Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71768 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natashya Vania
"Implantasi tulang merupakan proses penggantian tulang yang rusak untuk membantu proses perbaikan tulang. Material implantasi tulang yang digunakan adalah komposit HA/kolagen. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi implantasi tulang tibia kelinci selama 28 hari untuk mempelajari pengaruh komposit HA/kolagen pada tulang defek diberi implan dan tulang defek yang tidak diimplan. Pada penelitian ini menggunakan kelinci New Zealand dengan berat 3,0-3,5 kg dan berumur 7 bulan. Tulang kelinci dikelompokkan menjadi 3 yaitu tulang kontrol (defek tulang tanpa diimplan), tulang perlakuan (defek tulang dengan diimplan) dan tulang sehat. Preparasi tulang diamati menggunakan mikroskop digital dengan perbesaran 10x, 20x, 40x, dan 100x. Citra mikroskop tulang diolah dalam Image J untuk mendapatkan nilai profil dan histogram. Berdasarkan analisis olah citra diperoleh pada kelompok tulang perlakuan terdapat regenerasi tulang, dilihat nilai mean dan standar deviasi sampel 1 dengan nilai 158,481 ± 45,856 sampel 2 dengan nilai 136,238 ± 43,613 dan sampel 3 dengan nilai 139,864 ± 44,542. Keadaan tersebut terjadi karena adanya proses jalinan hidroksiapatit pada kolagen didalam komposit sehingga terjadi remodelling mendekati dengan tulang sehat. Pada bagian implan dengan tulang baru terjadi resorpsi dan deposit kalsium fosfat sehingga pada area tersebut menimbulkan bagian yang sedikit buram.

Bone implantation is a process of replacing damaged bone to help the bone repair process. The bone implant material used is a Ha/collagen composite. Evaluation of tibial implantation in rabbits was carried out for 28 days to study the effect of the Ha/collagen composite on implanted defective bones and non-implanted defective bones. In this study used New Zealand rabbits weighing 3.0-3.5 kg and 7 months. Rabbit bones were grouped into 3 groups ; control bones (defects without implants), treatment bones (defects with implants) and healthy bones. Bone preparations were observed using a digital microscope with magnifications of 10x, 20x, 40x, and 100x. Bone microscope images are processed in Image J to obtain profile and histogram. There is the treated bone group bone regeneration, from the mean and standard deviation of sample 1 with a value of 158.481 ± 45.856 sample 2 with a value of 136.238 ± 43.613 and sample 3 with a value of 139.864 ± 44.542. This situation occurs because of the hydroxyapatite bonding process on the collagen in the composite so that remodeling occurs close to healthy bone. In the implant area with new bone, there is resorption and deposition, that the area causes a blurry."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laela Sari
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perkembangan material implan komposit Hidroksiapatit (HA)/kolagen dengan menggunakan parameter radiografi. Sampel penelitian berupa 38 citra radiografi digital yang diperoleh dari penelitian in vivo yang telah dilakukan oleh Julia dan kawan-kawan pada tahun 2019 dengan judul “Komposit Apatit/kolagen sebagai Biokompatibel Bone Graft Material”. Citra radiografi yang diperoleh merupakan citra radiografi kelinci New-Zealand White khususnya bagian tibia yang dilubangi dan diberikan treatment. Sampel terdiri dari kelompok (1 implan, 3 implan dan kontrol). Pemeriksaan radiografi tulang tibia kelinci dilakukan pada hari ke-0 pra operasi dan pasca-operasi, hari ke-7, 14, 28, 42 dan 56. Parameter-parameter yang diamati antara lain profil, luas profil, percentage relative bone density (PRBD). Hasil penelitian menunjukkan implan HA/kolagen bersifat bioaktif, biodegradable dan bioresorbable. Analisis profil pada hari ke-56 menunjukkan ketiga kelompok masih dalam proses persembuhan. Berdasarkan luasan profil diperoleh bahwa implan mengalami degradasi. Namun, analisa PRBD memberikan informasi bahwa perkembangan kelompok 1 implan mencapai 91% dan kelompok kontrol mencapai 90% yang menunjukkan keduanya tidak berbeda signifikan. Studi radiografi dengan menggunakan profil, luas profile dan PRBD dapatdijadikan sebagai metode prediksi untuk menganalisis perkembangan implan dalam tulang

