Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135866 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shangdieva Djoen Narasmara
"Penelitian ini membahas tentang tren busana “Men in Skirt” sebagai bentuk perlawanan terhadap stigma toxic masculinity di Rusia. Penggunaan rok oleh laki-laki pada beberapa tahun ke belakang kian menuai kontroversi di mana cara berpakaian tersebut dianggap tidak sesuai dengan konstruksi sosial atas pemaknaan maskulinitas, terutama di negara Rusia di mana maskulinitas laki-laki gencar dipropagandakan melalui media dan cenderung masih tertutup pada satu pemahaman sehingga fenomena ini menjadi permasalahan tersendiri ketika dijadikan senjata bagi para kaum penentang toxic masculinity dalam melawan stigma yang berlaku. Data yang diperoleh berasal dari publikasi-publikasi dan artikel internet dengan kata kunci Men in Skirt, Boys in Skirt, serta Мужчины в Юбках dan akan diteliti dengan metode etnografi trend dalam penelitian media sosial. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis fenomena berdasarkan teori The Fashion System dari Roland Barthes dan teori maskulinitas dari Dr. Terry A. Kupers (2005). Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya pemaknaan dari tren Men in Skirt sebagai sebuah upaya perlawanan terhadap stigma maskulinitas yang memenjarakan kaum laki-laki dari kebebasan berekspresi.

This study discusses the "Men in Skirt" fashion trend as a form of resistance to the stigma of toxic masculinity in Russia. The use of skirts by men in recent years has sparked controversy where the way of dressing is considered inconsistent with the social construction of the meaning of masculinity, especially in Russia where male masculinity is heavily propagated through the media and the tendency is closed to one meaning, so that this phenomenon becomes a problem when it is used as a weapon for opponents of toxic masculinity in fighting the prevailing stigma. The data obtained comes from internet publications and articles with the keywords Men in Skirt, Boys in Skirt, and Мужчины в Юбках and will be investigated using trend ethnographic methods in social media research. In this study the writer will analyze the phenomenon based on the theory of The Fashion System from Roland Barthes and the theory of masculinity from Dr. Terry A. Kupers (2005). The result of this research is the finding of the meaning of the Men in Skirt trend as a way to fight against the stigma of masculinity that imprison men from freedom of expression."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paramitha Ayu Risky
"Peningkatan angka bullying dikalangan remaja seakan menjadi fenomena yang tiada hentinya. Peningkatan bullying ini juga diiringi dengan laporan kasus yang dimuat pada media masa yang menunjukan banyaknya remaja laki-laki yang menjadi korban bullying. Peningkatan kasus bullying pada remaja laki-laki tidak terlepas dari pemahaman maskulinitas yang beredar dalam lingkungan pertemanan remaja laki-laki. Sering kali maskulinitas remaja dikaitkan dengan kekuatan yang menyebabkan kekerasan dianggap satu hal yang wajar dalam pertemanan remaja laki-laki, hal yang kemudian dianggap sebagai bentuk toxic masculinity dikalangan remaja laki-laki. Munculnya toxic masculinity berdampak pada kurangnya remaja laki-laki yang melaporkan tindak kekerasan yang mereka alami karena dianggap sebagai bentuk kelemahan. Hal inilah yang kemudian membuat para remaja laki-laki harus dapat melindungi diri mereka sendiri dari tindak intimidasi yang mereka terima. Salah satu cara mereka untuk melindungi diri adalah melakukan perlawanan dengan menggunakan bullying. Bullying sebagai bentuk olok-olokan yang menggangu dianggap hal yang cukup aman dalam melakukan perlawanan. Penelitian ini dengan menggabungkan teknik observasi dan wawancara mencoba melihat bagaimana para remaja menggunakan bullying sebagai perlawanan dalam menghadapi intimidasi yang mereka terima.

