Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risca Hanesty Maharani
"Saat ini semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan, minuman, kosmetik, dan market place di Indonesia memilih menggunakan produk jasa dari public figure asal Korea Selatan sebagai brand ambassador produk mereka. Oleh karena itu, Indonesia saat ini sedang kecanduan produk jasa dari Korea Selatan. Namun, pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pemanfaatan Sumber Daya Dalam Negeri bahwa adanya pelarangan untuk menggunakan warga negara asing dalam pembuatan iklan komersial. Pada penelitian ini mengkaji proses penetrasi Korean Wave kepada Publik Indonesia melalui perdagangan jasa dan kesesuaian penggunaan brand ambassador asal Korea Selatan perdagangan jasa sebagaimana diatur dalam Hukum Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif. Hasil penelitian ini adalah bahwa proses penetrasi Korean Wave kepada Publik Indonesia melalui perdagangan jasa pertama adanya pengaruh globalisasi dalam melakukan ekspansi K-Pop yang turut memperkenalkan beberapa produk konten K-Pop di antaranya fashion, makanan, elektronik, musik, film dan kosmetik serta melakukan promosi bahasa dan budaya Korea Selatan banyak digemari. Kedua, mulai dikenalnya film dan musik dari Korea Selatan di Indonesia. Ketiga, adanya kerjasama dengan Indonesia berupa pendirian agensi penyebaran budaya dan membuka cabang kantor agensi di Indonesia. Keempat, banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia memiliki kerjasama dengan public figure asal Korea Selatan untuk menjadi brand ambassador. Kemudian temuan lain dari penelitian ini adalah menurut pandangan penulis belum terdapat kesesuaian terkait penetrasi budaya populer terhadap perdagangan jasa dalam Hukum Indonesia. Hal ini karena masih adanya disharmoni dalam regulasi Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan bintang iklan dengan Warga Negara Asing.

Currently, more companies engaged in the production of food, beverages, cosmetics, and market places in Indonesia are choosing to use service products from public figures from South Korea as brand ambassadors for their products. Therefore, Indonesia is currently addicted to service products from South Korea. However, in the Regulation of the Minister of Communication and Informatics Number 25 of 2007 concerning Utilization of Domestic Resources that there is a prohibition to use foreign nationals in making commercial advertisements. This study examines the process of Korean Wave penetration to the Indonesian public through trade services and the suitability of using brand ambassadors from South Korea for trade services as stipulated in Indonesian law. The research method used is normative juridical research method. The results of this study are that the process of penetration of the Korean Wave to the Indonesian public through trade services are first has the influence of globalization in expanding K-Pop which also introduces several K-Pop content products including fashion, food, electronics, music, film and cosmetics as well as conducting language promotions and South Korean culture is much-loved. Second, the recognition of films and music from South Korea in Indonesia. Third, there is cooperation with Indonesia in the form of sensitivity to cultural dissemination agencies and opening agency branch offices in Indonesia. Fourth, many companies in Indonesia have collaborated with public figures from South Korea to become brand ambassadors. Then other findings from this study, according to the author's view there is no leeway regarding the penetration of popular culture towards trade in services in Indonesian law. This is because there is still disharmony in Indonesian regulations governing the use of advertising stars with foreign nationals."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evania Maharani Setiowati
"Hubungan emosional muncul sebagai pendorong terkuat untuk membeli barang yang berhubungan dengan idola K-Pop favorit mereka. Tan Xuan Ni (2023) menemukan bahwa respons emosional dan kognitif yang kuat mendorong niat membeli barang idola yang lebih tinggi. Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh hubungan emosional ketika idola K-Pop ditunjuk menjadi duta merek terhadap perilaku pembelian terhadap produk atau layanan yang didukung, di Asia Tenggara, dengan fokus di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Peran idola K-Pop sebagai duta merek berdampak signifikan terhadap perilaku pembelian. Kusumawardhany dan Karya (2024) menyoroti bahwa kesukaan dan daya tarik idola K-Pop menjadikannya alat periklanan yang kuat, sehingga meningkatkan penjualan produk yang didukung. Temuan ini didukung oleh Kirana (2021), yang mencatat bahwa peluncuran produk terkait secara terus-menerus meningkatkan efek idola, sehingga meningkatkan antusiasme dan loyalitas konsumen dalam fandom. Metode yang digunakan adalah tinjauan pustaka, yaitu analisis dan evaluasi kritis terhadap penelitian-penelitian yang sudah ada dan berhubungan langsung dengan topik yang dituju. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hubungan emosional dan kolektibilitas duta merek mendorong pembelian merchandise K-Pop di Asia Tenggara, memberikan pemahaman komprehensif tentang interaksi antara emosi konsumen dan strategi pemasaran dalam konteks budaya yang unik ini.
