Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50422 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salwa Husna Lisvia
"Imaji dari perempuan metropolis adalah perempuan dengan karakteristik yang kuat, mandiri, dan percaya diri. Hal ini disebabkan oleh kehidupan metropolis yang bercirikan money economy sehingga berdampak pada karakteristik orang-orang yang tinggal di kota metropolitan dan menghasilkan salah satu stereotip terhadap perempuan urban, yaitu Gamma Woman. Wacana tersebut dapat dilihat dari sebuah film bernama Berlin, Berlin: Lolle on the Run. Sebagai perempuan metropolis, karakter utama bernama Lolle ini direpresentasikan sebagai perempuan yang mandiri, berprinsip kuat, dan kooperatif. Namun, karakteristik tersebut sebenarnya hanya upaya Lolle untuk mengikuti stereotip Gamma Woman yang dikonstruksi oleh masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini akan membahas terkait bagaimana Lolle mencoba untuk menempatkan dirinya terhadap stereotip tersebut yang dianalisis oleh teori "The Metropolis and Mental Life" dari Georg Simmel dan teori "Representation: Cultural Representation and Signifying Practices" oleh Stuart Hall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi stereotip Gamma Woman terwakili oleh tokoh utama, namun tidak sepenuhnya sesuai dengan imaji masyarakat.

Image of metropolis women is having a personality that is tough, independent, and confident which caused of the money economy in metropolis life. Therefore, money economy influences personality of the metropolis people itself. That kind of personality is called as Gamma Woman. A term of Gamma Woman itself is a result of the stereotype that is made by the society towards women. This discourse can be seen in a film called Berlin, Berlin: Lolle on the Run. As a metropolis woman, Lolle is being represented as an independent, strong principles, and cooperative woman that led her to be a Gamma Woman. However, Lolle is actually just trying to befit herself into the Gamma Woman's stereotype that is constructed by society. With that being said, this study will discuss how Lolle tries to follow the stereotype by being a Gamma Woman which is analysed with "The Metropolis and Mental Life" theory by Georg Simmel and "Representation: Cultural Representation and Signifying Practices" theory by Stuart Hall. The result of this study shows that the construction of Gamma Woman's stereotype is being represented by the main character. However, Lolle doesn't fully live up to the society's stereotype."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melodya Zefanya Supriyatno
"Penelitian ini membahas padanan Jugendsprache (bahasa remaja Jerman) dan bahasa gaul (bahasa remaja Indonesia) dalam takarir film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. Film ini merupakan film berbahasa Jerman yang mengisahkan kehidupan percintaan seorang Wanita yang bernama Lolle. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menganalisis teks subtitle (takarir) yang mengandung Jugendsprache. Data diambil dari takarir film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. Penelitian ini menganalisis karakteristik Jugendsprache yang digunakan dalam takarir film berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Bahlo, dkk dalam bukunya yang berjudul Jugendsprache: Eine Einführung (2019) dan menganalisis apakah terjemahan takarir dalam film ini sepadan dengan bahasa gaul bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 53 ujaran yang mengandung Jugendsprache dalam film Berlin, Berlin: Lolle On The Run dan terdapat dua ujaran yang sepadan dengan bahasa gaul bahasa Indonesia. Dalam proses penerjemahan takarir, padanan Jugendsprache dan bahasa gaul dapat ditemukan dengan memperhatikan konteks, situasi komunikasi, dan kesesuaian budaya. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pemahaman dan penerjemahan Jugendsprache dan bahasa gaul dalam film Jerman.

