Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisaa Aprilia Puspitasari
"Suatu ruang sosial terbentuk karena adanya tindakan sosial secara individual maupun beramai-ramai. Tindakan sosial ini kemudian berkontribusi dalam pemberian makna pada suatu ruang spasial dengan konteks penghidupan dan pemberian warna pada ruang dengan aktivitasnya. Produksi ruang merupakan sebuah ruang sebagai produk sosial yang kompleks melalui persepsi lingkungan yang dibangun atas dasar jaringan dengan berbagai aktivitas sosial seperti hidup secara pribadi, pekerjaan, dan waktu yang luang (Lefebvre, 1991). Third place atau ruang ketiga dimanfaatkan sebagai tempat untuk melepaskan stres, membuang rasa penat, atau mengalihkan pikiran-pikiran agar mental dan fisik terasa lebih segar dari sebelumnya. Dalam proses produksi ruang sosial sebagai ruang ketiga, terdapat pelaku dalam ruang yang mendominasi sebagai pembentuk ruang sehingga terdapat sebuah interaksi sosial di dalamnya. Kawasan Dukuh Atas sebagai tempat berlangsungnya fenomena ini merupakan kawasan perkantoran atau tempat melakukan transit transportasi umum yang dialihfungsikan oleh remaja-remaja pinggiran kota karena fasilitas penunjang yang mendukung aktivitas mereka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan ruang baik secara spasial maupun sosial yang tercipta selama berlangsungnya Citayam Fashion Week dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ruang yang terbentuk mengakibatkan pergeseran guna ruang akibat pemanfaatan ruang yang baru tidak seperti sebelumnya. Ruang publik pada tempat berlangsungnya fenomena Citayam Fashion Week memenuhi karakteristik dari ruang ketiga.

A social space is formed because of social action individually or in groups. This social action then contributes to giving meaning to a spatial space with the context of life and giving color to space with its activities. Production of space is a space as a complex social product through the perception of the environment which is built on the basis of networks with various social activities such as private life, work, and leisure (Lefebvre, 1991). Third place is used as a place to release stress, get rid of fatigue, or divert thoughts so that mentally and physically feel fresher than before. With the production process of social space as a third space, there are actors in space who dominate as shapers of space so that there is a social interaction in it. The Dukuh Atas area as the place where this phenomenon takes place is an office area or a place for public transportation transit which is converted by suburban youth because of the supporting facilities that support their activities. Therefore, this study aims to determine the spatial and social formation process created during Citayam Fashion Week using qualitative research methods and using descriptive analysis. The results of the study show that the production of space that is formed results in a shift in the use of space due to the new use of space that is not like before. The public space where the Citayam Fashion Week phenomenon takes place fulfills the characteristics of the third space."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imamatul Silfia
"Tesis ini mengkaji praktik konsumsi budaya fesyen serta pemaknaan terhadap konten TikTok pada fenomena Citayam Fashion Week. Para sarjana mengkaji konsumsi budaya sebagai faktor yang melahirkan hierarki kelas sosial berbasis modal budaya atau selera, termasuk konsumsi budaya fesyen. Hierarki pada praktik konsumsi budaya fesyen menempatkan kelas pekerja pada posisi inferior secara artistik dibandingkan dengan kelas elite. Selera fesyen kelas pekerja dianggap bersifat terbatas secara ekonomi dan mereka hanya meniru selera kelas dominan. Anggapan ini membuat apropriasi budaya fesyen kelas pekerja dianggap sebagai sesuai yang asing dan subordinat. Tesis ini meneliti tren fenomena Citayam Fashion Week yang populer melalui media sosial TikTok. Partisipan Citayam Fashion Week yang diteliti dalam tesis ini berasal dari kalangan kelas pekerja. Untuk itu, studi ini menganalisis praktik konsumsi budaya fesyen partisipan Citayam Fashion Week serta bagaimana pemaknaan mereka terhadap tren konten TikTok guna memahami fenomena dari sisi internal partisipan. Studi ini menunjukkan partisipan Citayam Fashion Week mengonsumsi budaya fesyen dengan cara yang spesifik, yakni dengan konsumsi aktif yang mengeksplorasi mode fesyen, konsumsi pragmatis, dan konsumsi pasif. Sementara itu, partisipan juga memiliki posisi pemaknaan yang khusus terhadap konten TikTok. Dari hasil temuan, penelitian menyimpulkan adanya hierarki sosial pada fenomena Citayam Fashion Week melalui praktik konsumsi budaya fesyen dan tren konten TikTok. Apropriasi fesyen partisipan Citayam Fashion Week diperlakukan sebagai suatu hal yang abnormal dan representasi serta identitas mereka ditentukan oleh kelompok dominan. Temuan ini menunjukkan konsumsi budaya fesyen dan tren konten TikTok tentang Citayam Fashion Week melanggengkan kendali posisi kelas dan ekonomi oleh kelompok dominan.

