Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 223872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rangga Novandra
"Latar Belakang.
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan 463 juta jiwa di dunia menderita diabetes mellitus (DM) pada tahun 2019 dan akan bertambah menjadi 628 juta pada tahun 2045. Polineuropati distal simetrik merupakan manifestasi terbanyak neuropati diabetik perifer. Gangguan ini berasosiasi dengan neuropati otonom dan ganguan pada mikrovaskular lainnya sehingga dapat menjadi pintu untuk mencari komplikasi diabetes lain. Pada pasien dengan penyakit kronik seperti polineuropati distal simetrik, kualitas hidup perlu diperhatikan untuk merancang, memantau dan mengevaluasi efektivitas intervensi pengobatan.
Tujuan.
Mengetahui proporsi polineuropati distal simetrik dan hubungannya terhadap kualitas hidup pada penyandang diabetes melitus di Puskesmas di Jakarta.
Metode.
Studi potong lintang dengan populasi terjangkau pasien DM di Puskesmas di Jakarta dari September 2022-Januari 2023. Analisis data digunakan untuk mendapatkan proporsi polineuropati distal simetrik dan hubungannya terhadap kualitas hidup pada pasien diabetes melitus di Puskesmas di Jakarta.
Hasil.
Selama periode penelitian didapatkan 183 subjek dengan rerata umur 53+8,6 tahun, rerata lama menderita diabetes 5+4,8 tahun, rerata tekanan darah sistolik 141+19,4mmHg dan diastolik 90+9 mmHg. Sebanyak 140 subjek (77,3%) obesitas, 123 (67,2%) subjek dengan kadar HbA1C yang belum terkontrol dengan rerata kadar HbA1C 8,1+2%. Sebanyak 177 subjek (96,7%) menderita dislipidemia dengan rerata kadar kolesterol total 207 (43,4) mg/dL, kadar LDL 136 (39,3) mg/dL, dan HDL 48 (10,9) mg/dL. Proporsi rasa sakit pada subjek dengan polineuropati distal simetrik lebih besar bermakna dibandingkan dengan subjek tanpa polineuropati distal simetrik dengan OR 2,777 (1,384-5,572) dan p-value 0,005.
Kesimpulan.
Proporsi polineuropati distal simetrik pada penelitian ini sebesar 74,9%. Polineuropati distal simetrik pada pasien DM tidak memiliki hubungan terhadap kualitas hidup, namun didapatkan hubungan yang bermakna pada komponen dimensi rasa nyeri bila dibandingkan dengan tanpa polineuropati distal simetrik.

Background.
International Diabetes Federation (IDF) estimates that 463 million people worldwide suffer from diabetes mellitus (DM) in 2019 and will increase to 628 million in 2045. Distal symmetric polyneuropathy is the most common manifestation of peripheral diabetic neuropathy. This disorder is associated with autonomic neuropathy and other microvascular disorders, so it can be a gateway to look for other diabetes complications. In patients with chronic diseases such as symmetric distal polyneuropathy, quality of life needs to be considered in designing, monitoring and evaluating the effectiveness of treatment interventions.
Objective.
Knowing the proportion of distal symmetric polyneuropathy and its relationship to quality of life in people with diabetes mellitus in Jakarta Health Center.
Methods.
Cross-sectional study with an affordable population of diabetes mellitus patients at the Jakarta Health Center from September 2022-January 2023. Data analysis was used to obtain the proportion of distal symmetrical polyneuropathy and its relationship to quality of life in diabetes mellitus patients at the Jakarta Health Center.
Results.
During the study period, 183 subjects were found with an average age of 53+8.6 years, an average duration of diabetes 5+4.8 years, an average systolic blood pressure of 141+19.4 mmHg and a diastolic of 90+9 mmHg. A total of 140 subjects
(77.3%) were obese, 123 (67.2%) subjects had uncontrolled HbA1C levels with an average HbA1C level of 8.1+2%. A total of 177 subjects (96.7%) suffered from dyslipidemia with an average total cholesterol level of 207 (43.4) mg/dL, LDL level
of 136 (39.3) mg/dL, and HDL level of 48 (10.9) mg/dL. Proportion of pain in subjects with distal symmetric polyneuropathy was significantly greater than in subjects without distal symmetric polyneuropathy with OR 2.777 (1.384-5.572) and p-value 0.005.
