Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123002 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vania Tri Anggraeni
"Pendahuluan: Stigmatisasi terhadap orang dengan gangguan jiwa cukup tinggi di kalangan penyedia layanan kesehatan, termasuk mahasiswa kedokteran. Penelitian ini menganalisis dampak promosi kesehatan jiwa terhadap stigma kesehatan jiwa pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan menggunakan data dari mahasiswa kedokteran tahun ketiga (N=132), dibagi menjadi kelompok intervensi (n=66) dan kontrol (n=66). Kelompok intervensi menerima satu kali webinar tentang kesehatan mental. Tingkat stigma dinilai menggunakan kuesioner MICA-4.
Hasil: Prevalensi stigma kesehatan jiwa dari kuesioner pre-test sebesar 18,94%, dengan cutoff-point 48. Tingkat stigma tertinggi pada post-test terdapat pada pertanyaan 6, faktor 2, dan faktor 3. Pada kelompok intervensi, skor MICA menurun dari median 42 menjadi 39 dengan perbedaan yang signifikan secara statistik (p=0,001), sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,951) pada kelompok kontrol.
Kesimpulan: Stigma yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah terkait pengetahuan tentang penyakit jiwa, kesediaan untuk mengungkapkan penyakit jiwa sendiri, dan stigma terhadap anggota keluarga atau teman pasien psikiatri. Studi ini menunjukkan bahwa promosi kesehatan mental melalui webinar menunjukkan penurunan yang signifikan dalam stigma kesehatan mental di kalangan mahasiswa kedokteran tahun ketiga.

Introduction: Stigmatization of people with mental illnesses is high among health care providers, including medical students. This study analyzes the impact of mental health promotion on mental health stigma in third-year medical students of the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia.
Methods: The research is a quasi-experimental study using data from third-year medical students (N=132), divided into intervention (n=66) and control (n=66) groups. The intervention group received a one-time webinar about mental health. The stigma level was assessed using the MICA-4 questionnaire.
Results: The prevalence of mental health stigma from the pre-test questionnaire is 18.94%, with a cutoff point of 48. The highest stigma level on post-test was found on question 6, factor 2, and factor 3. In the intervention group, the MICA score decreased from median 42 to 39 with a statistically significant difference (p=0.001), while there was no significant difference (p=0.951) in the control group.
Conclusion: The most common stigma found in this study is related to knowledge of mental illness, willingness to disclose their own mental illness, and stigma towards family members or friends of psychiatric patients. This study demonstrates that mental health promotion using webinar shows a significant reduction in mental health stigma among third-year medical students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqa Agustin Ananda Putri
"Introduction: Anxiety disorders are identified in 41.6% of students globally, with medical students being more susceptible than non-medical students (33.8%). In Indonesia, clinical students or referred as co-assistant, had higher anxiety levels than preclinical students. Therefore, right intervention is needed to reduce anxiety symptoms in third-year medical students before clinical rotations. This study is performed to identify the impact of conducting a web-based mental health promotion seminar to reduce anxiety symptoms among third-year FMUI students. Methods: This is a Quasiexperimental study with secondary data from a total of 132 third-year FMUI students, 66 students split evenly between the intervention and control groups. They must complete the GAD-7 pre- and post- test questionnaires on Day 1 and 14 to determine their coping mechanism style. The intervention group will get a one-time web-based seminar from Psychiatry Department FMUI-RSCM experts, whereas the control group will not. Results: The prevalence of anxiety in third-year FMUI students is 46.9%, mostly categorized as mild (28.7%). The intervention group’s GAD-7 mean score improved (p=0.033), while the control group’s deteriorated (p=0.288). Conclusion: High prevalence of anxiety is found in third-year FMUI students and web-based mental health promotion seminar can reduce anxiety symptoms in intervention group.