This research discusses the equivalence of Jugendsprache (German teen language) and Bahasa Gaul (Indonesian teen language) in the subtitles of the film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. This German-language film that tells the story of the love life of a woman named Lolle. The research method used is qualitative by analyzing the subtitle text containing Jugendsprache. The data is taken from the subtitles of the film Berlin, Berlin: Lolle On The Run. This research analyze the characteristics of Jugendsprache used in film subtitles based on the characteristics proposed by Bahlo, et al in their book entitled Jugendsprache: Eine Einführung (2019) and analyze whether the subtitle translation in this film is equivalent to Bahasa Gaul. The results showed that there were 53 sayings containing Jugendsprache in the film Berlin, Berlin: Lolle On The Run and two sayings equivalent to Bahasa Gaul. In the process of subtitle translation, the equivalent of Jugendsprache and Bahasa Gaul can be found by paying attention to the context, communication situation, and cultural compatibility. This research contributes to the understanding and translation of Jugendsprache and Bahasa Gaul in German films."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Aprillia Setiawan
"Rasisme sudah menjadi permasalahan umum di masyarakat khususnya bagi kelompok kulit hitam hingga saat ini. Di Jerman sendiri ujaran rasisme sudah diutarakan oleh Hitler sejak tahun 1933 yang pada saat itu menganggap bangsa Arya di atas segalanya, sehingga bangsa Yahudi dinilai tidak pantas untuk berada di Jerman. Peristiwa tersebut masih berdampak hingga saat ini, yaitu terdapat ujaran dan tindakan rasisme terhadap kelompok minoritas. Film Berlin Alexanderplatz (2020) yang menjadi korpus data dalam penelitian ini menampilkan bagaimana kehidupan imigran kulit hitam bertahan hidup dan mencapai kehidupan yang layak, sehingga penelitian ini berfokus pada bagaimana rasisme ditampilkan dan kelompok minoritas direpresentasikan dalam film Berlin Alexanderplatz (2020). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kajian pustaka serta teori sinematografi Joseph V. Mascelli dan teori representasi Stuart Hall untuk mencari makna dari percakapan dan adegan dalam film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan rasisme dan representasi kelompok minoritas ditampilkan melalui tiga tahapan kehidupan yang dialami oleh Franz, yaitu ketika dirinya belum memiliki apa- apa, ketika dirinya telah berhasil mencapai kehidupan yang layak, dan ketika dirinya kembali ke tahap kehidupan awal yang tidak memiliki apa-apa. Pemaparan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok minoritas masih diperlakukan secara semena-mena dan keberadaannya dianggap remeh.

Racism has been a common society issue, especially for black people. In Germany racism had been uttered by Hitler since 1933, which the Aryans were on the top amongst the other. Therefore, the Jewish were not considered fit to live in Germany. The event still has an impact until now, namely there are racism actions and speech against the minorities. The film Berlin Alexanderplatz (2020) which is the corpus of this research shows how the lives of black immigrants survive and achieve a decent life, so this research focuses on how racism is showed and minority groups are represented in the film Berlin Alexanderplatz (2020). Theory of cinematography by Joseph V. Mascelli, theory of representation by Stuart Hall, qualitative methods and literature review are used to find the meaning of conversation and scenes in the film. The results show that act of racism and the representation of minorities showed through three Franz’s life stages, namely when he has nothing, when he has succeeded in achieving a decent life, and when he returns to his empty life. This research also shows that the minorities are still treated arbitrarily and their existence is underestimated. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Maharani Wibisono
"Kehidupan urban di Berlin yang sangat menarik bagi banyak orang pada kenyataannya memunculkan beragam masalah. Salah satunya adalah fenomena anak jalanan. Anak muda dan remaja memutuskan untuk hidup di jalan karena mereka telah mengalami stress yang tinggi saat berada di rumah. Jalanan dianggap sebagai tempat mengekspresikan diri. Karya ilmiah ini akan membahas tentang potensi anak jalanan melakukan tindakan kriminal dan menjadi korban dari tindakan kriminal yang direpresentasikan melalui film Victoria (2015). Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif dan dianalisis dengan Teori Representasi dari Stuart Hall. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak jalanan melakukan kejahatan dan penyimpangan karena faktor psikologis yang belum stabil, menerima nilai-nilai baru, hubungan dengan kelompok sebaya, dan terjadinya pemaksaan. Sementara, anak jalanan menjadi korban akibat intimidasi dari pihak yang tertentu dan tekanan dari kelompok sebayanya. Penelitian ini juga memberikan upaya meminimalisir kejahatan yang dilakukan oleh anak jalanan dengan melibatkan peran orang tua, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah setempat.

