Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166264 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salma Sri Hartati
"Latar Belakang : Diare merupakan penyebab kematian terbesar kedua pada anak dibawah usia lima tahun yang membunuh sekitar 252.000 balita per tahun secara global. Di Indonesia sendiri, prevalensi diare pada balita menurut RISKESDAS 2018 mengalami kenaikan dari 2,4% pada tahun 2013 menjadi 11%. Provinsi Banten tercatat menjadi provinsi kedua dengan angka cakupan pelayanan diare pada balita tertinggi sebesar 44,3% menurut Profil Kesehatan Indonesia 2020. Kota Tangerang merupakan salah satu kota di provinsi Banten yang melayani kejadian diare pada balita dengan temuan kasus sebanyak 3,26% (9.799 kasus) dari jumlah sasaran target temuan pada tahun 2020. Dari tiga puluh delapan puskesmas di Kota Tangerang, Puskesmas Cibodasari yang terletak di Kecamatan Cibodas menjadi salah satu puskesmas yang melayani kasus diare pada balita sebanyak 5,47% (592 kasus) dari jumlah sasaran target temuan. Belum diketahui faktor apa yang menjadi penyebab tingginya angka temuan kejadian diare pada balita di Puskesmas Cibodasari sehingga penelitian berikut bertujuan untuk mencari tahu terkait faktor risiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cibodasari Kota Tangerang tahun 2022. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain case control­. Metode sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling yang ditentukan berdasarkan diagnosa penyakit berupa diare dan non-diare (diluar gejala diare) yang didapat dari rekam medik pasien. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara door to door dengan alat bantu kuesioner. Analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran tiap variabel dan analisis bivariat dengan uji chi-square untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen. Hasil : Didapati variabel yang berkontribusi secara berurut dari paling besar ke kecil dalam kejadian diare pada balita adalah perilaku cuci tangan (OR: 6.19; 95% CI: 2.19-17.5), riwayat ASI Eksklusif (OR: 3.91; 95% CI: 1.40-10.8), dan pengetahuan (OR: 2.78; 95% CI: 1.07-7.22).esimpulan : Ketiga variabel independen yakni pengetahuan, perilaku cuci tangan, serta riwayat ASI Eksklusif memiliki hubungan dengan kejadian diare pada balita. Kurangnya kesadaran masyarakat perihal perilaku cuci tangan, pemberian ASI Eksklusif, serta minimnya pengetahuan terhadap kejadian diare pada balita menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Cibodasari untuk kembali mengedukasi ulang masyarakat setempat terkait variabel yang diteliti dan hubungannya dengan diare pada balita.