This thesis examines the consumption practices of fashion culture and the meaning of TikTok content in the Citayam Fashion Week phenomenon. Scholars have studied cultural consumption as a factor that creates social class hierarchies based on cultural capital or tastes, including the consumption of fashion culture. Hierarchy in the practice of cultural consumption of fashion places the working class in an artistically inferior position compared to the elite class. The fashion tastes of the working class are considered to be economically limited and they primarily imitate the tastes of the dominant class. This assumption considers the cultural appropriation of working-class fashion as foreign and subordinate. Following this assumption, this thesis studies the the trend of the Citayam Fashion Week phenomenon which is popular through social media TikTok. It researches Citayam Fashion Week participants who come from the working class. For this reason, this study analyzes the consumption practices of Citayam Fashion Week participants' fashion culture and how they interpret the trend of TikTok content in order to understand the phenomenon from the participants’s side. This study shows that Citayam Fashion Week participants consume fashion culture in distinctive ways, namely by exploring fashion, pragmatic consumption, and passive consumption. Meanwhile, participants also have specific interpretations of TikTok content. From the findings, the study concluded that there is a social hierarchy in the Citayam Fashion Week phenomenon through the practice of consuming fashion culture and TikTok content trends. The fashion appropriation of Citayam Fashion Week participants is treated as something foreign and their representation and identity are determined by the dominant group. These findings show that consumption of fashion culture and TikTok content trends regarding Citayam Fashion Week perpetuate control of the class and economic positions by the dominant group."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anneli Puspita Xenia
"ABSTRAK
Munculnya kebiasaan meminum kopi di kedai kopi modern dan berkembangnya jumlah kedai kopi di Jakarta adalah fenomena yang menarik di kota yang terkait dengan ruang publik di perkotaan. Skripsi ini mengeksplorasi karakteristik-karakteristik fisik yang mempengaruhi interaksi sosial di kedai kopi Crematology, terkait pentingnya kedai kopi sebagai third place. Oldenburg 1989 menyatakan third place sebagai ruang publik yang netral, di mana orang-orang dapat berkumpul dan berinteraksi untuk menikmati lingkungan mereka serta melewati hari-hari mereka. Kontras dengan tempat tinggal dan tempat bekerja, third place menyediakan ruang untuk interaksi sosial dan dianggap sebagai tempat berlabuhnya kehidupan komunitas. Karakteristik-karakteristik fisik dari kedai kopi yang berhubungan dengan interaksi sosial terjadi di lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup serta menyediakan keterikatan sosial. Masyarakat telah melihat kedai kopi sebagai sesuatu yang penting, dan mereka memunculkan place attachment terhadap kedai kopi. Place attachment salah satunya dilihat berdasarkan bagaimana karakteristik-karakteristik fisik dari suatu kedai kopi dapat mendukung tujuan dan aktivitas seseorang. Karakteristik-karakteristik yang terbangun secara fisik dan sosial di dalam suatu kedai kopi dapat menciptakan arti dan koneksi terhadap manusia yang berkontribusi terhadap place attachment.