Conclusion.
The proportion of distal symmetric polyneuropathy in this study was 74.9%. Patients with distal symmetric polyneuropathy did not have a lower quality of life,
but found significant relationship in the pain component when compared to those without distal symmetric polyneuropathy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Purnama
"Peningkatan prevalensi diabetes menjadi tantangan bagi tenaga profesional kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model coaching dan menilai efikasinya terhadap kualitas hidup pasien diabetes. Desain penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Tahapan penelitian terdiri dari pengembangan model coaching dilakukan dengan studi literatur, validitas konten dan ujicoba, sedangkan menilai efikasi dengan randomized control trial pada 134 pasien diabetes yang dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat coaching dan edukasi. Intervensi diberikan empat kali, satu kali face to face dan tiga melalui telepon yang dilakukan selama 12 minggu. Outcome yang diukur adalah perubahan rerata skor kualitas hidup, literasi kesehatan, HbA1c dan kepatuhan.  Analisis yang dilakukan adalah differences in differences. Dihasilkan model coaching ICARE yaitu introduksi, cek outcome, asesmen faktor yang berpengaruh, rencanakan tindakan dan eksplorasi tanggungjawab. Hasil uji efikasi  menunjukkan adanya perbedaan perubahan rerata skor antara kelompok intervensi dan kontrol, perbedaan perubahan skor literasi kesehatan   2,52 (1,18 – 3,65),  kepatuhan  7,02 (5,58 – 8,85), HbA1c  -0,34 (-0,47 -- 0,18) dan kualitas hidup  2,9 (2,01-3,72). Coaching menjadi perubah  signifikan pada dimensi kemampuan menerapkan informasi kesehatan yang diterima. Coaching  model ICARE dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien diabetes melalui perubahan dimensi literasi kesehatan dan kepatuhan. 

The increasing prevalence of diabetes was a challenge for health professionals to improving quality of life. The purpose of this study was to develop a coaching model and assess its efficacy on the quality of life of diabetic patients. The design of this research is research and development. The reseach stages consist of developing a coaching model with literature studies, content validity and testing. while assessing efficacy with a randomized controlled trial on 134 diabetic patients who were divided into two groups, namely the group that received coaching as intervention and standard care as a control. The intervention was given four times, once time face to face and three times by telephone which was carried out for 12 weeks. The outcomes measured were changes in the mean quality of life scores, health literacy, HbA1c and adherence scores. The analysis carried out is differences in differences. ICARE's coaching model was generated, namely introduction, check for outcome, assessment of influencing factors, rearrange the action plan and exploration of responsibilities. The results of the efficacy test showed that there were differences in changes in the mean scores between the intervention and control groups, differences in changes in health literacy scores 2.52 (1.18 – 3.65), adherence 7.02 (5.58 – 8.85), HbA1c -0.34 (-0.47 - -0.18) and quality of life 2.9 (2.01 – 3.72). Coaching is a significant change in the dimension of the ability to apply health information received. Coaching ICARE application model can improve the quality of life in diabetic patients through changes in the dimensions of health literacy and compliance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Aryant
"Hemodialisis dapat menimbulkan efek samping pada sistem tubuh, salah satunya adalah kelemahan otot yang berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik akan mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas hidup pasien hemodialisis. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional menggunakan sampel pasien menjalani hemodialisis rutin sebanyak 104 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup (p value = 0,659). Walaupun demikian aktivitas fisik mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien hemodialisis. Sehingga hasil ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat yaitu pentingnya mengkaji aktivitas fisikdan kualitas hidup pasien hemodialisis sebagai bagian dari intervensi keperawatan.