Background: Diarrhea is the second biggest cause of death which kills around 252,000 children under five per year globally. The prevalence of diarrhea among toddlers in Indonesia according to RISKESDAS 2018 has increased from 2.4% in 2013 to 11%. Banten Province was recorded as the second province with the highest coverage rate of diarrhea services among toddlers at 44.3% according to Indonesian Health Profile 2020. Tangerang City is one of the cities in Banten Province which served the diarrhea incidence among toddlers with 3.26% of case findings (9.799 cases) from the targeted finding number of cases in 2020. From thirty-eight public health centers in Tangerang City, Cibodasari Public Health Center which is located in Cibodas District became one of the public health centers which served the diarrhea incidence among toddlers with 5.47% of case findings (592 cases) from the targeted finding number of cases in 2020. The factor which caused the diarrhea incidence among toddlers in Cibodasari Public Health Center remains unknown, thus the following research aims to find out the risk factor of diarrhea incidence among toddlers in Cibodasari Public Health Center's Working Area, Tangerang City in 2022. Methods: This is a quantitative study with a case-control design and used primary data which was collected through door-to-door interviews. The sampling method used was the purposive sampling technique which was determined based on the diagnosis of diarrheal and non-diarrheal disease (excluding the symptoms of diarrhea) obtained from the patient’s medical record. The univariate analysis was used to describe each variable and the bivariate analysis (using the chi-square test) was used to find out the relation between the dependent and independent variables. Result: The variables that contributed sequentially to the diarrhea incidence among toddlers from the largest to the smallest were hand-washing behavior (OR = 6.19; 95% CI = 2.19-17.5), exclusive breastfeeding history (OR = 3.91; 95% CI = 1.40-10.8), and knowledge (OR = 2.78; 95% CI = 1.07-7.22). Conclusion: These three independent variables which are knowledge, hand-washing behavior, and exclusive breastfeeding had a relation with diarrhea incidence among toddlers as a result. The lack of awareness about hand-washing behavior and exclusive breastfeeding, also the knowledge of toddler's diarrheal becomes a challenge for the Cibodasari Public Health Center’s health workers to re-educate people about the three main variables of research and their relation to toddler’s diarrheal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathonah Sholihah Farizal
"Penyakit diare berada di posisi peringkat tertinggi ke-8 penyebab kematian di kelompok semua umur, dan peringkat ke-5 pada kelompok umur balita. Diare merupakan penyakit endemis berbasis lingkungan yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan analisis univariat dan bivariat. Sumber data penelitian merupakan data primer yang diambil langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner mewawancarai ibu atau pengasuh yang membawa balita berkunjung ke Poli Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta. Sampel yang didapatkan sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor balita yaitu variabel status imunisasi (p-value 0,007) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita. Kemudian faktor perilaku ibu yang terdiri dari 3 variabel, perilaku cuci tangan pakai sabun (p-value 0,002) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan perilaku pembuangan tinja balita (p-value 0,299) dan pengelolaan sampah (p-value 0,382) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Selanjutnya faktor sanitasi yang terdiri dari 3 variabel, tempat sampah (p-value 0,000) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan sumber air minum (p-value 1,000) dan jamban keluarga (p-value 0,717) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Pemerintah diharapkan terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi

Diarrheal disease ranks as the 8th highest cause of death in the all-age group, and ranks 5th in the toddler age group. Diarrhea is an environmentally based endemic disease that has the potential to become an Extraordinary Event (KLB). The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of diarrhea in toddlers in the work area of the Cengkareng District Community Health Center in 2022. This study used a cross-sectional research design with univariate and bivariate analysis. The source of the research data is primary data taken directly by researchers using questionnaires interviewing mothers or caregivers who bring toddlers to visit the Sick Toddler Poly at the Cengkareng District Community Health Center, Jakarta. The sample obtained was 100 respondents. The results showed that the toddler factor, namely the immunization status variable (p-value 0.007) had a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers. Then the mother’s behavior factor consisting of 3 variables, handwashing behavior with soap (p-value 0.002) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the behavior of toddler fecal disposal (p-value 0.299) and waste management (p-value 0.382) is not related to the incidence of diarrhea in toddlers. Furthermore, the sanitation factor consisting of 3 variables, the trash can (p-value 0.000) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the source of drinking water (p-value 1,000) and family latrine (p-value 0.717) are not related to the incidence of diarrhea in toddlers. The government is expected to continue to increase public awareness of the importance of immunization.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mida Arafina Nurdita
"Penyakit Diare merupakan penyakit menular dan menempati urutan kedua penyebab kematian anak balita di dunia. Di Indonesia, khususnya Jawa Barat adalah wilayah endemis untuk diare, Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dengan prevalensi diare balita yang cukup tinggi. Puskesmas Purwasari merupakan puskesmas dengan kasus diare balita tertinggi di Kabupaten  Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko (karakteristik balita, karakteristik ibu, dan sarana sanitasi) kejadian diare balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purwasari Kabupaten Bogor tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus-kontrol dengan sampel 53 kasus dan 53 kontrol. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik model prediksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pemberian ASI Eksklusif (0,28; 0,11-0,67), pemberian imunisasi campak (0,18; 0,08-0,42), pengetahuan (0,16; 0,07-0,38), perilaku pembuangan tinja balita (0,18; 0,07-0,46), dan sarana jamban (0,32; 0,14-0,72) dengan kejadian diare pada balita. Variabel yang diprediksi paling berpengaruh terhadap terjadinya diare balita di wilayah kerja Puskesmas Purwasari adalah variabel pengetahuan (9,76; 2,78 - 34,21).