ABSTRACT
The emergence of habit of drinking coffee at modern coffee shops and the fast development of new coffee shops in Jakarta are two interesting phenomena in the city related to urban public space. This thesis explores physical characteristics that affect the social interactions in Crematology Coffee, especially the importance of a coffee shop as a third place. Oldenburg 1989 distinguishes ldquo third place rdquo as a public place on neutral ground where people can gather and interact that allow people to simply enjoy the surroundings and get through the day. In contrast to first place home and second place work , a third place serves as a place for social interactions and often considered as the anchor of community life. The characteristic of coffee shops as a third place relates to the social interaction occurs at the neighborhood that in terms that may enhance quality of life and provide social bounding. Society has seen coffee shops as an important matter, and they develop place attachment to them. Place attachment can be based on physical characteristics that support goals and activities of people. Characteristics which are built physically and socially within a coffeeshop can emerge meanings and connections to people which contribute to place attachment. "
Depok: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2017
S67986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Fransiska
"Tesis ini membahas mengenai pemanfaatan media sosial oleh gereja dan pemimpin gereja sebagai bagian dari komunikasi sosial dengan jemaat. Perkembangan teknologi digital tidak terbatas pada lini masa tertentu dalam kehidupan, bahkan dianggap mempengaruhi organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan sosial. Pemanfaatan media sosial sebagai sarana komunikasi dan implementasinya dilakukan oleh berbagai organisasi, termasuk gereja yang selanjutnya menjadi tantangan tersendiri dalam menjalankan tugas utama gereja untuk bersekutu, bersaksi dan melayani. Penelitian ini kemudian dilakukan untuk memahami sikap dan perilaku pendeta sebagai pemimpin gereja dalam memandang pemanfaatan media sosial di gereja. Peneliti menemukan bahwa penggunaan media sosial merupakan salah satu inovasi yang diadopsi oleh gereja. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori difusi inovasi sebagai acuan koseptual untuk analisis. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan memperoleh data melalui wawancara terhadap beberapa pendeta yang berasal dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Klasis Jakarta II. Beberapa temuan menarik ditunjukkan melalui tema-tema analisis yang terdiri dari struktur organisasi dan pemimpin Gereja Kristen Indonesia (GKI), pemasaran media sosial dari sudut pandang pendeta, platform media sosial sebagai kanal komunikasi pemasaran gereja, perspektif pendeta tentang gereja beroperasi sebagai sebuah bisnis, pentingnya penggunaan media sosial gereja, pandangan terhadap pendeta yang tidak menggunakan media sosial gereja, sikap kepemimpinan yang efektif, serta manfaat dan tantangan dalam penggunaan media sosial. Peneliti menemukan bahwa penggunaan media sosial sebagai sebuah inovasi dalam gereja mengalami berbagai proses tahapan yang dipengaruhi oleh karakteristik gereja dan pemimpin gereja, sehingga hal tersebut menentukan bagaimana setiap gereja menggunakan media sosial sebagai media komunikasi gereja. Sikap dan perilaku positif ditunjukkan oleh pendeta sebagai pemimpin gereja dalam memandang dan mengimplementasikan penggunaan media sosial di gereja. Pemasaran media sosial juga dipersepsikan secara berbeda oleh para pendeta yang menganggap bahwa pemasaran media sosial mengacu kepada pemasaran pewartaan firman Tuhan, bukan untuk memasarkan institusi gerejanya. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media sosial perlu dilakukan oleh gereja dalam mencapai tugas panggilannya untuk bersekutu, bersaksi dan melayani demi membangun iman jemaat.