Hemodialysis may have side effect of muscle weakness that affects on daily activities of hemodialysis patients. Physical activity influences the quality of life of hemodialysis patients. This study aims to explore the relationship between physical activity and quality of life in hemodialysis patients. Design research used descriptive correlation with cross sectional approach, recruited 104 samples of hemodialysis patients. The result showed that there was no relationship between physical activity and quality of life (p value = 0,659). It has been realized that physical activity has important contribution for quality of life of hemodialysis patients. Therefore, nurses should perform assessment related to physical activity and quality of life in hemodialysis patients as a part of intervention to the patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Sofiani
"ABSTRAK
Diabetes Mellitus merupakan suatu sindroma klinis kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang berlangsung lama. Salah satu komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi adalah neuropati dimana pada tahap lanjut dapat dilakukan tindakan amputasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran analisis hubungan karakteristik dan budaya pasien Diabetes Mellitus ( DM ) yang mengalami amputasi kaki dengan kualitas hidup. Pada penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan croossectiona. Jumlah responden 76 pasien di wilayah DKI Jakarta. Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik pasien DM yang mengalami amputasi kaki (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, lama menderita DM, lama mengalami amputasi, jenis amputasi dan komplikasi lain yang diderita pasien) dan faktor budaya (rasa optimis dalam mengendalikan gula darah dan suku bangsa), sedangkan variabel dependen adalah kualitas hidup. Analisis bivariat menggunakan ANOVA dan Chi Square dengan alfa (< 0.05) menunjukkan ada hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup (p value 0.019) dan ada hubungan jenis amputasi dengan kualitas hidup (p value 0.0005). Pada analisis regresi logistic ganda didapatkan 2 variabel yang berpengaruh terhadap kualitas hidup yaitu tingkat pendidikan dan jenis amputasi. Pasien DM yang mengalami amputasi kaki yang berpendidikan tinggi memiliki kualitas hidup 23 kali lebih baik dibandingkan pasien DM yang mengalami amputasi kaki yang berpendidikan rendah setelah dikontrol variabel jenis kelamin, jenis amputasi, rasa optimis dan komplikasi dan pasien DM yang mengalami amputasi kaki dibawah mata kaki memiliki kualitas hidup 602 kali lebih baik dibandingkan pasien DM yang mengalami amputasi kaki diatas mata kaki setelah dikontrol variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan, rasa optimis dan komplikasi. Saran pada penelitian ini adalah perawat perlu senantiasa melakukan deteksi dini terhadap kondisi kaki pasien DM dan selalu memotivasi pasien agar selalu melakukan perawatan kaki dengan rutin.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a clinical syndrome of metabolism disorder, which is signed by a prolonged hyperglycemic. DM could lead to a chronicle complication called neuropathy, whereas in a further phase, amputation will be the last action need to be taken. This research was conducted to get analytical pictures of relation between characteristics and culture of patient with diabetic foot amputation with their quality of life. With correlation descriptive design, this research involving 76 respondents of patient in DKI Jakarta. Independent variables in this research are characteristics of patient with diabetic foot amputation(age, education level, gender, how long have they been living with DM, how long have they been living with foot amputation, type of amputation, and other complication that the patients have) and factor of culture (optimisms in controlling glucose level in blood and race). The independents variable was the quality of life. Bivariat analysis using ANOVA and Chi Square with alpha (<0.05) had showed that there ware a correlation between level of education and the quality of life (p value 0.019) and a correlation between type of amputation and the quality of life (p value 0.0005). Logistics regression analysis showed that two dominant factor to the quality of life there are type amputation and education level. Patient with diabetic foot amputation with higher education level have quality of life 23 times better than the patient with diabetic foot amputation with a lower education level after controlled with variable of gender, type of amputation, optimism and complication. Patient with DM that had amputation below their ankle have 602 times better quality of life than they who had amputation over their ankle after controlled with variable of gender, type of amputation, optimism and complication. Hopefully, this research will inspire nurses for advice the patient to a routine treatment for their foot and early detection complication."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Fajar M. Nofitri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kualitas hidup penduduk dewasa pada lima wilayah di Jakarta. Responden penelitian adalah 255 orang penduduk dewasa yang tinggal di Jakarta dengan rentang usia 18 hingga 55 tahun. Peneliti menggunakan alat ukur SEIQoL-DW yang telah diadaptasi. Hasil penghitungan statistik deskriptif mendapatkan mean skor global quality of life sebesar 77,12 (dari rentang 1-100), menandakan bahwa sebagian besar penduduk dewasa di Jakarta memiliki kualitas hidup yang baik. Selain itu, ditemukan lima aspek kehidupan paling penting bagi sebagian besar penduduk dewasa di Jakarta dalam kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu aspek keluarga, aspek spiritual/ agama, aspek kesehatan, aspek keuangan/ ekonomi, dan aspek hubungan sosial.

