Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165686 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mova Aria
"Latar Belakang: Kelelahan kerja merupakan penyebab 80% kecelakaan kerja di industri minyak dan gas yang menerapkan sistem kerja shift secara berkesinambungan.
Tujuan: Untuk menilai perubahan tingkat kelelahan kerja selama onduty pada pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai di Indonesia.
Metode: Pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai di perusahaan X dilibatkan dalam penelitian longitudinal panel survey ini dengan metode consecutive sampling. Data yang diambil adalah data demografi (usia, job position, lama bekerja, riwayat hipertensi dan diabetes) dan kuesioner Occupational Fatigue Exhaustion Recovery 15 (OFER15) dengan 3 subscale; kelelahan akut, kelelahan kronis, dan waktu pemulihan. Pengambilan data dilakukan pada minggu ke 1, 2, 3, dan 4 pada akhir shift.
Hasil: Dari 67 responden didapatkan skor kelelahan akut dan kelelahan kronis pada minggu ke 2 tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan minggu pertama (P > 0.05), tetapi meningkat signifikan pada minggu 3 dan 4 (P < 0.05). Skor waktu pemulihan pada minggu ke 2, 3, dan 4 menurun signifikan dibandingkan minggu 1 (P < 0.05). Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan di antara ketiga subscale (P <0.05).
Kesimpulan: Pekerja anjungan minyak dan gas lepas pantai mengalami peningkatan skor kelelahan akut dan kronis mulai minggu ke 3 dan penurunan skor waktu pemulihan mulai minggu ke 2. Manajemen kelelahan sesuai target waktu dan penjadwalan kerja yang optimal diharapkan dapat mengurangi kelelahan kerja dan menurunkan risiko kecelakaan kerja.

Background: Work fatigue is responsible for 80% of work accident in oil and gas industry, which applies shift work system for approximately 4 weeks as their regular schedule.
Aims: To assess the change of work fatigue level during on-duty period in the workers of offshore oil and gas rig in Indonesia.
Methods: Workers of the offshore oil and gas rig in company X were involved in this longitudinal panel survey research with consecutive sampling methodology. The collected data were demographic data (age, job position, work period, history of hypertension and diabetes) and Occupational Fatigue Exhaustion Recovery 15 (OFER15) questionnaire with three sub-scales, namely acute fatigue, chronic fatigue, and inter-recovery time. Data were collected in weeks 1, 2, 3, and 4 at the end of shift period.
Results: From 67 respondents, the result shows that score of acute and chronic fatigue in week 2 did not significantly change, compared with first week (P > 0.05), but it significantly increased in weeks 3 and 4 (P < 0.05). Score of the inter-recovery time in weeks 2, 3, and 4 significantly decreased, compared with week 1 (P < 0.05). Correlation test shows relation among three sub-scales (P <0.05).
Conclusions: Workers in the offshore oil and gas rig had an increase of score in acute and chronic fatigue, starting from third week, as well as a decrease of score in inter-recovery time starting from second week. Fatigue management, based on time target and optimal work scheduling, is expected to reduce the work fatigue, and decrease the risk of work accident.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Selviana
"Latar belakang: Dokter umum harus memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional, dimana dokter memiliki kewajiban memberikan konseling, anamnesis, pemeriksaan, pengobatan, dan menentukan tindakan medis terhadap pasiennya, hal ini berbeda dengan tenaga perawat atau nakes lainnya sehingga dokter secara tidak langsung memiliki beban kerja dengan tekanan yang lebih tinggi karena dokter memiliki wewenang dan hak untuk melakukan pelayanan kesehatan, selain itu dokter secara rutin dan berkelanjutan melakukan shif kerja lama lebih dari 12 jam tiap shiftnya beresiko tinggi mengalami kelelahan dan berhubungan dalam meningkatkan resiko kecelakaan kerja yang dampaknya bisa merugikan lingkungan kerja, dokter umum sendiri, dan keselamatan pasien jika dibandingkan dengan lama shift kerja sebanyak 8 jam perhari.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara shift kerja dan faktor-faktor risiko lain terhadap derajat kelelahan pada dokter umum yang bekerja di Rumah Sakit di Kota bekasi tahun 2022.
