Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ryan Fadillah
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) dapat menimbulkan komplikasi yang disebabkan oleh infeksi Aspergillus spp, yaitu Aspergillosis Paru Kronik (APK) pada kavitasi di paru. Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) otomatis dan Uji Imunokromatografi (ICT) adalah dua dari metode-metode yang menunjang diagnosis klinis APK. Kedua metode tersebut mendeteksi antibodi Aspergillus spp. Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, namun belum ada studi yang membandingkan hasil dari performa diagnosis APK kedua uji tersebut pada pasien akhir pengobatan TB.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Pemeriksaan ELISA otomatis subjek memiliki ambang > 11,5 sebagai hasil positif. Pemeriksaan ICT subjek memiliki hasil positif jika terlihat garis pada masing-masing kolom T dan C, sedangkan hasil positif hanya terlihat satu garis pada kolom C.
Hasil: Jumlah subjek keseluruhan adalah 62 subjek dan diperoleh 20 (32,3%) subjek terdiagnosis APK. Hasil positif pemeriksaan ELISA otomatis adalah 27 (43,5%) subjek, sedangkan pemeriksaan ICT adalah 2 (3,2%) subjek. Sensitivitas dan spesifisitas ELISA otomatis masing-masing adalah 75% dan 71,43%, sedangkan ICT adalah 10% dan 100%.
Simpulan: ELISA otomatis memiliki performa diagnosis yang lebih baik dibandingkan ICT untuk diagnosis APK, namun ELISA otomatis masih belum tersedia secara adekuat di wilayah Indonesia sehingga penggunaan ICT tetap digunakan sebagai pemeriksaan APK.

Introduction: Tuberculosis (TB) can cause complications caused by Aspergillus spp infection, namely Chronic Pulmonary Aspergillosis (CPA) in cavitation of the lungs. Automated Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) and Immunochromatography Test (ICT) are two of the methods that support the clinical diagnosis of CPA. Both methods detect Aspergillus spp. antibodies. Both have their advantages and disadvantages, but there is no study that compares the results of the diagnostic performance of the CPA of the two tests in patients at the end of TB treatment.
Methods: This research was analytic descriptive with a cross-sectional design. Automated ELISA examination of subjects had a threshold > 11.5 as a positive result. ICT examination of subjects had positive results if there was a line in each T and C columns, while positive results only showed one line in C column.
Results: The total number of subjects were 62 subjects and 20 (32.3%) subjects diagnosed with CPA. Subjects showed positive results of automated ELISA examination were 27 (43.5%) subjects, while ICT examinations were 2 (3.2%) subjects. The sensitivity and specificity of the automated ELISA were 75% and 71.43%, respectively, while the ICT was 10% and 100%.
Conclusion: Automated ELISA has better diagnostic performance than ICT for CPA diagnosis, but automated ELISA was not adequately available in the Indonesian region so ICT was still used as CPA examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andriani
"ABSTRAK
Latar belakang : Tuberkulosis TB merupakan masalah kesehatan dunia dan di Indonesia. Data Global Tuberculosis Report 2015 menyatakan hanya 3 juta 58 dari 5,2 juta kasus TB paru di dunia pada tahun 2014 dikonfirmasi secara bakteriologis menggunakan pemeriksaan apusan dahak basil tahan asam BTA , biakan Mycobacterium tuberculosis M. tb atau Xpert MTB/RIF. Kasus TB dengan hasil apusan dahak BTA negatif dilaporkan sebanyak 36 dari total kasus TB di dunia dan sebanyak 104.866 kasus 32 dari total kasus TB di Indonesia. Pemeriksaan Xpert MTB/RIF adalah pemeriksaan molekuler yang mendeteksi M. tb dalam dua jam. Belum banyak data mengenai peran pemeriksaan Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan pemeriksaan biakan M.tb sebagai pemeriksaan baku emas di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi pemeriksaan Xpert MTB/RIF dalam mendeteksi M.tb dibandingkan dengan biakan M.tb sebagai baku emas pada pasien TB paru klinis kasus baru.Metode : Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dan sampel dikumpulkan secara consecutive sampling terhadap 71 pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA 3 kali negatif di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta mulai bulan Januari hingga Agustus 2016. Dilakukan pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF, dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen dan pengambilan data gambaran foto toraks dalam 1 bulan terakhir.Hasil : Terdapat 71 sampel penelitian yaitu pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA negatif di RSUP Persahabatan Jakarta dari bulan Januari ndash; Agustus 2016. Karakteristik pasien terbanyak adalah laki-laki 62 , usia 40-59 tahun 47,9 , IMT 18,5-24,99 60,6 , tidak pernah merokok 49,3 , IB ringan 69 , tidak terdapat kontak TB 80,3 , penyakit komorbid tumor paru 12,7 , keluhan batuk ge;2 minggu 74,6 dan gambaran foto