The increased cases of bullying in adolescent seems to be an endless phenomenon. This increased cases of bullying is also accompanied by reports published in the media who many of adolescent male victims of bullying. The increased cases of bullying in adolescent male are inseparable of comprehension of outstanding information about masculinity among their friendship environment. Many times, adolescent masculinities is associated with the strength and hardness that to be considered as a common thing between adolescent friendship, then considered by masculinity among adolescent male. Toxic masculinity also has an impact to decrease of reporting or complaint from adolescent male related to their experiences of violence because its look like a weakness. This is a consideration for teenage boys that they must protect themselves from the acts of bullying from they experience. That another options to protect themselves from bullying is to fighting back with bullying as well. Bullying as a form of disturbing ridicule is considered quite safe in resistance. By the study, with a combination observation and interview techniques, tries to see how the adolescent male used a bullying as a resistance for the bullying they experience"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhie Prasetyo P Wirawan
"Film layar lebar adalah salah satu bentuk hiburan yang sangat populer. Namun, kini film telah berkembang menjadi alat yang efektif bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang beragam isu, mencakup ekonomi, lingkungan, politik, dan banyak lagi. Never Back Down (2008) adalah sebuah film yang menggambarkan tema toxic masculinity dan tekanan untuk patuh pada norma-norma maskulinitas tradisional. Dua pertanyaan diajukan untuk menggali tentang toxic masculinity dalam film ini (1) bagaimana toxic masculinity direpresentasikan dalam Never Back Down (2008), dan (2) bagaimana film ini menawarkan evaluasi kritis tentang toxic masculinity yang memberikan pemahaman baru tentang maskulinitas. Dengan menggunakan teori Janet Chafetz, konsep-konsep Michael Kimmel tentang toxic masculinity, dan analisis perangkat sinematiknya, temuan menunjukkan bahwa film ini menggambarkan bahayanya toxic masculinity yang merugikan bagi para pria. Penelitian ini memberikan penilaian tentang cara Never Back Down (2008) menyajikan dan mengungkap konsekuensi negatif dari toxic masculinity yang dapat menyebabkan kekerasan, agresi, dan penekanan emosional. Selain itu, film ini juga menawarkan kritik terhadap norma-norma tradisional tentang maskulinitas dengan memberi penonton kesempatan untuk mengevaluasi kembali pandangan mereka tentang maskulinitas. Penelitian ini menyajikan wawasan tentang bagaimana sebuah film dapat berfungsi sebagai alat kritik sosial.

Motion picture is one of the many popular forms of entertainment. However, it has now developed into a powerful tool for people to raise awareness regarding diverse issues covering economy, the environment, politics and many more. Never Back Down (2008) is a film that portrays the theme of toxic masculinity and the pressure of conforming to traditional masculine norms. Two questions are presented to grapple with toxic masculinity in the film (1) how is toxic masculinity represented in Never Back Down (2008), and (2) How does the film offer a critical evaluation of toxic masculinity that sheds new light on the understanding of masculinity. Using Janet Chafetz’s theory, Michael Kimmel’s concepts on toxic masculinity, and analyses of its cinematic devices, the findings show that the film presents the perniciousness of toxic masculinity that is harmful to men. This study provides an evaluation of the ways Never Back Down (2008) presents and exposes the negative consequences of toxic masculinity that can lead to violence, aggression, and emotional suppression. Moreover, the film also offers a critique of traditional norms of masculinity by providing viewers with the opportunity to reevaluate their perception of masculinity. This research presents insight into how a film can serve as a tool for social critique."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Sulaiman
