnerability has been accompanied by risk factors, it will caused suicidal ideation to be very present. One of the risk factors for suicidal ideation among college students was academic burnout which acts as a predictor of the emergence of suicidal ideation. This study aimed to examine the role of academic burnout to suicidal ideation by using the Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS) to measure suicidal ideation and the Academic Burnout Scale (ABS) to measure academic burnout. Based on 694 student participants whose data was processed using analysis statistical of simple linear regression, it was found that academic burnout significantly predicted the emergence of suicidal ideation with a positive correlation (R2 = 0,200, p < 0,05). Therefore, the higher level of academic burnout in college students, the higher possibility they have of having suicidal ideation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Nabila Amalia
"Ide bunuh diri menjadi perilaku yang muncul pertama sebelum tindakan bunuh diri terjadi sehingga meningkatkan faktor protektif dapat menjadi cara efektif dalam mengurangi perilaku tersebut. Salah satu upayanya dengan meningkatkan welas diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran dari welas diri terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa rantau. Partisipan keseluruhan berjumlah 186 mahasiswa dengan masa perkembangan dewasa awal yang berusia 18-25 tahun, merantau, dan tinggal sendirian di asrama, indekos, atau apartemen selama berkuliah. Partisipan diukur dengan menggunakan alat ukur Self-Compassion Short Form (SCS-SF) dan Depressive Symptom Index-Suicidality Subscale (DSI-SS). Data yang didapatkan dianalisis menggunakan teknik regresi linear sederhana dengan hasil menunjukkan bahwa welas diri secara signifikan dengan arah hubungan negatif terhadap tingkat ide bunuh diri pada mahasiswa rantau (R^2 = 0,236, p < 0,05). Dengan kesimpulan, setiap peningkatan welas diri dapat menurunkan tingkat ide bunuh diri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan langkah intervensi preventif dari faktor risiko ide bunuh diri pada mahasiswa rantau.

Suicidal ideation emerged as the first behavior before the act of suicide itself. Therefore, increasing protective factors could have been an effective way to reduce such behavior. One of the efforts was by enhancing self-compassion. This study aimed to identify the role of self-compassion in suicidal ideation among out-of-town college students. The total number of participants was 186 students in early adulthood aged 18-25 years, who lived alone in dormitories, boarding houses, or apartments during their studies. The participants were assessed using Self-Compassion Short Form (SCS-SF) and the Depressive Symptom Index-Suicidality Subscale (DSI-SS). The data obtained were analyzed using simple linear regression techniques, with the results showing that self-compassion significantly negatively correlated with the level of suicidal ideation among out-of-town college students (R2 = 0.236, p < 0.05). In conclusion, the study found that increases in self-compassion led to reductions in the level of suicidal ideation. The findings of this study were expected to be a basis for developing preventive intervention steps against the risk factors of suicidal ideation among out-of-town students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Dinda Zhafira
"Mahasiswa tingkat akhir yang menghadapi tuntutan skripsi cenderung menggunakan waktu sebelum tidur untuk menggunakan media sosial sebagai pelarian. Namun, aktivitas tersebut dapat berkembang menjadi perilaku maladaptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi prokrastinasi waktu tidur terhadap penggunaan media sosial bermasalah pada mahasiswa tingkat akhir. Partisipan pada penelitian ini adalah 358 mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi (perempuan=265, laki-laki=93), berusia 18–25 tahun (M=21,58, SD=0,794), dan menggunakan media sosial. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa prokrastinasi waktu tidur dapat memprediksi penggunaan media sosial bermasalah secara signifikan dengan kontribusi yang sedang (R2=0,091, p<0,01). Disarankan untuk memperhatikan proporsi demografis partisipan di penelitian selanjutnya.