Emotional connection emerges as the strongest driver, with consumers expressing a greater intent to purchase items related to their favorite K-Pop idols. Tan Xuan Ni (2023) found that strong emotional and cognitive responses drive higher purchase intentions for idol goods. This study explores the influence of emotional connection when K-Pop idols are appointed to be a brand ambassador on purchasing behavior towards products or services endorsed, in South-East Asia, focusing on Indonesia, Malaysia and Thailand. The role of K-Pop idols as brand ambassadors significantly impacts purchasing behavior. Kusumawardhany and Karya (2024) emphasized that the attractiveness and charm of K-Pop idols render them influential marketing instruments, enhancing the sales of sponsored merchandise. As Kirana (2021) found, the regular introduction of related products intensifies the idol effect and increases fanbase enthusiasm and loyalty. The approach used is a literature review, which means carefully assessing and analyzing earlier studies that have a direct bearing on the chosen topic. Clarifying how collectability of brand ambassadors and emotional connection affect K-Pop product purchases in South East Asia is the aim of this study. It attempts to provide a thorough knowledge of how, in this particular cultural setting, consumer emotions and marketing tactics interact."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas musik K-pop secara global telah meningkat secara signifikan, sehingga menghasilkan lebih banyak penonton K-pop dan pengaruh yang lebih besar yang dimiliki oleh idola K-pop di industri ini. Akibatnya, banyak bisnis mulai merekrut idola K-pop sebagai "brand ambasador" untuk memanfaatkan basis penggemar mereka yang luas. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dampak positif dan negatif dari idola K-pop yang berperan sebagai "brand ambasador" dan mengeksplorasi alasan meningkatnya prevalensi fenomena ini. Metodologi yang digunakan untuk penelitian ini memerlukan tinjauan teoretis terhadap literatur dan sumber sekunder lainnya untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang pokok bahasan.

In recent years, the global popularity of K-pop music has risen noticeably, leading to a larger audience for K-pop and greater influence wielded by K-pop idols in the industry. As a result, many businesses have begun enlisting K-pop idols as brand ambassadors to tap into their vast fan base. This paper aims to examine the positive and negative effects of K-pop idols serving as brand ambassadors and explore the reasons for the increasing prevalence of this phenomenon. The methodology employed for this study entails a theoretical review of peer-reviewed literature and other secondary sources in order to provide a comprehensive understanding of the subject matter."
[Depok, Depok]: [Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia], 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raihanah Aqila,author
"Saat ini, banyak perusahaan atau brand yang menggunakan brand ambassador sebagai bagian dari strateginya, salah satunya menjadikan artis asal Korea Selatan, seperti aktor dan idol group sebagai brand ambassador dari produk nya. Penelitian ini menganalisis strategi penggunaan S.Coups, Wonwoo, dan Vernon Seventeen sebagai Brand Ambassador dalam kampanye Lead The Wave Chitato berdasarkan fungsi Publicity, strategi Three Ways Strategy, dan manfaat brand ambassador. Dan, melalui metode penelitian desk study. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan brand ambassador mampu menciptakan sentimen positif melalui kesamaan nilai antara Chitato dan Seventeen, yaitu self-producing dan autentisitas. Strategi Three Ways yang diterapkan meliputi push strategy melalui promosi langsung di media sosial dan iklan; pull strategy melalui konten tantangan interaktif yang mendorong partisipasi audiens; serta pass strategy yang memanfaatkan komunitas penggemar untuk memperluas pesan melalui word-of-mouth. Selain itu, manfaat brand ambassador mencakup peningkatan visibilitas merek, perluasan jangkauan audiens terutama generasi muda, dan penguatan identitas kampanye. Kesimpulan penelitian ini menegaskan bahwa kolaborasi dengan idol K-Pop sebagai brand ambassador efektif dalam meningkatkan kesadaran merek, menciptakan keterhubungan emosional dengan audiens, dan mengikuti tren pemasaran global yang relevan.

