Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dien Novita Aprijarni
"Penelitian  ini  mengkaji  tradisi  lisan  Pidato  Tagak  sebagai  salah  satu  tradisi  lisan  yang masih bertahan hingga saat ini di Minangkabau. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana struktur, fungsi dan perubahan yang terjadi dalam tradisi lisan Pidato Tagak. Tujuan  penelitian  ini  adalah  memaparkan  struktur,  fungsi,  dan  perubahan  yang  terjadi dalam tradisi lisan dalam Pidato Tagak sebagai salah satu tradisi lisan di Minangkabau. Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  metode  kualitatif,  menggunakan teknik  penelitian  studi  pustaka  dan  wawancara.  Pendekatan  yang  digunakan  dalam penelitian  ini  adalah  pendekatan  etnografi.  Pidato  Tagak  memiliki  karakteristik kelisanan.  Di  dalamnya,  terdapat  formula  yang  berfungsi  sebagai  sarana  memudahkan ingatan  seorang  penutur  dalam  menyampaikan  Pidato  Tagak.  Fungsi  Pidato  Tagak adalah sarana penyampai pesan ajaran religius, Undang-undang Adat Minangkabau, dan urutan  sosial  secara  adat.  Pidato  Tagak  mengalami  transformasi  sesuai  situasi  dan kondisi. 

This  research  examines  the  oral  tradition  of  Pidato  Tagak  as  one  of  the  oral  traditions that  still  survives  today  in  Minangkabau.  The  problem  in  this  research  is  how  the structure, fungsion, and transformation in Pidato Tagak. The The purpose of this study is  to  describe  the  structure,  function,  and  changes  that  occur  in  the  oral  tradition  in Pidato  Tagak  as  one  of  the  oral  traditions  in  Minangkabau.  The  method  used  in  this research  is  literature  study  and  interviews.  The  approach  used  in  this  study  is  an ethnographic approach. Pidato Tagak has orality characteristics. In it, there is a formula that  functions  as  a  means  of  facilitating  a  speaker's  memory  in  delivering  a  Pidato Tagak.  The  function  of  Pidato  Tagak  is  a  means  of  conveying  messages  of  religious teachings,  Minangkabau  Customary  Laws,  and  customary  social  order.  Pidato  Tagak underwent a transformation according to the situation and conditions. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alda Ekanael Lamba
"Ma’badong merupakan ritual adat masyarakat Toraja berupa nyanyian dalam rangkaian upacara Rambu Solo'. Syair Ma’badong mengandung beberapa unsur pokok, yaitu pernyataan duka cita, riwayat hidup (mulai terciptanya manusia dalam kandungan), dan pujaan kepada “Si Mati” atau yang meninggal. Syair tersebut bergantung pada siapa yang meninggal. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (i) bagaimana pemaknaan jenis syair Ma'badong? dan (ii) bagaimana struktur syair Ma’badong berdasarkan jenis syairnya? Dalam penelitian ini, syair dibedah untuk melihat makna dan struktur syair Ma'badong berdasarkan pemahaman tentang formula dan struktur serta memori kolektif dan fungsi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang meneliti suatu fenomena antarkegiatan yang didasarkan pada fakta yang ada. Syair Ma’badong merupakan sumber primer dari penelitian ini yang diambil dari buku Badong Sebagai Lirik Kematian Masyarakat Toraja ditulis oleh J.S. Sande. Selain itu, sumber sekunder berasal dari hasil wawancara dengan beberapa budayawan Toraja dan masyarakat umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa syair Ma’badong mengandung makna yang berbeda sesuai dengan jenis syairnya. Sementara itu, struktur syair Ma’badong membentuk sebuah struktur yang dikelompokkan menjadi pendahuluan, isi, dan penutup.