toraks curiga TB berupa lesi luas 76,1 . Berdasarkan total 71 pasien, hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF hanya positif M. tb terdeteksi pada 10 pasien dengan sebanyak 5 pasien dari jumlah tersebut memiliki hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif. Sebaliknya, ditemukan hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif dan hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF negatif M. tb tidak terdeteksi pada 1 pasien.Kesimpulan : Pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen sebagai baku emas memiliki sensitivitas 83,33 , spesifisitas 92,3 , nilai duga positif 50 , nilai duga negatif 98,36 , rasio kemungkinan positif 10,81 dan rasio kemungkinan negatif 0,18 pada pasien TB paru klinis kasus baru.

ABSTRACT
Background Tuberculosis TB is one of the health problems in the world and in Indonesia. Global Tuberculosis Report 2015 states that only 3 million 58 of the estimated 5.2 million pulmonary TB in 2014 were bacteriologically confirmed using acid fast bacilli AFB assay, Mycobacterium tuberculosis M. tb culture or Xpert MTB RIF. Smear negative TB cases are reported as many as 36 of all TB cases in the world and 104.866 cases 32 of all TB cases in Indonesia. Xpert MTB RIF assay is a rapid molecular test which can detect M. tb within two hours. There has been lack of datas about the role of Xpert MTB RIF assay compared to M. tb culture as gold standard in developing countries, especially Indonesia. This study aims to evaluate the accuracy of Xpert MTB RIF assay for M. tb detection compared to M.tb culture as gold standard in clinically diagnosed tuberculosis new case patients.Methods This study used diagnostic test design study and all samples collected using consecutive sampling of the 71 clinically diagnosed tuberculosis new case patients with three times AFB negative sputum results in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari to August 2016. Xpert MTB RIF assay, M. tb culture with Lowenstein Jensen medium and chest radiograph in last 1 month were done.Results There are 71 samples which are clinically diagnosed tuberculosis new case patients with acid fast bacilli negative in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari ndash August 2016. Patient characteristics with the highest result are male 62 , 40 59 year old 47.9 , BMI 18,5 24,99 60.6 , non smoker 49.3 , IB mild 69 , no TB contacts 80.3 , lung tumors as comorbid disease 12.7 , symptom cough ge 2 weeks 74.6 and chest radiograph with far advanced lesion 76.1 . Based on total 71 patients, Xpert MTB RIF is only positive M. tb detected in 10 patients with 5 of them have positive M. tb culture. On the other hand, there is 1 patient with positive M. tb culture and negative Xpert MTB RIF M. tb not detected . Conclusion The Xpert MTB RIF compared to M.tb culture with Lowenstein Jensen medium as gold standard has sensitivity 83.33 , specificity 92.3 , positive predictive value 50 , negative predictive value 98.36 , positive likehood ratio 10.81 and negative likehood ratio 0.18 in clinically diagnosed tuberculosis new case patients. "
2016
T55698
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentius Juan Aryaputra
"Latar belakang: Infeksi tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan yang sudah lama menjadi beban dunia, terutama di Indonesia. Metode diagnosis dengan GeneXpert MTB/RIF merupakan metode diagnosis dengan banyak kelebihan, termasuk lebih efektif dan efisien dibandingkan metode kultur Lowenstein-Jensen sebagai gold standard. WHO menyarankan penggunaan TCM GeneXpert dan foto toraks sebagai upaya triase pasien suspek TB. Penelitian menunjukan bahwa penggabungan kedua metode ini memiliki positive predictive value yang besar. Meskipun demikian, penelitian tentang TCM TB dan kaitannya dengan hasil pemeriksaan foto toraks masih sangat terbatas.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik berdesain potong lintang dengan jumlah sampel minimal 68 subjek. Data pada penelitian ini merupakan data sekunder dari penelitian dengan judul “A prospective longitudinal study of chronic pulmonary aspergillosis in pulmonary tuberculosis in Indonesia (APICAL)” yang telah dilaksanakan sebelumnya dan kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil: Dari 69 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian, sebanyak 42 (60,78%) subjek memiliki hasil TCM negatif. Temuan foto toraks yang terbanyak ditemukan adalah infiltrat (86,96%), diikuti kavitas (56,25%), fibrosis parakaviter (37,68%), penebalan pleura (34,78%), nodul (14,49%), dan bronkiektasis (10,14%). Antara temuan foto toraks dan hasil TCM, ditemukan hubungan yang bermakna antara hasil TCM dengan kavitas, fibrosis parakaviter, penebalan pleura, dan nodul.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara hasil TCM dengan beberapa temuan foto toraks pada pasien TB, yakni kavitas, fibrosis parakaviter, penebalan pleura, dan nodul.

