Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128706 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hikmah Nur Adilah
"Kondisi perempuan sebelum adanya organisasi Aisyiyah di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Perempuan pada saat itu masih mengalami keterbelakangan, tidak terdidik serta awam dalam pemahaman agama. Maka kehadiran Aisyiyah membawa perubahan bagi perempuan hampir di seluruh Indonesia. DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah dimana organisasi Aisyiyah menebarkan kiprahnya. Penelitian ini membahas sejarah Aisyiyah DKI Jakarta, peran Aisyiyah terhadap perempuan muslim di DKI Jakarta, serta faktor pendukung dan penghambat Aisyiyah di DKI Jakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik wawancara serta observasi laporan kegiatan dan data - data primer lainnya. Landasan Teoritis yang digunakan pada penelitian ini adalah pemberdayaan terhadap perempuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Aisyiyah DKI Jakarta telah melakukan pemberdayaan perempuan muslim di DKI Jakarta pada beberapa bidang, yaitu: peningkatan literasi, kesejahteraan, perlindungan, serta pengembangan diri. Pemberdayaan ini tidak lepas dari dukungan Muhammadiyyah sebagai organisasi induk yang terus berusaha meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat. Pemberdayaan ini lah yang menjadikan eksistensi Aisyiyah di DKI Jakarta mendapat dukungan dari berbagai pihak hingga saat ini karena manfaat yang terasa di masyarakat khusunya perempuan muslim. Selain itu, terdapat beberapa penghambat dalam organisasi Aisyiyah DKI Jakarta, antara lain: minimnya SDM, kurangnya sinergisitas antara pimpinan pusat dan cabang Aisyiyah DKI Jakarta, serta kurang profesionalnya kader Aisyiyah.

The condition of women before the existence of the Aisyiyah organization in Indonesia was still quite apprehensive. Women at that time were still underdeveloped, uneducated and ignorant in understanding religion. So Aisyiyah's presence brought change for women in almost all of Indonesia. DKI Jakarta is one of the areas where the Aisyiyah organization spread its work. This study discusses the history of Aisyiyah DKI Jakarta, the role of Aisyiyah towards Muslim women in DKI Jakarta, as well as the supporting and inhibiting factors for Aisyiyah in DKI Jakarta. The method used in this study is qualitative with interview techniques and observation of activity reports and other primary data. The theoretical basis used in this study is the empowerment of women. The results of this study indicate that Aisyiyah DKI Jakarta has empowered Muslim women in DKI Jakarta in several areas, namely: increasing literacy, welfare, protection, and self-development. This empowerment cannot be separated from the support of Muhammadiyah as the main organization which continues to increase awareness for the community. It is this empowerment that makes Aisyiyah's existence in DKI Jakarta receive support from various parties to date because of the benefits felt in society, especially Muslim women. In addition, there are several obstacles in the DKI Jakarta Aisyiyah organization, including: the lack of human resources, the lack of synergy between the central leadership and the DKI Jakarta Aisyiyah branch, and the lack of professionalism of Aisyiyah cadres."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
London : Routledge, 2014
305.486 97 MUS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ismah Salman
"Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari kegiatan Aisyiyah sebagai suatu organisasi wanita Islam yang terkemuka di Indonesia dalam mewujudkan Keluarga Sakinah. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
(1) Peran organisasi dalam mendorong peran aktif wanita dalam kehidupan sosial ekonomi, baik di dalam keluarga maupun di masyarakat.
(2) Strategi Aisyiyah dalam mencapai terbentuknya Keluarga Sakinah di kalangan anggotanya.
Penelitian dilakukan dengan mempergunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian mencakup tiga Cabang Aisyiyah, yaitu Cabang Jakarta Selatan dan Timur dan Yogyakarta (Kauman sebagai tempat asal Aisyiyah didirikan). Lokasi ini dipilih karena merupakan tempat Pimpinan Pusat Aisyiyah berada dan relatif bervariasi, baik dalam jumlah anggota maupun permasalahan yang dihadapi. Subjek penelitian adalah Pimpinan (Ketua, sekretaris, bendahara dan bagian-bagian) dan anggota Aisyiyah, pimpinan Muhammadiyah dan pengurus Kowani. Subjek penelitian berjumlah 50 orang. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
Aisyiyah merupakan organisasi wanita Islam yang tertua di Indonesia. Pendiriannya dirintis oleh seorang remaja wanita bernama Siti Walidah dalam bentuk kelompok pengajian. Pada tahun 1917 diresmikan sebagai "bagian organisasi kewanitaan" dari persyarikatan Islam yang bernama Muhammadiyah, dan pada tahun 1966 menjadi organisasi wanita otonom dengan status Ketua Aisyiyah sebagai anggota Pleno Pimpinan Muhammadiyah.