Urban life in Berlin might be appealing to some people, though in reality, it raises various problems. One of the problems is the phenomenon of street youth. The youth and adolescents decide to live on the street due to the severe stress they experience at home. Streets are considered a place to express themselves. This scientific work will discuss the potential of street youth to commit crimes and become crime victims as represented in Victoria (2015). This study is conducted using the qualitative method and analyzed using Hall's Theory of Representation. The results of this study indicate that street youth commits crime and deviations because of unstable psychological factor, acceptance of new values, relationships with their peer groups, and coercion. Meanwhile, street youth become a victim because of intimidation from the authorities and pressure from their peers. This study also provides alternatives to minimize crimes that are committed by street youth by involving the role of parents, educational institutions, community, and local government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Milla Ayu
"Skripsi ini membahas kontestasi narasi resmi yang terdapat dalam buku-buku sejarah Jerman dengan narasi-narasi kecil yang digambarkan dalam film Liebe Mauer (2009) karya Peter Timm. Narasi kecil tersebut antara lain narasi tentang korban penembakan di Tembok Berlin, permasalahan kebebasan di DDR, ideologi negara sosialis, demokrasi di DDR, dan peristiwa runtuhnya Tembok Berlin. Skripsi ini juga membahas memori kolektif masyarakat Berlin terhadap peristiwa atau kejadian pada masa berdirinya Tembok Berlin. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan bahasa untuk merekonstruksi dan merepresentasi makna yang disampaikan Peter Timm melalui filmnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui film Liebe Mauer, Peter Timm berusaha untuk mengkritik narasi resmi mengenai penggambaran peristiwa sejarah pada masa berdirinya Tembok Berlin. Ia juga ingin menampilkan memori kolektif masyarakat Berlin mengenai peristiwa tersebut yang tidak terdapat di dalam narasi resmi.

The focus of this thesis is the contestation of the official narratives found in German history books and individual narratives that are depicted in Liebe Mauer (2009) film by Peter Timm. Individual narratives are narratives of Berlin wall shooting victims, freedom problems in east Germany, the daily practice of state ideology, problem of democracy in east Germany, and the fall of the Berlin wall. This thesis tried to describe about collective memories of Berlin society to Berlin wall during the years of the wall. This research method used is qualitative based on language to make reconstruction and representation of meaning which is conveyed by Peter Timm through his film. The result of this research shows that Peter Timm, through Liebe Mauer, tries to criticize the official narratives of historical events during the years of the Berlin wall. Peter Timm, through his film, shows collective memories of Berlin society to Berlin wall, which can't be found in the official narratives."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S1879
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Nur Syahputri
"Salah satu periode sinema yang mengutamakan isu sosial di Prancis adalah sinema Prancis kontemporer. Dalam periode ini, segala aspek yang mendukung perfilman di negara tersebut sudah berkembang ke arah yang lebih modern dan menarik perhatian banyak masyarakat. Salah satu filmnya adalah Entre Les Murs, sebuah film karya Laurent Cantet yang menceritakan kehidupan sehari-hari sebuah sekolah di banlieue Prancis. Dalam film ini, diperlihatkan bahwa muridnya terdiri dari berbagai macam ras yang memiliki permasalahannya masing-masing. Melalui permasalahan antarras di sekolah banlieue, film ini menunjukkan konflik sosial yang terjadi di Prancis. Penelitian ini membahas tentang kehadiran citra dan prasangka tokoh Souleymane yang memunculkan stereotip rasnya, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah menunjukkan bagaimana citra dan prasangka terhadap suatu individu atau kelompok dapat melahirkan sebuah konflik pada praktiknya. Penelitian ini menggunakan dua teori, yakni teori sinema (2008) oleh Dennis W. Petrie dan Joseph M. Boggs dan teori prasangka (2018) oleh Alo Liliweri untuk membantu analisis strategi naratif film Entre Les Murs dan pembentukan stereotip ras kulit hitam melalui citra dan prasangka terhadap tokoh Souleymane. Hasil dari penelitian ini adalah sikap dan citra negatif tokoh Souleymane memunculkan berbagai perspektif dan prasangka yang berujung pada pembentukan stereotip terhadap kelompok rasnya.