This thesis discusses the utilization of social media by churches and church leaders as part of social communication with the congregation. The development of digital technology is not limited to a certain timeline of life, moreover is considered affecting organization to adapt to social change. The utilization of social media as means of communication and its implementation is carried out by various organizations, including the church which further becomes a challenge in itself when carrying out the main tasks of the church to unite, to witness and to service. This research is conducted to understand the attitudes and behaviors of pastors as a church leader in considering the utilization of social media in the church. The researcher finds that the use of social media is one of innovation adopted by the church. Therefore, in this study, researcher uses diffusion of innovations theory as a conceptual reference for the analysis. The researcher used a qualitative method by obtaining data through interviews with several pastors from Gereja Kristen Indonesia (GKI) Klasis Jakarta II. Several interesting findings are shown through the analysis themes which consist of the organizational structure and leaders of the Gereja Kristen Indonesia (GKI), social media marketing from the pastor's perspective, social media platforms as a media channel for church marketing communications, the pastor's perspective regarding the church operation as a business, the importance of the utilization of church social media, views on pastors who non-adopt church social media, effective leadership attitudes, also the benefits and challenges of social media utilization. The researcher finds that the utilization of social media as an innovation in the church experiences various stage processes which are influenced by the characteristics of the church and leaders, therefore it determines how each church uses social media as a church communication medium. Positive attitudes and behaviors are shown by pastors as church leaders in considering and implementing the utilization of social media in the church. Social media marketing is also perceived differently by pastors who consider that social media marketing refers to market the proclamation of God's word, instead of marketing their church institutions. This shows that the utilization of social media needs to be done by the church for achieving its duties to unite, to witness and to service toward building the faith of the congregation.

 

Keywords: the utilization of church social media, pastor, church leader, diffusion of innovations, attitudes, behaviors"

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafizh
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan Tik Tok sebagai pemasaran media sosial bagi UMKM di Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden yang memiliki usaha di Jabodetabek dan pernah memanfaatkan Tik Tok sebagai tempat pemasaran. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan uji rata-rata (mean) dan analisis bivariate dengan regresi linear sederhana menggunakan SPSS versi 22. Penelitian ini menggunakan 6 variabel independen yaitu Learning and Responsive Feedback, Limitless Shopping Benefits, Cashless, Efficient Communication, Easy Customization, dan Relation and Distribution. Hasil penelitian ini menunjukan seluruh variabel memiliki pengaruh pada penggunaan Tik Tok sebagai media pemasaran. Dengan faktor Easy Customization yang memiliki faktor paling besar. Sedangkan faktor Cashless memiliki pengaruh yang paling kecil.

This study aims to determine the factors that influence the use of Tik Tok as social media marketing for MSMEs in Jabodetabek. This study uses a quantitative approach with data collection techniques through distributing questionnaires. The sample used in this study amounted to 100 respondents who have businesses in Jabodetabek and have used Tik Tok as a marketing place. The analysis technique used is descriptive analysis with mean test and bivariate analysis with simple linear regression using SPSS version 22. This study uses 6 independent variabels, namely Learning and Responsive Feedback, Limitless Shopping Benefits, Cashless, Efficient Communication, Easy Customization, and Relation and Distribution. The results of this study indicate that all variabels have an influence on the use of Tik Tok as a marketing medium. With the Easy Customization factor that has the biggest factor. Meanwhile, the Cashless factor has the least effect."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurma Midayanti
"