Final-year students facing the pressures of their thesis tend to use their bedtime to engage with social media as a form of escape. However, this activity can develop into maladaptive behavior. This study aims to determine the role of bedtime procrastination towards this problem in final year students. Participants in this research were 358 final year students who were doing their thesis (female=265, male=93), aged 18–25 years (M=21.58, SD=0.042), and used social media. The results of the regression analysis showed that bedtime procrastination significantly predicts problematic social media use with a moderate contribution. (R2=0,091, p<0,01). It is suggested that future research should consider the demographic proportion of participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Kurniawan
"Latar Belakang: Perilaku non-suicidal self injury NSSI adalah tindakan menyakiti diri yang tidak bertujuan untuk mengakhiri hidup. Beberapa studi menemukan bahwa angka NSSI cukup tinggi pada remaja SMA, dilakukan oleh 1 dari 4 remaja usia 16-17 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mencari angka perilaku menyakiti diri pada siswa SMA di Jakarta, mencari motivasi dan faktor risiko perilaku tersebut. Metode: Peneliti menghubungi tiga sekolah yang bersedia menjadi lokasi penelitian. Dilakukan pengacakan untuk menentukan masing-masing satu kelas IPA dan IPS dari tiap sekolah yang akan menjadi subyek penelitian. Peneliti menggunakan Self Harm Behavior Questionnaire versi bahasa Indonesia untuk menilai perilaku menyakiti diri, SCL-90 versi bahasa Indonesia untuk menilai psikopatologi, dan mengadaptasi Child and Adolescent Self-Harm in Europe untuk menilai motivasi dan stresor sosial. Uji ?2 dan Pearson dilakukan untuk menilai hubungan faktor risiko dan perilaku menyakiti diri. Hasil: Sebanyak 34,3 subyek penelitian pernah melakukan tindakan menyakiti diri dalam masa remaja mereka dan tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Laki-laki lebih banyak melakukan perilaku menyakiti diri dengan memukul tembok atau lemari 44,4 sedangkan perempuan lebih banyak melakukan cutting 41,5 . Motivasi terbanyak dalam melakukan tindakan menyakiti diri adalah keinginan untuk melegakan pikiran yang tidak menyenangkan. Terdapat beberapa faktor risiko sosial yang berhubungan dengan perilaku menyakiti diri yaitu kesulitan berteman RR 1,985 , riwayat teman dengan perilaku menyakiti diri RR 1,648 , dan mengalami perundungan RR 1,593 . Psikopatologi yang memerlukan perhatian khusus adalah depresi RR 1,618 , ansietas RR 1,673 , somatisasi RR 1,816 , dan psikositisme RR 1,703 . Simpulan: Angka perilaku menyakiti diri pada remaja SMA cukup tinggi. Hal ini berhubungan dengan faktor risiko stresor sosial yang berhubungan dengan relasi remaja dengan sebayanya. Pada setiap perilaku menyakiti diri, perlu dicari kemungkinan adanya gangguan mental emosional yang mendasarinya.

Background Non suicidal self injury NSSI is an act with non fatal intention. Several studies discovered high number of NSSI in adolescents, which is found in 1 every 4 adolescent aged 16 17 years old. This research aims to find the number of NSSI in high school student in Jakarta, finding the overlying motivation, and the risk factor of such acts. Methods Three schools are willing to participate in the study. A randomization is performed to determine one of the social science class and one fo the math and physics science class from each school to be the research subject. The questionnaires used are Self Harm Behavior Questionnaire to evaluate self harm act, SCL 90 to evaluate psychopathology, and Child and Adolescent Self Harm in Europe to evaluate motivation and social stressor. Pearson and 2 test is performed to find the relationship between risk factors and self harm acts. Result Among the respondents, 34.3 has performed self harm behavior during their adolescent period. There is no significant difference between the number of male and female subjects. Male subjects report high number of aggressive acts such as hitting wall or cupboard 44.4 while female subjects report high number of self cutting 41.5 . The main motive for self harm was to lsquo get relief from a terrible state of mind rdquo . Several risk factors are associated with self harm acts, such as difficulties with peer relationships RR 1,985 , self harm behaviour in close friend RR 1.618 , and bullying RR 1.593 . Notable psychopathologies are depression RR 1.618 , anxiety RR 1.673 , somatization RR 1.816 , and psychoticism RR 1.703 . Conclusion The number of self harm acts in high school student is quite high. This condition is related to social stressor risk factor, which is related to adolescent relationship with peer group. In every self harm act, it is important to find the possibility of underlying mental emotional disorder. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renata Felichiko Nurandhita
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran keberfungsian keluarga terhadap hubungan antara stres akademis dengan gagasan bunuh diri pada mahasiswa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keberfungsian keluarga adalah Family Assessment Device FAD versi 3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur stres akademis adalah Educational Stress Scale for Adolescent ESSA . Kemudian, instrumen yang digunakan untuk mengukur gagasan bunuh diri adalah Suicide Ideation Scale SIS . Responden penelitian ini ada sebanyak 303 mahasiswa Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun.
Hasil penelitian menggunakan metode regresi Hayes, dan hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel stres akademis terhadap gagasan bunuh diri t 303 = 5.0403, p < 0.01 . Namun hasil perhitungan regresi yang dilakukan tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara efek interaksi keberfungsian keluarga dan stres akademis terhadap gagasan bunuh diri t 303 = 1.2612, p > 0.05.