Background: Tuberculosis (TB) infection is a health problem that has long been a burden on the world, especially in Indonesia. The GeneXpert MTB/RIF diagnostic method is a diagnostic method with many advantages, including being more effective and efficient than the Lowenstein-Jensen culture method as the gold standard. WHO recommends the use of GeneXpert molecular test and chest X-ray as an effort to triage patients with suspected TB. Research shows that the combination of these two methods has a large positive predictive value. However, research on GeneXpert molecular rapid test and its relation to chest X-ray results is still very limited.
Methods: This research is a cross-sectional analytical descriptive study with a minimum sample size of 68 subjects. The data in this study are secondary data from a study entitled " A prospective longitudinal study of chronic pulmonary aspergillosis in pulmonary tuberculosis in Indonesia (APICAL)" and then selected based on inclusion and exclusion criteria.
Results: Of the 69 subjects included in the study, 42 (60.78%) subjects had negative molecular rapid test results. The most common chest X-ray findings were infiltrates (86.96%), followed by cavities (56.25%), paracavitary fibrosis (37.68%), pleural thickening (34.78%), nodules (14.49%), and bronchiectasis (10.14%). Between chest X-ray findings and molecular rapid test results, a significant relationship was found between molecular rapid test results with cavities, paracavitary fibrosis, pleural thickening, and nodules.
Conclusion: There is a significant relationship between molecular rapid test results and several chest X-ray findings in TB patients, namely cavities, paracavitary fibrosis, pleural thickening, and nodules.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana
"Tuberkulosis resisten obat (TBRO) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat serius di dunia. TBRO adalah keadaan dimana bakteri tuberkulosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Untuk memastikan terapi obat yang diberikan aman, efektif, dan rasional diperlukan pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien TBRO. Studi retrospektif ini dilakukan pada pasien TBRO yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) antara April hingga Agustus 2022. Kriteria inklusi pada PTO ini adalah pasien yang tertulis diagnosis TBRO di rekam medik dengan data riwayat pengobatan lengkap. Dari 26 pasien TBRO, didapatkan 20 pasien dengan paduan terapi jangka panjang dan 6 pasien dengan paduan terapi jangka pendek. Dari 20 pasien yang mendapatkan paduan terapi jangka panjang, 3 pasien diantaranya meninggal dunia. Dari 23 pasien yang dilakukan pemantauan terapi obat di Poli TBRO RSUI, sebanyak 87% pasien sudah tepat dosis, 60,9% pasien sudah mendapatkan terapi efek samping obat yang sesuai, dan 87% pasien mendapatkan paduan pengobatan yang sesuai.