The purpose of this study is to descript the quality of life among adult citizen in five area of Jakarta. The participants of this research are 255 adult citizen who live in Jakarta, with age ranging from 18 to 55 years old. The instrument used in this study is adapted SEIQoL-DW. Descriptive statistic computation resulting a global quality of life mean score 77,12, indicating that most of adult citizen in Jakarta have a good quality of life. Meanwhile, the five most important life aspects according to adult citizen in Jakarta are family aspect, spirituality/ religion aspect, health aspect, monetary/ economic aspect, and social relationship aspect.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.92 NOF g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edesia Sekarwiri
"Penelitian ini berusaha untuk melihat hubungan antara kualitas hidup dan sense of community pada penduduk DKI Jakarta yang tinggal di daerah rawan banjir. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif dengan desain korelasional (correlational research design). Sampel dari penelitian ini adalah 128 warga yang tinggal di Bidaracina dan Kampung Melayu. Penelitian ini menggunakan dua buah alat ukur yaitu World Health Organization Quality of Life (WHOQOL - BREF) yang dikembangkan oleh WHO dan Sense of Community Index (SCI) yang dikembangkan dari teori sense of community yang dibuat oleh McMillan dan Chavis (1986). Hasil yang di dapat adalah dimensi yang paling mempengaruhi kualitas hidup adalah dimensi kesehatan fisik. Selain itu, juga didapat bahwa rata - rata subjek memiliki sense of community yang tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi antara skor dimensi kualitas hidup dan skor dimensi sense of community, terlihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dan sense of community, dengan r = 0,174 - 0,283 pada level 0,05 dan 0,01 pada warga yang tinggal di daerah rawan banjir. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dan sense of community. Saran bagi penelitian lanjutan adalah dengan melakukan analisa faktor untuk mengetahui lebih lanjut hubungan kualitas hidup dan sense of community.

This research explored relationships between quality of life and sense of community of people who lives in flooding area in Jakarta, Indonesia. This was a quantitave research and used a correlational research design. The participant of this research were 128 people. This research used two instrument which are World Health Organization Quality of Life (WHOQOL - BREF) from WHO and Sense of Community Index (SCI) that developed from sense of community's by McMillan and Chavis (1986). This research found that the most influential dimension in quality of life is physical. Beside that, we also found that subjek on average have a high sense of community. Based on result of correlational test between score dimension quality of life and dimension sense of community indicates that significant correlation between quality of life and sense of community, with r = 0,174 until 0, 283 and significant at l.o.s 0,005 and 0,001. So, there is a positive correlation between quality of life and sense of community. It is suggested that future researches use factor analysis to explore further about the relationship between quality of life and sense of community.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
362.2 SEK h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Budi
"Asma adalah penyakit kronik yang mempengaruhi fisik, emosi dan sosial. Pasien asma dapat terganggu kualitas hidupnya akibat keluhan-keluhan yang dirasakan, oleh karena itu tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu penatalaksanaan yang tepat ialah dengan melakukan senam asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas senam asma dengan kualitas hidup pasien asma di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian crossectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 73 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposif sampling.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kualitas hidup pasien asma (p=0,362), tidak ada perbedaan nilai kualitas hidup dengan usia (p=0.764), tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat asma dalam keluarga dengan kualitas hidup pasien asma (p=0,658), tidak ada hubungan yang bermakna antara pengobatan dengan kualitas hidup pasien asma (p=0,577) dan ada hubungan yang bermakna antara kualitas senam asma dengan kualitas hidup pasien asma (p=0,022).
