Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11000 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogi Susatyo
"Penelitian ini berusaha mendeskripsikan proses evakuasi masyarakat Kaoem Depok yang ditahan unsur-unsur bersenjata yang loyal pada Republik Indonesia pasca Gedoran Depok (8-13 Oktober 1945) oleh administrasi militer Sekutu lewat lembaga RAPWI, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur militer Inggris-Belanda. Gelombang kekerasan yang melanda Depok pada awal Oktober 1945 disusul oleh penahanan sebagian penduduk Kaoem Depok yang kemudian dibawa ke penjara Pledang di Kota Bogor. Penemuan-penemuan terkait penelitian ini menunjukkan bahwa peranan RAPWI selaku Lembaga khusus bentukan Sekutu yang menangani tawanan perang dan Interniran sipil berperan sangat besar dalam seluruh tahapan evakuasi atas penduduk Kaoem Depok yang ditahan di Kota Bogor, dimana lewat kesepakatan-kesepakatan dengan pihak Republik Indonesia, sebagian besar penduduk Depok yang ditawan pihak Republik di Bogor dapat dipindahkan ke kamp-kamp milik Sekutu.

This research aims to describe the evacuation process of Kaoem Depok community who were detained by armed elements loyal to the nascent Republic of Indonesia after the Gedoran Depok affairs (8-13 October 1945) by the Allied military administration through the RAPWI institution, which composed by both British and Dutch military elements. The wave of violence that hit Depok in early October 1945 was followed by the arrest of some members of Kaoem Depok communities who were then taken to Pledang prison in Bogor City. The findings related to this research demonstrates the major roles played by RAPWI as the specialised Allied organisation for the management of Allied POWs and civil internees in all stages of the evacuation of the Kaoem Depok members who had been detained in Bogor City, where through agreements with the side of Republic of Indonesia, most of the members of Kaoem Depok which been detained by Republic of Indonesia could be transferred to Allied forces safe-camps."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wenri Wanhar
Depok: Usaha Penerbitan Telah Sadar, 2011
959.8 WEN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rafaeline Shalma Lafiany
"Peristiwa Gedoran Depok (7–13 Oktober 1945) mencerminkan dinamika kompleks kekacauan sosial dan politik selama masa Bersiap pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini menganalisis representasi peristiwa tersebut dalam artikel dari sepuluh surat kabar Belanda terbitan Oktober 1945 dengan fokus pada penggunaan diksi untuk menggambarkan pelaku dan tindakan. Data diperoleh dari situs Delpher.nl menggunakan kata kunci Geruchten in Depok (“Desas-desus di Depok”). Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dikombinasikan dengan pendekatan Discourse-Historical Approach (DHA). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan konsisten diksi bermakna kriminal dan politis, seperti plunderaars (penjarah), moordenaars (pembunuh), dan fanatici (fanatik) yang membingkai aktor Indonesia secara negatif. Pilihan diksi ini membangun narasi yang memperkuat ideologi kolonial dengan menampilkan para pejuang pribumi sebagai ancaman berbahaya dan inferior secara moral. Pembingkaian ini selaras dengan wacana kolonial yang bertujuan untuk membenarkan intervensi eksternal. Penelitian ini menegaskan peran penting bahasa media dalam membentuk narasi sejarah dan opini publik, terutama pada masa konflik. Dengan mengintegrasikan analisis linguistik dan historis, penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana peristiwa Gedoran Depok direpresentasikan kepada audiens Belanda. Selain itu, penelitian ini menyoroti implikasi lebih luas dari pembingkaian media dalam membangun identitas dan memori pasca-kolonial.