Ma’badong is a traditional ritual of the Toraja people in the form of singing in a series of Rambu Solo’ ceremonies. Ma’badong poems contain several main elements: expressions of grief, one’s life history (starting from the creation of humans in the womb), and praise to “Si Mati” or the deceased. The poem itself depends on who the deceased is. This research aims to explain (i) how is the meaning of Ma’badong poems types are seen? and (ii) how is the structure of Ma’badong poems based on its types? In this research, the poems are analyzed to see the meaning and structure of Ma’badong poems based on the concept of formula and structure as well as collective memory and its function. The method used is a descriptive qualitative method to examine a phenomenon based on existing facts. Ma’badong poem is the primary source of this research is taken from the book Badong Sebagai Lirik Kematian Masyarakat Toraja written by J. S. Sande. In addition, secondary sources come from interviews with several Toraja culturalists and the general citizen. The results showed that Ma’badong poems contain different meanings according to the type of poem. Meanwhile, the structure of Ma’badong poems forms a structure that is classified into prelude, contents, and closure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Asrif
"ABSTRAK
Disertasi ini mengkaji teks, konteks, dan fungsi kabanti sebagai tradisi lisan masyarakat Buton. Hasil kajian menemukan teks dalam tradisi lisan memanfaatkan ketersediaan kosakata percakapan sehari-hari dan juga merangkai kembali formula sendiri untuk menjadi formula baru. Metris formula tradisi lisan tidak berada pada posisi yang tetap. Formula akan bergerak dinamis karena penciptaan karya lisan semata mengandalkan ingatan dalam ruang waktu terbatas. Konteks berpengaruh dominan dalam penciptaan tradisi lisan. Teks lisan memanfaatkan unsur-unsur bahasa yang menggambarkan kebudayaan masyarakat pemiliknya. Kabanti dilatari oleh konteks budaya maritim dan agraris.
Kelisanan menjadikan teks, konteks, dan fungsi tradisi lisan lebih fleksibel sehingga melahirkan tradisi yang ekspresif, dinamis, dan ekspansif yang menempati beragam konteks budaya. Kabanti diciptakan dalam bahasa, konteks, interaksi, dan tradisi masyarakat setempat. Tradisi lisan tumbuh bersama dengan konteks, menyatu, dan menyatakan masyarakatnya, menerima unsur-unsur baru agar tetap kompetitif dengan masa yang ditempatinya. Eksistensi kabanti pada masa sekarang menunjukkan tradisi lisan bukan hasil budaya masyarakat niraksara melainkan sarana ekspresi budaya yang hanya dapat diwujudkan melalui cara-cara lisan.
This dissertation study the text, context, and function as an oral tradition of kabanti Buton community. The result of study found the text in the oral tradition for utilizing the available some words of daily conversation and also reassembling the formula itself to be a new formula. The Metris formula of the oral tradition is not same position. It would move dynamically based on the creation of an oral work solely and also to depend on memory in a limited space of time. The context influenced the dominant in the creation of an oral tradition.
The oral of text used some elements language that describes the owner culture of the community. Kabanti was backed by the cultural context of maritime and agriculture Orally made the text, context, and function the oral tradition is more flexible which appear the tradition is expressive, dynamic and expansive into placing some cultural contexts. Kabanti was created in language, context, interaction, and traditions of the local community. Oral tradition grew along with the context, united, and expressed its community; accept new elements in order to remain competitive with the time itself. At the present, the existence of kabanti indicates that the oral tradition is not the result of culture niraksara but cultural expression which could be realized through oral ver.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D2124
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madia Patra Ismar Rahadi. author
"Karya akhir ini meneliti interaksi tari kontemporer dengan tradisi lisan silek harimau Minangkabau yang dipertunjukkan dalam karya Indahnya Hutan Kami. Karya ini merupakan kerjasama antara Edwel Yusri Datuk Rajo Gampo Alam maestro tradisi lisan silek harimau Minangkabau dan Madia Patra Ismar Rahadi yang berlatarbelakang seni tari.
Karya hasil kerja sama ini merupakan upaya mencari dan menemukan bagaimana tradisi lisan silek harimau dan tari kontemporer dapat berpadu dalam kesatuan pertunjukan koreografi. Temuan yang muncul adalah ternyata meski ada kemiripan antara silek dan tari, yaitu gerak sebagai unsur dan bahwa dalam keduanya mengandung daya kreativitas, namun kebiasaan dan konvensi keduanya ternyata berbeda. Kesulitannya adalah pola dalam melakukan improvisasi dan pendekatan terhadap interaksi dalam gerak berbeda antara penari dan pasilek. Kesulitan itu diatasi dengan cara secara intensif mempertemukan penari dan pasilek dengan melakukan gerak interaktif secara repetitif.