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan perawat dapat merencanakan senam asma sebagai salah satu intervensi keperawatan pada program manajemen asma di rumah sakit dengan memperhatikan aspek keteraturan senam dan pelaksanaan sosialisasi dalam senam asma tersebut serta melaksanakan perannya sebagai edukator, motivator dan patien manager dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien asma. Kepada penelitian selanjutnya perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien asma.

Asthma is a chronic disease that influence physical, emotional and social function of the patient. The Quality of life would be influenced by the symptoms occured. Therefore, the purpose of asthma care is to maintain and improve the quality of life of the asthmatic patient in order to improve patients’s ability in performing their activity daily living by performing asthma physical exercise as one of modality therapy. This study aimed to examine relationship between quality of the asthma physical exercise with quality of life in patients with asthma at RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. A crossectional design was used in this study. The total sample of 73 asthmatic patient were selected by purposive sampling method.
The result showed that there was no relationship between sex with quality of life (p=0,362), there was no relationship between age and quality of life (p=0.764), there was no relationship between asthma in the family with patient’s quality of life (p=0,658), and there was relationship between quality of asthma physical exercise with quality of life (p=0,022).
This study recommended the nurses to develop asthma physical exercise planning as a nursing intervention on asthma management at hospital and make emphasize on regularity of the asthma physical exercise and building social relationship. In addition, the nurses should do their role as educator, motivator and patient manager in taking care the patients. It is also recommended to further study to explore deeply about influencing factors of the quality of life of asthmatic patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Julaeha
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan di
Kabupaten Pesawaran. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien TB di Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik klien dan pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga dengan kualitas hidup klien TB paru. Desain deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross-sectional digunakan dalam penelitian pada 41
pasien TB berumur 18-59 tahun pada fase intensif pengobatan dari bulan April
sampai Mei 2014. Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup klien TB
terganggu. Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan (p = 0,034), tugas
kesehatan keluarga (p = 0,005), pendapatan (p = 0,030) dan dukungan keluarga (p
= 0,012) dengan kualitas hidup klien TB. Pengembangan program yang
terintegrasi antara program TB dan perawatan kesehatan masyarakat dan program
lainya untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan tugas kesehatan
keluarga.

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is a major public health problem in Indonesia as well as in
Pasawaran. The family health tasks implementation may affect Health Related
Quality Of Life (HRQOL) among TB patients in Pesawaran. This study aims to
determine the corelation of characteristics of patients and family health tasks to
HRQOL TB patients. The descriptive correlative design with cross-sectional
approach was applied to this study to 41 patients. The inclusion criteria for the
respondents are aged range at18-59 years old and under the initial phase of TB
treatment from April to May 2014. The results showed that HRQOL among TB
patients generally were impaired. The characteristics associated to HRQOL
among TB patients were occupation (p = 0.034), family health tasks (p = 0.002),
income (p = 0.034) and family support (p = 0.012) . An integrated program need
to be developed to increase family’s ability to improve family health tasks."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aniza Winanda
"Pendahuluan: Luka bakar adalah cedera berat akibat kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas serta berpengaruh pada seluruh fungsi sistem tubuh. Pada luka bakar, cedera mengakibatkan kerusakan pada penampilan seseorang dan citra tubuhnya sehingga perasaan negatif yang dialami juga dapat diikuti masalah lainnya yang menyebabkan psikopatologi atau gejala masalah kejiwaan.
Metode: Studi potong lintang dengan metode pengambilan sampel secara konsekutif yang melibatkan pasien luka bakar di poliklinik Bedah Plastik serta Unit Luka Bakar RSCM, Jakarta dilakukan antara April-Mei 2017. Responden mengisi kuesioner self-report berupa Kuesioner Biodata untuk mendapat profil demografi, SRQ-20 titik potong ge;6 untuk melihat gejala psikopatologi, Kuesioner WHOQoL-BREF untuk melihat skor kualitas yang meliputi domain fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Data yang didapat diolah menggunakan analisis korelasi Spearman.