Drug-resistant tuberculosis (TBRO) is a very serious health problem in the world. TBRO is a condition where the tuberculosis bacteria can no longer be killed with anti-tuberculosis drugs (OAT). To ensure that drug therapy is safe, effective, and rational, it is necessary to monitor drug therapy (PTO) in TBRO patients. This retrospective study was conducted on TBRO patients receiving therapy at the University of Indonesia Hospital (RSUI) between April and August 2022. The inclusion criteria for this PTO were patients who had a TBRO diagnosis written in the medical record with complete medical history data. Of the 26 TBRO patients, 20 patients received long/individual regiment and 6 patients with short treatment regiment (STR). Of the 20 patients who received long-term therapy, 3 of them died. Of the 23 patients who were monitored for drug therapy at the RSUI TBRO Polyclinic, as many as 87% of patients received the right dose, 60.9% of patients received appropriate drug side effect therapy, and 87% of patients received appropriate treatment regimens."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Nadine Atillah
"Hingga saat ini, tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan yang mengancam kesehatan masyarakat. Sebanyak 10,6 juta orang menderita tuberkulosis di tahun 2021 di dunia dan Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak sebagai penyumbang kasus TB di dunia. Kejadian tuberkulosis di Kota Bandung dalam rentang waktu 2015-2019 terus mengalami kenaikan. Kejadian tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko tuberkulosis paru, termasuk di dalamnya faktor lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kejadian tuberkulosis paru dengan faktor cakupan rumah sehat, kepadatan penduduk, dan serta cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menggunakan desain studi ekologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian tuberkulosis lebih banyak dialami oleh masyarakat berjenis kelamin laki-laki, serta orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok usia produktif. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara kejadian tuberkulosis paru dengan cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk, dengan keduanya memiliki nilai p masing-masing sebesar 0,000. Sedangkan, usia dan cakupan rumah tangga ber-PHBS tidak memiliki hubungan dengan kejadian tuberkulosis paru, dengan masing-masing nilai p sebesar 0,075 dan 0,876. Untuk memaksimalkan upaya pencegahan tuberkulosis paru yang telah dilakukan oleh pemerintah, disarankan untuk memberdayakan masyarakat setempat serta memanfaatkan teknologi sebagai fasilitas pemberdayaan serta peran public figure dalam upaya promosi kesehatan.

As of right now, pulmonary tuberculosis continues to be a threat to the public health. In 2021, it was estimated about 10.6 million people suffer from tuberculosis worldwide, with Indonesia being the country with the second-largest contributor to tuberculosis cases. In Bandung, the incidence of pulmonary tuberculosis has risen steadily between 2015 and 2019. Environmental factors and other pulmonary tuberculosis risk factors can have an impact on this prevalence. Using an ecological study methodology, this research seeks to determine the relationship between the prevalence of pulmonary tuberculosis and the variables of healthy home coverage, population density, and the coverage of families with clean and healthy living behaviors. The findings of this study indicates that men and those in the productive age group encounter tuberculosis at higher rates than those in other groups. This study also demonstrates a correlation between the coverage of healthy home and population density with the prevalence of pulmonary tuberculosis, with both having a p-value of 0.000. With a p value of 0,075 and 0.876, age and the coverage of families with clean and healthy living behaviors was unrelated to the prevalence of pulmonary tuberculosis. It is advisable to empower local communities, utilize the technology as an empowerment facility, and utilize the role of public figures in health promotion to maximize the government efforts to prevent the pulmonary tuberculosis. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasturi Ramadhani
"Tuberkulosis TB masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia yang terjadi akibat banyaknya kasus TB yang tidak terdeteksi melalui diagnosis. TB dapat di diagnosis melalui adanya tanda dan gejala, pemeriksaan apusan basil tahan asam BTA dan kultur sputum. Apusan BTA merupakan pemeriksaan yang murah dan sederhana namun sensitivitas dan spesifisitas belum diketahui pada Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan BTA terhadap kultur LJ. Sebanyak 188 sampel sputum didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM periode Januari ndash; Juni 2015 dan telah memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan studi uji diagnosis dan data dianalisis secara komparatif kategorik berpasangan dengan uji McNemar. Dari 188 sampel, didapatkan hasil positif basil tahan asam scanty, 1, 2, 3 dan kultur LJ berturut-turut adalah 13 sampel 6,9 dan 18 sampel 9,6. Dari tabel 2x2 didapatkan sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan BTA terhadap kultur LJ adalah 72,2 dan 100. Sedangkan nilai duga positif dan nilai duga negatif adalah 100 dan 97,14.