Diarrhea is an communicable disease and ranks the second cause of death for children under-five in the world. In Indonesia, especially West Java, which is an endemic area for diarrhea, Bogor is one of the districts with a fairly high prevalence of diarrhea in children under-five. Purwasari Community Health Center is a health center with the highest cases of diarrhea in children under-five in Bogor Regency. This study aims to analyze the risk factors (characteristics of children under-five, characteristics of mothers, and sanitation facilities) for the incidence of diarrhea in children under-five in the Purwasari Public Health Center, Bogor Regency in 2022. This study used a case-control research design with a sample of 53 cases and 53 controls. Data analysis was performed using chi-square test and logistic regression predictive model. The results showed that there was a relationship between exclusive breastfeeding (0,28; 0,11-0,67), measles immunization (0,18; 0,08-0,42), knowledge (0,16; 0,07-0,38), toddler stool disposal behavior (0,18; 0,07-0,46), and latrine facilities (0,32; 0,14-0,72) with the incidence of diarrhea in children under-five. The variable that is predicted to have the most influence on the occurrence of diarrhea under five in the working area of ​​the Purwasari Health Center is the knowledge variable (9,76; 2,78 - 34,21)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Intan Puspita
"Diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena menjadi salah satu penyebab utama kematian pada balita. Tingkat kejadian diare pada balita di Jawa Barat, khususnya di Kota Bogor masih cukup tinggi. Diare juga termasuk dalam 10 penyakit menular terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cakupan pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, penggunaan jamban sehat, dan kepadatan penduduk terhadap kejadian diare pada balita di Puskesmas Sindang Barang tahun 2019-2022. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi time trend serta analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pemberian ASI eksklusif (p = 0,000), penggunaan air bersih (p = 0,045), penggunaan jamban sehat (p = 0,006), dan kepadatan penduduk (p = 0,007) dengan kejadian diare pada balita. Sementara untuk variabel mencuci tangan dengan sabun menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan peta analisis spasial tidak terlihat pola yang konsisten. Namun, kejadian diare pada balita cenderung lebih sering terjadi di wilayah kelurahan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih intensif dalam pencegahan dan pengendalian diare, terutama di wilayah kelurahan dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Diarrhea remains a health issue in Indonesia as it is one of the leading causes of death among toddlers. Diarrhea remains highly prevalent among toddlers in West Java, specifically in Bogor City. Diarrhea is also among the top ten most common infectious diseases in the working area of Sindang Barang Public Health Center, West Bogor District. This study aims to investigate the correlation between the coverage of exclusive breastfeeding, use of clean water, handwashing with soap, use of healthy latrines, and population density with the incidence of diarrhea in toddlers in Sindang Barang Public Health Center 2019-2022. The study uses ecological time trend study methods and spatial analysis. The results reveal a significant relationship between variables such as exclusive breastfeeding (p = 0.000), use of clean water (p = 0.045), use of healthy latrines (p = 0.006), and population density (p = 0.007) with the incidence of diarrhea in toddlers. However, handwashing with soap does not show a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers. The spatial analysis map does not exhibit a consistent pattern. However, the occurrence of diarrhea in toddlers tends to be more frequent in urban village areas with high population density. Therefore, more intensive efforts are required for the prevention and control of diarrhea, especially in densely populated urban village areas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Handayani
"

Tujuan: Mengetahui keterkaitan antara faktor risiko perilaku seksual dan temuan oral dengan kejadian sifilis pada populasi lelaki seks lelaki (LSL) yang berkunjung di Puskesmas Cibodasari Kota Tangerang.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain case control. Data jumlah responden LSL dengan status penyakit sifilis dan tidak sifilis dari Januari – Desember 2017 dikumpulkan. Kemudian di recall oleh tenaga penjangkau program Voluntary Counselling Testing (VCT) yang menyetujui ikut serta dalam penelitian. Responden mengisi kuesioner terkait data pribadi dan perilaku seksual mereka yang telah dilakukan selama 12 bulan terakhir, mengingat kelainan di genital, anal dan oral selama 12 bulan terakhir yang serupa dengan gambar yang disiapkan, dilanjutkan pemeriksaan rongga mulut.