One of the periods of cinema that prioritized social issues in France is contemporary French cinema. In this period, all aspects that support film in this country have developed in a more modern way and attracted the attention of many people. One of the films is Entre Les Murs, a film by Laurent Cantet that tells about the daily life of a school in banlieue France. In this film, it is shown that the students consist of various races who have their own problems. Through interracial problems at the banlieue school, this film shows the social conflicts that occur in France. This study discusses the presence of images and prejudices of the Souleymane character which give rise to his racial stereotypes, so the purpose of this research is to show how images and prejudices against an individual or group can create a conflict in practice. This study uses two theories, namely the theory of cinema (2008) by Dennis W. Petrie and Joseph M. Boggs and the theory of prejudice (2018) by Alo Liliweri to help analyze the narrative strategy of the film Entre Les Murs and the formation of stereotypes of the black race through imagery and prejudice against the character of Souleymane. The result of this study is that a character of Souleymane’s negative attitude and image can create various prejudices and lead to the formation of stereotypes against his racial group."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Nurwanda
"The Little Prince 2005 , film animasi anak yang diadaptasi dari novel Perancis dengan judul yang sama yang ditulis oleh Antoine de Saint-Exup ry, menceritakan tentang hubungan Little Girl dengan ibu tunggalnya, Mother, dan tetangganya yang bijaksana, Aviator. Film ini dapat dijadikan korpus analisis untuk mengeksplor stereotip gender dalam studi gender, khususnya dalam stereotip terhadap ibu dalam pandangan patriarki. Walaupun beberapa studi tentang pencarian jati diri dan identitas dalam novel dan ulasan-ulasan dalam film adaptasinya sudah dibuat, studi terhadap isu gender belum pernah dilakukan. Dengan menggunakan ide dari De Beauvoir tentang ibu dalam pandangan patriarki dan stereotip umum terhadap ibu oleh Green, penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bagaimana penokohan dari Mother mengikuti stereotip gender terhadap ibu dalam pandangan patriarki dari adaptasi film ini.