This study was conducted to analyze the development of Hydroxyapatite (HA)/collagen composite implant material using radiographic parameters. The research samples were 38 digital radiographic images obtained from in vivo research conducted by Julia and colleagues in 2019 with the title "Apatite/collagen Composites as Biocompatible Bone Graft Materials". The radiographic image obtained is a radiographic image of the New Zealand White rabbit, especially the tibia which was perforated and given treatment. The sample consists of groups (1 implant, 3 implants, and a control). Radiographic examination of the rabbit tibia was carried out on day 0 preoperatively and postoperatively, days 7th, 14th, 28th, 42nd, and 56th. Parameters observed included profile, profile area, and percentage relative bone density (PRBD). The results showed HA/collagen composite implants are bioactive, biodegradable, and bioresorbable. Profile analysis on the 56th day showed that all three groups were still in the process of healing. Based on the profile area, it was found that the implantwas degraded. However, the PRBD  analysis provided information that the development of the 1st implant group reached 91% and the control group reached 90% which showed that the two were not significantly different. Radiographic studies using profiles, area profiles, and PRBD can be used as a predictive method for analyzing the development of bone implants"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Aprilla Hamid
"Sebagai pembentuk struktur tubuh, tulang dapat mengalami kerusakan yang disebabkan kecelakaan atau faktor usia. Oleh sebab itu, studi serta penelitian tentang material pengganti tulang telah banyak dilakukan, salah satunya biokomposit Hidroksiapatit/Kolagen. Sebelum melakukan implantasi pada tulang manusia, prosedur awal untuk memastikan material implan memiliki sifat biokompatibel, biaoktivitas, dan osteokonduktif adalah menggunakan model hewan sebagai percobaan implantasi tulang (Studi In-Vivo) setelah memastikan bahwa biomaterial tidak toksik. Model hewan yang dipilih adalah hewan yang memiliki kesamaan karakter tulang dengan tulang manusia, seperti kelinci New Zealand. Preparasi studi in-vivo dilakukan dengan mengkarakterisasi tulang kelinci dan material implan Hidroksiapatit-Kolagen menggunakan mikroskop optik digital yang kemudian dianalisa menggunakan ImageJ untuk mengetahui karakteristik profil histogram. Dari 4 sampel tulang kelinci yang digunakan pada penelitian ini, yaitu tulang tibia, tulang femur, tulang ilium, dan tulang dada, yang telah dikarakterisasi menggunakan mikroskop optik, pada tulang femur dan tibia diketahui memiliki karakter persebaran pori yang sama, yaitu persebaran pori akan meningkat saat mendekati sumsum tulang dan pada daerah trabekular tulang yang disebut daerah spongy bone. Pada tulang ilium persebaran pori akan meningkat saat mendekati permukaan. Sedangkan pada tulang dada, tulang dipenuhi oleh pori dengan ukuran besar, hanya sedikit bagian tulang yang memiliki persebaran pori rendah. Hal ini menandakan bahwa struktur tulang dada lebih rapuh dibandingkan 3 sampel tulang yang lainnya. Berdasarkan profil histogram yang didapatkan, intensitas keabuan pellet memiliki kecocokan nilai intensitas keabuan dengan tulang tibia.