Metode: Metode penelitian cross-sectional dengan sifat penelitian observational berupa pengisian kuesioner yang disebarkan secara online dengan menggunakan google form  kepada dokter umum yang bekerja secara shift dan non-shift di rumah sakit dengan menggunakan kuesioner IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) yang telah dimodifikasi ke dalam bahasa Indonesia, dengan teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan quota sampling. Kemudian data di analisa dengan menggunakan  IBM SPSS versi 20, dimana data dikumpulkan dari bulan maret sampai mei 2022.
Hasil: Analisis multivariat membuktikan bahwa Pekerja yang mendapatkan jaga shift, cenderung lebih beresiko 38 kali (OR: 38,1; IK 95% :3,897-373,285, p <0,0500.
Kesimpulan: Penelitian ini membuktikan bahwa shift kerja memiliki hubungan paling signifikan terhadap risiko kelelahan pada dokter umum dibandingkan dengan faktor risiko lain.

Background: General Practitioners must provide quality and professional services, which includes the obligation to provide counseling, history taking, examination, providing treatment, and determining medical actions for their patients, This is different from other health workers, in which doctors directly have a workload with high pressure. Besides that doctors regularly and continuously perform long work shifts for more than 12 hours. Each shift has high risk to induce fatigue and this is also associated with an increasing the risk of work accidents whose impacts can be detrimental to the work environment, doctors themselves, and especially to the patient safety when compared to the 8 hour work shift per day.
Method: This study was an observational study with a cross-sectional design by using of Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) 30-Item fatigue symptoms. Participants were general practitioners who work at hospital, both shift work and non-shift. They were selected by quota sampling technique. Data were collected from March to May 2022, data were analyzed by IBM SPSS Statistic ver.20.
Results: We collected data primarily through online questionnaire using Google Form Platform, multivariate analysis showed that doctors who work with shift had a risk of 38 times more to experience moderate to severe fatigue compared to doctors who worked with non-shifts. (OR:38,1 CI 95%: 3,897-373,285, p <0,05).
Conclusion: This study proves that shift workers have the most significant correlation to induce fatigue among general practitioner compared to other risk factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Rofi'i
"Pengemudi dump truck merupakan salah satu jenis pekerjaan yang berisiko mengalami kelelahan karena adanya faktor terkait pekerjaan dan tidak terkait pekerjaan yang dapat mempengaruhi pengemudi. Pada HSE Monthly Report pada bulan Desember 2021 didapatkan bahwa angka lagging indicator untuk night work lebih tinggi dari day work. Dari sudut pandang ini, penelitian dilakukan untuk melihat gambaran kelelahan dan melakukan analisis faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pengemudi dump truck shift malam dengan sistem double shift. Penelitian dengan desain studi cross sectional dilakukan pada 130 pengemudi dump truck PT X. Faktor terkait pekerjaan yang dilakukan penelitian adalah waktu kerja, kondisi pencahayaan, getaran kabin, dan beban kerja, sedangkan faktor tidak terkait pekerjaan yang dilakukan penelitian adalah durasi tidur, kualitas tidur, umur, pekerjaan sampingan, indeks massa tubuh, aktifitas fisik, konsumsi minuman berenergi tinggi gula dan dukungan keluarga. Uji chi-square dilakukan untuk menganalisis keeratan hubungan antara variabel dependen dan independent sedangkan uji regresi logistik berganda digunakan untuk mengetahui variabel yang paling dominan berhubungan dengan variabel terikat. Prevalensi kelelahan pada pengemudi dump truck adalah sebesar 37,7% dan 62,3% tidak mengalami kelelahan. Dari empat faktor risiko terkait pekerjaan yang diteliti, pencahayaan, getaran dan beban kerja memiliki hubungan secara statistik dengan kelelahan. Sedangkan dari delapan faktor risiko tidak terkait pekerjaan yang diteliti, waktu tidur, kualitas tidur, usia, pekerjaan sampingan, aktifitas fisik, dan dukungan keluarga memiliki hubungan secara statistik dengan kelelahan. Pada hasil akhir multivariat didapatkan jika beban kerja dan pencahayaan memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan p-value < 0,05. Untuk mengurangi kelelahan pada pengemudi dump truck PT X Jobsite TB maka disarankan melakukan pengukuran kelelahan secara rutin sesuai dengan faktor risiko kelelahan yang dominan yaitu beban kerja, dan pencahayaan.