Banyak literatur membuktikan bahwa interaksi sosial berpengaruh secara signifikan pada hasil individu dalam berbagai konteks. Interaksi sosial di Indonesia menunjukkan bahwa dalam lingkungan tempat tinggal, rumah tangga di Indonesia sangat saling tergantung dengan rumah tangga tetangga. Penelitian ini mencoba untuk memperbanyak analisis kesejahteraan rumah tangga sebelumnya dengan memasukkan efek interaksi sosial dalam model dan mencoba untuk menemukan bukti pengaruh interaksi sosial terhadap kesejahteraan rumah tangga. Mengingat interaksi rumah tangga berhubungan dengan rumah tangga tetangganya di lingkungan tempat tinggal yang sama, penelitian ini menerapkan model linear-in-means ketika rumah rumah tangga berinteraksi dalam kelompok dengan menggunakan model spatial autoregressive moving average (SARMA) untuk memperhitungkan saling ketergantungan antar rumah tangga. Pengaruh interaksi sosial dapat diukur melalui efek endogen-mengukur bagaimana kesejahteraan rumah tangga dipengaruhi oleh kesejahteraan tetangga dan efek kontekstual-pengaruh karaktektistik eksogen tetangga terhadap kesejahteraan rumah tangga. Data set yang digunakan bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2012 dan model menunjukkan bukti kuat untuk efek endogen dan kontekstual yang mengindikasikan adanya efek interaksi sosial diantara rumah tangga di lingkungan perumahan. Hasil penelitian menunjukkan peer effect lingkungan sangat positif terkait dengan kesejahteraan rumah tangga. Karakteristik tetangga juga penting. Pendidikan, pekerjaan, dan status migran rumah tangga memiliki spillover effect positif pada kesejahteraan rumah tangga. Pada sisi prespektif kebijakan, peer effect endogen yang positif dan signifikan dapat dianggap sebagai input untuk meningkatkan kebijakan pengentasan kemiskinan.    


Many empirical literatures confirm that social interactions have significant effect to individual outcomes in various contexts.  In Indonesia, social interactions in the neighborhood show that households in Indonesia are highly interdependence to neighboring households. This study attempts to enhance previous analysis of household welfare with incorporating social interactions effects in the model and attempt to find evidence of social interaction effects in household welfare. Since households interaction correlates with their neighbors at the same residential neighborhood, the study applies linear-in-means model when households interact in groups by using the spatial autoregressive moving average (SARMA) models for taking into account the interdependence among households. The social interactions effects can be measured from endogenous effect-measure how households welfare is affected by neighbors welfare and contextual effect-the influences of neighbors exogenous characteristics on household welfare. The data set from 2012 Social Economics Survey (Susenas) is used and the models show a strong evidence for both endogenous and contextual effects that indicate the presence of social interaction effects among households in residential neighborhood. The results suggest the neighborhood peer effects are strongly positively associated with household welfare. Neighbors characteristics also matter. Their education, employment and migrant status have positive spillover effects on household welfare. From a policy perspective, the positive and significant of endogenous peer effects could be considered to be an input for improving poverty alleviation policy.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Dyahagitha Kusumawardhani
"Media sosial membuka peluang perusahan dan konsumen untuk saling terhubung melalui pertukaran informasi dan komunikasi di media sosial. Salah satu industri digital yang berkembang cepat saat ini adalah e-commerce dan di dalamnya termasuk fitur pembayaran. Pay later adalah fitur pembayaran yang berkembang paling pesat, sehingga niat penggunaan fitur ini menjadi menarik untuk diteliti. Penelitian ini menggabungkan sikap, norma subjektif, perceived behavior control, dan penggunaan media sosial untuk melihat pengaruhnya terhadap niat penggunaan fitur pembayaran e-commerce pay later. Penelitian kuantitatif ini mendapatkan 129 responden dari hasil penyebaran kuesioner secara online. Dari keempat hipotesis yang diajukan, ditemukan bahwa sikap, norma subjektif, perceived behavior control, dan penggunaan media sosial memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap niat penggunaan fitur pembayaran e-commerce pay later. Penelitian ini menunjukkan bagaimana TPB dan penggunaan media sosial dapat digunakan untuk mengukur niat penggunaan teknologi non komunikasi seperti pay later. Faktor-faktor ini berperan penting dan perlu dipertimbangkan bagi perusahaan dalam strategi meningkatkan niat penggunakan sebuah teknologi.