Many companies or brands use brand ambassadors as part of their strategies, including selecting South Korea artists, such as actors and idol groups as their brand ambassadors. This research analyzes the strategy of using S.Coups, Wonwoo, and Vernon Seventeen as Brand Ambassadors in Chitato's Lead The Wave campaign based on the publicity function, Three Ways Strategy, and brand ambassador benefits. And through the desk study as a research method in this article. The results of the analysis show that the use of brand ambassador is able to create positive sentiment through the similarity of values between Chitato and Seventeen, namely self-producing and authenticity. The Three Ways Strategy applied includes push strategy through direct promotion on social media and advertisements; pull strategy through interactive challenge content that encourages audience participation; and pass strategy that utilizes the fan community to expand the message through word-of-mouth. In addition, brand ambassador benefits include increased brand visibility, expanded audience reach especially the younger generation, and strengthened campaign identity. The conclusion of this study confirms that collaboration with K-Pop idols as brand ambassador is effective in increasing brand awareness, creating an emotional connection with the audience, and keeping up with relevant global marketing trends."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
Unggah4  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Gabriella Emmas
"Era Revolusi Industri 4.0 telah melahirkan banyak inovasi dalam berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya media sosial. Di bidang periklanan sendiri, kehadiran media sosial memudahkan brand untuk mengajak selebritas dari Korea Selatan sebagai brand ambassador dalam kampanye digitalnya. Contohnya adalah Nu Green Tea, brand minuman teh hijau kemasan siap minum yang mengajak grup idola K-Pop NCT 127 sebagai brand ambassador untuk kampanye barunya, #FixEnak. Namun, strategi ini menimbulkan sejumlah implikasi pada kondisi psikologis audiens dan konsumen, seperti perasaan FoMO. Terlebih apabila perasaan FoMO ini sengaja diciptakan oleh perusahaan guna mendorong perilaku pembelian impulsif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan strategi penggunaan K-Pop brand ambassador dalam menciptakan perasaan Fear of Missing Out pada konsumen Indonesia yang kemudian mendorong pembelian produk Nu Green Tea X NCT 127 secara impulsif. Analisis dilakukan dengan mengaitkan temuan dari media sosial Nu Green Tea @nuteaid dengan konsep daya tarik eksternal FoMO, konsep kelangkaan dalam pemasaran, serta faktor internal dan eksternal yang mendorong pembelian impulsif. Hasil analisis menunjukkan bahwa kolaborasi ini berhasil memicu FoMO pada konsumen hingga menciptakan pembelian impulsif melalui kombinasi dari produk yang bersifat impuls, pesan iklan dan promosi di media sosial, pembagian pengalaman, serta strategi stok terbatas.