Tuberculosis TB remains one of the major health problems in Indonesia due to the high number of suspected TB was not detected through diagnosis. TB can be diagnosed by its symptoms, acid fast bacilli AFB smear and by cultivation of sputum. AFB smear microscopy is cheap and simple but its sensitivity and specificity not known in Clinical Microbiology Laboratory FMUI RSCM. The aim of this study was to determine sensitivity and specificity of AFB smear against LJ. There were 188 sputum samples people with suspected TB obtained from Clinical Microbiology Laboratory FMUI RSCM from Januari to Juni 2015 that eligible for inclusion. This study used diagnostic test study and the data was analyzed using McNemar test. Out of 188 sputum samples, positive result for AFB smear and culture LJ were 13 samples 6,9 and 18 samples 9,6 respectively. Based on table 2 x 2, the sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value of LJ against AFB smear were 72 100 100 and 97,14 respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zaenab
"Jumlah pasien TBC-HIV di Indonesia meningkat dari tahun 2020-2023, Pasien TBC dengan HIV memiliki risiko kematian lebih tinggi namun belum ditemukan informasi mengenai faktor yang berhubungan dengan kematian pasien TBC HIV selama masa pengobatan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko kematian pasien TBC-HIV dengan seluruh kematian pasien TBC SO komorbiditas HIV pada masa pengobatan di Indonesia tahun 2021-2022 dengan menggunakan desain studi kohort retrospektif. Analisis yang digunakan meliputi analisis desktiptif, survival dan multivariat. Sampel dari penelitian ini ada sebanyak 16.029 (78,4%) dari total populasi eligible. Hasil penelitian menunjukan proporsi kematian pasien TBC SO komorbiditas HIV adalah sebesar 15,65% dengan laju kejadian meninggal sebesar 10 Per 10.000 orang hari dan probabilitas kumulatif survival sebesar 62% (95% CI 58,24% - 65,68%). Analisis multivariat menunjukan faktor yang berhubungan dengan kematian pasien TBC SO komorbiditas HIV di Indonesia ialah umur ≥40 tahun (HR 1,29; 95% CI 1,189 – 1,402), jenis fasyankes rumah sakit (HR 0,83; 95% CI 0,766 – 0,900) dan lokasi anatomi paru (HR 1,42; 95% CI 1,225 – 1,660). Upaya yang perlu dilakukan ialah meningkatkan tes HIV pada pasien TBC dan sebaliknya untuk menjaring lebih banyak pasien TBC-HIV sehingga ditangani lebih tepat dan meminimalisir keparahan kondisi kesehatannya yang menyebabkan meninggal.

The number of TB-HIV patients in Indonesia increased from 2020-2023, TB patients with HIV have a higher risk of death but no information has been found regarding factors related to the death of TB HIV patients during treatment in Indonesia. This study aims to determine the effect of risk factors for death in TB-HIV patients with all deaths of TB SO patients with HIV comorbidity during treatment in Indonesia in 2021-2022 using a retrospective cohort study design. The analysis used includes descriptive, survival and multivariate analysis. The sample of this study was 16,029 (78.4%) of the total eligible population. The results showed that the proportion of deaths of TB SO patients with HIV comorbidity was 15.65% with a death rate of 10 per 10,000 person days and a cumulative probability of survival of 62% (95% CI 58.24% - 65.68%). Multivariate analysis showed that factors associated with mortality in SO TB patients with HIV comorbidity in Indonesia were age ≥40 years (HR 1.29; 95% CI 1.189 - 1.402), type of hospital health care facility (HR 0.83; 95% CI 0.766 - 0.900) and anatomical location of the lungs (HR 1.42; 95% CI 1.225 - 1.660). Efforts that need to be made are to increase HIV testing in TB patients and vice versa to recruit more TB-HIV patients so that they are treated more appropriately and minimize the severity of their health conditions that cause death."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadisono
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kasus tuberkulosis di Indonesia menempati urutan kedua dunia setelah India dalam WHO Global Report 2015, meningkat dari laporan sebelumnya yaitu peringkat kedua. Terdapat peningkatan temuan kasus di propinsi Riau dari tahun ke tahun.Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku providers/dokter umum praktik swasta di kota Pekanbaru dalam diagnosis dan tatalaksana TB berdasarkan International Standards for Tuberculosis Care ISTC .Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan instrumens kuisioner. Dari total 209 data respondens yang kami peroleh dari dinas kesehatan, sebanyak 180 bersedia mengikuti wawancara terpimpin.Hasil: Sebesar 91,67 tidak pernah mengikuti pelatihan ISTC. Pengetahuan respondens yang baik hanya sebesar 43,89 . Perilaku providers yang baik di kota Pekanbaru sebesar 50 . Jenis kelamin, tempat praktik, lama praktik dan pelatihan tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku. Usia yang lebih muda memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik, namun tidak bermakna secara statistikKesimpulan: Pengetahuan providers/dokter umum praktik swasta di kota Pekanbaru belum memadai untuk tatalaksana TBKata kunci: Tuberkulosis, International Standards for Tuberculosis Care ISTC