As forming the structure of the body, bones can be damaged due to accidents or age factors. Therefore, many studies and research on bone replacement materials have been carried out, one of which is Hydroxyapatite-Collagen biocomposite. Prior to direct implantation of human bone, the initial procedure to ensure the implant material has biocompatible, bioactivity and osteoconductive properties is to use animal models as bone implantation experiments In-Vivo Studies after confirming that the biomaterial is non-toxic. The animal model chosen is an animal that has similar bone characteristics to human bones, such as the New Zealand rabbit. In-vivo study preparation was carried out by characterizing rabbit bone and Hydroxyapatite-Collagen implant material using a digital optical microscope which was then analyzed using ImageJ to determine the characteristics of the histogram profile. Of the 4 rabbit bone samples used in this study, namely the tibia bone, femur bone, ilium bone, and breastbone, which have been characterized 2 using an optical microscope, the femur and tibia bones are known to have the same pore distribution character, the pore distribution will increase as it approaches the bone marrow and in the trabecular area of the bone called the spongy bone area. In the ilium bone, the pore distribution will increase as it approaches the surface. Whereas in the sternum, the bone is filled with large pores, only a few parts of the bone have a low pore distribution. This indicates that the breastbone structure is more fragile than the other 3 bone samples. From the histogram profile obtained, based on the gray intensity, the pellet has a match with the gray intensity value with the tibia bone."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shefilyn Widjaja
"Penuaan adalah salah satu faktor resiko signifikan untuk sejumlah penyakit tidak menular degeneratif dan sering bermanifestasi sebagai penyakit kardiovaskular, kognitif dan metabolik. Studi terbaru telah mengidentifikasi peroxisome proliferator-activated receptor γ co-activator α (PGC-1α) sebagai pengatur utama fungsi mitokondria, yang sering dihubungkan dengan teori penuaan. Karena keterlibatannya dalam metabolisme energy, kegagalan energy akibat puasa mungkin dapat merangsang ekspresi PGC-1α, khususnya pada organ yang aktif secara metabolic seperti hati dan jantung. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki manfaat anti-penuaan dari puasa dengan cara menganalisis ekspresi PGC-1α dalam sel hati kelinci yang dipuasakan. Tiga kelompok kelinci yang telah (1) diberi makan secara ad libitum; (2) dipuasakan selama 16 jam (puasa intermiten); (3) dipuasakan selama 40 jam (puasa berkepanjangan). RNA diekstraksi dari jaringan hati kelinci dari masing-masing kelompok. qRT-PCR dilakukan untuk mencari ekspresi relative gen PGC-1α sebagai biomarker anti-penuaan. Terdapat peningkatan signifikan ekspresi relative PGC-1α pada hati kelinci yang dipuasakan dibanding kelinci yang diberi makan ad libitum. Penelitian lebih lanjut yang melibatkan pemantauan kelinci diperlukan untuk mengamati sifat anti-penuaan pada kelinci yang telah dipuasakan dibandingkan kontrol untuk menyimpulkan sebesar apa efek puasa terhadap penundaan penuaan.

Ageing is a significant risk factor for various of non-communicable diseases, often manifesting as cardiovascular, cognitive and metabolic degenerative diseases. Recent studies have identified peroxisome proliferator-activated receptor γ co-activator α (PGC-1α) as a major regulator of mitochondrial function, a common feature in the many theories of ageing. Due to its involvement in energy metabolism, it is theorised that energetic failures due to fasting may be able to stimulate the expression of PGC-1α. This research aims to investigate anti-ageing benefits of fasting by analysing the expression of PGC-1α in liver cells of fasted rabbits compared to rabbits fed ad libitum. Three groups of rabbits were (1) fed ad libitum; (2) subjected to intermittent (16-hour) fast; and (3) subjected to prolonged (40-hour) fast. RNA was extracted from the liver tissues of the rabbits. The relative expression of PGC-1α mRNA as a biomarker of anti-ageing was analysed by qRT-PCR. There was a significant increase in relative expression of PGC-1α in fasted rabbits than those fed ad libitum. Further research involving the monitoring of the rabbits is needed to observe for anti-ageing traits in fasted rabbits as opposed to the control to conclude the extent of the effect of fasting on delaying ageing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Gittanaya Anindyanari