"HIV/AIDS masih menjadi masalah pandemik diseluruh negara dibelahan dunia, salah satu yang memiliki berkontribusi pada bertambahnya jumlah kasus adalah pada pasangan seksual akibat dari ketidakterbukaan salah satu pasangan khususnya laki-laki terhadap status HIV nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan dukungan sosial, stigma dan maskulinitas ODHA pria terhadap keterbukaan status HIV pada pasangannya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 110 orang ODHA laki-laki dewasa (>18 tahun) dibawah pengawasan LSM Yayasan Tanpa Batas Kupang, dengan 4 jenis kuesioner penelitian (Brief HIV Stigma Scale, Perceived Social Support in HIV/PSS-HIV, Masculinity Attribute Questionaire/MAQ dan Brief HIV Disclosure and Saffer sex efficacy). Hasil : Pada analisis bivariat ditemukan hubungan yang signifikan antara maskulinitas dan stigma dengan keterbukaan dengan nilai p masing-masing (0,000 dan 0,042 : α 0,05), tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan keterbukaan status HIV ODHA pria (p = 0,621 ; α = 0,05). Pada analisis multivariat regresi logistik ganda didapatkan hasil bahwa maskulinitas memiliki hubungan negatif yang secara signifikan dan paling memiliki hubungan dengan keterbukaan status HIV ODHA pria kepada pasangannya (p = 0,000, α = 0,05 ; OR = 0,154) sehingga diperlukan konseling yang mendalam untuk membantu mengatasi masalah dan dampak keterbukaannya terhadap kondisi maskulinitas nya serta edukasi terhadap resiko penularan pada pasangan.

Introduction: HIV is still a pandemic problem in all countries around the world, one that contributes to the increasing number of case, namely in sexual partners due to the lack of disclose from partners, especially men to their HIV status.
Research objective: The purpose of this study was to identify the relatioship of social support, stigma anf masculinity among male PLWH with HIV disclosure to their spouse. This study using cross sectional design wit consecutive sampling technique on 110 adult male PLWH (>18 years old) under the supervision of NGO's Yayasan Tanpa Batas in Kupang, and using 4 types of reserach questionaires (Brief HIV Stigma Scale, Perceived Social Support in HIV/PSS-HIV, Masculinity Attribute Quastionaire/MAQ, and Brief HIV Disclosure and Saffer sex Efficacy).
Results: In bivariate analysis found a significant correlation between stigma and masculinity to HIV disclosure with their respective p value (0,042 and 0,000 : α = 0,05), but there was no significant correlate between social support with HIV disclosure (p = 0,621 : α = 0,05). In Multivariate multiple logistic regression analysis, it was found that masculinity had a negative and most significant correlate with HIV disclosure of male PLWH to their spouse (p = 0,000 : α = 0,05, OR = 0,154). So, in-depth counseling is needed to help addressing problems and the impact of their disclosure on masculinity conditiona and education on the risk of transmission to their spouse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Keisha Adi Sabrina
"Suatu pandangan, dari seseorang dapat disampaikan melalui berbagai cara, salah satunya menggunakan medium lagu. Lagu dapat menjadi wadah untuk menyalurkan pesan dan penyampaian pandangan terhadap berbagai keadaan sehari-hari, salah satunya seperti isu sosial yaitu topik seputar aborsi. Isu aborsi telah menjadi sebuah polemik yang marak dibicarakan di berbagai penjuru dunia dan lekat dengan stigma negatif.
Penelitian ini membahas adanya perlawanan terhadap stigma aborsi melalui representasi yang dibawakan dalam lirik lagu “Unbeschreiblich Weiblich” karya Nina Hagen. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif, dimana penulis akan memaparkan bentuk perlawanan terhadap stigma aborsi dalam sumber data. Untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teori representasi karya Stuart Hall.
Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa representasi yang tergambar dari lagu dalam sumber data menunjukkan pentingnya wanita dalam menyadari kebebasan dalam memilih keputusan atas dirinya sendiri. Terdapat bahasa dan tanda yang terkandung dalam lirik lagu yang menunjukkan perlawanan dan kritik terhadap hukum dan persepsi terhadap aborsi. Representasi dalam lagu tersebut juga menunjukkan bahwa stigma terhadap aborsi tidak sesuai dengan apa yang ia rasakan sebagai wanita.