The Gedoran Depok event (7–13 October 1945) reflects the complex dynamics of social and political chaos during the Bersiap period, following Indonesia's Declaration of Independence. This study analyses the representation of the event in ten Dutch newspapers from October 1945, focusing on the use of diction to depict the actors and actions involved. Data was sourced from the Delpher.nl website using the keyword "Geruchten in Depok" (“Rumours in Depok”). The research employs a historical method combined with the Discourse-Historical Approach (DHA). The findings reveal a consistent use of criminal and political terms, such as plunderaars (plunderers), moordenaars (murderers), and fanatici (fanatics), which frame the Indonesian actors in a negative light. This choice of diction constructs a narrative that reinforces colonial ideology by portraying indigenous fighters as both a dangerous threat and morally inferior. Such framing aligns with colonial discourse aimed at justifying external intervention. This study underscores the crucial role of media language in shaping historical narratives and public opinion, particularly during times of conflict. By integrating linguistic and historical analysis, the research provides a profound understanding of how the Gedoran Depok event was represented to the Dutch audience. Furthermore, it highlights the broader implications of media framing in the construction of post-colonial identity and memory."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rafaeline Shalma Lafiany
"Peristiwa Gedoran Depok (7–13 Oktober 1945) mencerminkan dinamika kompleks kekacauan sosial dan politik selama masa Bersiap pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini menganalisis representasi peristiwa tersebut dalam artikel dari sepuluh surat kabar Belanda terbitan Oktober 1945 dengan fokus pada penggunaan diksi untuk menggambarkan pelaku dan tindakan. Data diperoleh dari situs Delpher.nl menggunakan kata kunci Geruchten in Depok (“Desas-desus di Depok”). Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dikombinasikan dengan pendekatan Discourse-Historical Approach (DHA). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan konsisten diksi bermakna kriminal dan politis, seperti plunderaars (penjarah), moordenaars (pembunuh), dan fanatici (fanatik) yang membingkai aktor Indonesia secara negatif. Pilihan diksi ini membangun narasi yang memperkuat ideologi kolonial dengan menampilkan para pejuang pribumi sebagai ancaman berbahaya dan inferior secara moral. Pembingkaian ini selaras dengan wacana kolonial yang bertujuan untuk membenarkan intervensi eksternal. Penelitian ini menegaskan peran penting bahasa media dalam membentuk narasi sejarah dan opini publik, terutama pada masa konflik. Dengan mengintegrasikan analisis linguistik dan historis, penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana peristiwa Gedoran Depok direpresentasikan kepada audiens Belanda. Selain itu, penelitian ini menyoroti implikasi lebih luas dari pembingkaian media dalam membangun identitas dan memori pasca-kolonial.

The Gedoran Depok event (7–13 October 1945) reflects the complex dynamics of social and political chaos during the Bersiap period, following Indonesia's Declaration of Independence. This study analyses the representation of the event in ten Dutch newspapers from October 1945, focusing on the use of diction to depict the actors and actions involved. Data was sourced from the Delpher.nl website using the keyword "Geruchten in Depok" (“Rumours in Depok”). The research employs a historical method combined with the Discourse-Historical Approach (DHA). The findings reveal a consistent use of criminal and political terms, such as plunderaars (plunderers), moordenaars (murderers), and fanatici (fanatics), which frame the Indonesian actors in a negative light. This choice of diction constructs a narrative that reinforces colonial ideology by portraying indigenous fighters as both a dangerous threat and morally inferior. Such framing aligns with colonial discourse aimed at justifying external intervention. This study underscores the crucial role of media language in shaping historical narratives and public opinion, particularly during times of conflict. By integrating linguistic and historical analysis, the research provides a profound understanding of how the Gedoran Depok event was represented to the Dutch audience. Furthermore, it highlights the broader implications of media framing in the construction of post-colonial identity and memory."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siswantari
"Disertasi ini membahas tentang Strategi-strategi Perhimpoenan Kaoem Betawi pada masa kepemimpinan M. Masserie dan Abdul Manaf, dalam meningkatkan kesejahteraan Kaoem Betawi dan keindonesiaan. Perhimpoenan Kaoem Betawi merupakan organisasi pertama yang dibentuk oleh orang Betawi yang diakui sebagai badan hukum pada tahun 1923. Perhimpoenan ini mengalami perkembangan dari organisasi yang bersifat lokal menjadi organisasi yang mengedepankan keindonesiaan. Pembentukan Perhimpoenan tidak lepas dari adanya mitos masa kesuburan orang Betawi yang membuat Orang Betawi bergerak untuk mencapai kembali kejayaan tersebut, ditambah lagi dengan adanya kemunduran orang Betawi akibat berkurangnya tanah pekarangan, membuat orang Betawi bergerak untuk mencapai kemajuannya dengan mendirikan Perhimpoenan Kaoem Betawi.