Hasil: LSL dengan riwayat sifilis 80 orang sedangkan tidak terinfeksi IMS sebanyak 175 orang. Namun yang menjadi resposden untuk kelompok kasus 44 orang dan kelompok kontrol 52 orang. Sekitar 60-80% responden adalah yang berusia < 30 tahun, belum menikah, pendidikan terakhir SMA, dan bekerja sebagai pegawai swasta. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan beberapa perilaku seksual dengan kejadian sifilis yaitu perilaku seks oral-anal, oral-penis, pesta seks, seks berbayar, menyikat gigi dan berkumur sebelum dan sesudah hubungan seksual, serta penggunaan kondom dan pelumas. Analisis multivariat diketahui 7 variabel yang mempunyai peluang terhadap kejadian sifilis yaitu oral-penis (B. 4,116; sig. 0,019;  OR 61,306), seks berbayar (B. 4,116; sig. 0,002; OR 61,296), penggunaan sabun antiseptik (B. -3,160; sig. 0,068; OR 0,042), konsumsi antibiotik (B. 3,290; sig. 0,009; OR 26,853), penggunaan obat kumur (B. 2,449; sig. 0,048; OR 11,581), ulkus traumatik (B. 2,983; sig. 0,061; OR 19,752), dan status sunat (B. -2,699; sig. 0,086; OR 0,067).

Kesimpulan: Terdapat perilaku seksual yang berisiko menular sifilis serta temuan oral yang terkait sifilis dan tidak sifilis.


Objectives : This thesis aims to determine the correlation risk factors of seksual behavior and oral findings of syphilis disease in man who have seks with man (MSM) who visited the Cibodasari Public Health Center Tangerang City.

Methods : This is an observational analytical research and case control design. We had collected MSM with syphilis history from January to December 2017. We had support by the Voluntary Counseling Testing (VCT) program to recall and asked them to join in our research. Subjects were asked to answers the question about personal informasion and seksual behavior and history diseases that similar to the prepared picture  during the last 12 months, and then followed by oral examination.

Results : About 60-80% of respondents are aged <30 years old, unmarried, senior high school, and mployees. Bivariate analysis showed a significant association of some seksual behaviors with syphilis, oral-anal, oral-penis, seks party, seks commercial, brushing teeth and gargling before and after seksual intercourse, and the using condoms and lubricants. A multivariate analysis was known to be 7 variables that had an opportunity to syphilis incidence of oral-penis (B. 4,116 sig, 0.019 OR 61,306), seks commercial (B. 4,116 sig 0,002 OR 61,296), using antiseptic soap (B. -3,160 sig. OR 0.042), concumsing antibiotic (B. 3,290 sig .009 OR 26,853), using mouthwash (B. 2.449 sig .048 OR 11,581), and traumatic ulcers (B. 2.983 sig 0.061 OR 19.752).

Conclusion : There are seksual behaviors that are at risk of transmitting syphilis and oral findings related to syphilis and not syphilis.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Fransiska
"Jumlah penderita diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Makasar mengalami kenaikan dari tahun 2014 sampai 2016. Kelurahan Kebon Pala menjadi penyumbang terbanyak dari keseluruhan kasus diare. Jumlah penderita diare balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Pala tahun 2014 sebesar 182 kasus kemudian naik tahun 2015 sebesar 251 kasus dan mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 238 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Pala. Disain penelitian yaitu case control, kasus adalah penderita diare yang tercatat dalam register puskesmas selama 14 hari terakhir waktu penelitian berlangsung dan kontrol adalah tetangga kasus. Jumlah sampel masing-masing kontrol dan kasus 60 responden. Pengumpulan data dengan wawancara langsung dan observasi menggunakan kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan perilaku cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI eksklusif, sumber air bersih, sarana jamban dan sarana pembuangan sampah. Penelitian ini didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan pakai sabun nilai p 0.005; OR 5,107 , pemberian ASI eksklusif nilai p 0,005; OR 4,030 , sarana jamban nilai p 0,022; OR 2,993 dan sarana pembuangan sampah niali p 0,003; OR 3,406 dengan kejadian diare pada balita.