Dump truck driver is one type of work that is at risk of experiencing fatigue due to work-related and non-work related factors that can affect the driver. In the HSE Monthly Report in December 2021, it was found that the number of lagging indicators for night work is higher than day work. From this point of view, the study was conducted to see the description of fatigue and to analyze the risk factors related to fatigue in night shift dump truck drivers with a double shift system. Research with a cross-sectional study design was conducted on 130 PT X dump truck drivers. Factors related to the work carried out by the study were working time, lighting conditions, cabin vibration, and workload, while factors not related to the work carried out by the study were sleep duration, sleep quality, age, side work, body mass index, physical activity, consumption of energy drinks. high in sugar and family support. The chi-square test was conducted to analyze the close relationship between the dependent and independent variables, while the multiple logistic regression test was used to determine the most dominant variable associated with the dependent variable. The prevalence of fatigue in dump truck drivers is 37.7% and 62.3% do not experience fatigue. Of the four work-related risk factors studied, lighting, vibration and workload were statistically associated with fatigue. Meanwhile, of the eight non-work-related risk factors studied, sleep time, sleep quality, age, side work, physical activity, and family support were statistically associated with fatigue. In the final multivariate result, it was found that the workload and lighting had a statistically significant relationship with p-value <0.05. To reduce fatigue on PT X Jobsite TB dump truck drivers, it is recommended to carry out regular fatigue measurements according to the dominant fatigue risk factors, namely workload, and lighting."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husairi
"Operator haul truck merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi untuk mengalami kelelahan kerja fatigue disebabkan oleh penerapan shift kerja, gangguan kuantitas dan kualitas tidur, serta pengaruh berbagai faktor lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara shift kerja, kuantitas dan kualitas tidur, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan fatigue pada operator haul truck. Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuisioner Fastigue Assessment Scale FAS, pengukuran tingkat stress menggunakan alat cocorometer, serta pengukuran kuantitas dan kualitas tidur menggunakan alat fitbit di antara 196 responden laki-laki yang bekerja sebagai operator haul truck. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kuantitas tidur OR = 3,222, p = 0,028 dan kualitas tidur OR = 2,800, p = 0,025 dengan kelelahan, sedangkan shift kerja tidak memiliki hubungan yang signifukan dengan kelelahan. Faktor risiko lain yang juga memiliki hubungan signifikan dengan kelelahan pada operator haul truck di PT X adalah beban mental OR = 2,296, p = 0,027 , lingkungan kerja OR = 2,400, p = 0,014, monotoni pekerjaan OR = 3,371, p = 0,002, usia OR = 2,708, p = 0,005, dan sleep hygiene OR = 3,840, p = 0,001.

Haul truck operator is one of the high risk occupations in experiencing fatigue caused by the implementation of shift work, sleep quantity and quality disturbance, other related factors. The objective of this study was to analyze the relationship between shift work, quantity and quality of sleep, and other factors associated with fatigue on the haul truck operator. A cross sectional study was conducted in this study using questionnaires of Fatigue Assessment Scale FAS, measurement of stress using cocorometer, and measurement of sleep quantity and quality using fitbit among 196 male respondents who work as haul truck operator. The result of this study shown there is a significant correlation between the quantity of sleep OR 3,222, p 0,028 and fatigue, also between the quality of sleep OR 2,800, p 0.025 and fatigue. However, shift work has no significant correlation with fatigue. Other factors, including mental workload OR 2,296, p 0,027, work environment OR 2,400, p 0,014, monotonous work OR 3,371, p 0,002, age OR 2,708, p 0,005, and sleep hygiene OR 3,840, p 0,001 also have significant correlation with operator fatigue in PT X.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulaida Maya Sari
"Instansi XYZ di Serpong menerapkan jadwal kerja shift untuk keperluan pengoperasian dan pengamanan fasilitas nuklir dan sistem pendukungnya. Jadwal kerja shift dibagi menjadi 2 shift (12 jam per hari) dan 3 shift (8 jam per hari). Kondisi waktu kerja yang panjang dan jadwal kerja dengan sistem shift membuat karyawan lebih berisiko mengalami fatigue.