Faktor kemunculan Perhimpoenan Kaoem Betawi, tidak lepas dari pengaruh perkembangan kota Batavia pada awal abad ke-20 yang menjadi pusat pendidikan, pemerintahan dan ekonomi Hindia Belanda. Kota Batavia telah pula menjadi pusat gerakan politik pribumi, dimana berbagai organisasi kedaerahan telah tumbuh dan berkembang. Hal itu membawa Orang Betawi tidak mau ketinggalan turut pula aktiv menyuarakan aspirasi politiknya.
Metodologi yang digunakan dalam disertasi ini adalah narativisme. Narativisme merupakan metodologi dalam filsafat sejarah yang digunakan untuk merekonstruksi masa silam. Menafsirkan masa lampau dengan mengaitkan berbagai fakta dari masa silam yang semula tidak koheren dan tanpa struktur menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. Temuan penelitian ini adalah : lewat peranan M. Masserie dan Abdul Manaf, Perhimpoenan Kaoem Betawi telah menumbuhkan solidaritas Betawi untuk kemajuan Kaoem Betawi dan keindonesiaan. Berbagai strategi dilakukan untuk kemajuan Masyarakat Betawi dan keindonesiaan, diantaranya melalui Surat Kabar, Pendidikan, Gemeenteraad Batavia, dan menjalin kerjasama dengan gerakan organisasi pergerakan lainnya.

This study discussed about the strategies of the Association of Betawi Community (Kaoem Betawi) during the leadership period of Masserie and Abdul Manaf, for improving welfare of Betawi people (Kaoem Betawi) and Indonesianness. The Association of Betawi Community (Kaoem Betawi) was the first organization formed by the Betawi people to be recognized as a legal entity in 1923. This association experienced developments from local organization into organization that prioritized Indonesianness. The formation of the Association could not be separated from the myth of the fertility period of the Betawi people. This caused the movement to regain the glory, added with the decline of the Betawi people due to the reduction of the yard, made the Betawi people moving to achieve the progress by establishing The Association of Betawi Community ( Kaoem Betawi).
The emergence factor of the Association of Betawi Community ( Kaoem Betawi) was inseparable from the influence of the development of the Batavia city in the early of 20th century which became the center of education, government and the economy of the Dutch East Indies. The Batavia city had also become the center of the indigenous political movement, where the various regional organizations had grown and developed. That made the Betawi people did not want to miss and also actively voiced their political aspirations.
The methodology used in this dissertation was narativism. Narativism was a methodology in historical philosophy used to reconstruct the past and interpreting the past by relating various facts from the past that were previously incoherent and without structure into a single whole. The research result was finding the role of M. Masserie and Abdul Manaf for The Association of Betawi Community which had grown Betawi solidarity for the advancement of the Betawi Community and Indonesianness. Various strategies were carried out for the advancement of the Betawi society and Indonesianness, including by Newspaper, Gemeenteraad Batavia Education, and cooperating with other movement organizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2608
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Harumi Putri
"Status gizi balita dipengaruhi oleh pola asuh. Skripsi ini bertujuan untuk menggali informasi terkait status gizi dan pola asuh balita pasca perawatan di Pusat Pemulihan Gizi(PPG)Rawat InapUPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dan studi kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September 2015 hingga Januari 2016. Gambaran pola asuh ibu diperoleh dari data primer dengan cara observasi dan wawancara mendalam. Data status gizi diperoleh dari data sekunder yang ada di PPG Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya.
Terdapat perbedaan yang signifikan (P value <0.05) antara nilai rata-rata status gizi pasien berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB saat masuk dan pulang dari PPG Rawat InapUPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya. Secara garis besar, pola asuh ibu dalam PHBS dan perilaku pencarian kesehatan cukup. Pola asuh dalam hal persiapan dan pemberian makan anak masih kurang sehingga perlu diperbaiki. Status gizi baik balita gagal dipertahankan karena persentase asupan makanan balita di rumah pasca perawatan lebih rendah dibandingkan fase rehabilitasi di PPG Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya.