The number of diarrhea sufferers in under five children in the working area of Puskesmas Kecamatan Makasar increased from 2014 to 2016. Kebon Pala village became the biggest contributor of all diarrhea cases. The number of diarrhea sufferers in the work area of Kebon Pala Public Health Center in 2014 amounted to 182 cases and then increased in 2015 by 251 cases and decreased in 2016 by 238 cases. This study aims to determine the risk factors of diarrhea occurrence in infants in the working area of Kebon Pala Public Health Center. The case study design was case control. The case was diarrhea sufferer recorded in the puskesmas register for the last 14 days while the study took place and the control was neighboring case. The number of samples of each control and case are 60 respondents. Data was collected by direct interview and observation using questionnaire. The questionnaire contains questions on handwashing behavior with soap, exclusive breastfeeding, clean water sources, toilet facilities and garbage disposal facilities. The results of this study showed that there was a significant relationship between handwashing with soap p 0.005, OR 5,107 , exclusive breastfeeding p value 0.005, OR 4.030 , toilet facilities p value 0.022, OR 2,993 and garbage disposal facilities Niali p 0,003 OR 3,406 with the incidence of diarrhea in infants."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeti Heryati
"Puskesmas Haurpanggung Keeamatan Tarogong Kidul adalah salah satu puskcsmas dari 63 puskesmas yang berada di Kabupaten Garut dengan cakupan penemuan pneumonia selama tahun 2006 menunjukkan angka yang tinggi dibandingkan dengan puskesmas lainnya yaitu 68,4%. Insifien pneumonia di Kabupaten Garut pada tahun 2006 sebesar 30,8% dan berada pada urutan pertama dari kasus penyakit dan penyebab kematian bayi dan balita dan berada pada 10 besar penyakit.
Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui faktor xisiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Pcnclitian mcnggunakan jcnis penelitian kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 124 responden yang terdiri atas kasus sebanyak 62 orang dan kontrol sebanyak 62 oxang. Subyek penelitian adalah balita berumur 2 - 59 bulan yang bertempat tinggal di wilayah kelja Puskesmas I-Iaurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut selama bulan Juni sampai dengan Desembcr 2007. Sebagai variabel terikat kejadian pneumonia pada balita dan variabel bebas terdiri atas ventilasi, kcpadatan hunian, jenis lantai, letak dapur, jenis bahan bakar, kelembaban, pcncahayaan alami, kebiasaan merokok, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
Analisis data menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan distribusi frekuensi. Analisis analitik untuk mcnggambarkan hubungan antar variabel dan analisis logistik untuk menetukan prcdiksi. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pnenunonia pada balita yaitu luas ventilasi, kepadatan hunian, letak dapur, pencahyaan alami, kebiasaan merokok., dan pcnggunaan obat nyamuk bakar. Faktor yang paling dominan mempengamhi kejadian Pneumonia pada balita adalah variabel kebiasaan merokok Oleh karena itu pcrlu ada upaya promosi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit pneumonia, rumah sehat, dan bahaya asap rokok.