Hasil kerjasama ini adalah sebuah konvensi baru yang melahirkan komunikasi dan sinergi kreatif berbagai elemen. Sinergi ini yang mendorong daya kreativitas dalam penciptaan pertunjukan tari kreasi baru Indahnya Hutan kami. Pertunjukan ini merupakan refleksi bagimana kekuatan tradisi lisan silek harimau, tari kontemporer dan Green Peace dapat berkolaborasi melalui proses interaksi. Interaksi menjadi kekuatan untuk lebih memahami dan mendalami kebudayaan sendiri dan kebudayaan orang lain.
Konsep yang dikemukakan Roger Tol dan Pudentia digunakan untuk menjelaskan tradisi lisan. Konsep Walter J Ong dan Wayne B Kraft digunakan untuk menjelaskan tari dalam tradisi lisan. Pemahaman tari kontemporer dan koreografi yang digunakan adalah yang dikemukakan Edi Sedyawati, Sal Murgiyanto, Judith Lynne Hanna dan Susan Foster. Hobsbawm digunakan untuk memahami penciptaan. Penjelasan interaksi, dan analisa juga digunakan untuk meneliti hasil, pencapaian dan kegagalan untuk bekal perbaikan ke depan.

The performance titled Our Beautiful Forests is a study on the interaction between contemporary dance and the Minangkabau tiger silek oral tradition. This piece is a collaborative work by Edwel Yusri Datuk Rajo Gampo Alam a maestro of the Minangkabau Tiger Silek and Madia Patra Ismar Rahadi a performing arts worker with a dance background.
This collaboration is an effort to search and find how the tiger silek and contemporary dance can meet, link and merge in a unity of choreographic performance. The findings that emerged are that although there are similarities in the main approach of movement in tiger silek and contemporary dance, there are differences however in the responsive habits and conventions in these two interfaces. The difficulties were the differences in patterns of dancers' and the pasileks' approach and understanding toward improvisation and interaction in movement. These conflicting conventions were overcome by communication in intensive meetings between the dancers and pasileks in rehearsals through repetitive interactions.
Resulting from this cooperation is a new convention that gave birth to a creative sinergy between the various elements inherent in the inventing process. This sinergy became the driving force in the inventing process resulting in the end product as a performance of a new creation of contemporary dance. This performance is a reflection of how the strengths of the tiger silek oral tradition from Minangkabau, contemporary dance and Green Peace can collaborate through the interactive process. Interaction becomes the powerful force to fuller and indepth understanding of ones own culture and the culture of others.
Oral tradition concepts such as viewed by Roger Tol and Pudentia MPSS are used. Walter J. Ong and Wayne B Kraft views are used to explain dance in oral traditions. Understanding contemporary dance concepts and choreographic conventions by Edi Sedyawati, Sal Murgiyanto, Judith Luynne Hanne and Susan Foster are used in the approach towards dance. Hobsawm theory on invention and traditon is also used to understand invention. Understandings of interaction and evaluating the results of the performance are used to research the end product, the results, identifying the success and failures for future development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T31843
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purbasanda Woro Mandarukmidia
"Tari Enggang merupakan sebuah tradisi lisan yang terdapat di Kalimantan Timur, tepatnya di Desa Pampang Samarinda. Tari Enggang merupakan salah satu dari banyaknya tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Dayak khususnya Dayak Kenyah. Makalah proyek akhir ini berisikan tentang gambaran tradisi lisan Tari Enggang, makna yang terkandung dalam Tari Enggang dan pergeseran fungsi tradisi yang terjadi pada Tari Enggang. Dalam perkembangannya, pergeseran fungsi pada sebuah tradisi lisan pasti memunculkan penyesuaian-penyesuaian dan kompromi antar pelaku seni tradisi dengan masyarakat pemiliki dari tradisi tersebut. Tujuan dari penelitian ini ialah menjelaskan tentang pewarisan, fungsi, serta makna pada tradisi lisan Tari Enggang bagi masyarakat Dayak Kenyah di Desa Pampang. Makalah akhir ini bertujuan pula menjelaskan bagaimana pergeseran fungsi yang terjadi pada Tari Enggang dari dahulu hingga sekarang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian etnografi tradisi lisan. Menggunakan teori-teori tradisi lisan, teori pewarisan tradisi lisan, teori kearifan lokal, sejarah tradisi lisan, budaya organisasi dan identitas, musik dan budaya Dayak. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pergeseran fungsi yang terjadi pada Tari Enggang di Desa Pampang ialah bahwa dahulu merupakan bagian dari ritual sakral hingga menjadi sarana penyampaian pesan pada masyarakat, kini telah berubah menjadi ekspresi budaya masyarakat yang terwujud dalam seni pertunjukan murni. Pergeseran ini terjadi karena masuknya ajaran agama, pendidikan, serta adanya perkembangan informasi dan teknologi.

