Ditemukan 60816 dokumen yang sesuai dengan query
Miranda Adhli Fahira
"Upaya meyakinkan seseorang dikenal dengan istilah persuasi. Setelah penutur bahasa meyampaikan tuturan persuasif, seyogianya tuturan tersebut berhasil meyakinkan mitra tuturnya. Namun, tampaknya agen properti tidak hanya mengucapkan tuturan persuasifnya sekali. Berdasarkan pencermatan awal, tampaknya agen properti menyampaikan tuturan persuasifnya berkali-kali, ia menyampaikan sekuens (urutan) tuturan persuasif kepada calon pembeli. Oleh karena itu, sekuens tuturan persuasif agen properti kepada calon pembeli menarik untuk dicermati. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan realisasi dan karakteristik sekuens tuturan persuasif bahasa Jepang dalam penjualan properti. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 percakapan yang mengandung sekuens persuasif. Data itu diperoleh dari drama Jepang Ie Uru Onna. Penelitian ini menemukan bahwa sekuens tuturan persuasif oleh agen properti kepada calon pembeli dapat dikategorikan menjadi (i) Sekuens tuturan persuasif dengan eksplikatur, (ii) Sekuens tuturan persuasif dengan implikatur, dan (iii) Sekuens tuturan persuasif dengan eksplikatur dan implikatur. Hasil analisis menunjukkan bahwa agen properti cenderung mengujarkan tuturan persuasifnya berkali-kali. Sekuens tuturan persuasif yang paling banyak digunakan adalah sekuens tuturan persuasif dengan implikatur. Dengan kata lain, agen properti cenderung menyampaikan beberapa kali tuturan persuasif yang disertai alasan agar persuasi berhasil.
The effort to convince someone is known as persuasion. After the speaker delivers a persuasive speech, the speech should successfully convince his/her speech partner. However, it seems that real estate agents do not only utter their persuasive speech only once. Based on the initial observation, it seems that the real estate agents utter their persuasive speech many times, they deliver persuasive speech sequence to convince potential buyers. Therefore, the persuasive speech sequence by real estate agents to potential buyers are interesting to observe. This study aims to explain the realization and characteristics of Japanese persuasive speech sequence in property sales. The research data consists of 12 conversations containing persuasive sequence. The datas were obtained from Japanese drama Ie Uru Onna. This study found that persuasive speech sequence by real estate agents to potential buyers can be categorized into (i) persuasive speech sequence with explicatures, (ii) persuasive speech sequence with implicatures, and (iii) persuasive speech sequence with explicatures and implicatures. The analysis results indicate that real estate agents tend to repeatedly deliver their persuasive speech. The most frequently used persuasive speech sequence is the one with implicature. In other words, real estate agents tend to convey persuasive speech multiple times, accompanied by reasons, in order to achieve successful persuasion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ellycia Nanditta
"Dalam Analisis Percakapan (Conversation Analysis), sebuah pola percakapan yang terbentuk antara stimulus dan respons disebut sebagai pasangan berdampingan (adjacency pair). Sebuah stimulus dapat berupa sapaan, pertanyaan, permintaan, dan lain-lain. Pada penelitian ini, jenis stimulus yang akan dijadikan sebagai fokus penelitian adalah persuasi. Peneliti ingin mengetahui karakteristik pasangan berdampingan dalam sebuah wacana persuasif, khususnya dalam bahasa Jepang. Dengan demikian, sumber data dari penelitian ini adalah film berbahasa Jepang. Dari sumber tersebut, data yang terjaring adalah 12 tuturan persuasif dan responsnya. Dalam analisis, penelitian ini dilakukan menggunakan teori pasangan berdampingan (adjacency pair) oleh Schegloff dan Sacks (1973). Berdasarkan teori tersebut, data berupa tuturan persuasif dan responsnya dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam tabulasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebuah pasangan berdampingan dapat diklasifikasikan berdasarkan ada atau tidaknya rangkaian sisipan (insertion sequence) di antara stimulus dan responsnya. Klasifikasi tersebut terdiri atas pasangan berdampingan berdekatan dan pasangan berdampingan berjauhan.