Haurpanggung Public Health Center in Tarogong Kidul District is ones public health center between 63 public health center at Kabupaten Gantt with coverage pneumonia evidence along 2006 indicated the high evidance number compared to another Puskemas which is 68,4%. The pneumonia evidence occurred in Garut on 2006 at about 30.8% and existed the first rank of disease evidence and coursed mortality on infant and baby under tive years old.
This research purposed to know risk factor which is related to pneumonia evidence on baby under five years old. The observational utilized case control observational type with total sample are [24 respondent there are on case evidence 62 respondent and control case are 62 respondent. The observational subject was baby with 2-59 months age which is live at working area of l-laurpanggung Public Health Center in Tarogong Kidul District, Garut along June until December 2007. As dependent variable on pneumonia evidence on baby under tive years old and independent variable are on ventilation. population density. floor type, kitchen position, fuel type, humidity. natural lighting. smoking habitual and utilize anti mosquitoes bums type.
The analysis data performed by descriptivcmethod to presented frequently distribution schemas. The analytic analysis pertbrmcd to presented the relation between variable and logistic analysis to make a prediction. The risk factor which is related to the pneumonia evidence on baby under five years old are wide ventilation. population density, kitchen position, natural lighting smoking habit. and using anti mosquitoes bums type. The most dominant factor was influence pneumonia evidence on baby under five years old is smoking habit variable. Therefore it is necessary to implementate the promotion to socialize program to the community about pneumonia disease. healthy house, and cigarettes smokes danger.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34266
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lasning
"Penyakit diare merupakan penyakit yang terjadi hampir di seluruh belahan dunia, dengan tingkat dehidrasi berat dan angka kematian paling tinggi terjadi pada bayi dan balita. Angka kesakitan dan kematian pada balita akibat diare di Indonesia masih tinggi. Prevalensi diare pada balita di Kabupaten Temanggung tiga tahun terakhir terus meningkat, begitu pula di UPT Puskesmas Kandangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar, lingkungan fisik rumah, faktor ibu, dan karakteristik balita dengan kejadian diare pada balita. Desain penelitian menggunakan studi kasus kontrol dengan sampel 100 kasus dan 100 kontrol, dengan populasi seluruh balita yang berusia 12 sampai 59 bulan. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara sarana air bersih (6,25; 3,04-12,83), sarana jamban keluarga (5,06; 2,76-9,27), sarana pembuangan air limbah (2,53;1,42-4,52), sarana pembuangan sampah (2,55; 1,27-5,09), perilaku ibu (4,32;2,39-7,81), jenis lantai rumah (3,45; 1,66-7,20), dan kepadatan lalat (2,71; 1,28- 5,73), dengan kejadian diare pada balita. Variabel yang diprediksi paling dominan berhubungan dengan kejadian diare pada balita adalah sarana air bersih (2,90;1,26-6,67).

Diarrheal disease is a disease that occurs in almost all parts of the world, with severe dehydration and the highest mortality rates occur in infants and children under five. Morbidity and mortality children under five caused by diarrhea in Indonesia are still high. The prevalence of diarrhea children under five in Temanggung Distric last three years continues to increase, so does in the Kandangan Community Health Center.
This study aims to determine the relationship of basic sanitation, the physical home environment, maternal factors, and characteristics of children under five with the incidence of diarrhea children under five. Research design using case-control study with a sample of 100 cases and 100 controls, with the entire population of children under five aged 12 to 59 months. Data analysis was performed by univariate, bivariate, and multivariate.
Study results showed there are significant relationship between clean water facilities (6.25: 3.04 to 12.83), household toilets (5.06: 2.76 to 9.27), means of disposal of waste water (2.53; 1.42 to 4.52), means of waste disposal (2.55: 1.27 to 5.09), maternal behavior (4.32; 2.39 to 7.81), type of floor (3.45; 1.66 to 7.20), and the density of flies (2.71: 1.28 to 5.73), with the incidence of diarrhea children under five. The most dominant variable that predicted events associated with diarrhea in children under five years infants is clean water facilities (2.90: 1.26 to 6.67).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Holong Purnama Putra
"Diare pada balita merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita meninggal akibat diare tiap tahunnya atau sekitar 460 balita per hari (Depkes, 2011). Di Bogor angka diare meningkat tiap tahunnya data dari 2011-2013 menunjukkan ada peningkatan kasus di tahun 2011 ada 21.687 kasus tahun 2012 ada 22.625 kasus dan di 2013 ada 24.187 kasus (P3KL Dinkes Bogor, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Bogor utara. Studi ini menggunakan metode kasus kontrol dengan jumlah sampel 46 kasus dan 46 kontrol metode pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang berpengaruh antara faktor penyebab dengan kejadian diare yaitu : Perilaku mencuci tangan OR: 4,28 (95% CI 1,587-11,575), Penanganan sampah OR: 3,87 (95% CI 1,632-9,203), Sumber air bersih OR: 3,16 (95% CI 1,244- 8,039), Sarana Jamban OR: 4,52 (95% CI 1,845-11,081), Sanitasi makanan OR: 2,92 (95% CI 1,249-6,809), dan Pengetahuan orang tua OR: 2,66 (CI 95% 1,146- 6,198). Upaya penanggulangan dengan cara meningkatkan sanitasi lingkungan dan memberikan program penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sekitar.