This study is conducted to search for the role of family functioning towards the relationship between academic stress and suicide ideation on University students. The instrument used to measure family functioning is Family Assessment Device FAD version 3. The instrument used to measure academic stress is the Educational Stress Scale for Adolescent ESSA. And the instrument used to measure suicide ideation is Suicide Ideation Scale SIS. The sample used for this study are students of the University of Indonesia. There are as much as 303 participants with the age ranging from 18 25 years old.
The results of this study was obtained by using Hayes regression method. The results are that there is a significant correlation between academic stress and suicide ideation t 303 5.0403, p 0.01. But the result also shows that there is no significant correlation between the interaction effect of family functioning and academic stress towards suicide ideation t 303 1.2612, p 0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S70156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fitriani
"Ide bunuh diri menjadi salah satu komponen penting dalam memprediksi upaya bunuh diri serta diasumsikan sebagai indikator dari masalah kesehatan mental lainnya. Mahasiswa salah satu kelompok yang rentan memiliki ide bunuh diri dikarenakan adanya tekanan hidup dan sumber stres lainnya. Peranan coping styles menjadi penting bagi individu dalam menghadapi masalah dalam hidupnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara coping styles (problem-focused coping, emotion-focused coping, dan avoidant coping) dengan ide bunuh diri pada mahasiswa program sarjana di Universitas Indonesia. Desain penelitian menggunakan kuantitatif Cross-Sectional dengan membagikan kuesioner secara daring melalui Kobo ToolBox sejumlah 570 responden mahasiswa dari 14 fakultas. Teknik sampling menggunakan metode Incidental sampling dan Quota Sampling. Alat ukur Brief COPE dipakai untuk mengukur coping styles dan Beck Scale for Suicide Ideation untuk mengukur ide bunuh diri. Dari hasil uji statistik Spearman Correlation menunjukkan ada hubungan antara problem-focused coping (r = -0,453, p<0,05), emotion-focused coping (r = -0,210, p<0,05), dan avoidant coping (r = 0,593; p<0,05) dengan ide bunuh diri pada pada mahasiswa program sarjana di Universitas Indonesia. Arah hubungan negatif pada problem-focused coping dan emotion-focused coping dengan ide bunuh diri, sedangkan avoidant coping memiliki hubungan positif. Semakin sering mahasiswa menggunakan problem-focused coping dan emotion-focsed coping akan semakin rendah ide bunuh diri yang dimiliki. Serta, semakin sering penggunaan avoidant coping akan semakin tinggi ide bunuh diri yang dimiliki. Maka itu, peneliti merekomendasikan mahasiswa untuk mengkombinasikan penggunaan problem-focused coping dan emotion-focused coping yang adaptif ketika mengatasi tekanan hidup dibandingkan avoidant coping atau penghindaran terhadap masalah.