The Enggang Dance is an oral tradition in East Kalimantan, Pampang Village, Samarinda. The Enggang dance is one of the many oral traditions of the Dayak people, especially the Dayak Kenyah. This final project paper contained an overview of oral tradition, meaning contained in the Enggang Dance and the shift in traditional functions that occur in the Enggang dance. The purpose of this study was to explain the inheritance, function, and meaning of the oral tradition of Enggang Dance for the Dayak Kenyah people in Pampang Village. In addition, this final paper also aimed to explain the shift in values in the Enggang Dance that occurred from the past to the present. This study used an oral tradition ethnographic research method using theories of oral tradition, theory of inheritance of oral traditions, theory of local wisdom, history of oral traditions, management of performing arts organizations and identity, music, and Dayak culture. The results of this study revealed that the shift in values that occurred in the Enggang Dance in Pampang Village was that in the past it was part of a sacred ritual to become a means of conveying messages to the community, now it has turned into a cultural expression of a society that is manifested in performing arts. This shift occurred due to various reasons such as the inclusion of religious teachings, education, and the development of information and technology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrial
"Masyarakat Kalianda memiliki tradisi lisan Kias yang tidak dimiliki oleh orang Lampung lainnya. Tradisi ini dikembangkan dari empat tradisi lisan kesastraan yang ada di Lampung, yaitu Wawacan, Sakiman, Pepacokh, dan Hehiwang. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat Lampung Peminggir Kalianda melakukan inovasi dengan menyatukan empat tradisi itu dalam satu bentuk, yaitu Kias. Disertasi ini akan membicarakan Kias, baik sebagai teks yang diciptakan maupun sebagai pertunjukan yang dipengaruhi oleh konteks yang melingkupinya. Kajian dilakukan berdasarkan tiga masalah yang diajukan, yaitu bagaimana pembentukan Kias dalam masyarakat Lampung Peminggir Kalianda, bagaimana pemahaman mereka terhadap Kias, dan bagaimana hubungan Kias dengan konsep Piil Pesenggir.
Penelitian dilakukan dalam waktu yang cukup panjang di desa-desa di Kecamatan Kalianda dan Desa Sidomulyo di Kecamatan Sidorejo. Di dua wilayah ini pertunjukan Kias diamati dan direkam. Wawancara dengan berbagai pihak juga dilakukan guna mendukung aspek-aspek yang ingin diteliti. Data yang terkumpul kemudian telaah melalui pisau analisis yang diajukan oleh Finnegan dalam Oral Poetry: Its Nature and Social Context mengenai kriteria puisi lisan komposisi, transmisi, dan penyajian . Tujuannya adalah menjawab tiga permasalahan di atas. Dengan demikian, akan tampak bagaimana masa depan Kias sebagai sebuah tradisi dan bagaimana masyarakat menjaga piil pesenggir melalui pertunjukan-pertunjukan Kias.