Dari sudut pandang ini, penelitian dilakukan untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan fatigue pada karyawan Instansi XYZ di Serpong. Penelitian dengan desain studi cross sectional dilakukan pada 320 karyawan Instansi XYZ di Serpong. Kuesioner yang telah divalidasi digunakan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik individu (usia, jenis kelamin, IMT, dan status kesehatan), gaya hidup (durasi tidur, hutang tidur, kualitas tidur, kebersihan tidur, aktivitas fisik, kebiasaan minum kafein, dan kebiasaan merokok), fisik (punggung statis, punggung dinamis, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher), dan psikososial (waktu kerja, kerja shift, tuntutan kerja, dukungan sosial, kepuasan kerja, dan stres kerja). Tes deskriptif dan analisis regresi linier ganda digunakan untuk analisis statistik.
Analisis multivariat menunjukkan bahwa umur, lama tidur, higiene tidur, jadwal kerja, dan stres kerja merupakan faktor yang signifikan dapat memprediksi kelelahan pada karyawan Instansi XYZ di Serpong. Berdasarkan besarnya nilai koefisien B maka faktor psikososial (jadwal kerja dan stres kerja) yang lebih dominan mempengaruhi terjadinya kelelahan.

The XYZ Institution in Serpong applies a shift work schedule for the purposes of operating and securing nuclear facilities and supporting systems. The shift work schedule is divided into 2 shifts (12 hours per day) and 3 shifts (8 hours per day). Long working time conditions and shift work schedules make workers more at risk of fatigue.
From this point of view, the study was conducted to analyze risk factors related to fatigue among workers of XYZ Institution. This descriptive-cross-sectional study was carried out on 320 workers of XYZ Institution in Serpong. A validated self-reported questionnaire was used to obtain information on individual characteristics (i.e. age, gender, BMI, and health status), lifestyle (i.e. sleep duration, sleep debt, sleep quality, sleep hygiene, physical activity, caffeine drinking habits, and smoking habits), physical (i.e. back static, back moving, shoulder/arm, wrist, and neck), and psychosocial (i.e. working time, shift work, work demand, social support, job satisfaction, and work stress) factors. Descriptive tests and multiple linear regression analysis were used for statistical analysis.
Multivariate analysis showed that age, sleep duration, sleep hygiene, work schedule, and work stress as the most significant predictors of fatigue in workers at the XYZ Institution. Based on the magnitude of the coefficient value B, psychosocial factors (work schedule and work stress) are more dominant factors affecting fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herol Efendi
"Shift kerja menjadi salah satu solusi meningkatkan produktivitas. Namun, dengan adanya shift kerja ini, akan menimbulkan berbagai dampak salah satunya adalah terganggunya siklus sirkadian yang akan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas tidur pekerja, sehingga berdampak pada kelelahan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan shift kerja, kuantitas kualitas tidur serta faktor risiko kelelahan terhadap kelelahan tersebut Penelitian ini menggunakan pendekatan observasional dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada pekerja petugas pengamanan kampus Universitas Indonesia dalam periode Mei sampai Juni 2017 dengan sampel 150 responden instrument yang digunakan dalam penenlitian ini adalah kuesioner Industrial Fatigue Research Committe IFRC dan The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI, serta pengukuran kualitas kuantitas tidur secara objektif melalui alat actigraph. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sleep hygiene dengan kuantitas tidur para pekerja Petugas pengamanan lingkungan kampus UI dengan nilai-p 0,044 dan ada hubungan antara kelelahan kerja dengan sleep hygiene dengan memperlihatkan hasil nilai-p 0,006.

Work shift to be one solution to increase productivity. However, with the existence of this work shift, will cause various impacts one of them is the disruption of circadian rhythm which will cause decrease of quality and quantity of worker sleep, so that impact on worker fatigue. This study aims to see the correlation shift work, the quantity of sleep quality and fatigue risk factors to fatigue. The study used an observational approach with cross sectional study design conducted on campus security guards Universitas Indonesia in the period May to June 2017 with a sample of 150 respondents. Used in this study are the Industrial Fatigue Research Committee IFRC and The Sleep Sleep Quality Index PSQI questionnaires, as well as objective measurements of the quantity of sleep quality through the actigraph fitbit blaze tool. The results showed that there was a correlation between sleep hygiene and sleep quantity of the workers of the UI campus security officer with p value 0.044 and there was a correlation between work fatigue with sleep hygiene by showing p value of 0.006."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraeni Putri
"Jumlah industri manufaktur di Indonesia semakin bertambah setiap tahun sehingga meningkatkan jumlah pekerja shift. Tingginya jumlah pekerja shift menimbulkan risiko masalah kesehatan akibat kerja seperti kelelahan. Kemampuan manajemen waktu memiliki peran dalam mengatasi kelelahan pada pekerja shift.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kemampuan manajemen waktu pekerja shift dengan tingkat kelelahan. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif cross-sectional dengan total sampel sebanyak 60 pekerja shift di PT. LP. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi pernyataan mengenai kemampuan manajemen waktu dan kuesioner Fatigue Severity Scale untuk mengukur tingkat kelelahan.