"Latar belakang: Ketidak seimbangan dalam kadar antioksidan dan level radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Puasa sudah terbukti dapat meningkatkan kadar antioksidan dan menurunkan produksi radikal bebas, yang akan menghasilkan penurunan stres oksidatif. Selain itu, durasi waktu puasa juga mempengaruhi dampak puasa dalam menurunkan stres oksidatif. Banyak penelitian yang sudah membahas efek puasa tersebut, namun, belum diteliti pada jaringan jantung. Oleh sebab itu, penelitian ini ditujukan untuk meneliti perbedaan efek durasi puasa terhadap kadar katalase pada jaringan jantung kelinci New Zealand White. Metode: Sampel dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan perlakuan yang dilakukan selama satu minggu. Kelompok pertama, kelompok kelinci dengan pemberian pakan yang normal. Kelompok kedua, kelompok puasa intermiten dengan 16 jam periode puasa dan 8 jam periode makan. Kelompok terakhir, kelompok puasa berkepanjangan dengan 40 jam periode puasa dan 8 jam periode makan. Selanjutnya, absorbansi aktivitas katalase dan kadar protein diukur dengan spectrofotometer. Pembagian aktivitas katalase dengan kadar protein dilakukan untuk mendapatkan aktivitas spesifik katalase. Hasil: Rata-rata dari aktivitas spesifik katalase pada kelompok kontrol adalah 1,104 ± 0,244 UI/mg protein, rata-rata pada kelompok puasa intermiten adalah 0,892 ± 0,093 UI/mg protein, dan rata-rata pada kelompok puasa berkepanjangan adalah 1,126 ± 0,098 UI/mg protein dengan perbedaan yang tidak signifikan (p > 0,05). Kesimpulan: Perlakuan puasa intermiten dan puasa berkepanjangan selama satu minggu tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas spesifik enzim katalase pada jantung kelinci New Zealand White.

Introduction: An imbalance in the antioxidant and free radical levels will develop oxidative stress. Fasting has increased antioxidant levels and decreased free radical production, ultimately reducing oxidative stress. Furthermore, the duration of fasting is also known to have a role in decreasing oxidative stress. Previous studies have been done on the effect of fasting on oxidative stress, however, none has been done on the heart. Hence, this study is aimed to discover the difference of fasting duration on its effect towards catalase level in New Zealand White rabbits. Method: Samples are divided into three groups based on their treatment for a week. First, the control group with a regular feeding schedule. Second, intermittent fasting group with 16 hours of the fasting period and 8 hours of the feeding period. Lastly, prolonged fasting with 40 hours of fasting and 8 hours of feeding periods. Then, a spectrophotometer is used to calculate the catalase activity and protein level. A division of catalase activity by protein level is done to obtain specific catalase enzyme activity. Result: The mean of specific catalase activity in the heart of the control group sample are 1.104 ± 0.244 UI/mg protein, the mean in the intermittent fasting group are 0.892 ± 0.093 UI/mg protein, and the mean in the prolonged fasting group is 1.126 ± 0.098 UI/mg protein with an insignificant difference (p > 0.05). Conclusion: Neither intermittent nor prolonged fasting conducted in a period of one week will have significant effect on the specific catalase activity level in the heart of New Zealand White rabbit."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alifian Remifta Putra
"Pendahuluan: Fork-head transcription factor of the O class 3 (FOXO3) merupakan gen yang berfungsi dalam berbagai proses metabolisme dan menjaga keseimbangan regulasi energi. FOXO3 memiliki peran penting dalam mekanisme respon terhadap berbagai stressor yang bersifat sitoprotektif, sehingga mampu mempengaruhi jangka hidup organisme dan bersifat anti-aging. Studi ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh puasa berjangka (16 jam) dan puasa panjang (40 jam) dengan pengaruhnya terhadap ekspresi gen FOXO3 sebagai biomarka anti-aging menggunakan Kelinci New Zealand White sebagai model. Metode: Sampel liver Kelinci New Zealand White diekstrak dari masing-masing tiga kelompok kelinci yaitu kelompok kontrol, puasa berjangka, dan puasa panjang. Selanjutnya, dilakukan isolasi RNA liver menggunakan RNA Isolation Kit. Quantitative real time polymerase chain reaction (qRT-PCR) digunakan untuk mengukur tingkat ekspresi mRNA FOXO3. ANOVA dengan aplikasi IBM SPSS digunakan untuk perhitungan statistik. Hasil: Ekspresi mRNA FOXO3 ditemukan meningkat secara signifikan (p<0.05) pada kelompok puasa berjangka dibandingkan kontrol (2.17-kali), sedangkan kelompok puasa panjang dibandingkan kontrol tidak bermakna signifikan. Ekspresi mRNA FOXO3 pada kelompok puasa berjangka ditemukan juga lebih tinggi secara signifikan (p<0.05)  dibandingkan kelompok puasa panjang (2.5-kali). Kesimpulan: Ekspresi FOXO3 ditemukan meningkat pada kelompok puasa berjangka. Hal ini menunjukkan bahwa puasa berjangka dapat meningkatkan ekspresi biomarker anti-aging yaitu gen FOXO3.