Opinions from someone can be conveyed in various ways, one of the ways is using the medium of song. Songs can be a place to channel messages and convey views on various everyday situations, such as social issues like the topic of abortion. The issue of abortion has become a polemic that is widely discussed in various parts of the world and is closely related to negative stigma.
This study discusses the existence of resistance to the stigma of abortion through the representations sung in the lyrics of the song "Unbeschreiblich Weiblich" by Nina Hagen. This research uses descriptive qualitative method, where the author will describe the form of fight towards the stigma of abortion in the data source. To conduct this research, the writer uses the representation theory by Stuart Hall.
The results of this study suggest that the representation of songs in the data source shows the importance of women in realizing the freedom to make decisions for themselves. There are language and signs contained in the lyrics of the song that show refusal and criticism of the law and perceptions of abortion. The representation in the song also shows that the stigma against abortion does not match what she feels as a woman.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Argina Nur Mauludya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai resistensi gay laki-laki terhadap stigma dari
masyarakat. Terdapat budaya yang dianggap menyimpang dan terstigma dalam
hal ini adalah budaya homoseksual. Penelitian ini melakukan proses dekonstruksi
dengan menggunakan konsep cultural criminology dalam ranah culture as crime
untuk memberikan sebuah pemahaman baru mengenai isu homoseksual.
Kemudian melakukan sebuah perlawanan dengan menggunakan konsep counterculture.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan
wawancara terhadap lima narasumber. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
seluruh narasumber pernah mengalami distigma oleh masyarakat, lembaga
representatif, keluarga, teman, dan diri sendiri. Selanjutnya, untuk melawan
stigma tersebut mereka melakukan usaha counter-culture. Hal yang dilakukan
adalah dengan mengakui identitas diri sebagai gay laki-laki serta bergabung dalam
komunitas maupun organisasi sebagai bentuk penyesuaian terhadap stigma yang
menimpa gay laki-laki serta memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa
gay laki-laki sama seperti warga negara lainnya yang ingin diterima sebagai
bagian dari warga negara tanpa stigma dan diskriminasi.

ABSTRACT
This mini thesis discussed about the resistance of gay men towards stigma coming
from society. There is a culture that is considered deviate and stigmatized, which
is homosexual culture. This research does deconstruction process using cultural
criminology concept in the realm of culture as crime, in order to give a new
comprehension towards homosexual issue. Furthermore their resistance is
explained using counter-culture. This research uses qualitative method done by
doing interview from five resource person. The result of this research concluded
that all resource person had experienced stigma from society, representative
institutions, family, friends, and even from themselves. In order to fight stigma,
they use counter-culture as an effort, by acknowledging themselves as gay men
and joining other community or organization to adjust the stigma given to them.
This research also gives a comprehension for society that gay men just like any
citizens from other countries want to be accepted as a citizen without being
stigmatized or discriminated."
2014
S55079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiyah Haniifah Oktaviani
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan redefinisi maskulinitas melalui penggunaan genderless fashion di kalangan laki-laki melalui gender performativity. Studi-studi sebelumnya mengatakan bahwa penggunaan genderless fashion pada laki-laki merupakan salah satu bentuk dalam ekspresi gender melalui fashion telah mengalami redefinisi maskulinitas. Namun, peneliti melihat bahwa studi-studi sebelumnya tidak membahas bagaimana proses terbentuknya redefinisi maskulinitas melalui penggunaan genderless fashion yang digunakan sehari-hari di kalangan laki-laki. Dengan menggunakan konsep gender performativity dan identitas gender oleh Butler sebagai pisau analisis dari penelitian ini. Peneliti berargumen bahwa laki-laki menggunakan genderless fashion yang dilakukan secara terus menerus sebagai cara mereka untuk menunjukkan identitas gender mereka. Selain itu, penelitian ini berargumen bahwa penggunaan genderless fashion pada laki-laki menunjukkan redefinisi maskulinitas yang berbeda dengan masyarakat Indonesia yang pada akhirnya mampu menegosiasikan makna maskulinitas modern, yaitu laki-laki yang peduli dengan penampilan diri melalui genderless fashion. Data pada penelitian ini diperoleh dengan pendekatan kualitatif denganstudi fenomenologi yang menggambarkan pengalaman individu dari suatu fenomena. Sumber data dari studi ini adalah wawancara mendalam dengan laki-laki pengguna genderless fashion yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari sebagai identitas diri.