Hasil uji analisis Chi Square menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara kemampuan manajemen waktu pekerja shift dengan tingkat kelelahan di PT. LP P=0,169, ?=0,05 . Namun, hasil penelitian menunjukkan kemampuan manajemen waktu kurang baik meningkatkan risiko kelelahan pada pekerja shift. Hasil ini merekomendasikan agar dilakukan penelitian kembali dengan jumlah sampel yang lebih besar.

The number of manufacturing industries in Indonesia are increasing every year so that the number of shift workers are also increasing. The high number of shift workers increases the risk of occupational health problems such as fatigue. Time management ability has a role in overcoming fatigue on shift workers.
The purpose of this research is to identify the correlation between shift workers rsquo time management ability and fatigue severity. This research uses cross sectional descriptive methodology with total sample of 60 shift workers in PT. LP. The instrument was used in this study is a questionnaire that contains a statement about time management ability and Fatigue Severity Scale questionnaire to measure the fatigue severity.
Chi Square analysis test results states there is no correlation between shift workers rsquo time management ability and fatigue severity in PT. LP P 0.169, 0.05 . However, the results show poor time management increases the risk of fatigue in shift workers. This result recommends that re research be carried out with a larger sample size.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Binsar
"Latar Belakang: Kelelahan (Fatigue) memiliki peran yang cukup penting dalam semua industri, terutama bila berhubungan dengan kinerja, keamanan, dan produktivitas. Operasi Minyak dan Gas, terutama pengeboran bersifat eksplorasi yang dilakukan di area lepas pantai merupakan bentuk pekerjaan yang dianggap memiliki risiko yang tinggi. Kelelahan dalam operasi minyak dan gas tercatat memberikan andil pada beberapa insiden yang sifatnya fatal dan katastropik. Sampai dengan saat ini masih sulit untuk memperkirakan sejauh mana kelelahan berkontribusi pada insiden di operasi minyak dan gas (migas). Hal ini dikarenakan kurangnya pelaporan insiden yang konsisten, cukup, dan efektif. Survai subjektif dan kuesioner seringkali dipilih sebagai instrumen dalam menilai kelelahan. Namun, instrumen tersebut masih dinilai belum sesuai untuk digunakan pada lingkungan pekerjaan Migas. Kebutuhan akan penilaian kelelahan secara subyektif yang komprehensif, reliabel, dan relevan bagi pekerja Migas inin menjadi dasar Shortz dkk mengembangkan suatu survei yang dikhususkan untuk para pekerja bidang migas. Survei ini disebut Fatigue Risk Assessment and Management in high-risk Environments (FRAME) Survey yang dalam bentuk aslinya masih berbahasa Inggris. Belum terdapat FRAME Survey dalam versi bahasa Indonesia yang baku dan telah melalui proses uji validasi dan reliabilitas. Survei ini juga belum pernah diuji kesesuaiannya dengan instrumen lain yang telah digunakan sebagai alat penilaian kelelahan. Sehingga diperlu untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas dari FRAME dalam penelitian ini.
Metode: Penelitian dimulai dengan melaksanakan penerjemahan dan adaptasi transkultural dari bahasa Inggris menjadi kuesioner berbahasa Indonesia, dan kemudian di ikuti dengan pengujian dengan uji korelasi Pearson terhadap data yang dikumpulkan dari populasi pekerja Indonesia yang bekerja di lokasi penelitian. Selanjutnya dikumpulkan data dari hasil pengisian kuesioner dan pemeriksaan waktu reaksi menggunakan instrumen Lakassidaya L-77 di ikuti dengan uji kesesuaian menggunakan uji korelasi bivariat.