People in Kalianda have a Kias oral tradition what people in other place in Lampung don rsquo t have. The tradition was developed by four oral literate traditions in Lampung. They are Wawacan, Sakiman, Pepacokh, and Hewiwang. That rsquo s why we can be told that people in Lampung PeminggirKalianda did an innovation by united the four traditions in one design, Kias,The disertation will talk about kias, as a teks that was created eventhough as a performance that has been affected by a conteks that has affected it. The study was done based upon three problems those have been submitted, they are how is the Kias formation in people in Lampung Peminggir Kalianda, how is their comprehension to the Kias, and how is the realtion between Kias and Piil Pesenggir concept.
The research was done in a long time in the villages in Kecamatan Kalianda and Sidomulyo village in Kecamatan Sidorejo, in two place this Kias performance was observersed and recorded. The interview with many sides also did, in order to support the aspects what we wanted to research. The data have been collected then we studied though method analysis what was submitted by Finnegan in Oral Poetry its Nature and Social Context about the criteria of oral poetry composition, transition, presentation . The goal is to answer that three problem.The goal is to answer three problems up there. Therefore, it will be seen how is the future of kias as a tradition and how did the people maintain the piil pesenggir through kias performance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2404
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jafar Fakhrurozi
"[ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian mengenai tradisi lisan Gaok di Majalengka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan fungsi dan makna Gaok bagi
kehidupan masyarakat Kulur Majalengka serta proses pemertahanan Gaok yang
dilakukan dalang Rukmin. Sumber data diperoleh dari data lapangan dan studi
pustaka. Penelitian menggunakan beberapa konsep dan teori pertunjukan tradisi
lisan, kelisanan, teori struktural Propp dan pengelolaan tradisi lisan.
Metode penelitian menggunakan metode etnografi (salah satu pendekatan
Kajian Tradisi Lisan). Hasil penelitian menunjukan bahwa Gaok memiliki makna
dan fungsi bagi masyarakat Kulur Majalengka. Fungsi Gaok bagi masyarakat Kulur
meliputi: fungsi hiburan, media doa, dan fungsi penjaga nilai-nilai pendidikan.
Makna Gaok meliputi: Representasi nilai-nilai spiritualitas, Representasi nilai
perempuan, representasi tradisi riungan dan pesta makanan, representasi norma
hukum, dan representasi sejarah Majalengka.
Sedangkan upaya pemertahanan dilakukan oleh dalang melalui kreativitas
membuat Giok kombinasi, mengelola sanggar, dan menyimpan wawacan. Namun
demikian upaya tersebut berjalan kurang optimal karena keterbatasan kemampuan
dan dana yang dimiliki Rukmin serta kurangnya dukungan dari pihak eksternal yakni
pemerintah dan masyarakat. Akibatnya proses transmisi dan pewarisan melalui
pengajaran terhadap generasi muda tidak berjalan.

ABSTRACT
This thesis indicated a research about Gaok 's oral tradition in Majalengka. The
research aimed to disclose a function and Gaok's meaning for society life of Kulur,
Majalengka. As well as the survival process of Gaok which was done by "dalang"
(the master) Rukmin. Data sources was obtained by field study and literary study.
This research used various of concepts and the theories of oral tradition performance,
orality, Propp structural theory and the management of oral tradition.
The research method used ethnography method (one of the approaches of Oral
Tradition Study). The research result showed that Gaok had meaning and function for
Kulur society. The function were: entertainment,praying media, as well as for
keeping education values. The meaning of Gaok were: Representatives of spiritual
values, Representatives of women values, Representatives of "Riungan" tradition and
meal party, Representatives of law values, Representatives of Majalengka's History.
The effort to converse was done by "dalang" Rukmin through the creativity of
rrraking combination of Gaok, managing a Sanggar (club) and saving wawacan
(texts.) However those efforl was not optirnal enough due to the lirnitation of ability
and fund which was owned by Rukrnin and lack of support from external sides
namely government and society. As a result, transmission process and inheritance
through teaching to young generation were not carried out.;This thesis indicated a research about Gaok 's oral tradition in Majalengka. The
research aimed to disclose a function and Gaok's meaning for society life of Kulur,
Majalengka. As well as the survival process of Gaok which was done by "dalang"
(the master) Rukmin. Data sources was obtained by field study and literary study.