The nutritional status of children is affected by caring practices. This research aims to explore information related to nutritional status and child caring practices in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok. This research used cross sectional study and and qualitative study. This research was conducted in September 2015 to January 2016. The primary data of child caring practices was obtained by observation and in-depth interviews of mothers. Nutritional status of children aged 6 to 59 months was collected from secondary data in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok.
There is significant differences (P value <0.05) between the average score of the nutritional status of children based on index WAZ, HAZ, and WHZ before and after treatment in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok. Generally, hygiene practices and health seeking behaviour are enough good. Food preparation and child feeding practive still need to be improved. Healthy nutritional status after treatment fails to be maintain because children consumed less energy than when they were in rehabilitation period in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku M. Yusuf Syah Putra
"Tanggung jawab dalam melestarikan dan menjaga warisan budaya menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat Kota Depok karena perkembangannya sangat cepat menuju kota modern. Kolaborasi bersama komunitas Kaoem Depok sebagai living heritage bersama seluruh stakeholder merupakan keniscayaan untuk menjadikan wilayah Depok Lama sebagai destinasi wisata sejarah Depok Lama dan menjadi ikon serta ruang publik baru bagi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif studi kasus pada lokus cagar budaya Depok Lama fokus secara yuridis empiris. Penelitian ini menghadirkan kebaruan terhadap urgensi kebijakan yang sinkron serta komprehensif serta adaptif dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat pada obyek bangunan cagar budaya yang melibatkan partisipasi masyarakat. Memaknai identitas perlu formulasi hibrid yang multikultur, bukan milik suatu entitas/etnis tertentu. Secara geobudaya, Depok Lama menunjukkan kekhasan pola berdasarkan alam budaya terkait residu budaya kolonialisme Belanda. Bahkan, menjaga warisan budaya itu akan meningkatan kohesi sosial mengingat kota tanpa bangunan tua seumpama dengan manusia tanpa ingatan.

The responsibility to maintain and protect cultural heritage is a challenge for the government and the people of Depok City because of its very fast development towards a modern city. Collaboration with the Kaoem Depok community as Living Heritage with all stakeholders is a necessity to make the Old Depok area a historical tourist destination for the Old Depok and become an icon and a new public space for the community. This study uses a qualitative case study approach at the Depok Lama cultural heritage locus, with a juridical and empirical focus. This research brings novelty to the urgency of policies that are synchronous as well as comprehensive and adaptive to the pace of community economic growth on cultural heritage objects that involve community participation. Making sense of identity requires a hybrid formulation that is multicultural, not belonging to a particular entity/ethnicity. According to geoculture, Old Depok shows a distinctive pattern based on cultural nature related to the cultural residues of Dutch colonialism. In addition, preserving this cultural heritage will increase social cohesion considering that a city without old buildings is like a human without memory."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Harnita
"Sampah di Kota Depok menjadi permasalahan mendesak akibat meningkatnya timbulan sampah dan terbatasnya kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan memilah sampah di Kelurahan Depok pada tingkat rumah tangga berpotensi menghambat pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan memilah sampah rumah tangga beserta faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya, serta menganalisis hubungannya dengan jumlah pengurangan sampah di Kelurahan Depok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan metode campuran kuantitatif dan kualitatif, serta analisis korelasi dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kelurahan Depok atau 38 berpartisipasi tinggi, 30 berpartisipasi sedang, 7 berpartisipasi rendah, dan 25 tidak berpartisipasi. Faktor internal dan eksternal secara serentak berpengaruh signifikan pada tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan memilah sampah rumah tangga di Kelurahan Depok. Secara parsial, kontribusi faktor internal pada tingkat pemahaman 5,34 dan faktor eksternal pada tingkat peran aktor penggerak 15,1, tingkat manfaat langsung 22,1, serta ketersediaan dan aksesibilitas wahana 35,2 berpengaruh signifikan pada tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan memilah sampah rumah tangga di Kelurahan Depok. Terdapat hubungan signifikan antara tingkat partisipasi dalam kegiatan memilah sampah rumah tangga dengan pengurangan sampah di Kelurahan Depok.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat di Kelurahan Depok termasuk pada kategori tinggi sehingga sebagian besar sampah organik tertangani oleh Unit Pengolahan Sampah 43,6 dan anorganik oleh bank sampah 24,2 . Ketersediaan dan aksesibilitas wahana sebagai faktor yang paling besar mempengaruhinya dan partisipasi masyarakat telah berkontribusi mengurangi 0,41 sampah di Kelurahan Depok sehingga mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan.