ABSTRACT Introduction Tuberculosis in Indonesia rank second in worldwide after India based on WHO Global Report 2015, increasing from the previous report than ranked the fourth. There is an increased case finding in Riau province by years.Objectives To assess knowledge, attitude and practice of private general practitioners about diagnosis and management of TB patient base on International Standards for Tuberculosis Care ISTC .Methods This study using cross sectional method with questionnaire as instrument. Of the 209 respondents of data we obtained from government health department, as many as 180 respondent were willing to follow the guided interviews.Results About 91,67 private general practitioners in Pekanbaru city never attended ISTC training. Only 43,89 providers have satisfactory of knowledge and half most of them 50 has good practice. There is no relationship between sex, duration and location of practice, the number of ISTC training with the level of knowledge and practice. The younger subjek has a good knowledge, attitude and practice but not statistically significant.Conclusion Knowledge of private general practitioners in Pekanbaru city is inadequate."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zadam Marita
"Tuberculosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan masalah Kesehatan masyarakat baik secara nasional maupun global. Kepatuhan pengobatan dan perilaku pencegahan relapse TB merupakan salah satu factor yang berkontribusi untuk menurunkan angka kambuh TB sehingga dapat menekan penurunan angka relapse TB. Hal ini perlu menjadi perhatian, sehingga dikembangkan inovasi Aksi MOIST dalam upaya pencegahan relapse tuberculosis di kelurahan jatijajar, kota Depok. Tujuan inovasi ini yaitu memberikan gambaran pengaruh intervensi keperawatan edukasi aksi MOIST dalam Upaya pencegahan relapse Tuberkulosis. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga dengan melibatkan 10 keluarga dan 30 kelompok usia dewasa yang ada di Kelurahan Jatijajar menggunakan total sampling. Inovasi edukasi aksi MOIST merupakan integrasi dari terapi peer group atas 8 sesi selama 18 kali pertemuan untuk 2 kelompok. Data sebelum dan setelah intervensi diukur menggunakan instrument perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan dan pengukuran tingkat kemandirian keluarga. Hasil menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan usia dewasa p Value < 0,05 serta peningkatan kemandirian keluarga. Simpulan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap upaya pencegahan relapse TB serta peningkatan kemandirian keluarga setelah implementasi Aksi Edukasi MOIST. Diharapkan hasil studi ini dapat diaplikasikan oleh perawat dalam penatalaksanaan pengendalian relapse tuberculosis di komunitas.

Tuberculosis (TB) is a disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which is a public health problem both nationally and globally. Adherence to treatment and prevention behavior of TB relapse is one of the factors that contribute to reducing TB relapse rates so as to suppress the decrease in TB relapse rates . This needs to be a concern, so that the MOIST Action innovation was developed in an effort to prevent tuberculosis relapse in Jatijajar sub-district, Depok city. The purpose of this innovation is to provide an overview of the influence of MOIST action education nursing interventions in efforts to prevent tuberculosis relapse. The method used is a case study with a family nursing care approach involving 10 families and 30 adult age groups in Jatijajar Village using total sampling. The educational innovation of MOIST action is an integration of peer group therapy for 8 sessions for 18 meetings for 2 groups. Data before and after the intervention were measured using behavioral instruments (knowledge, attitudes and skills and measurement of the level of family independence. The results showed an increase in knowledge, attitudes and skills of adulthood p Value < 0.05 and an increase in family independence. In conclusion, there was an increase in the level of knowledge, attitudes and skills towards TB relapse prevention efforts and an increase in family independence after the implementation of the MOIST Education Action. It is hoped that the results of this study can be applied by nurses in the management of tuberculosis relapse control in the community"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Fitriati Basjuni
"Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dalam bentuk kegiatan pokok yang salah satu diantaranya adalah perawatan kesehatan masyarakat dengan program prioritasnya penemuan penderita barn BTA (+).