Pemahaman yang ingin ditanamkan Aisyiyah tentang pengertian "Keluarga" kepada anggota-anggotanya adalah perwujudan pembinaan Keluarga Sakinah menurut ajaran Islam. Realisasinya akan membantu terlaksananya usaha pemerintah dalam mewujudkan Ketahanan Nasional melalui ketahanan keluarga dalam bentuk peningkatan kualitas peran wanita.
Upaya yang dianjurkan dan didorong Aisyiyah kepada para anggotanya dalam mewujudkan keluarga sakinah adalah dengan memenuhi tatanan kehidupan berkeluarga yang agamis dan ubudiyah, keluarga yang sehat, ekonomi keluarga yang stabil, dan hubungan harmonis antaranggota keluarga.
(1) Kehidupan keluarga yang agamis yang dicirikan oleh 80 persen responden yang menyatakan memperoleh pengetahuan agama dari hasil mengikuti pengajian agama dan buku-buku tentang keluarga Sakinah yang dikeluarkan oleh Aisyiyah; sebanyak 905 responden mengirim anak-anaknya bersekolah di madrasah untuk belajar agama.
(2) Kehidupan keluarga yang sehat dicirikan oleh: 65% responden melaksanakan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan sewaktu hamil, merawat kesehatan anak dan anggota keluarga, menjaga kebersihan rumah, pakaian dan makanan dan cara hidup sehat, 85% responden kondisi rumahnya dan pekarangan bersih, demikian pula anak-anak dan pakaian responden.
(3) Kehidupan ekonomi keluarga yang stabil dicirikan oleh 85% responden memiliki penghasilan tetap (bekerja sebagai pegawai negeri 65% disamping suami), 20% pengusaha, sedangkan 15% responden menambah pendapatan keluarga dengan berdagang dan menjahit.
(4) Hubungan harmonis antar keluarga dicirikan oleh 90% responden hidup rukun, selalu bermusyawarah dalam memutuskan persoalan dalam rumahtangga, dan tidak bercerai. Anak-anak mereka pun berlaku hormat pada orang tua dan tidak punya masalah serius. lni terbukti tidak terdapat di kalangan responden yang memiliki masalah serius yang berdampak merusak keharmonisan keluarga sekalipun tersedia kesempatan konsultasi atau diskusi setelah pengajian.
(5) Pengamalan agama di kalangan anggota keluarga dengan salat berjamaah, puasa dilaksanakan dengan tepat, di samping menunaikan zakat dan haji (dari 25%) responden yang terhitung mapan di bidang ekonomi.
Pemahaman jender memperjelas peran dan fungsi wanita dalam keluarga, di samping tidak mengabaikan kewajiban mereka di tengah-tengah masyarakat. Pemahaman jender tidak saja dimaksudkan untuk menyadarkan wanita akan keberadaannya tetapi juga menyadarkan pria tentang pentingnya. Peran serta mereka dalam mewujudkan Keluarga Sakinah, sebagai implikasi posisi wanita sebagai mitra sejajar pria, baik dalam rumah tangga maupun di masyarakat.
Strategi Aisyiyah dalam mewujudkan Keluarga Sakinah dilakukan melalui berbagai jalur upaya berikut:
(1) Pendidikan formal dan nonformal, seperti pendirian sekolah TK sampai Perguruan Tinggi, kursus-kursus keterampilan dan pengajian agama, seminar, diskusi dan penyuluhan.
(2) Peningkatan ekonomi keluarga melalui peningkatan keterampilan usaha wirausaha, koperasi, dan kegiatan anak asuh, bantuan dana pendidikan dan usaha Qaryah Thayyibah (Desa Binaan).
(3) Peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, Klinik Bersalin, KB dan fasilitas kesejahteraan lainnya seperti panti asuhan dan panti jompo.