Social media opens up opportunities for companies and consumers to connect with each other through exchanging information and communication on social media. One of the digital industries that is developing rapidly at the moment is e-commerce, including its payment features. Pay later is the fastest growing payment feature, therefore the intention to use this feature is interesting to study. This research combines attitudes, subjective norms, perceived behavior control and social media use to see their influence on intentions to use the e-commerce pay later payment feature. This quantitative research obtained 129 respondents from distributing questionnaires online. Of the four hypotheses proposed, it was found that attitudes, subjective norms, perceived behavior control, and social media use have a significant and positive influence on the intention to use the e-commerce pay later payment feature. This research shows how TPB and social media use can be used to measure intentions to use non-communication technologies such as pay later. These communication factors play an important role and need to be considered by companies in their strategy to increase their intention to use technology."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reninta Fauziah
"Dengan terbatasnya keefektifan media promosi tradisional telah membuat peran media internet menjadi lebih besar dalam menarik pembeli dan mendongkrak penjualan, khususnya di media sosial. Perkembangan pesat online shop di Instagram adalah trend baru atas perpanjangan model e-commerce sebelumnya yang disebut dengan trend Social commerce (s-commerce). Dengan berkembangnya teknologi informasi digital, sebuah aplikasi media sosial seperti Instagram dapat menjadi alat pemasaran yang sangat menguntungkan ketika hal tersebut mampu menyebarkan, merekomendasi, dan mengadvokasi sebuah merek / produk. Hal tersebut merupakan ciri dari fenomena ekonomi Long Tail yang digerakan oleh tiga driving forces yaitu demokratisasi produksi, demokratisasi distribusi, dan menghubungkan pasokan ke permintaan. Temuan penelitian ini mengungkap 3 driving forces yang terjadi di media sosial Instagram, dimana demokratisasi produksi digerakan oleh tumbuhnya online shop berskala kecil – menengah, demokratisasi distribusi menjadikan sosial media Instagram sebagai agregator, dan penghubung pasokan ke permintaan adalah tekhnik – tekhik filter yang digunakan pelaku online shop di Instagram, yaitu : Paid Promote, SFS (Shout out For Shout out), Endorsement, Hashtag, Spam Comment, Sruduk Follow. Filter-filter tersebut sekaligus merupakan strategi – strategi komunikasi pemasaran kreatif yang digunakan pelaku online shop dalam memasarkan produk mereka

With limited the effectiveness of traditional advertising media has made the role of internet larger to attract shoppers and boost sales, especially in social media. The rapid development of online shop on Instagram is a new trend on the extension of e-commerce models previously called Social commerce trend (s-commerce). With the development of digital information technology, a social media application like Instagram can be a marketing tool that is very beneficial when it is able to deploy, recommend and advocate for a brand / product. It is characteristic of economic phenomena called Long Tail, which is driven by three driving forces of democratization of production, democratization of distribution, and connect the supply to the demand. The findings of this study reveal the three driving forces that occur in social media Instagram, where the democratization of production driven by the growth of online shop small - medium, democratizing distribution makes social media Instagram as aggregators, and connecting supply to demand is the filter technique used by the sonline shop in Instagram, namely: Paid Promote, SFS (Shout out Shout For out), Endorsement, Hashtag, Spam Comment, “Sruduk Follow”. The filters are at once is a creative strategy used by the online shops in marketing their products."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Putri Anjani
"Sudah banyak penelitian yang meneliti tentang kepuasan pernikahan di era digital terutama pada platform media sosial seperti Facebook atau Twitter. Namun, hingga saat ini, penelitian tentang penggunaan Instagram dan hubungannya dengan kepuasan pernikahan masih sulit ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran romantic jealousy sebagai mediator dalam hubungan antara problematic Instagram use dan kepuasan pernikahan pada dewasa muda yang sudah menikah. Partisipan penelitian ini merupakan 223 pengguna Instagram pada usia dewasa muda berusia 20-40 tahun yang sudah menikah. Hasil analisis mediasi menunjukan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara problematic Instagram use dan kepuasan pernikahan melalui romantic jealousy (ab = -0,140, p < 0,05). Selain itu, terdapat pula efek langsung antara problematic Instagram use dan kepuasan pernikahan (c’ = -0,087, p = 0,280). Hal ini menunjukkan bahwa romantic jealousy memediasi secara penuh hubungan antara problematic Instagram use dan kepuasan pernikahan pada dewasa muda yang sudah menikah. Dengan demikian, penelitian ini dapat bermanfaat bagi dewasa muda yang sudah menikah untuk mengetahui batasan-batasan romantic jealousy pada penggunaan Instagram sehingga dapat menjaga kepuasan pernikahannya.