Latar Belakang: Gangguan kecemasan diidentifikasi pada 41.6% mahasiswa secara global, dengan mahasiswa kedokteran lebih rentan dibandingkan mahasiswa nonkedokteran (33.8%). Di Indonesia, mahasiswa klinik atau disebut ko-asisten memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa preklinik. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang tepat untuk mengurangi gejala kecemasan pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga sebelum melakukan rotasi klinik. Penelitian ini dilakukan untuk menidentifikasi dampak penyelenggaraan seminar promosi kesehatan jiwa berbasis terhadap penurunan gejala kecemasan pada mahasiswa tahun ketiga FKUI. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan data sekunder dari total 132 mahasiswa tahun ketiga FKUI, 66 mahasiswa terbagi rata antara kelompok intervensi dan kontrol. Mereka harus mengisi kuesioner pra dan pasca test GAD-7 pada hari ke-1 dan ke-14 untuk menentukan gaya mekanisme koping. Kelompok intervensi akan mendapatkan satu kali seminar berbasis web dari ahli Psikiatri FKUI-RSCM, sedangkan kelompok kontrol tidak. Hasil: Prevalensi kecemasan pada mahasiswa tahun ketiga FKUI adalah 46.9%, sebagian besar dikategorikan ringan (28.7%). Terdapat perbaikan rerata skor GAD-7 secara keseluruhan pada kelompok intervensi (p=0.033), sedangkan kelompok kontrol menunjukkan perburukan (p=0.288). Kesimpulan: Studi ini menunjukkan prevalensi gangguan kecemasan yang relatif tinggi pada mahasiswa tingkat tiga FKUI dengan kelompok intervensi menunjukkan perbaikan skor GAD-7 setelah seminar promosi kesehatan mental berbasis web."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Prameswari Zahra Adelaide
"Latar Belakang: Kesehatan mental merupakan salah satu isu kesehatan yang belum terpecahkan di Indonesia. Mahasiswa kedokteran adalah satu dari banyak populasi yang rentan terkena gangguan mental diakibatkan stresor yang tinggi. Stresor ini paling tinggi dialami oleh mahasiswa transisi dari sekolah menengah atas ke fakultas kedokteran, dan dari tahun preklinik ke klinik. Meskipun mereka menerima edukasi formal tentang kesehatan mental, tetapi sangat penting untuk mengetahui dan meningkatkan beberapa parameter kesehatan mental, seperti pengetahuan dan perilaku. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan dan perilaku pada mahasiswa tingkat tiga preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sesudah webinar kesehatan mental.
Metode: Studi potong lintang ini menggunakan data sekunder berupa nilai pretest dan posttest pada kelompok webinar dan yang tidak menghadiri webinar (kontrol). Kuesioner yang digunakan adalah MAKS (pengetahuan) dan CAMI (perilaku). Total subjek sebanyak 132, di mana 66 masing-masing terdapat di kelompok webinar dan kontrol. Analisis data menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney, di mana Mann-Whitney untuk membandingkan nilai posttest kelompok webinar dan kontrol.
Hasil: Tidak ada kenaikan yang signifikan dalam perilaku pada kelompok webinar dan kontrol (p>0.05), namun terlihat dalam aspek pengetahuan. Tidak ada perbedaan yang berarti juga terlihat pada posttest perilaku antara dua kelompok tersebut, namun terlihat signifikan pada pengetahuan (P<0.05).
Kesimpulan: Promosi kesehatan mental dalam bentuk webinar dapat meningkatkan pengetahuan, namun tidak dalam perilaku, terhadap kesehatan mental pada mahasiswa tingkat tiga preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Introduction: Mental health issues is one of health concerns that has not yet been overcome in Indonesia. Medical students are among those with high risk of developing mental disorder due to higher exposure to stress. The stressors are higher in medical students transitioning from high schools to first-year medical schools, and from preclinical to clinical years. Despite the formal education about mental health, it is important to identify and improve some specific parameters of mental health, such as knowledge and attitude. This study was conducted to identify whether there is an improvement in knowledge and attitude about mental disorder in third-year preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia before and after webinar of mental health promotion.
Methods: This cross-sectional study uses secondary data in the form of pretest and posttest score of webinar participants and non-webinar (control group). MAKS and CAMI questionnaire are used to assess the knowledge and attitude, respectively. There are a total of 132 subjects, which are equally divided into webinar and control group. The analysis uses Wilcoxon and Mann-Whitney, with the latter being used to compare only between posttest score of webinar and control group.
Results: There is no significant improvement of attitude in both webinar and control groups (p>0.05), as opposite to knowledge (p<0.05). No notable difference is also seen in the attitude using Mann-Whitney, however the outcome (posttest) of knowledge is notably higher in webinar group (p<0.05).