Diarrhea is one cause of death in infants (31,4%) and children under the age of five years (25,2%). Approximately 162.000 children under the age of five death every year or 460 every day (Depkes) in Bogor incident rate of diarrhea increase every year from 2011-2013. In 2011 there are 21.687 case, in 2012 there are 22.625 case and in 2013 there are 24.187 case. This research have a purpose to determine risk factors associated with diarrhea incident in children under the age of five on working area Puskesmas north Bogor. This study use case control method with number of sample 46 people case and 46 control. Method of data collection by interview and observation.
The results showed influence of risk factors with diarrhea incident. the risk factors have influence are Handwashing behaviour OR: 4,28(95% CI 1,587-11,575), Waste handling OR: 3,87 (95% CI 1,632-9,203), Source of clean water OR: 3,16 (95% CI 1,244-8,039), Availabilty of latrines OR: 4,52 (95% CI 1,845-11,081), Food hygiene and sanitation OR: 2,92 (95% CI 1,249-6,809), and Knowledge of parents OR: 2,66 (CI 95% 1,146-6,198). Diarrhea prevention efforts by improving enviroment sanitation and providing education programs to increase public knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Fiki Munaya
"Data menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit ISPA nasional selalu menunjukkan peningkatan setiap tahun.Tahun 2013 dengan Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketujuh dengan jumlah penderita ISPA terbanyak. Angka kejadian ISPA nonpneumonia selama 2011-2013 di Kota Magelang maupun di Puskesmas Kelurahan Magersari selalu menunjukkan peningkatan dengan sebagian besar penderita adalah balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko kualitas lingkungan fisik rumah (jenis lantai, atap, dinding, luas ventilasi, kepadatan hunian) dan pencemaran udara dalam rumah (keberadaan perokok dalam rumah, pengguaan anti nyamuk bakar, bahan bakar memasak dalam rumah)terhadap kejadian ISPA nonpneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Magersari, Kota Magelang, Jawa Tengah tahun 2013. Desain penelitian ini adalah case-control dengan masing-masing sampel berjumlah 50 balita. Case adalah balita yang menderita ISPA nonpneumonia dengan diagnosis dokter puskesmas, sedangkan control balita yang didiagnosis tidak menderita ISPA. Ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai nilai p 0,000 &OR 15,881 ( 95% CI : 4,949-50,958), jenis atap nilai p 0,000 & OR 13,500 (95% CI 5,087-35,830), jenis dinding nilai p 0,000 &OR 17,484 ( 95% CI 6,314-48,415), kepadatan hunian, nilai p 0,000 & OR 12,250 (95% CI 4,652-32,258), keberadaan perokok dalam rumah nilai p 0,003 &OR 4,205 ((95% CI 1,692-10,448) dan penggunaan bahan bakar memasak nilai p 0,000 & OR 11,294 (95% CI 2,435-52,379).

Nation health data show that the incidence of acute respiratory infection (ARI) always increased every years. 2013, with Central Java Province occupies was the seventh position with the highest number of patients with acute respiratory infection (ARI). The incidence of ARI nonpneumonia during 2011-2013 in the city of Magelang as well as in the Village Health Center Magersari always increase which most of the patientare are under five children . This study aims to determine how big the risk factors of physical quality of the home environment (type of floor, roof, walls, extensive ventilation, residential density) and indoor air pollution (presence of smokers in the home, using anti-mosquito, cooking fuel in the house) to nonpneumonia ARI incidence of under five children in the working area of Magersari health center, Magelang, Central Java in 2013. The Research design was a case-control study by each sample for 50 under five children. Case are under five with nonpneumonia ARI diagnosis by Megersari Helath Center doctors, whereas control are underfive children which not diagnosed with ARIs . There is a significant correlation between the type of floor p value 0.000 and OR 15.881 (95 % CI : 4.949 to 50.958), the type of roof p-value of 0.000 and OR 13,500 (95 % CI 5.087 to 35.830), the type of wall p-value of 0.000 and OR 17.484 (95 % CI 6.314 to 48.415), residential density, p-value 0.000 and OR 12,250 (95 % CI 4.652 to 32.258), the presence of smokers in the house p-value of 0.003 and OR 4.205 (95 % CI 1.692 to 10.448) and cooking fuel p value 0,000OR 11,294 (95 % CI 2.435 to 52.379).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>