This research used various of concepts and the theories of oral tradition performance,
orality, Propp structural theory and the management of oral tradition.
The research method used ethnography method (one of the approaches of Oral
Tradition Study). The research result showed that Gaok had meaning and function for
Kulur society. The function were: entertainment,praying media, as well as for
keeping education values. The meaning of Gaok were: Representatives of spiritual
values, Representatives of women values, Representatives of "Riungan" tradition and
meal party, Representatives of law values, Representatives of Majalengka's History.
The effort to converse was done by "dalang" Rukmin through the creativity of
rrraking combination of Gaok, managing a Sanggar (club) and saving wawacan
(texts.) However those efforl was not optirnal enough due to the lirnitation of ability
and fund which was owned by Rukrnin and lack of support from external sides
namely government and society. As a result, transmission process and inheritance
through teaching to young generation were not carried out., This thesis indicated a research about Gaok 's oral tradition in Majalengka. The
research aimed to disclose a function and Gaok's meaning for society life of Kulur,
Majalengka. As well as the survival process of Gaok which was done by "dalang"
(the master) Rukmin. Data sources was obtained by field study and literary study.
This research used various of concepts and the theories of oral tradition performance,
orality, Propp structural theory and the management of oral tradition.
The research method used ethnography method (one of the approaches of Oral
Tradition Study). The research result showed that Gaok had meaning and function for
Kulur society. The function were: entertainment,praying media, as well as for
keeping education values. The meaning of Gaok were: Representatives of spiritual
values, Representatives of women values, Representatives of "Riungan" tradition and
meal party, Representatives of law values, Representatives of Majalengka's History.
The effort to converse was done by "dalang" Rukmin through the creativity of
rrraking combination of Gaok, managing a Sanggar (club) and saving wawacan
(texts.) However those efforl was not optirnal enough due to the lirnitation of ability
and fund which was owned by Rukrnin and lack of support from external sides
namely government and society. As a result, transmission process and inheritance
through teaching to young generation were not carried out.]"
2015
T42949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjamsuddin Sutan Radjo Endah
"Buku ini berisi cara berpidato dan persembahan dalam berbagai macam upacara yang biasa diadakan di Minangkabau."
Bukittinggi: Pustaka Indonesia, 1961
K 899.224 4 SJA p
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Sri Wahyuni
"Tesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktus bahasa yang digunakan pada tradisi lisan lawas Sumbawa pada tataran morfologi, sintaksis, dan kata kunci yang digunakan pada lawas religi. Lawas adalah jenis puisi tradisional khas Samawa (Sumbawa) yang masih digunakan sampai saat ini. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data, desain linguistik yang ditemukan pada lawas-lawas religi adalah penggunaan morfem afiks tu (kita) yang mengemban fungsi sebagai subjek. Lawas-lawas religi terdiri dari frasa, klausa, dan  kalimat. Selain itu, penggunaan afiks mo yang merupakan salah satu ciri khas ragam lisan masyarakat Sumbawa yang juga sering digunakan dalam karya sastra Sumbawa. Penelitian ini juga mengungkapkan kata kunci pada lawas religi yang menjadi ciri khas pada korpus lawas religi. Kekhasan yang terdapat pada lawas religi mencerminkan topik apa yang jadi pembahasan utama dalam lawas religi.

This thesis aims to identify the language structure at the level of morphology, syntax, and keywords that used in lawas as oral tradition of Sumbawa culture. Lawas is a type of traditional Samawa (Sumbawa) poetry that is still used today. The method used in this study is qualitative. Based on the results of data analysis, the linguistic design found in lawas religion is the use of tu (we) as affix that carries the function as the subject. Besides, the use of affix mo which is one of the characteristics of the oral variety of Sumbawa people and also often used in Sumbawa literary works. The structure of lawas religion consists of phrases, clauses, and sentences. This research also reveals keywords in lawas. The peculiarities that exist in lawas reflect what topics are the main discussion in lawas as the oral tradition. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T52969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>