Conclusion: The mental health promotion in the form of a webinar improves knowledge, but does not increase attitude towards mental disorder in third-year preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Fadhilah
"Stres dan burnout yang dapat berujung pada depresi banyak terjadi padamahasiswa kedokteran karena tuntutan lingkungan akademik dan non-akademik. Meskipun idealnya kejadian depresi akan berkurang saat mahasiswa mendekati akhir tahun praklinis karena mekanisme koping yang lebih baik, prevalensi gejala depresi akan meningkat saat mereka berada di rotasi klinik. Stres yang menumpuk dan tidak teratasi dari tahun praklinis dapat bertahan sampai memasuki rotasi klinik, dan nantinya akan mempengaruhi kinerja mereka terhadap pasien mereka kelak. Psikoedukasi diperlukan untuk mempersiapkan mahasiswa kedokteran untuk mengatasi dan membantu mengatasistres mereka yang tersisa dan yang akan datang dalam rotasi kepaniteraan mereka.
Metode: Studi potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan kemanjuran webinar promosi kesehatan mental dalam mengurangi gejala depresi yang ditemukan pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga di Universitas Indonesia dengan menganalisis data sekunder skor PHQ-9 peserta, baik dari mereka yang datang ke webinar, maupun yang tidak sebagai pembanding. Skor PHQ-9 diisi oleh peserta sebelum dan sesudah sesiwebinar yang hanya diadakan sekali sebagai pre-test dan post-test.
Hasil: Pada data penialian dasar yang diambil dari skor pretes PHQ-9, kelompok yang mengikuti dan tidakmengikuti webinar tidak menunjukkan adanya perbedaan skor (p=0,512). Pada hasil postes, kedua kelompok masih menunjukkan tidak ada perbedaan (p=0,435) dan perbaikan skor dari pre-test ke post-test juga tidak terlalu ditemukan (kelompok peserta webinar p=0,606; kelompok pembanding p=0,063).
Kesimpulan: Webinar promosi kesehatan jiwa jika hanya diberikan satu kali tidak efektif dan berdampak dalam mengurangi gejala depresi pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga.

Background: Stress and burnout, which can lead to depression, is prevalent amongst medical students due to demanding academic and non-academic environment. Althoughideally the occurrence of depression will decrease as the students approach late preclinicalyear due to better coping mechanism, the prevalence of burning out and depressive symptoms will increase as they reach clerkship rotations. Piling up and unresolved stressfrom preclinical year can remain until entering clerkship rotations, and later will affect their performance towards their future patients. Psychoeducation is needed to prepare themedical students to cope and help solve their remaining stress and upcoming stress in their clerkship rotations.
Methods: This cross-sectional study wants to find out the impactand efficacy of mental health promotion webinar in reducing depressive symptoms foundin third-year medical students of Universitas Indonesia by analysing secondary data of PHQ-9 score of the participants both from those who came to the webinar and those whodid not as the comparison. PHQ-9 score was filled by the participants before and after a one-time webinar session as pre-test and post-test.
Results: At the baseline data, taken from PHQ-9 pre-test score, groups that attended webinar and did not shows no score discrepancy (p=0.512). Derived from post-test result, both groups still indicates no difference (p=0.435) and the score improvements from pre-test to post-test also not remarkably found (webinar attendee group p=0.606; comparison group p=0.063).
Conclusion: Mental health promotion webinar if only given once is not effective and impactful in reducing depressive symptoms in third-year medical students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Hana Qatrunnada
"Mahasiswa Universitas Indonesia memiliki beberapa masalah berkaitan dengan kesehatan mental. Penelitian oleh Maulida 2012 menunjukkan bahwa 46,9 mahasiswa yang melakukan pencarian bantuan konseling di Badan Konseling Mahasiswa UI sudah mencapai tingkat depresi sedang. Namun jumlah pencarian bantuan oleh mahasiswa yang mempunyai masalah kejiwaan cukup rendah, dengan hanya sebanyak 22,5 ditangani dokter dan 2,4 ditangani psikolog Vidiawati, dkk., 2017.