(4) Membina hubungan dengan masyarakat luas, instansi pemerintah maupun swasta dalam mensukseskan program pemerintah, termasuk di dalamnya usaha membina kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
(5) Menerbitkan buku-buku tuntunan dan pedoman yang dapat berguna bagi masyarakat. Di antara buku-buku yang telah diterbitkan oleh Aisyiah, di antaranya adalah Tuntunan menuju Keluarga Sakinah, Adabul Mar'ah Fil Islam (etika wanita), Tuntunan Peningkatan Ekonomi Keluarga, Peranserta Wanita dalam Pembangunan, Pedoman Pendidikan Madrasah Diniyah, Pedoman Pengkaderan dan buku-buku pedoman praktis bagi lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh Aisyiyah.
(6) Pengkaderan melalui penataran bagi remaja, kursus kader, penataran mubalig, nasehat perkawinan, dan pembinaan Nasyiatul Aisyiyah (Remaja Aisyiyah).
Potensi yang menunjang perwujudan Keluarga Sakinah yang ingin dicapai oleh organisasi Aisyiah adalah:
(1) jumlah anggota telah mencapai angka 70.370 untuk seluruh Indonesia. Berarti ada sebanyak 70.370 calon Keluarga Sakinah yang sedang dikelola oleh Aisyiah dan akan diwujudkan oleh anggota (P.P Aisyiyah, 1995).
(2) beragam jenis pendidikan formal (seperti TK, Madrasah Diniyah, SLTP dan SLTA serta Akademi Perawat) dan beragam jenis pendidikan non-formal (seperti Kursus ketrampilan, pengajian agama, kursus mubaligat dan bina usaha) telah diselenggarakan oleh Aisyiyah dan telah dimanfaatkan oleh anggota (termasuk masyarakat non-Aisyiah) dalam upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan produktif. Jumlahnya dua sarana pendidikan ini telah mencapai ribuan ( Laporan Muktamar PP.Aisyiyah 1995) dan begitu juga jumlah anggota yang telah berpartisipasi di dalamnya dan tersebar di seluruh Indonesia,
(3) panti asuhan sebagai wadah pembinaan anak yatim dan tidak mampu secara juga ada diseluruh wilayah disamping kegiatan anak asuh. Jumlahnya telah mencapai angka ribuan dan tidak hanya dimanfaatkan oleh anggota tetapi juga oleh non-anggota, terutama keluarga Islam yang tidak mampu,
(4) Rumah Sakit Bersalin, Klinik Keluarga Berencana sebagai wadah menunjang kesehatan keluarga ternyata telah banyak dimanfaatkan oleh anggota.
(5) penerbitan majalah sekalipun masih relatif sederhana.
Setelah memperoleh data dan fakta dari kegiatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Aisyiyah telah berhasil mendorong anggotanya untuk mewujudkan Keluarga Sakinah di dalam rumah tangganya, sekalipun kendala-kendalanya tetap ditemukan. Peran organisasi Aisyiyah dalam mewujudkan Keluarga Sakinah dikalangan anggotanya adalah:
1. sebagai motivator, mendorong anggota untuk menciptakan Keluarga Sakinah, minimal dalam keluarga mereka sendiri.
2. sebagai dinamisator, dengan melatih mubaligah yang bertugas menyampaikan penyuluhan Keluarga Sakinah bagi anggota dan masyarakat sekitar tempat mereka berada,
3. sebagai stabilisator, menyediakan sarana-sarana penunjang untuk menjaga kestabilan keluarga sakinah.
Kendala-kendala yang menghambat terwujudnya cita-cita organisasi Aisyiyah dalam pelaksanaan perwujudan Keluarga Sakinah adalah sebagai berikut:
(a) Dari individu wanita, baik sebagai anggota maupun pengurus. Hal ini, disebabkan oleh keterbatasan mereka dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta penghayatan ajaran agama yang keliru atau tidak tepat dalam mempersepsikan peran wanita.
(b) Manajemen yang kurang terutama sarana administrasi.
(c) Kurangnya dana, yang antara lain disebabkan kurang lancarnya iuran wajib darn anggota. Hal ini disebabkan karena tidak seluruh anggota menyadari kewajibannya sebagai anggota.
(d) Kurang rapinya administrasi seperti kegiatan pendokumentasian, pencatatan, agenda, maupun notulen rapat sehingga data kegiatan organisasi tidak seluruhnya dapat diperoleh.