Hasil: Berdasarkan hasil adaptasi transkultural, expert panel, cognitive debriefing dan pengujian reliabilitas dan validitas dengan korelasi bivariat Pearson dengan sampel yang didapat dari 105 responden (n=105), nilai koefisien korelasi (r ) antara .206 hingga .697. Dengan keseluruhan butir pertanyaan memiliki nilai koefisien korelasi diatas nilai critical value (.1918). Nilai ± Cronbach didapatkan 911. Pada uji kesesuaian, hasil dari korelasi bivariat (n=150) didapat signifikansi yang rendah (p>0.05) dengan kekuatan korelasi yang moderat (r = 0.04).
Kesimpulan: Penelitian ini telah menghasilkan kuesioner Fatigue Risk Assessment and Management in High-Risk Environments (FRAME) Survey versi Bahasa Indonesia dengan validitas dan reliabilitas yang dapat diterima. FRAME Survey versi Bahasa Indonesia memiliki keeratan hubungan yang moderat dengan signifikansi yang rendah bila dibandingkan dengan hasil pengukuran kelelahan berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan instrumen Lakassidaya L-77.

Background: Fatigue has a significant impact in all industries, especially when it comes to performance, safety, and productivity. Oil and Gas operations, especially exploratory drilling conducted in offshore areas are forms of work considered high risk. Fatigue in oil and gas operations contribute to several fatal and catastrophic incidents. Until now it is still difficult to estimate the extent fatigue contributed to incidents in oil and gas operations,  due to the lack of consistent, sufficient, and effective incident reporting. Subjective surveys and questionnaires are often chosen as instruments in assessing fatigue. However, these instruments are still considered not suitable for use in the oil and gas work environment. 
The need of a comprehensive, reliable, and relevant subjective assessment of fatigue for oil and gas workers is the basis for  Shortz et al to develop a survey devoted to oil and gas workers. This survey is called Fatigue Risk Assessment and Management in high-risk Environments (FRAME) Survey which originally in English. There is still no a valid and reliable FRAME Survey in Indonesian language. The original survey has never been tested for compatibility with other instruments which used as fatigue assessment tools.
Method: The research began by carrying out transcultural translation and adaptation from English into an Indonesian questionnaire, and then followed by testing using pearson correlation test against data collected from the Indonesian Oil and Gas workers population at the research site. Furthermore, data was collected from the results of filling out questionnaires and checking reaction time using the Lakassidaya L-77 instrument followed by conformity study using bivariate correlation tests.
Results: Based on transcultural adaptation, expert panel, cognitive debriefing and reliability testing and validity with Pearson bivariate correlation with samples obtained from 105 respondents (n = 105), the correlation coefficient value (r) between .206 to .697 with α cronbach of 0.911. In conformity tests, the result of bivariate correlation (n=150) obtained a low significance (p>0.05) with moderate correlation strength (r = 0.04).
Conclusion: This study has produced a Indonesian version of the Fatigue Risk Assessment and Management in High-Risk Environments (FRAME) Survey questionnaire with acceptable validity and reliability. Indonesian version of FRAME Survey has a moderate relationship with low significance when compared to the results of fatigue measurements based on reaction time measured with the L-77 Lakassidaya instrument.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurfikriya
"Shift kerja yang diterapkan oleh perusahaan dapat memberikan dampak positif maupun negatif terhadap pekerja, salah satu dampak negatifnya adalah munculnya gejala kelelahan. Kelelahan kerja dapat berpengaruh terhadap kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja shift bagian produksi dan packaging di PT. X. penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 124 orang. Penelitian ini dilakukan di bulan Juni – Juli 2019 dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner Occupational Fatigue Exhausted Recovery (OFER), Fatigue Assessment Scale (FAS), dan tracker fitbit charge 2. Hasil analisis uji regresi linier menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara shift kerja, kepuasan kerja dan kualitas tidur dengan kelelahan. Sedangkan tidak ada hubungan bermakna antara beban kerja, waktu perjalanan, stress kerja, usia, status gizi, durasi kerja, waktu istirahat, pekerjaan tambahan dan status kesehatan dengan kelelahan.