Penelitian oleh Anita dan Hadjam 2017 menunjukkan adanya hubungan antara literasi kesehatan mental tinggi serta sikap positif terhadap kesehatan mental terhadap kecenderungan untuk mencari bantuan profesional dalam kasus gangguan mental.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran literasi kesehatan mental pada mahasiswa tingkat satu program studi S1 Reguler Universitas Indonesia tahun 2018. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dan bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan menggunakan kuisoner yang diisi responden secara mandiri. Kuesioner yang digunakan mengadaptasi dari Mental Health Literacy Questionnaire O Connor, 2015.
Pada penelitian didapatkan sebanyak 54,7 n = 204 responden memiliki tingkat literasi baik dan sebanyak 44,2 n = 165 memiliki tingkat literasi sedang. Literasi kesehatan mental mahasiswa tingkat satu program studi S1 Reguler Universitas Indonesia tahun 2018 sebagian besar sudah tergolong baik, namun masih banyak yang perlu ditingkatkan lagi.

University of Indonesia students have some problems related to mental health. Research by Maulida 2012 shows that 46.9 of students seeking counseling assistance at UI Student Counseling Body have reached moderate levels of depression. However, the number of seeking assistance by students who have psychiatric problems is quite low, with only 22.5 handled by doctors and 2.4 treated by psychologists Vidiawati, et al., 2017.
Research by Anita and Hadjam 2017 suggests an association between high mental health literacy as well as a positive attitude to mental health against a tendency to seek professional help in cases of mental disorders.
The aim of this research is to get mental health literacy picture on the first grade students of Regular University of Indonesia study program in 2018. The research uses quantitative approach with cross sectional design and is descriptive. The data collected is primary data by using questionnaires filled by respondents independently. The questionnaire used adapted from the Mental Health Literacy Questionnaire O 39 Connor, 2015.
The result showed that 54,7 n 204 had good literacy level and 44,2 n 165 had moderate literacy level. The mental health literacy of first year undergraduate students of Regular University of Indonesia in 2018 is mostly good, but there is still much that needs to be improved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adib Mumtaz Irfani
"Penelitian ini dilatarbelakangi tingginya angka prevalensi gangguan jiwa di lingkungan pekerjaan karena adanya tekanan kerja akibat tuntutan perusahaan atas karyawannya, Sementara mental health promotion yang berguna menciptakan workplace-wellbeing masih sangat jarang digunakan di Indonesia. Mental health promotion merupakan wujud intervensi sosial untuk meningkatkan kesejahteraan sosial individu dalam cakupan kesehatan mental melalui pencegahan dan pengurangan faktor risiko. Penelitian ini bertujuan pertama, mendeskripsikan mental health promotion untuk peningkatan produktivitas kinerja karyawan perusahaan. Kedua, mendeskripsikan dampak yang dihasilkan oleh perusahaan yang mengimplementasikan dan tidak mengimplementasikan program mental health promotion untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan critical literature review, dengan meninjau secara kritis tiga penelitian utama yang dipublikasi pada tahun 2017 dan 2022 yang membahas mental health promotion pada perusahaan di Indonesia. Hasil penelitian kajian kritis ini menemukan tiga hal terkait mental health promotion . Pertama, perusahaan perlu menyediakan lingkungan kerja secara fisik dan non-fisik yang nyaman dengan menghadirkan budaya kerja apresiatif, peduli, dan tidak toxic. Kedua, peran seorang pemimpin sangat krusial untuk menciptakan proses psychological empowerment melalui ethical leadership untuk menciptakan workplace well- being melalui pembentukan regulasi. Ketiga, dukungan secara psikis dengan menghadirkan layanan psikologis seperti peer support group, employee assistance program (EAP), dan program pengembangan diri guna menjaga produktivitas karyawan. Penelitian ini juga menghasilkan gambaran terkait dengan dampak implementasi dan non-implementasi program mental health promotion di perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini merekomendasikan perlunya kerjasama antara perusahaan dan karyawan, serta penelitian lebih lanjut untuk mendorong implementasi program mental health promotion untuk meningkatkan produktivitas kinerja karyawan.