(e) Kurangnya tenaga ahli dalam membantu pelaksanaan kegiatan organisasi di beberapa cabang."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fatimahtuzzahro
"Keberadaan Ulama perempuan di Pesantren Buntet adalah bukti konkrit atas kemampuan dalam memimpin dan dalam melakukan kerja sosial untuk mewujudkan harapan dan keinginan masyarakat agar terbentuk kemanusiaan yang adil beradab dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul di masyarakat, seperti permasalahan praktik pernikahan anak. Dalam pandangan keilmuanya, masyarakat bertumpu dalam mengambil keputusan. Tujuan dari penelitian ini yaitu: Menganalisis pelibatan kepemimpianan ulama perempuan dalam permasalahan pernikahan anak di Pondok Pesantren Buntet Cirebon, serta mengetahui sinergitas ulama perempuan dalam permasalahan pernikahan anak di Pondok Pesantren Buntet Cirebon. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang mengolah dan menghasilkan data yang berbentuk penguraian deskritif. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data berupa : observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisa yang digunakan peneliti adalah analisa induktif, yaitu berupa kata-kata, gambar. Dalam wawancara ini penulis telah mewawancarai tujuh Nyai sentral di Pesantren Buntet sebagai informan utama dan para santri putri berjumlah 4 orang. Teori ketahanan berjenjang yang ditulis oleh Berry Buzan dalam buku yang berjudul people states and fear memberikan ruang gerakan untuk memberikan perlindungan pada perempuan dan anak. Gagasan Berry Buzan ini mengambil dari Kenneth N Walzt kemudian dikembangkan kembali oleh Berry Buzan yang membahas masalah keamanan melalui pendekatan ketahanan berjenjang. Dari teori ketahanan berjenjang, dipadukan dengan teori kepemimpinan. Menurut Zaccaro, Kemp & Badder (2004) mengatakan bahwa potensi kepemimpinan terdiri dari Trait yang majemuk. Dimana Trait terdiri dari : kepribadian, motivasi, nilai, kemampuan kognitif, ketrampilan social dan pemecahan masalah, keahlian. Legitimasi kedudukan peran Ulama perempuan pesantren Buntet Cirebon semakin mengakar pada masyarakat dan pemangku Kebijakan Negara, untuk mencegah pernikahan anak. Hal ini dilakukan dalam kegiatan majelis ta`lim, penguatan kurikulum gender, pembuatan regulasi daerah dan negara.

The existence of female clerics in Buntet Islamic Boarding School Cirebon was concrete evidence of the ability to lead and carrying out social work, to actualize the hopes and desires of the people to form a civilized community resolving various problems that arise in the community, such as the practice of child marriage. In scientific view, community rely on decision-making. The objectives of this study are; to analyze the involvement of female clerics in the issue of child marriage and to find out the synergy of female clerics in the matter of child marriage at Buntet Islamic Boarding School. This research is qualitative research that processes and produces data in the form of descriptive elaboration. The methods use in data collection are: observation, interviews, and documentation studies. The analysis technique is inductive analysis, in the form of words, images, and events. For the interviews, the author interviewed seven central Nyai in Buntet Islamic Boarding School as the main informants and four female students. The tiered resilience theory written by Berry Buzan in his book People States and Fear, provides a space for movement to provide protection for women and children. The idea was taken from Kenneth N Walzt and later redeveloped by Berry Buzan, which discussed security issues through a tiered endurance approach. This research would combine the theory of tiered resilience with leadership theory. According to Zaccaro, Kemp & Badder (2004) leadership potential consists of multiple traits, such as personality, motivation, values, cognitive abilities, social skills, and expertise in problem solving. The legitimacy of cleric role in Cirebon`s Buntet Islamic boarding school was increasingly rooted in the community and stakeholders in state policy to prevent child marriage. This was done in activities of the majelis ta`lim, strengthening the gender curriculum, making regulations on regions and state.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge, UK: Harvard University Press, 1978
305.697 WOM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Susilowati
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2019
305 JP 24:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
E.J Ardanehwari
"Sebagai salah satu rujukan penting untuk memahami pikiran sesama perempuan, majalah perempuan merupakan sarana potensial untuk memberdayakan perempuan. Tesis ini meneliti gagasan pemberdayaan perempuan dalam editorial rubrik Glamour News Majalah Glamour USA yang dimaksudkan Redaksi Glamour sebagai sarana untuk menyatakan keberpihakan Glamour terhadap isyu-isyu perempuan. Penelitian ini bertujuan menunjukkan bagaimana gagasan pemberdayaan perempuan direpresentasikan dalam editorial Glamour sepanjang tahun 2007 serta bagaimana editorial Glamour berperan sebagai diskursus tentang pemberdayaan perempuan. Penelltian bersifat kualitatif dan menggunakan metode analisis framing.