In Conversation Analysis (CA), adjacency pair is known to be a speech pattern consist of a stimulus and it’s response. Types of stimulus that can be found in an adjacency pair are greetings, questions, requests, etc. In this study, the type of stimulus that will become the focus of discussion are persuassions. From this study, the author wishes to find the characteristics of an adjacency pair in persuassive discourses, specifically in Japanese. Thus, the data are taken from persuassive conversations found in Japanese movies. The data consist of 12 persuasive speeches and it’s response. Based on Schegloff and Sack’s theory of adjacency pair, the author analyze pairs of persuassive speech and it’s reponse using a descriptive method and present them in the form of a table. The analysis show that an adjacency pair can be classified based on wether an insertion sequence are present or not in between a stimulus and it’s response. The classifications consist of close adjacency pair and distant adjacency pair."
Depok:
2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Bagus Ibnu Ghani
"Penelitian ini menganalisis tuturan berbelanja yang digunakan oleh anak-anak Jepang di rentang usia 2 hingga 5 tahun dalam reality show "Hajimete no Otsukai" yang tayang mulai tahun 2022 di Netflix. Penelitian ini berfokus pada penggunaan bahasa Jepang oleh anak-anak dalam konteks berbelanja di pasar dengan cara mengidentifikasi tuturan yang digunakan dalam konteks menanyakan letak barang, menyebutkan barang yang ingin dibeli, menjawab pertanyaan penjual, dan menyatakan alasan membeli barang. Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah episode-episode dari reality show "Hajimete no Otsukai”. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur Austin yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi dan teori kesantunan. Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi tuturan anak saat berbelanja dan mengidentifikasi pola-pola tuturan yang muncul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak menggunakan piranti linguistik berupa ragam santun dengan menggunakan format verba-masu, verba-masu ka, dan verba-n desuka serta ragam biasa dengan menggunakan format verba+yo dan verba+ta.
This study analyzes shopping utterances used by Japanese children aged 2 to 5 years old in the reality show "Hajimete no Otsukai" which airing from 2022 on Netflix. This study focuses on the use of Japanese by children in the context of shopping at the market by identifying the utterances used in the context of asking the location of goods, mentioning the goods they want to buy, answering the seller's questions, and stating the reasons for buying goods. The main data sources used in this study are episodes of the reality show "Hajimete no Otsukai". The theories used in this study are Austin's speech act theory of locution, illocution, and perlocution and politeness theory. The analysis is done by identifying children's speech during shopping and identifying the patterns of speech that appear. The results show that children use linguistic tools in the form of polite varieties using verb-masu, verb-masu ka, and verb-n desuka formats and ordinary varieties using verb+yo and verb+ta formats. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fachril Subhandian
"Penelitian ini membahas variasi tuturan direktif Bahasa Jepang dalam surat elektronik oleh penutur jati kepada penutur non-jati Bahasa Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan variasi tindak tutur direktif yang terdapat dalam surat elektronik. Data berupa surat elektronik yang berkaitan dengan pekerjaan, diperoleh dari penutur non-jati Bahasa Jepang (penutur jati Bahasa Indonesia) sebagai penerima pesan yang pernah menerima surat elektronik dari penutur jati Bahasa Jepang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penutur jati Bahasa Jepang cenderung menyampaikan tuturan direktif dalam bentuk tidak langsung karena dilatarbelakangi oleh kesadaran identitas soto (luar kelompok) dan uchi (dalam kelompok) dalam masyarakat penutur jati Bahasa Jepang.
This research discusses variations of Japanese directive speech acts in e-mail by native Japanese speaker to non-native Japanese speaker. The purpose of this research is to describe variations of directive speech act which is written in e-mail. The data are e-mails that relates to the request for doing some works and were gained from non-native Japanese speaker who had received e-mails from native Japanese speaker. This research is a qualitative research using a Sosiolinguistics approach. The result of this research shows that native Japanese speakers tend to use indirect directive act because the subconsciousness of the native Japanese speaker of soto (outside group) and uchi (inside group)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41862
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Sihombing, Hasianna Omega Tessalonika
"Sebagai bahasa yang bergantung pada penggunaan konteks, bahasa Jepang memiliki banyak tuturan dengan informasi yang disampaikan secara implisit. Informasi tersebut dapat berupa presuposisi dan implikatur percakapan. Penelitian ini membahas mengenai persamaan dan perbedaan presuposisi dan implikatur percakapan yang terkandung dalam satu tuturan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan presuposisi dengan implikatur percakapan dalam tuturan bahasa Jepang. Penelitian dilakukan mengacu pada teori prinsip kerja sama oleh Herbert Paul Grice dan teori presuposisi oleh George Yule dan Robert Stalnaker. Data penelitian diambil dari serial drama Keibuho Daimajin yang dikumpulkan dengan metode simak catat. Penyajian data dilakukan dengan menuliskan aksara Jepang, romaji, glossing, dan terjemahan bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan 28 data dengan implikatur, 14 data dengan presuposisi, dan enam data dengan presuposisi dan implikatur percakapan dalam satu tuturan. Presuposisi dan implikatur percakapan sama-sama tidak diutarakan secara eksplisit, tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Implikatur percakapan adalah maksud sebenarnya penutur, tetapi presuposisi adalah informasi tambahan yang diselipkan dalam tuturan secara implisit.