This study aims to to describe the redefinition of masculinity through the genderless fashion among men through gender performativity. Previous studies say that the use of genderless fashion among men is a form of gender expression through fashion that has experienced a redefinition of masculinity. However, researchers see that previous studies did not discuss the process of redefinition of masculinity through genderless fashion in daily use among men. By using Butler's concepts of gender performativity and gender identity as analytical tools for this research. Researchers argue that men use genderless fashion continuously to show their gender identity. In addition, this research argues that the use of genderless fashion among men shows a redefinition of masculinity that is different from Indonesian society which is ultimately able to negotiate the meaning of modern masculinity, namely men who care about their own appearance through genderless fashion. The data in this research was obtained using a qualitative approach with a phenomenological study which describes individual experiences of a phenomenon. The data source for this study is in-depth interviews with men who wear genderless fashion in their daily activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Kenvaleriano Syahputra
"Maskulinitas Toksik adalah istilah yang mulai digunakan pada tahun 1980-an untuk menggambarkan sikap dan perilaku yang diharapkan dari pria yang dapat berdampak negatif pada diri mereka sendiri dan masyarakat. Di dunia media sosial saat ini, terdapat banyak pengaruh yang memiliki pandangan yang bervariasi, dengan beberapa yang mempromosikan maskulinitas beracun. Sifat dari pengaruh media sosial adalah ide-ide mereka dapat ditransmisikan kepada audiens yang luas dan mungkin mempengaruhi pandangan dunia dan pengambilan keputusan sejumlah orang dalam audiens tersebut. Salah satunya adalah Andrew Tate, seorang guru bimbingan diri, motivator, dan pengaruh yang mendapatkan ketenaran melalui TikTok dan YouTube. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji pandangan Andrew Tate tentang maskulinitas dan bagaimana ia menyusun pesannya untuk mempengaruhi pengikutnya. Studi kasusnya adalah Andrew Tate, seorang pria yang mendapatkan ketenaran dari TikTok dan kemudian diundang ke sejumlah podcast yang penuh dengan pernyataan yang mengafirmasi maskulinitas beracun. Data yang akan dianalisis diambil dari podcast Standout.TV, PBD Podcast, dan Adin Ross yang mengundang Andrew Tate untuk berpartisipasi dalam segmen mereka. Temuan penelitian menunjukkan pandangan misoginis Andrew Tate tentang maskulinitas dan bagaimana ia menyusun pesannya untuk mendapatkan ketenaran dan keuntungan dari pengikutnya

Toxic masculinity is a phrase that started being used in the 1980’s to describe the attitudes and behaviors that are expected from men that could have a negative impact on men themselves and society. In today’s world of social media, there are a lot of influencers that have varying views, with some that promotes toxic masculinity. It is the nature of social media influencers that their ideas can be transmitted over a large audience and possibly influence the worldview and decision making of a number of people in that audience. One of whom is Andrew Tate, a self-help guru/ motivator/ influencer that reached fame through TikTok and YouTube. This article aims to examine Andrew Tate’s view on masculinity and how he constructs his message to influence his followers. The case study will be Andrew Tate, a man who found fame from TikTok and later was invited to a number of podcasts filled with statements that affirm toxic masculinity. The data that will be analyzed is taken from the podcast from Standout.TV, PBD Podcast, and Adin Ross that invited Andrew Tate to take part in their segment. Research findings show Andrew Tate’s misogynistic views on masculinity and how he constructs his message assertively, rationalizing his rebuttals and gaining fame and profit from his followers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Qoriroh Annisa Tartillah Firdausy