Hasil analisis memperlihatkan, Glamour memaknai pemberdayaan perempuan Amerika Serikat sebagai hak penuh untuk mengendalikan tubuhnya sendiri; rasa percaya diri dalam bekerja; kemampuan mengatasi diskriminasi di tempat kerja; kemampuan untuk memenuhi kriteria perempuan ideal versi Glamour; pengetalman menyeluruh tentang masalah kesehatan perempuan; kemampuan mclakukan tindakan kongkret untuk menolong sesama perempuan pada khususnya dan terhadap dunia pada umunmya. Hubungan antara Glamour dengan pembacanya merupakan hubungan hegemonik. Hal itu lercermin dari earn Glamour dengan memosisikan diri sebagai penentu makna sebagai pengetahuan yang harus diikuti oleh pembacanya. Secara umum, editorial Glamour mencerminkan nilai-nilai budaya Amerika seperti sikap pragmatis, orientasi pada keunggulan, dan sense of mission untuk "menyelamatkan dunia", termasuk sifat paradoks budaya Amerika dengan rnemperHhatkan inkonsistensi dalam memaknai pemberdayaan perempuan Amerika Serikat.

As one of the important references for women to better understand each other, women's magazines are a potential means to empower women. This thesis analyzes the idea of women's empowerment in the editorials of Glamour News in Glamour magazine USA that are intended by the Glamour editorial team as a means to affirm Glamours taking sides in female issues. This research aims to show how the idea of women's empowerment is represented in Glamour editorials throughout 2007 and how the Glamour editorials played a role as a place of discourse on the empowerment of women. This thesis is qualitative in character and uses the framing analysis method.
The results of this analysis show that Glamour gives meaning to women's empowerment in the United States of America: to own the full right to control one's own body; self-confidence in carrying out a profession; the ability to formulate what being a woman is; the ability to overcome discrimination in the work place; the ability to fulfill the criteria of Glamour's version of the ideal woman; broad knowledge of female health problems; and the ability to take tangible action to express empathy toward other women specifically and the world in general The relationship between Glamour and its readers is a hegemonic relationship. This is reflected in the manner Glamour positions itself as the determiner of knowledge that should be followed by its readers. In general, Glamour editorials reflect the cultural values of America, such as pragmatism, orientation to win. and a sense of mission "to save the world” including the paradoxical character of American culture in its inconsistent way of giving meaning to American womens empowerment.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2008
T 25443
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Lockley
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2019
305 JP 24:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Angrika
"Penelitian ini menggambarkan pandangan dan sikap terhadap fenomena peran ganda, KDRT dan TKW dalam hubungannya dengan program organisasi perempuan Islam. Alasan yang mendasari penelitian ini adalah adanya tudingan bahwa organisasi perempuan Islam kurang vokal, cenderung lamban dalam merespon isu-isu gender, dan terkooptasi oleh Orba. Akibatnya, organisasi perempuan Islam (OPI) seolah tidak peduli akan persoalan perempuan dan tenggelam dalam lingkaran gerakan perempuan di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berperspektif perempuan, melibatkan 24 subjek penelitian yang terdiri dari 12 orang dari PPNA Yogyakarta dan 12 orang dari PP Fatayat NU Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan dan sikap terhadap fenomena peran ganda, KDRT, dan TKW pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh pemahaman pengurus tentang konsep gender. Sejauh pengurus memiliki pemahaman dan kepekaan gender, maka semakin tumbuh program yang berwawasan gender pula. Nasyiah dan Fatayat, sesungguhnya mempunyai perhatian dan kepedulian yang tinggi, serta cukup responsif dalam menanggapi persoalan gender. Ini terlihat dari program kerja yang mencoba melepaskan diri dari bias gender dan berpihak pada kepentingan perempuan. Program kerja yang relevan dengan ketiga isu gender yang diangkat dalam penelitian ini dikemas oleh Nasyiah dan Fatayat dalam fokus program gender masing-masing. Nasyiah berfokus pada program kewirausahaan perempuan, dan Fatayat pada penguatan hak perempuan melalui penguatan hak reproduksi.
Penelitian juga menunjukkan bahwa Nasyiah dan Fatayat tidak hanya menekankan pada program untuk memenuhi kebutuhan praktis gender perempuan, tetapi telah mulai memenuhi kebutuhan strategisnya. Nasyiah dan Fatayat perlu berbenah diri dan merumuskan kembali program-programnya khususnya yang berkaitan dengan ketiga isu di atas. Keduanya harus berusaha agar ketergantungannya terhadap lembaga dana dan organisasi induk dapat diminimalisir.