Japanese has many utterances with implicitly conveyed information as a language that depends on context. Such information can be in the form of presuppositions and conversational implicatures. This study discusses the similarities and differences between presuppositions and conversational implicatures in an utterance. This study aims to explain the relations between presupposition and conversational implicature in Japanese utterances. The research referred to the theory of cooperation principle by Herbert Paul Grice and the theory of presupposition by George Yule and Robert Stalnaker. The research data were taken from the drama series Keibuho Daimajin and collected by observation and note. Data was presented by writing Japanese characters, romaji, glossing, and translating into Indonesian. The results showed 28 data with implicature, 14 with presupposition, and six with presupposition and conversational implicature in the same utterance. Presupposition and conversational implicature are not explicitly stated, but there are differences between the two. Conversational implicature is the speaker's intention, but presupposition is additional information tucked into the utterance implicitly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Kyanne Maureen Zalfa Aulia
"Studi ini membahas mengenai tuturan nasihat guru dalam bahasa Jepang pada percakapan institusional. Sumber data yang digunakan pada studi ini adalah tuturan nasihat guru pada film dan drama Jepang. Data yang digunakan dalam studi ini berjumlah 19 data. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah percakapan institusional. Dalam konteks institusi, percakapan dengan pemangku kepentingan disebut percakapan institusional. Guru merupakan pemangku kepentingan pada institusi sekolah atau pendidikan. Hasil studi ini menemukan sembilan tipe tuturan nasihat guru kepada muridnya yaitu, (i) tuturan nasihat guru kepada murid dengan metafora, (ii) tuturan nasihat guru kepada murid dengan format kondisional, (iii) tuturan nasihat guru kepada murid dengan metafora dan format kondisional, (iv) tuturan nasihat guru kepada murid dengan direktivitas, (v) tuturan nasihat guru kepada murid dengan metafora, format kondisional, dan direktivitas, (vi) tuturan nasihat guru kepada murid dengan format purposif, (vii) tuturan nasihat guru kepada murid dengan format kondisional dan format purposif (viii) tuturan nasihat guru kepada murid dengan metafora, format kondisional, dan format purposif, dan (ix) tuturan nasihat guru kepada murid dengan format kuotatif. Studi ini menunjukan bahwa guru menuturkan nasihatnya dalam berbagai tipe dan dalam sebuah percakapan guru dapat menuturkan nasihat lebih dari satu tipe.
This study discusses Japanese teacher's advice in institutional conversations. The data sources used in this study are teacher’s advice in Japanese movies and dramas. The amount of data used in this study is 19 data. The following theory used in this study is institutional conversation. In the institutional context, conversations with stakeholders are called institutional conversations. In schools or educational institutions, teachers are the stakeholder. This study found nine types of teacher's advice to students, namely, (i) teacher's advice to students using metaphors, (ii) teacher's advice to students with conditional form, (iii) teacher's advice to students with metaphors and conditional form (iv) teacher's advice to students with directivity, (v) teacher's advice to students with metaphor, conditional form, and directivity, (vi) teacher's advice to students with purposive form, (vii) teacher's advice to students with conditional form and purposive form, (viii) teacher's advice to students with metaphor, conditional form and purposive form, and (ix) teacher's advice to students with quotative form. This study shows that teachers give advice in various types and in a conversation teachers can give advice in more than one type."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Christian Marcellino Budiman
"Penelitian ini meneliti tentang tuturan memuji dalam 14 data dalam bentuk unggahan dalam media sosial Instagram dengan tulisan pendek berbahasa Jepang tentang produk roti yang terlampir dalam penelitian ini melalui perspektif dari J. L. Austin (1962), John Searle (1979), dan I Dewa Putu Wijana (1996). Penelitian ini diteliti dengan teknik analisis wacana dan menjelaskan secara deskrpitif sehingga bisa dimasukkan kepada dua kategori dengan tujuan menentukan jenis tuturan memuji. Penelitian ini telah menemukan adanya tuturan memuji langsung dan taklangsung pada data yang terlampir.