Many inventions have emerged in numerous fields of human lives during the Industrial Revolution 4.0 era, one of those is social media. In terms of advertising, the presence of social media makes it easier for brands to invite celebrities from South Korea, to act as brand ambassadors in their digital campaigns. One of the examples is Nu Green Tea, a ready-to-drink tea company in Indonesia, who chose K-Pop idol group NCT 127 as their brand ambassadors for its new #FixEnak campaign. However, using K-Pop brand ambassadors has a variety of implications for the audience and consumers' psychological well-being, one of which is the feeling of FoMO. Especially if the brand intentionally stimulated this FoMO feeling to encourage impulsive buying. The objective of this paper is to describe how K-Pop brand ambassadors are used to create FoMO in Indonesian consumers, leading them to buys Nu Green Tea X NCT 127 goods impulsively. The research was conducted by connecting the findings from the Nu Green Tea @nuteaid social media account to the concept of FoMO's external appeal, the concept of scarcity in marketing, as well as internally and externally factors that stimulate impulsive buying. The results indicate that through a mix of impulse products, advertising messages and promotions on social media, shared experiences, and limited availability tactics, this collaboration proved successful in triggering FoMO in consumers, resulting them to do impulsive buying."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Gabriella Emmas
"Era Revolusi Industri 4.0 telah melahirkan banyak inovasi dalam berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya media sosial. Di bidang periklanan sendiri, kehadiran media sosial memudahkan brand untuk mengajak selebritas dari Korea Selatan sebagai brand ambassador dalam kampanye digitalnya. Contohnya adalah Nu Green Tea, brand minuman teh hijau kemasan siap minum yang mengajak grup idola K-Pop NCT 127 sebagai brand ambassador untuk kampanye barunya, #FixEnak. Namun, strategi ini menimbulkan sejumlah implikasi pada kondisi psikologis audiens dan konsumen, seperti perasaan FoMO. Terlebih apabila perasaan FoMO ini sengaja diciptakan oleh perusahaan guna mendorong perilaku pembelian impulsif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan strategi penggunaan K-Pop brand ambassador dalam menciptakan perasaan Fear of Missing Out pada konsumen Indonesia yang kemudian mendorong pembelian produk Nu Green Tea X NCT 127 secara impulsif. Analisis dilakukan dengan mengaitkan temuan dari media sosial Nu Green Tea @nuteaid dengan konsep daya tarik eksternal FoMO, konsep kelangkaan dalam pemasaran, serta faktor internal dan eksternal yang mendorong pembelian impulsif. Hasil analisis menunjukkan bahwa kolaborasi ini berhasil memicu FoMO pada konsumen hingga menciptakan pembelian impulsif melalui kombinasi dari produk yang bersifat impuls, pesan iklan dan promosi di media sosial, pembagian pengalaman, serta strategi stok terbatas.
Many inventions have emerged in numerous fields of human lives during the Industrial Revolution 4.0 era, one of those is social media. In terms of advertising, the presence of social media makes it easier for brands to invite celebrities from South Korea, to act as brand ambassadors in their digital campaigns. One of the examples is Nu Green Tea, a ready-to-drink tea company in Indonesia, who chose K-Pop idol group NCT 127 as their brand ambassadors for its new #FixEnak campaign. However, using K-Pop brand ambassadors has a variety of implications for the audience and consumers' psychological well-being, one of which is the feeling of FoMO. Especially if the brand intentionally stimulated this FoMO feeling to encourage impulsive buying. The objective of this paper is to describe how K-Pop brand ambassadors are used to create FoMO in Indonesian consumers, leading them to buys Nu Green Tea X NCT 127 goods impulsively. The research was conducted by connecting the findings from the Nu Green Tea @nuteaid social media account to the concept of FoMO's external appeal, the concept of scarcity in marketing, as well as internally and externally factors that stimulate impulsive buying. The results indicate that through a mix of impulse products, advertising messages and promotions on social media, shared experiences, and limited availability tactics, this collaboration proved successful in triggering FoMO in consumers, resulting them to do impulsive buying.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Lintang Sari
"Berkembangnya industri platform e-commerce di Indonesia diikuti oleh ketatnya persaingan antar platform yang salah satunya terlihat dari pemilihan brand ambassador yang dianggap paling populer di kalangan konsumen. Dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, peneliti mencoba untuk mengonfirmasi adanya pengaruh tingkat penilaian bintang K-Pop sebagai brand ambassador terhadap brand awareness, brand image, dan keputusan pembelian konsumen salah satu platform e-commerce yaitu Tokopedia. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner secara online kepada Milenial pengguna e-commerce usia 25-40 tahun dengan jumlah 450 responden yang kemudian diolah menggunakan analisis jalur (path analysis). Hasil analisis penelitian ditemukan bahwa adanya pengaruh tingkat penilaian kedua brand ambassador Tokopedia terhadap brand awareness dan brand image Tokopedia. Tingkat penilaian brand ambassador dan brand awareness namun ditemukan tidak cukup memengaruhi keputusan pembelian. Namun begitu ditemukan pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian konsumen pengguna platform e-commerce Tokopedia.