Islamic Women's Organizations' Perception and Attitude towards Gender Issues (Case study of Nasyiatul Aisyah Yogjakarta and Fatayat NU Jakarta)This research is grounded on the assumption that Islamic women's organizations have not been actively involved in addressing women's issues as well as been cooped by the New Order Ruler. This research thus aims to reveal the perception and attitude of the organizations towards gender issues, namely dual roles, domestic violence, and women labors.
Using qualitative approach with feminist perspective, 24 subjects from PPNA Jogjakarta and Fatayat NU Jakarta are interviewed.
Findings show that the perception and attitude towards gender issues of the organizations have been mostly influenced by the concepts of gender shared by the members of the board. Good understanding of gender issues shared by the members will result in good work program in addressing women's issues. Nasyiah and Fatayat have good understanding of gender concept as reflected by their work program that focuses more on women's interests. Even though Fatayat and NU have different approach, both organizations to some extent have set up work program dealing with gender issues. While Nasyiah has been intensely working on women's entrepreneurship, Fatayat focuses more on women's reproductive rights.
Both organizations also focus more on programs dealing with strategic than practical needs. It concludes, however, both Fatayat and Nasyiah still need to reformulate their work programs especially those tackling issues such dual roles, domestic violence and women labors.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvia Putri Shafyra
"Artikel ini berfokus pada dampak islamofobia terhadap perempuan muslim pada bidang pekerjaan di Prancis, khususnya saat mencari kerja dan saat bekerja di perusahaan. Populasi muslim yang berkembang secara pesat di Prancis setiap tahunnya menyebabkan rasa kekhawatiran muncul di kalangan masyarakat Prancis. Ditambah lagi, banyaknya aksi-aksi terror yang dilakukan oleh para ektrimis Islam semakin membuat masyarakat Prancis takut akan keberadaan muslim. Pada 2011, pemerintah Prancis menetapkan Undang-undang larangan penggunaan burqa yang menandai meningkatnya diskriminasi yang didasarkan oleh islamofobia. Perempuan muslim menjadi target utama diskriminasi. Salah satu tindakan diskriminasi yang sering dilakukan adalah diskriminasi pada bidang pekerjaan. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik studi pustaka, tulisan ini hendak menguraikan fenomena islamofobia dan dampaknya terhadap kondisi perempuan muslim pada bidang pekerjaan di Prancis. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep islamofobia Erik Bleich dan Multiple Discrimination Dermana Seta. Hasil dari penelitian ini adalah perempuan muslim mengalami diskriminasi, baik pada tahap pencarian kerja maupun saat bekerja di perusahaan. Pada saat pencarian kerja, diskriminasi terjadi pada dua tahap yaitu tahap penyeleksian CV dan tahap wawancara kerja. Kebanyakan dari perempuan muslim tidak mendapatkan pekerjaan karena identitas keagamaan mereka yang terlihat dari nama dan penggunaan jilbab. Ketika perempuan muslim bekerja di perusahaan, mereka mendapatkan perlakuan diskriminasi yang meliputi upah yang sedikit, jumlah kerja yang dua kali lebih banyak dibandingkan karyawan lainnya dan sulit untuk naik jabatan. Bahkan, perempuan muslim yang menggunakan jilbab seringkali harus menerima hukuman berupa pemecatan yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan.

This article focuses on the impact of islamophobia towards muslim women at French work field, especially when they look for jobs and when they work in a company. Muslim population which is growing rapidly every year in France starts to cause a sense of concern to emerge among French society. Furthermore, the large number acts of terror carried out by Islamic extremists has increased the fear towards muslim. In 2011, French government has decreed la loi contre burqa which marked the increase of islamophobia. Muslim women became a main target of the acts of islamophobia. The form of acts islamophobia which perform oftenly by people according to ENAR is discrimination in work field. Using a qualitative method and literature study, this article aims to explain the phenomenon of islamofobia in France and its impact towards muslim women in French work field. The concept that will be used in this article is the concept of islamophobia by Erik Bleich and Multiple Discrimination concept by Dermana Seta. The result of this article is Muslim women is discriminated at the stage of CV selection and job interview, meanwhile when they work in a company, they get less wages, have to work twice as much as other employees, and have a difficulty to get an excecutive position. Moreover, muslim women who wear headscarves often have to accept punishments in the form of dismissals carried out by employers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>