This study is is inspired by the high prevalence of mental disorders in workplace due to work pressure from company to employees, while mental health promotion which significant for workplace-wellbeing still uncommon in Indonesia. Mental health promotion is a form of social intervention to improve individual social welfare within mental health area in preventing and reducing risk factors. This study aims, first, to describe the mental health promotion used by the company. Secondly, describe the impact of implementing and not implement mental health promotion programs to increase employee productivity and performance. This study employs critical literature review approach that conducted by critically reviewing three primary studies published in 2017 and 2022 that discussed mental health promotion in the Indonesia companies. This critical review indicates three matter related mental health promotion. First, companies need to provide a comfortable physical and non-physical work environment by presenting an appreciative, caring, and non-toxic work culture. Second, the role of a leader is crucial to create a psychological empowerment process through ethical leadership to create workplace well-being through the formation of regulations. Third, psychological support by presenting psychological services such as peer support groups, employee assistance programs (EAP), and self-development programs maintaining employee productivity. This study also generates an overview related to the impact of implementation and non-implementation of mental health promotion programs in the company. Based on those results, this study recommends urgency of cooperation between companies and employees, also further research, affirming mental health promotion program to increase employee performance productivity in the workplace."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nurhalizah Atjo
"Mahasiswa kedokteran rentan mengalami isu Kesehatan mental dalam masa perkuliahan dikarenakan paparan beban akademis, tingginya ekspektasi serta dukungan dari sekitar yang kurang menunjang. Transisi dari masa pre-klinik ke klinik juga dapat menambah beban stress terhadap mahasiswa kedokteran. Walaupun telah memiliki pengetahuan mengenai kesehatan mental, menghubungkan kebutuhan psikologis mahasiswa kedokteran kepada tenaga ahli kesehatan mental saat menghadapi beban stress yang cukup signifikan masih menjadi tantangan dikarenakan kemungkinan adanya stigma. Promosi Kesehatan mental diadakan sebagai bentuk edukasi kesehatan mental untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki rotasi klnik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek promosi Kesehatan mental terhadap sikap mencari bantuan mahasiswa kedokteran. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan data sekunder pre-test and post-test kuesioner MHSIS (Mental Health Seeking Intention Scale) yang diambil dari webinar promosi kesehatan mental pada kegiatan pengabdian masyarakat untuk mahasiswa tingkat tiga di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Terdapat dua kelompok pada penelitian ini, terdiri dari kelompok yang mendapatkan webinar dan kelompok yang tidak mendapatkan webinar sebagai kelompok pembanding. Sampel yang berjumlah 66 dari setiap kelompok akan dianalisis dengan menggunakan tes Kolmogorov, Mann-Whitney, dan Wilcoxon pada program SPSS. Hasil: Tidak terdapat hasil yang berbeda signifikan pada pre-test dan post-test di setiap kelompok (p>0.005) yang mengindikasikan tingkat sikap mencari bantuan yang relatif setara. Setiap kelompok mengalami peningkatan skor MHSIS dari pre-test ke post-test dan kelompok yang menerima webinar memiliki rata-rata peningkatan skor yang sedikit lebih tinggi (p<0.005). Kesimpulan: Mahasiswa tingkat tiga Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia telah memiliki tingkat sikap mencari bantuan yang baik, dan kelompok yang mendapatkan webinar memiliki peningkatkan sikap mencari bantuan yang sedikit lebih tinggi.

Medical students are prone towards psychological distress throughout their studies as exposed to pressure from studying, heavy workload, high level of expectation and inadequate supportive resources. The transition from pre-clinical to clinical years will add an increasing demand in medical school which are prone to giving more stressors to student. Although has already equipped with mental health knowledge, connecting medical students' psychological needs to professionals when encountered with significant stressors remain an ongoing challenge. Mental health promotion is given as psychoeducation to third year medical student prior to the rotation clinic. This study analyzes the effect of mental health promotion as psychoeducation towards the help-seeking behavior in third-year medical students in the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Methods: The research is a quasi experimental study using secondary data consisting of pre-test and post-test of MHSIS (Mental Health Seeking Intention Scale) questionnaire taken from a mental health promotion webinar community outreach activity for the third year medical student, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. There are two groups of students comprising group who received webinar and those who did as the comparison group. The 66 samples from each group are analyzed statisticaly using Kolmogorov test, Mann-Whitney and Wilcoxon test through the SPSS programme. Results: This research found that there is no significant gap in the pre-test and post-test result between webinar and non-webinar group (p > 0.05), indicating a similar help-seeking behavior level. Each group has improvement in pre-test and post-test, however the group receiving webinar as psychoeducation has slightly higher result of MHSIS score (p < 0.05). Conclusion: This study demonstrates that the average of third year medical students in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia has already equipped with good help-seeking behavior towards and those who are exposed with an additional single day psychoeducation has slightly better improvement in the help-seeking behavior."