Introduction: Fork-head transcription factor of the O class 3 (FOXO3), a gene that has various functions in energy metabolism and metabolic balance. FOXO3 plays an important role in initiating response toward various stressors by eliciting the cytoprotective effect that affects the lifespan of an organism. This research was conducted to study the impact of intermittent (16 hours) and prolonged fasting (40 hours) on the expression of FOXO3 gene expression in New Zealand White (NZW) Rabbits. Methods: Liver samples are taken from each group of NZW Rabbits (control, intermittent, and prolonged fasting). Further, the RNA sample is isolated from the liver by using the RNA Isolation Kit. qRT-PCR was used to measure the FOXO3 gene mRNA expression rate. ANOVA was performed with IBM SPSS application for statistical analysis. Results: mRNA expression of FOXO3 was found significantly higher (p<0.05) in the intermittent fasting group compared to control (2.17-fold), while prolonged fasting group compared to the control group not showing any statistically significant changes. mRNA FOXO3 expression in intermittent fasting was increased in a statistically significant (p<0.05) level compared to a prolonged group (2.5-fold). Conclusion: FOXO3 gene expression found to be higher in the intermittent fasting group. This result shows that intermittent fasting increases the expression of the FOXO3 gene."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zaki Bariz Amaanullah
"Latar Belakang: Stres oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan radikal bebas di dalam tubuh dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit pada manusia. Salah satu metode yang diduga dapat menurunkan stres oksidatif adalah restriksi kalori atau puasa. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai efek puasa terhadap stres oksidatif namun masih terdapat kontroversi mengenai efek puasa terutama puasa berselang dan puasa berkepanjangan terhadap kadar stres oksidatif.
Tujuan: Mengetahui efek dari puasa berselang dan puasa berkepanjangan terhadap kadar malondialdehid (MDA) pada hati dan plasma kelinci New Zealand White.
Metode: Penelitian ini menggunakan 16 ekor kelinci New Zealand White yang dibagi ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu puasa berselang (Intermittent Fasting / IF), puasa berkepanjangan (Prolonged Fasting / PF), dan kelompok kontrol, kemudian diambil sampel plasma dan hatinya. Hati dibuat homogenat. Sampel plasma dan homogenat hati diukur kadar MDA menggunakan spektrofotometri. Hasil pengukuran dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA.
Hasil: Terdapat peningkatan signifikan kadar MDA di plasma pada kelompok IF dan PF. Untuk kadar MDA di hati terdapat penurunan pada kelompok IF dan peningkatan pada kelompok PF namun tidak signifikan.