Work shift which is applied by company can made a good or bad effect to the employee. One of a bad is a presence of fatigue symptom. Fatigue can affect the capability and willingness to carry out the task even if it may cause accident. This research aims to identify risk factor of fatigue in production and packaging workers at PT. X. this research is a quantitative research using cross sectional study design. The population were production and packaging workers with 124 sample of people. The study was conducted from June to July 2019 by using instrument such as Occupational Fatigue Exhausted Recovery (OFER), Fatigue Assessment Scale (FAS), and tracker fitbit charge 2. The result of regression linear analysis shows that there was a significant relationship between shift workers, job satisfaction, and quality of sleep with fatigue. While there was no significant relationship between workload, commuting time, stress at work, age, nutrition status, duration of work, rest period, second job, and health status with fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malau, Bintang Leonard P.
"Latar belakang: Pekerjaan dengan pola kerja gilir, khususnya yang irregular, dapat mengganggu irama sirkadian dan kualitas tidur yang kemudian berdampak pada fungsi kognitif. Meskipun penting, penelitian tentang kerentanan domain kognitif terkait pola kerja gilir masih terbatas. Kualitas tidur dan fungsi kognitif menjadi kritis dalam konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit, di mana keputusan dan tindakan harus dilakukan dengan cepat dan tepat dalam menunjang keselamatan pasien. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan potong lintang untuk mengetahui hubungan pola kerja gilir dengan gangguan fungsi kognitif. Untuk mengukur kualitas tidur, digunakan Pittsburgh Sleep Quality Index bahasa Indonesia (PSQI-Ina), sementara fungsi kognitif dan domain kognitif diukur menggunakan Oxford Cognitive Screen (OCS) bahasa Indonesia (OCS-Ina), sebuah instrument kognitif untuk pasien stroke, yang sudah tervalidasi. Besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin berjumlah 72 sampel. Korelasi, analisis komponen utama,analisis demografi dan regresi digunakan untuk mengkarakterisasi hubungan antara PSQI-Ina,OCS-Ina dan variabel penelitian lainnya. Hasil: Sebanyak 83 tenaga kesehatan masuk ke dalam kriteria inklusi dan diikutsertakan dalam penelitian. Hasil memperlihatkan sebanyak 16 responden (19,3%) mengalami gangguan fungsi kognitif pada domain Atensi serta 2 responden (2,4%) mengalami gangguan di 2 domain kognitif (Atensi dan Pengelolaan Angka). kesejahteraan.

Background: Irregularities in shift work, especially those marked by unpredictability, can disrupt circadian rhythms and compromise sleep quality, consequently adversely affecting cognitive function. Despite its pivotal significance, there is a shortage of research on the susceptibility of cognitive domains associated with irregular shift work. The connection between sleep quality and cognitive function becomes especially crucial in the healthcare service domain, particularly within the confines of hospitals. In such environments, where decisions and actions require swift and accurate execution, the interplay between sleep quality and cognitive function is critical to ensuring the safety and well-being of patients. Methods: The objective of this research is to conduct an analytical observational study with a cross-sectional design, aiming to examine the correlation between shift work patterns and cognitive function impairment. The study utilizes the Pittsburgh Sleep Quality Index in Bahasa Indonesia (PSQI-Ina) to measure sleep quality. Cognitive function and cognitive domains are assessed using the Indonesian Oxford Cognitive Screen (OCS-Ina), a validated cognitive instrument for stroke patients. The minimum sample size for the research was determined, resulting in a calculated sample size of 72 participants. Correlation analysis, principal component analysis, demographic analysis, and regression analysis are employed to characterize the relationships between PSQI-Ina, OCS-Ina, and other relevant research variables. Results: A total of 83 healthcare workers meeting the inclusion criteria were included in the study. Results indicated that 16 respondents (19.3%) experienced cognitive function impairment in the Attention domain, and 2 respondents (2.4%) experienced impairment in two cognitive domains (Attention and Number). Healthcare workers engaged in secondary employment were found to have a 12.8 times higher risk of experiencing cognitive impairment (OR 12.8; CI 95% 1.7-91; p = 0.011). Similarly, healthcare workers with poor sleep quality (PSQI score >5) faced a 40.3 times higher risk of cognitive impairment (OR 40.3; CI 95% 2.2-708.1; p = 0.011). Likewise, healthcare workers working in irregular shift patterns had a 5.4 times higher risk of experiencing cognitive impairment (OR 5.4; CI 95% 0.1-26.6; p = 0.036). Conclusions: There is a correlation between shift work patterns and cognitive function impairment in the workplace. Hospitals should prioritize ergonomic shift work schedules, emphasizing speed and clockwise rotations, to support the well-being of their healthcare workers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>