Kabupaten Musi Banyuasin merupakan salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Selatan dengan jumlah penduduk pada tahun 1999 sebanyak 1.210.000 jiwa, memiliki 40 puskesmas, semua puskesmas telah mengikuti program P2TB dan memiliki pelaksana program tuberkulosis. Namun demikian bila dilihat dari hasil cakupan penemuan penderita baru BTA (+) masih sangat rendah bila dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada di propinsi Sumatera Selatan, sedangkan cakupan penemuan penderita baru BTA (+) merupakan pengukuran terbaik untuk penilaian kinerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang kinerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pelaksana program tuberculosis puskesmas. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan studi "Cross Sectional". Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaksana program tuberkulosis puskesmas yang ada di kabupaten Musi Banyuasin. Sampling dalam penelitian ini tidak dilakukan, karena seluruh populasi dimanfaatkan untuk analisis (total populasi).
Pengumpulan data dengan wawancara melalui kuesioner untuk variabel independen dan untuk variabel dependen berupa data primer dari laporan bulanan puskesmas. Yang termasuk variabel dependen adalah kinerja pelaksana program tuberkulosis puskesmas, dan yang termasuk variabel independen adalah pendidikan, pelatihan, lama kerja, pengetahuan yang tergabung dalam faktor internal individu. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal individu adalah variabel beban kerja, supervisi, kepemimpinan, imbalan, sarana, dan mitra kerja. Pengolahan data dengan menggunakan program Epi Info V.6.0 dan SPSS for Window V.9.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja pelaksana program tuberkulosis yang baik sebesar 37.5%. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kinerja pelaksana program tuberkulosis adalah lama kerja, pengetahuan, beban kerja dan supervisi. Dan variabel yang paling dominan yang mempengaruhi adalah variabel beban kerja setelah dikontrol oleh variabel lama kerja serta sarana.
Perlu bagi Dinas Kesehatan kabupaten Musi Banyuasin untuk memperhatikan peningkatan kinerja pelaksana program tuberkulosisis. dengan pengangkatan,relokasi tenaga kesehatan serta mengoptimalkan sarana yang ada.

Community health center (Puskesmas) is an organizational unit withinDistrict to develop community health, to establish community participation on health activities; and provide basic health services including public health nursing to the people.
Musi Banyuasin District is one of districts within South Sumatera with total population of I210.000 in 1999. There are 40 puskesmas that provide tuberculosis program. All puskesmas have special staff dealing was tuberculosis program However, the performance of the tuberculosis program, any puskesmas measured by the number of new cases of tuberculosis BTA (+) per month, very low in compared the performance of Districts in South Sumatera.
This study aims to examine factors related to the performance of tuberculosis program. Using survey research design. Population of this study is all tuberculosis program staff at Musi Banyuasin District, which also the sample of the study (total population).
Data were collected using structured interview and from monthly report of the tuberculosis performance. Independent variables are level of education, training experience, work experience measured by length of work, and knowledge about tuberculosis. These are called internal factors. While external factors are work load, leadership index, incentives supervision, resources and facilities, and partnership. Data were analyzed using Epi Info version 6.0 and SPSS version 9.0.
This study depicted that high performance of tuberculosis program is occurred only at 37.5% of puskesmas.The significant factors related to the performance are work experience, knowledge, supervision and work load, The dominant variables are resources, facilities, experience and work load. It is recommended that it is necessary to Musi Banyuasin Health District to improve their staff performance by recruiting, relocating known resources, and enhancing resources and facilities."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>