This research has done a research of compliment speech acts in 14 pieces of data in the form of Instagram posts of bread-related products that have captions in Japanese language that was attached onto this research with the perspectives of J. L. Austin (1962), John Searle (1979) and I Dewa Putu Wijana (1996). This research was done using the discourse analysis method and giving descriptive explanations toward the compliment acts that is categorized within two categories with the purpose of determining what kind of speech act is used. This research has found the usage of direct and indirect speech act on the aforementioned attached data."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fenie Nurfauziah
"Percakapan merupakan salah satu proses komunikasi. Ada berbagai cara mengutarakan ujaran dalam percakapan. Dalam setiap ujaran mengandung makna yang ingin disampaikan penutur, baik secara implisit maupun eksplisit. Makna dugaan dalam sebuah ujaran disebut dengan implikatur. Sedangkan eksplikatur ialah bentuk eksplisit dari sebuah ujaran. Skripsi ini membahas tentang eksplikatur dalam implikatur ujaran pada variety show. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan implikatur ujaran bahasa Jepang melalui eksplikatur berdasarkan interaksi ujaran dan konteks situasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan 12 data yang sudah dianalisis, implikatur dapat dibagi tiga jenis, yaitu implikatur konvensional, implikatur percakapan, dan implikatur konvensional percakapan. Dengan membagi jenis implikatur tersebut, maksud ujaran penutur dapat diketahui berdasarkan interaksi ujaran dan konteks situasionalnya secara eksplisit.
ABSTRACT Conversation is one of communication processes. There are ways to communicate a speech in a conversation. Every speech contains meaning in which the speaker intends to convey implicitly and explicitly. Presumed meaning in a speech is referred as an implicature, while explicit form is referred as an explicature. The focus of this study is to explain the explicature in implicature on a variety show. The purpose of this study is to explain the implicature in Japanese speech through explicature based on speech interactions and situational contexts. The research rsquo s result shows that based on the 12 datas analyzed, implicatures can be divided into three types conventional implicature, conversational implicature, and conversational conventional implicature. By dividing the three implicatures, the speaker rsquo s intended meaning can be recognized based on the speech interaction between explicit speech and situational context."
2017
S66350
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fachril Subhandian
"
ABSTRAKSkripsi ini membahas tentang tindak tutur persuasif untuk meyakinkan seseorang agar membeli produk yang ditawarkan, yang muncul dalam drama seri yang berjudul Yama Onna Kobe Onna. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana tuturan persuasif Bahasa Jepang yang dilakukan oleh pegawai toko dalam meyakinkan pengunjung. Penelitrian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuturanpersuasif pegawai toko, banyak dilakukan dengan cara memuji penampilan pengunjung, sesuai dengan prinsip persuasi Cialdini.
AbstractThe focus of this study is the Japanese speech act of persuasion in convincing someone to buy products which is used in Yama Onna Kabe Onna drama series. The purpose of this research is to know how the persuasive utterances be made by shop assistants to convince customers. This research_s result, in which using Cialdini_s principles of persuasion, showed that many of shop assistant_s persuasive utterances be made by praising customer."
2010
S13706
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Ranti Oktaviani
"
ABSTRAKRanti Oktaviani. Abstrak sbb. Didalam skripsi ini diteliti ungkapan-ungkapan eufemisme yang terdapat dalam karya sastra berjudul Yu no Yado no Onna Ungkapan-ungkapan ini diteliti melalui analisis wacana dengan pendekatan sosiopragmatik serta dikaitkan dengan teori klasifikasi tindak tutur ilokusi milik John Searle. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Dari hasil penelitian, peneliti menemukan ungkapan-ungkapan eufemisme tersebut memiliki implikatur yang berbeda berdasarkan tujuan tuturan yang hendak dicapai oleh penutur. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan ungkapan-ungkapan eufemisme ke dalam tuturan esertif dan direktif.
AbstractRanti Oktaviani. Abstract. The focus of this study is euphemism expressions in a story _Yu no Yado no Onna_. These expressions are researched by discourse analysis with socio-pragmatic approach and related with the theory of John Searle_s taxonomy of illocutionary acts. This research is qualitative and use descriptive-analytical method. From the results of research, researcher finds that the euphemism expressions have different implicatures based on the purposes of speech acts which are needed by speaker. Based on the results, researcher can classify euphemism expressions into assertive and directive speech acts"
2010
S13774
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library