The e-commerce platform industry development in Indonesia was followed by intense competition between platforms, which can be seen from the selection of brand ambassadors who are considered the most popular among consumers. By using a quantitative research approach, this study tried to confirm the influence of the K-Pop stars as brand ambassadors' evaluations on Tokopedia brand awareness, brand image, and consumer purchasing decisions as one of the e-commerce platforms. The research was conducted by distributing online questionnaires to millennial e-commerce users aged 25- 40 years with a total of 450 respondents which were then processed using path analysis. The results of this research analysis found that there was an influence between the evaluation level of two Tokopedia brand ambassadors on Tokopedia's brand awareness and brand image. The assessment of brand ambassadors and brand awareness, however, was found to be insufficient to influence purchasing decisions. However, it was found that the brand image of Tokoedia significantly influences purchasing decisions of Tokopedia users."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofa Shabrina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku konsumsi penggemar atas brand kecantikan lokal yang menggandeng brand ambassador K-Pop. Studi terdahulu seputar konsumsi penggemar dan relasi idola-penggemar telah dikaji dengan mengukur pengaruhnya terhadap perilaku konsumsi serta dianalisis menggunakan konsep consumer society, hiperrealitas, dan representasi identitas. Namun, studi terdahulu belum banyak membahas perilaku konsumsi penggemar yang spesifik terkait konsumsinya atas brand kecantikan lokal yang menggandeng brand ambassador K-Pop menggunakan ketiga teori tersebut secara bersamaan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha menjawab terkait bagaimana perilaku konsumsi penggemar atas brand kecantikan lokal yang menggunakan brand ambassador K-Pop menggunakan ketiga teori tersebut dengan pendekatan kualitatif dan studi kasus kolaborasi Somethinc x NCT Dream. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi penggemar atas produk kolaborasi Somethinc x NCT Dream didasarkan atas konsumsinya terhadap tanda yang ditawarkan dan melekat pada kolaborasi tersebut, yakni NCT Dream sebagai brand ambassador beserta atribut kolaborasi lainnnya (hadiah photocard dan kode unik) dan penggunaan ‘konsep melokal’. Perilaku konsumsi penggemar atas kolaborasi ini menjadi wujud hiperrealitas yang meliputi proses simulasi hingga simulacra dengan adanya kedekatan semu yang dipertontonkan dan dikonsumsi penggemar. Berdasarkan hal itu, hasil penelitian ini melihat bahwa perilaku konsumsi penggemar melibatkan relasi penggemar dan idolanya sehingga mendorong konsumsi penggemar sebagai bentuk loyalitas dan dukungan mereka terhadap idola. Hal ini kemudian menjadi wujud hiperrealitas karena penggemar sulit mengidentifikasi kebenaran terkait kebutuhan mereka dan hubungannya dengan idola. Selain itu, perilaku konsumsi penggemar atas produk kolaborasi Somethinc x NCT Dream juga dapat merepresentasikan identitas penggemar (NCTzen) sekaligus menjadi motif konsumsi itu sendiri melalui interaksinya dan pertukaran tanda dengan sesama kelompok penggemar atau lainnya.