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Saraswati
"Kajian literatur ini menganalisis promosi kesehatan jiwa sebagai upaya mengurangi stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Latar belakang dibuatnya penelitian ini yaitu tingginya stigma negatif masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Indonesia yang berpengaruh terhadap perlakuan diskriminatif terhadap ODGJ seperti pemasungan, pengucilan, dan perlakuan diskriminatif lainnya. Dalam mengkaji topik penelitian ini, peneliti melakukan penelaahan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik kajian literatur ini. peneliti memilih 15 (lima belas) penelitian terdahulu yang paling relevan dari rentang waktu 2016–2022. Dari 15 penelitian tersebut, peneliti kembali memilih 10 (sepuluh) penelitian yang relevan dengan setiap konsep yaitu stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa, promosi kesehatan jiwa, dan upaya mengurangi stigma. Terdapat 3 (tiga) jurnal acuan dalam menganalisis stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), 5 (lima) jurnal acuan mengenai promosi kesehatan jiwa, dan 2 (dua) jurnal acuan mengenai upaya mengurangi stigma. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian literatur jenis integrative review dengan menganalisis kelebihan, kekurangan, serta substansi dari jurnal-jurnal acuan yang ditelaah. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa stigma negatif masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan jiwa dan gangguan kejiwaan sehingga promosi kesehatan jiwa diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan serta menumbuhkan empati masyarakat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa promosi kesehatan jiwa dapat menjadi upaya mengurangi kesehatan jiwa dan dilakukan dengan berbagai metode seperti penyuluhan, sosialisasi, bahkan praktik seperti roleplay atau direct contact dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Metode promosi kesehatan jiwa melalui praktik menunjukkan hasil berkurangnya stigma dan munculnya empati masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Promosi kesehatan jiwa pun perlu dilakukan kepada tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kepercayaan diri mereka untuk melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat terkait kesehatan jiwa dan gangguan jiwa. Selain itu, promosi kesehatan jiwa pun dapat melibatkan peran pekerja sosial sebagai educator, group facilitator, dan activist dengan menerapkan cultural competence dengan memperhatikan aspek kebudayaan seperti kepercayaan, seni, nilai-nilai moral, hukum, adat, serta kebiasaan dan kemampuan lainnya yang menjadi pedoman hidup masyarakat. Promosi kesehatan jiwa pun perlu memperhatikan penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan budaya masyarakat sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

This literature review analyzes mental health promotion as a strategy to reduce stigma towards people with severe mental illness (ODGJ). The background of this research is the existing stigmatization towards people with severe mental illness (ODGJ) in Indonesia that influences discriminative action towards them such as shackling, exclusion, and the other discriminatory behaviour in our society. In reviewing this topic, study towards previous relevant research has been done in this literature review. There are 15 (fifteen) previous studies that are relevant with the concepts of stigma towards people with severe mental illness (ODGJ), mental health promotion, and strategy in reducing stigma. There are 3 (three) reference articles in analyzing stigma towards people with severe mental illness (ODGJ), 5 (five) reference articles about mental health promotion, and 2 (two) reference articles about strategy in reducing stigma. The method used in this literature review is integrative review by analyzing the strengths, limitations, and substances of the studied reference articles. Based on the analysis, the negative public stigma towards people with severe mental illness is existing due to the lack of information people’s knowledge about mental health and mental illness in our society. Therefore, mental health promotion could be considered as a strategy to reduce stigma and increase empathy towards people with mental illness (ODGJ). This literature review concludes that a mental health promotion is potential as a strategy to reduce stigma through various methods such as socialization, counseling, and even practical activities such as roleplay and direct contact with people with severe mental illness (ODGJ). Mental health