Kesimpulan: Puasa berselang dapat menurunkan kadar MDA pada hati namun dapat meningkatkan kadar MDA pada plasma. Puasa berkepanjangan dapat meningkatkan kadar MDA pada hati dan plasma."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Hidayat
"ABSTRAK
Pendahuluan: Fusi spinal posterolateral adalah prosedur sering dilakukan dalam tindakan arthrodesis spinal yang menggunakan autograft dari krista iliaka. Penggunaan autograft memiliki keterbatasan dan komplikasi. Tingkat
pseudoarthrosis berkisar antara 5-35%. Penggunaan platelet rich plasma (PRP) sebagai faktor osteoinduktif memiliki dasar ilmiah. Platelet dengan cepat
menempel pada permukaan tandur tulang dan mengalami degranulasi, kemudian melepaskan faktor-faktor pertumbuhan yang memicu penyembuhan tulang dan inkorporasi tandur. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian PRP terhadap tingkat fusi pada tindakan fusi spinal pada kelinci putih New Zealand Metode: Fusi posterolateral dilakukan pada 16 ekor kelinci putih New Zealand yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok fusi dengan autograft dan fusi dengan autograft + PRP. PRP diambil dari vena perifer lalu disentrifugasi, kemudian dilanjutkan dengan tindakan fusi posterolateral, pengambilan tandur krista iliaka, dan aplikasi PRP. Observasi dilakukan selama 8 minggu. Evaluasi dinilai secara radiologis dengan modifikasi skor Bridwell dan histologis dengan skor Huo/Friedlaender.
Hasil: Secara radiologis, pada kelompok perlakuan fusi spinal dengan autograft
didapatkan 5 sampel definite fusion, 1 sampel probable fusion, dan 2 sampel
nonunion. Sementara itu, pada kelompok perlakuan fusi spinal dengan autograft + PRP terdapat 5 sampel definite fusion, 3 sampel probable fusion, dan tidak ada nonunion. Namun, tidak terdapat perbedaan radiologis yang bermakna. Kelompok fusi spinal dengan autograft + PRP memiliki rerata dan median skor histologis yang lebih tinggi dibandingkan kelompok fusi spinal dengan autograft saja secara bermakna (8 vs 6,5).
Simpulan: Pemberian PRP bersama dengan autograft pada fusi spinal
posterolateral memiliki pengaruh terhadap tingkat fusi pada fusi spinal pada
kelinci putih New Zealand. Pemberian PRP dapat dipertimbangkan dan diteliti
lebih lanjut sebagai faktor osteoinduktif alternatif dalam fusi spinal posterolateral

ABSTRACT
Introduction: Posterolateral spinal fusion is a common procedure in spinal arthrodesis using autograft from iliac crest. Autografts utilization possess limitations and complication with pseudoarthrosis ranging between 5-35%. Platelet rich plasma (PRP) usage as an osteoinductive factors is based on scientific reasons. Platelets can quickly adhere to the surface of the bone graft and degranulate, releasing growth factors afterwards and inducing bone healing and graft incorporation. This study aim to establish the effect of PRP administration on fusion rate for spinal fusion on New Zealand white rabbit.
Method: Posterolateral fusions were done on 16 white New Zealand rabbits divided into two groups: fusion with autograft and fusion with autograft + PRP. PRP was taken from peripheral vein and centrifuged. Posterolateral fusion and graft harvesting from iliac crest were followed by PRP application. Observation was done for 8 weeks. Evaluation was done radiologically with modified Bridwell score and histologically with Huo/Friedlaender score.
Results: Radiologically, for spinal fusion with autograft group, the result were 5 definite fusion, 1 probable fusion, and 2 nonunion fusion. For spinal fusion with autograft + PRP, there was 5 definite fusion, 3 probable fusion, and no nonunion. There was no significant difference radiologically. Spinal fusion with autograft + PRP had higher mean and median for histological score compared to spinal fusion with autograft (8 vs 6.5).
Conclusion: PRP administration with autograft for posterolateral spinal fusion affected fusion rate for spinal fusion on New Zealand white rabbit. PRP administration can be considered and studied further as an alternative for osteoinductive factors for posterolateral spinal fusion"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
993.1 Bar n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Barber, Laurie
Auckland: Century Hutchinson, 1989
993.1 Bar n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>