The Little Prince 2015 , a children animated film adapted from the French novel with the same name written by Antoine de Saint-Exup ry, talks about the Little Girl rsquo;s relationship with her single mother, the Mother, and her wise neighbor, the Aviator. This film could be taken as a corpus of analysis to explore gender stereotype in gender studies, specifically on stereotypes towards motherhood in patriarchal view. While several studies on identity and self-discovery on the novel and film reviews on the film adaptation have been conducted, studies on gender issues have not been found. By using De Beauvoir rsquo;s idea of motherhood in patriarchy and Green rsquo;s general stereotypes toward the mother, this paper intends to discover how characterization of the Mother follows the gender stereotype of motherhood in patriarchy from the film adaptation. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vonni
"Film remaja merepresentasikan masa transisi remaja beranjak dewasa yang penuh keraguan dan kegelisahan. Film Goodbye Berlin merupakan film remaja yang menampilkan pertemanan antara dua remaja yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Film ini juga menampilkan proses pendewasaan diri keduanya melalui perjalanan yang mereka lakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan paham pluralisme yang terkandung dalam film
Goodbye Berlin serta menunjukkan bagaimana strategi film menampilkan proses pendewasaan diri tokoh Maik dan Tschick melalui perjalanan yang mereka lakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teori semiotika Ferdinand de Saussure untuk menganalisis perbedaan antara kedua tokoh. Paham pluralisme yang ada dalam film dikemas melalui lima cara, yaitu melalui latar belakang ekonomi, latar belakang budaya, kepribadian, pandangan
hidup serta orientasi seksual kedua tokoh. Pendewasaan diri tokoh Maik dan Tschick dapat dilihat melalui perkembangan kepribadian dan perubahan pandangan hidup.
.....Teen films represent the transitional period of adolescents into adulthood which are full of doubts and anxiety. Goodbye Berlin is a teen film that shows the friendship between two teenagers with different cultural backgrounds. This film also shows their process of maturity
through the journey they took. This study aims to show the pluralism elements contained in the film and the film's strategy in showing Maik and Tschick's process of maturity. This study uses qualitative research methods and Ferdinand de Saussure's semiotic theory to analyze the differences between the two characters. The pluralism elements in the film is shown through five ways, namely through economic background, cultural background, personality, outlook on life and sexual orientation of the two characters. Maik and Tschick's process of maturity can be seen through their development of personalities and changes in life views."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bilqis Ulfah Apriyadin
"ABSTRAK
Wonder Woman 2017 adalah film superhero yang diangkat dari karakter DC Comics yang menceritakan karakter Wonder Woman yang pergi ke dunia manusia bersama Kapten Steve Trevor, agen khusus Amerika, untuk menyelamatkan dunia dari Ares. Banyak penelitian yang telah menganalisa karakter Wonder Woman menggunakan studi feminis, namun tidak banyak yang berfokus pada karakter Steve Trevor. Dengan menggunakan teori dari Raewyn Connell tentang maskulinitas dan jender performativitas dari Judith Butler, artikel ini akan membahas karakter maskulinitas dari Steve Trevor dan tindakannya yang mematahkan dominasi hegemoni maskulinitas melalui analisis tekstual dan karakter. Artikel ini memperlihatkan bahwa walaupun karakter Steve Trevor menggambarkan beberapa karakter dari hegemoni maskulinitas, namun beberapa tindakannya justru bertolak belakang dominasi maskulinitas.

ABSTRACT
Wonder Woman 2017 is a superhero movie based on the character from DC Comics, which tells about the character Wonder Woman going to human world with Captain Steve Trevor, the US special agent, in order to save the world from Ares. Many studies have researched the character Wonder Woman using feminist studies, yet not many focused on the character Steve Trevor. By using Raewyn Connell rsquo s framework of masculinity and Judith Butler rsquo s gender performativity, this paper will discuss the character Steve Trevor 39 s masculine attributes and actions that break the domination of hegemonic masculinity through textual and character analysis. This article argues that although the character Steve Trevor showcases some of characteristics of hegemonic masculinity, some of his actions are shown to break the dominant masculinity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Karnila Dewi
"Masyarakat urban terbentuk seiring dengan munculnya atau terbentuknya kota-kota besar. Mental dan kebiasaan hidup masyarakat tersebut kemudian terus bergerak dan berkembang sesuai dengan modernisasi. Orang-orang yang terbiasa hidup dalam kegiatan-kegiatan dengan norma-norma di desa, harus beradaptasi dengan kehidupan di kota-kota besar yang cenderung bebas. Tulisan ini akan membicarakan karakteristik masyarakat urban film Berlin Alexanderplatz, Die Geschischte Franz Biberkopf karya Alfred Döblin. Dalam film ini, Döblin menggambarkan pengaruh kota pada pemikiran manusia dan bagaimana kehidupan di kota besar berjalan. Karakteristik masyarakat urban yang digunakan dalam tulisan ini berdasarkan pemikiran George Simmel, yang dituangkan dalam yang berjudul 'die Grossstadt und das Geistesleben'.

Urbanization is inevitable due to relativitely rapid development in big cities. The urban people's mentality and way of life are shaped along the process of modernization, which occurs more rapidly in big cities (rather than in small towns). In order to survive, urban people have to adjust themselves with sets of values, which may be different with the norms develop in villages. This journal focuses on the characteristic of urban people based of Alfred Döblin's Berlin Alexanderplatz and George Simmel’s essay, die Groβtadt und das Geistesleben.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>