The aim of this study is that to examine fan consumption behavior of local beauty brands which collaborate with K-Pop brand ambassadors. Furthermore, previous research on fan consumption and idol-fan relations had been studied by measuring its influence on consumption behavior and it was analyzed by using the concepts of consumer society, hyperreality, and identity representation. However, they have not discussed the fan consumption behavior specifically related to their consumption of local beauty brands which collaborates with K-Pop brand ambassadors by using these theories simultaneously. Therefore, this study intends to answer how fan consumption behavior of local beauty brands which collaborate with K-Pop brand ambassadors by using these theories with a qualitative approach and the Somethinc x NCT Dream collaboration case study. The result of this study shows that fan consumption of the Something X NCT Dream collaboration product is based on their consumption of the sign which is offered and attached to the collaboration that is NCT Dream as the brand ambassador along with other collaboration attributes (photocard benefit and unique codes) and the use of ‘local concepts’. Moreover, the fan consumption behavior of this collaboration become a form of hyperreality which includes a process of simulation to simulacra with a pseudo-closeness which is presented and consumed by fans. Therefore, the results of this study show that fan consumption behavior involves the relationship between fans and their idols so that it can encourage fan consumption as a form of their loyalty and support for their idols. It becomes a form of hyperreality since fans find it difficult to identify the truth regards to their needs and their relationship with their idol. In addition, fan consumption behavior of Somethinc x NCT Dream collaboration product can represent fan identity (NCTzen) as well as a consumption motive through its interaction and exchange of signs with fellow fan groups or others."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Faiza Ramadhani
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis aktivasi pemasaran Aespa guna memahami bagaimana brand image bertema cyberpunk mereka selaras dengan prinsip-prinsip Integrated Marketing Communication (IMC). Melalui pendekatan analisis kualitatif terhadap materi promosi seperti logo, merchandise, kolaborasi merek, dan acara interaktif, penelitian ini mengidentifikasi strategi-strategi kunci yang mendukung identitas futuristik dan cyberpunk grup Aespa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsistensi elemen branding tematik, baik melalui visual maupun pengalaman interaktif, berhasil memperkuat asosiasi konsumen terhadap estetika unik Aespa. Studi ini menyoroti pentingnya narasi merek yang kohesif di berbagai platform untuk membangun brand image yang kuat dan mudah dikenali. Implikasi praktis penelitian ini menunjukkan bahwa merek dapat meningkatkan keterlibatan dan loyalitas konsumen melalui penerapan konsistensi tematik dan eksplorasi tren budaya. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengeksplorasi pengukuran kuantitatif persepsi konsumen dan membandingkan efektivitas strategi branding tematik di antara grup K-pop lainnya.

This study examines Aespa’s marketing activations to understand how their cyberpunk-themed brand image aligns with integrated marketing communication (IMC) principles. Utilizing a qualitative analysis of Aespa’s promotional materials, including logos, merchandise, brand collaborations, and interactive events, the research identifies key strategies that contribute to their futuristic and cyberpunk identity. Findings reveal that consistent thematic branding, through visual elements and interactive experiences, strengthens consumer association with the group’s unique aesthetic. The study highlights the effectiveness of maintaining a cohesive brand narrative across multiple platforms to build a strong, recognizable brand image. Practical implications suggest that brands can enhance engagement and loyalty by adopting thematic consistency and leveraging cultural trends. Future research could further explore quantitative measures of consumer perception and compare thematic branding strategies across different K-pop groups."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Azzahra
"
Fear of Missing Out adalah kecenderungan psikologis yang dirasakan seseorang ketika merasa khawatir akan kehilangan pengalaman atau hubungan sosial. Pesan daya tarik FoMO dapat mendorong individu untuk melakukan pembelian. Selain itu, emosi yang dirasakan oleh konsumen dapat memoderasi pengaruh seruan FoMO terhadap niat beli konsumen. Pada penelitian ini menunjukan bahwa fear of missing out dapat mempengaruhi niat beli konsumen. Daya tarik fear of missing out dapat memperkuat niat beli dengan meningkatkan anticipated elation, self enhancement atau melemahkan niat pembelian dengan meningkatkan anticipated expense regret.

Fear of missing out is a psychological tendency refers to a person’s concern over losing out on relationship or social interaction. FoMO appeal messages have the power to persuade people to buy. Furthermore, the impact of FoMO appeals on consumer’s purchase intentions can be mitigated by the emotions they experience. This study demonstrates how consumer’s intentions to buy might be influenced by their fear of losing out. The appeal of fear of missing out can strengthen purchase intention by increasing anticipated elation, self – enhancement or weaken purchase intention by increasing anticipated expense regret."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>