Suicidal ideation is essential in predicting suicide attempts, also assumed to be an indicator of other mental health problems. Undergraduate students are one of the groups most vulnerable to suicidal ideation due to life pressures and other sources of stress. Coping styles is a crucial role for individuals in dealing with life problems. The aim of this study is to examine the relationship between coping styles (problem-focused coping, emotion-focused coping, and avoidant coping) with suicidal ideation on undergraduate students at University of Indonesia. This study using quantitative cross-sectional design with distributed online questionnaires via Kobo ToolBox to collected 570 student respondents from 14 faculties. The sampling techniques used are incidental sampling and quota sampling. The Brief COPE was used to measurement coping styles, and the Beck Scale for Suicide Ideation was used to measurement suicidal ideation. The result of study using Spearman correlation statistical tests indicated coping styles significantly correlated between problem-focused coping (r = -0.453, p<0.05), emotion-focused coping (r = -0.210, p<0.05), and avoidant coping (r = 0.593, p<0.05) with suicidal ideation on undergraduate students at University of Indonesia. Problem-focused coping and emotion-focused coping has negative correlation with suicidal ideation, inverse avoidant coping has a positive correlation. The more frequently students use problem-focused coping and emotion-focused coping, the lower their suicidal ideation. Conversely, the more frequently avoidant coping is used, the higher the suicidal ideation. Recommendation that undergraduate students to combine the use of adaptive problem-focused coping and emotion focused coping when dealing with life pressures rather than resorting to avoidant coping."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vindry Yana Cappenberg
"ABSTRACT
Pengemudi adalah salah satu pekerjaan kompleks yang melibatkan persepsi, koordinasi sensorimotorik serta membutuhkan kewaspadaan dan pembuatan keputusan. Jam kerja yang tidak tentu akan berpengaruh terhadap kuantitas tidur dan kualitas tidur meeka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pengaruh sleep hygiene terhadap kuantitas tidur dan kualitas tidur pengemudi truk muatan. Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI terhadap 45 pengemudi laki-laki. Ditemukan sebanyak 25 orang 55,6 mendapatkan penilaian sleep hygiene buruk, dengan jumlah pengemudi yang mengalami kuantitas tidur kurang sebanyak 13 orang 52 dan kualitas tidur buruk sebanyak 14 orang 56. Kesimpulannya sleep hygiene memberi pengaruh baik terhadap kuantitas tidur maupun kualitas tidur pengemudi truk di PT. X walaupun dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan.

ABSTRACT
The driver is one of the complex jobs involving perception, sensorimotoric coordination as well requires vigilance and decision making. Unnecessary working hours will affect the quantity of sleep and the quality of their sleep. The purpose of this study was to look at the effect of sleep hygiene on the quantity of sleep and the sleep quality of truckload drivers. A cross sectional study design was used in this study using the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI questionnaire of 45 male drivers. It was found that 25 people 55,6 got poor sleep hygiene rating, with the number of drivers who experienced less sleeping quantity as many as 13 people 52 and poor sleep quality as many as 14 people 56. In conclusion sleep hygiene gives good influence on the quantity of sleep and sleep quality truck drivers at PT. X although in this study there is no significant relationship."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Bella Maria
"ABSTRAK
Peningkatan penggunaan smartphone yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir membawa pada fenomena smartphone addiction. Penggunaan smartphone berlebihan terutama pada malam hari menyebabkan tersitanya waktu untuk beristirahat sehingga beresiko menjadi penyebab menurunnya kualitas tidur seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak dari smartphone addiction terhadap kualitas tidur individu terutama pada mahasiswa. Pengukuran kualitas tidur dilakukan dengan alat ukur The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Sementara itu, smartphone addiction diukur dengan menggunakan Smartphone Addiction Scale-Short Version SAS-SV . Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Independent Sample T-Test. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang berjumlah 218 orang dari berbagai perguruan tinggi di wilayah Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada mean skor kualitas tidur kelompok smartphone addict M= 9,16, SD=2,96 dan kelompok non-smartphone addict M= 8,17, SD=2,89 ; t 216 =2,372, p=0,019. Berdasarkan hasil analisis, kelompok smartphone addict menunjukan kualitas tidur yang lebih buruk dibandingkan dengan kelompok non-smartphone addict. Sehingga smartphone addiction berdampak pada kualitas tidur individu. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima.

ABSTRACT
The rapid increase of smartphone usage in recent years brings the phenomenon of smartphone addiction. Excessive use of smartphones, especially at night, can reduced the remaining time to rest as well as risk of causing decreased sleep quality of a person. This study was conducted to see the impact of smartphone addiction on individual sleep quality, especially on undergraduate students. Sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Meanwhile, smartphone addiction was measured using Smartphone Addiction Scale Short Version SAS SV . Statistics analyses were performed using Independent Sample T Test. This study involved 218 undergraduate students from various universities in Jabodetabek area. The results showed that there were significant differences in mean sleep quality score of the smartphone addict group M 9, 16, SD 2.96 compare to non smartphone addict group M 8.17, SD 2.89 t 216 2,372, p 0,019. Based on the analysis, excessive smartphone usage seen in the smartphone addict group shows worse sleep quality compared to non smartphone addict group. So the conclusion is that smartphone addiction affects individual sleep quality. Thus the hypothesis in this study was proved."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>