Solid waste in Depok City turns into an urgent problem due to the increase of solid waste production and the limited capacity of the Final Disposal Facility. The low level of community participation in waste sorting activities in Depok Village at the household level has potentially inhibited sustainable waste management.
The purpose of this study is to examine the level of community participation in waste sorting activities in the household level along with the influencing internal and external factors, and analyze its correlation with the amount of waste reduction in Depok Village. The approach used in this research is quantitative, with combination of quantitative and qualitative method, and multiple linear correlation and regression analysis.
The results represented that the majority of Depok Villagers or 38 of them have high level of participation, 30 with moderate level, 7 with low level, and 25 have no participation at all. Internal and external factors simultaneously have a significant effect on the level of community participation in waste sorting activities in the household level. Partially, the contribution of internal factors including awareness level 5,34 and external factors including the role of driving actors 15,1 , direct benefit rate 22,1 , and availability and accessibility of the means 35,2 had a significant effect on the level of community participation in solid waste sorting activities in the household level in Depok Village. The level of participation in solid waste sorting activities in the household level is significantly related to waste reduction in Depok.
It can be concluded that the level of community participation in Depok Village is considered as high, it is because most of organic wastes have been handled by Waste Processing Unit 43,6 , while the inorganic wastes have been handled by the waste bank 24,2 . Availability and accessibility of the means as the greatest influencing factor and community participation has contributed to waste reduction in Depok Village by 0,41 , therefore it supports sustainable waste management."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2017
T49075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagian Infokom Setda Kota Depok,
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Ilmia
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang komprehensif tentang permasalahan di Jalan Margonda Kota Depok ditinjau dari konsep walkability. Sebagai kota pelapis kedua (secondary city) bagi Ibu Kota Jakarta, Kota Depok perlu memiliki selasar kota yang menunjang aktifitas warganya khusunya pejalan kaki. Hasil kajian ini diharapkan menjadi dasar dalam desain yang walkable yang ideal pada Jalan Margonda Raya sebagai selasar Kota Depok. Metoda perancangan dipilih untuk menghasilkan desain walkable yang komprehensif dan dapat menjadi alternatif untuk memecahkan permasalahan terkait walkable di Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukannya desain yang walkable dalam bentuk selasar kota. Selasar kota yang dirancang telah mendukung konsep walkability yang memiliki fungsi sebagai pelindung pejalan kaki dari cuaca, titik sentral interaksi sosial, pusat perekonomian, serta menjadi ikon dari kota. Desain selasar Kota Depok yang ditawarkan terintegrasi dalam konteks Sustainability, Harmoni dan Inklusif.

The purpose of this research is to obtain comprehensive information about issues on Margonda Street in Depok City, examined through the concept of walkability. As a secondary city to Jakarta, Depok needs urban arcades that support the activities of its residents, especially pedestrians. The study aims to serve as a foundation for an ideal walkable design on Margonda Raya Street as Depok's urban arcade. The design method was chosen to produce a comprehensive walkable design and provide alternatives to address walkability issues in Depok. The research findings indicate the necessity of a walkable design in the form of urban arcades. These arcades are designed to support walkability by providing shelter from weather, serving as central points for social interaction, contributing to the local economy, and becoming icons of the city. The proposed urban arcade design for Depok integrates principles of Sustainability, Harmony, and Inclusivity within its context."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>