There have been many studies examining marital satisfaction in the digital era especially within the social media platform such as Facebook or Twitter. However, until recently, research on Instagram use and its relationship with marital satisfaction has been difficult to find. This study aims to see the role of romantic jealousy as a mediator in the relationship between problematic Instagram use and marital satisfaction in married young adults. The results of the mediation analysis show that there is an indirect effect between problematic Instagram use and marital satisfaction through romantic jealousy (ab = -0,140, p < 0,05). In addition, there is also a direct effect between problematic Instagram use and marital satisfaction (c’ = -0,087, p = 0,280). This shows that romantic jealousy fully mediates the relationship between problematic Instagram use and marital satisfaction in married young adults. Thus, this research can be useful for married young adults to know the boundaries of romantic jealousy on Instagram usage so that they can maintain their marital satisfaction."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Utamaning Nugrahani
"Terdapat beberapa perusahaan terkemuka di bidang barang konsumen fast moving, salah satu di antaranya adalah Coca-Cola System, yang telah berhasil mengembangkan daerah operasinya melewati batas-batas geografis, mempertahankan keberadaannya di pasar selama lebih dari satu abad dan sepertinya memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan volume penjualan dan keuntungan di tengah-tengah situasi konsumen dan pesaing yang selalu berubah dengan dinamis. Dari semua sumber daya yang memungkinkan, kumpulan pengetahuan daru Coca-Cola System memiliki kemampuan yang terbesar untuk menjadi sumber dari pembedaan yang berkelanjutan dan selanjutnya menjadi sumber competitive advantage. Oleh karena itu mengelola pengetahuan adalah salah satu senjata strategis yang dapat menciptakan competitive advantage, oleh karena itu menjadi amat penting untku semua organisasi untuk dapat mengelola pengetahuan yang dimiliki anggotanya dengan efektif.

Manajemen pengetahuan adalah sebuah proses dan tahapan terakhir dari manajemen pengetahuan adalah transfer pengetahuan. Karena transfer pengetahuan adalah manfaat langsung dari kapital sosial, dan kapital sosial adalah mekanisme tambahan untuk meningkatkan transfer pengetahuan baik di antara organisasi-organisasi maupun di dalam organisasi itu sendiri, oleh karena itu kapital sosial menjadi faktor pendahulu dari transfer pengetahuan di antara anggota organisasi. Kapital sosial memiliki tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu dimensi structural, kognitif, dan relasional. Tesis ini membahas mengenai dimensi relasional, yang meningkatkan kolaborasi dan membantu mengatasi perlawanan terhadap perubahan dalam organisasi.


There are several prominent fast moving consumer goods companies, one of them is Coca-Cola System, which have been successfully expanding their operations over geographic boundaries, sustaining a market presence for more than a century time span and seemingly holding limitless sales volume and profit growth steadiness in the face of consumers and competitors’ dynamics. Of all possible resources, Coca-Cola System’s knowledge base has the greatest ability to serve as a source of sustainable differentiation and, hence, competitive advantage. Therefore managing knowledge is one of the most strategic weapons that can provide proprietary competitive advantage, it is very essential for any organization to manage knowledge effectively.

Knowledge management is a process and the final stage of knowledge management is knowledge transfer. Since knowledge transfer is a direct benefit of social capital, and social capital is an additional mechanism for enhancing knowledge transfer both within and between organizations, hence becomes the antecedents of knowledge transfer conduct between the employees of the organization. There are three interrelated dimensions of social capital; structural, cognitive, and relational dimensions. This thesis delves further into the relational dimension, which encourages collaboration and can help overcome resistance to organizational change."

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>