"ABSTRACT
Topik yang dibahas dalam penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif ini adalah pengaruh dari fenomena belanja online terhadap budaya konsumerisme di Rusia pada tahun 2013-2017 dan bertujuan untuk mengetahui masyarakat Rusia dalam menyikapi hidup hemat sebagai dampak dari krisis ekonomi pada tahun 2009 dan pengaruh tren belanja online terhadap pola konsumsi masyarakat Rusia di tahun 2013-2017. Permasalahan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori masyarakat konsumsi dari Jean Baudrillard 1998 dan pendekatan teori budaya populer oleh John Storey 2003. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa belanja online menjadi gaya hidup masyarakat Rusia sebagai masyarakat dunia yang berusaha untuk mengikuti tren masa kini. Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 2009 dan 2015 serta faktor teknologi dengan adanya penetrasi internet berdampak pada berubahnya pola konsumsi dari offline ke online, akan tetapi tidak merubah perilaku konsumtif dari konsumen Rusia. Hal tersebut dibuktikan dengan melonjaknya nilai penjualan ritel online yang sejalan dengan naiknya angka omset penjualan ritel, banyaknya jumlah ritel online dan meningkatnya jumlah konsumen belanja online di Rusia.
ABSTRACT
The topic is discussed in descriptive analyze research on qualitative approachment is the effect of online shopping phenomenon towards Russias consumerism culture in 2013 2017 and aims to identified Russians society in addressing the frugal life seems as the effect of the economic crisis in 2009 and the influenced of online shopping trends on consumption patterns of Russians society in 2013 2017. The problems in the researches were analyzed using the theory of consumer society by Jean Baudrillard 1998 and the popular cultural theory approached by John Storey 2003. The results of the research indicates that online shopping is becoming a lifestyle of Russian society as a world society that strives to follow the present trend. The economic crisis in 2009 and 2015, and technological factors with internet penetration have an impact on changing the consumption pattern from offline to online, but not to change the frugal behavior of Russian consumers. This is evidenced by the surge in the value of online retail sales in line with the rise in retail sales turnover, the number of online retails and the increasing number of online shopping consumers in Russia. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Pangestu
"ABSTRAK
Artikel ini membahas maskulinitas dalam majalah COSMOPOLITAN RUSSIA. Di dalam artikel ini, pembahasan difokuskan pada tiga iklan cetak parfum SAUVAGE-DIOR, HUGO BOSS-INTENSE dan DOLCE GABBANA-LIGHT BLUE yang dimuat dalam edisi Januari 2017. Artikel ini dianalisis menggunakan teori Semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Hasil analisis artikel ini menyatakan bahwa ma- jalah COSMOPOLITAN RUSSIA yang diyakini mengusung konten wanita dan femininitas juga menampilkan iklan cetak parfum pria yang memberikan dampak yang secara implisit melalui tampilan maskulinitas yang dipromosikan pada tampilan fisik yang kuat, emosional dengan wanita, kebebasan, kesuksesan, kemewahan, serta status sosial.

ABSTRACT
This article discusses masculinity in COSMOPOLITAN RUSSIA magazine. In this article, the discussion focused on three men fragrance advertisements, SAUVAGE DIOR, HUGO BOSS INTENSE and DOLCE GABBANA LIGHT BLUE which featured in the January 2017 issue. This article was analyzed using the theory of Semiotics by Roland Barthes. The method used is descriptive analysis method. The results of the analysis of this article stated that COSMOPOLITAN RUSSIA magazine was not only brought up women and feminity content, but also showed a man ad vertisements which contain an implicit effect by portraying masculinity through strong physical appearance, emo tional attached with women, freedom, success, wealth, and social status. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>