Hasil: 56 pasien luka bakar berpartisipasi dalam penelitian ini. 30.4 pasien tidak bekerja serta 48.2 memiliki penghasilan sangat rendah per bulannya. 67.9 pasien mengalami luka bakar akibat api dengan 44.6 mengalami luas luka bakar 10-30 TBSA dan mayoritas individu 80.4 mengalami luka bakar kombinasi derajat 2 3. Berdasarkan analisis yang dilakukan, 57.1 pasien mengalami psikopatologi dan rerata penilaian kualitas hidup yang rendah domain fisik 48.1, domain psikologis 51.5 . Didapatkan korelasi negatif yang bermakna p le; 0.05 antara domain psikologis dengan gejala depresi, cemas, dan penurunan energi; domain fisik dengan gejala penurunan energi, serta domain sosial dengan gejala cemas.
Pembahasan: Penelitian yang dilakukan mendapatkan berbagai hasil yang bermakna untuk membuktikan adanya korelasi antara psikopatologi dengan berbagai domain kualitas hidup yang terpengaruh.

Introduction: Burns result in severe injuries that cause damage or loss of tissue due to contact with sources of heat resulting in injuries to all body systems. Injuries of the skin, which functions as a barrier to protect internal organs, may cause patients to experience damage to one's physical appearance and body image causing negative feelings that may lead to other problems such as psychopathology and symptoms of mental illness.
Method: A cross sectional study with consecutive sampling method of burn patients who were treated at the Plastic Surgery Outpatient Clinic and Burn Unit of RSCM was conducted between April May 2017. Subjects were asked to fill in self report questionnaires including patient identity form, SRQ 20 cutoff point ge 6 for presence of psychopathology, and WHOQoL BREF to obtain mean scores of quality of life that include four domains of physical, psychological, social, and environment assessment. Data collected was analyzed using correlation analysis.
Result: 56 burn patients were included in the study. 30.4 did not work and 48.2 had very low income per month. 67.9 patients experienced burns due to fire and 44,6 had burns 10 30 of the TBSA with a majority of patients 80.4 experiencing a combination of second third degree burns. Based on the analysis, 57.1 of patients had a form of psychopathology and low mean scores of quality life physical domain 48.1, psychological domain 51.5. Significant negative correlations p le 0.05 were obtained between the psychological domain and symptoms of depression, anxiety, low energy physical domain and low energy and social domain with anxiety.
Discussion: This study obtained significant results to identify the correlation between psychopathology and various domains of quality of life affected.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Dharmmika
"Tujuan : Mengetahui perbaikan keseimbangan fungsional pada pasien polineropati diabetik anggota gerak bawah pasca latihan stabilitas postural
Disain : Pra dan pasta perlakuan dengan kelompok kontrol
Subyek : 50 prang dibagi secara acak sederhana menjadi dua kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol)
Tempat : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung
Intervensi : Kelompok kasus diberi Iatihan stabilitas postural. Kelompok kontrol diberi latihan senam kaki diabetik. Kedua kelompok melakukan latihan 3 kali di rumah sakit dengan supervisi peneliti dan 4 hari di rumah dengan supervisi anggota keluarga yang ditunjuk. Kedua latihan diberikan selama 3 minggu.
Parameter : Keseimbangan fungsional melalui 4 tolak ukur, yaitu unipedal stance test (UST), tandem stance test (TST), timed get up and go test (TUG) dan jarak functional reach test (T'RT)
Hasil : Pada kelompok kasus terdapat perbaikan keseimbangan fungsional UST (p= 0,010), «T (p= 0,009), TUG (p= 0,014) kecuali FRT (p= 0,176), Pada kelompok kontrol terdapat peningkatan keseimbangan fungsional namun tidal( bermakna.
Kesimpulan : Latihan stabilitas postural memperbaiki UST, TST dan TUG pada pasien polineuropati diabetik anggota gerak bawah."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T58481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>