promotion through practical activities shows the decreasing of public stigma towards people with severe mental illness and the increasing of empathy towards them. Also, mental health promotion is required to strengthen the capacity and self-efficacy of health practitioners to deliver mental health socialization or counseling to the society. In addition, mental health promotion could involve social worker roles as educator, group facilitator, and activist by involving cultural competence and paying attention to cultural aspects such as beliefs, arts, moral values, laws, customs, habits, and other capabilities that have already become the guidance of society. Mental health promotion needs to be conducted by using languages that can be understood and relevant to the culture in the society in order to ensure that the information is well-delivered and accepted."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Nurrizki Effendie
"Kesehatan mental lansia merupakan masalah yang tersebar luas. Anak-anak dengan orang tua yang sakit mental cenderung memiliki lebih banyak masalah daripada mereka yang memiliki dua orang tua yang sehat - karena baik transmisi genetik maupun gangguan kehidupan keluarga berhubungan dengan penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati hubungan antara kesehatan mental orang tua dan dampaknya terhadap kemampuan kognitif anak menggunakan data dari Indonesian Families The Live Survey (IFLS) gelombang kelima yang dirilis pada tahun 2014/2015 dan berfokus pada sampel anak-anak berusia 7-14 tahun bersekolah dan menjawab tes kognitif dalam kuesioner IFLS 5
dengan menggunakan metode OLS. Studi ini menemukan ada skor tes kognitif yang lebih rendah di antara anak-anak yang orang tuanya mengalami tekanan psikologis tingkat tinggi (skor skala CES-D 10). Dengan kata lain, kesehatan mental orang tua dipastikan berdampak pada kognisi anak di Indonesia. Selain itu, kesehatan mental orang tua bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak, karakteristik anak, karakteristik orang tua dan rumah tangga, serta karakteristik lingkungan seperti usia anak, daerah tempat tinggal, jam sekolah, tempat tinggal pulau, kognitif ayah. , ibu kognitif, dan sekolah.

The mental health of the elderly is a widespread problem. Children with mentally ill parents tend to have more problems than those with two healthy parents - because both genetic transmission and disorders of family life are associated with the disease. This This study aims to observe the relationship between the mental health of parents and their impact on children's cognitive abilities using data from the fifth wave of Indonesian Families The Live Survey (IFLS) was released in 2014/2015 and focuses on a sample of children aged 7-14 years attending school and answering cognitive tests in the IFLS 5 questionnaire by using the OLS method. The study found there were lower cognitive test scores among children whose parents experience high levels of psychological distress (CES-D scale score of 10). In other words, the mental health of parents is confirmed for impact on children's cognition in Indonesia. Furthermore, parents Mental health is not the only factor that can affect children's cognitive abilities, children characteristics, characteristics of parents and households, and the environment characteristics such as the child's age, area of ​​residence, school hours, island residence, cognitive father, cognitive mother, and school."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Yoana
"Sebanyak 62,7% atau 2 dari 3 mahasiswa Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2018 memiliki gangguan kesehatn mental, tetapi hanya 7,7% mahasiswa UI yang menggunakan layanan konseling yang telah disediakan oleh kampus. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui determinan perilaku pencarian pertolongan kesehatan mental pada mahasiswa S1 regular aktif UI tahun 2019. Metode pada penelitian ini ialah kuantitatif dengan desain cross sectional. Data dari 514 mahasiswa dikumpulkan menggunakan kuesioner yang memanfaatkan fitur google form dan disebarkan secara online. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa yang melakukan pencarian pertolongan kesehatan mental adalah sebanyak 39,90%, 53,11% mahasiswa mencari pertolongan kesehatan mental pada sumber informal. Alasan tidak melakukan pencarian pertolongan kesehatan mental ialah 54,26% karena bisa menyelesaikan masalah kesehatan mental sendiri, 28,47% karena ragu bahwa orang lain/professional benar-benar bisa membantu dan 28,15% beralasan tidak tahu harus kemana mencari pertolongan kesehatan mental. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara literasi kesehatan mental, dukungan sosial dan kondisi kesehatan mental emosional dengan perilaku pencarian pertolongan kesehatan mental dengan nilai OR masing-masing adalah 1,48 (CI 95% = 1,04-2,11), 0,67 (CI 95% = 0,47-0,96) dan 2,24 (CI 95% = 1,55-3,23) sedangkan variabel jenis kelamin tidak berhubungan dengan perilaku pencarian pertolongan kesehatan mental.

There were 62.7% or 2 out of 3 Universitas Indonesia (UI) students in 2018 have mental health disorders, but only 7.7% of UI students who used the counseling services provided by campus. The purpose of this study was to find out the determinants of mental health help seeking behavior among UI undergraduate students 2019. This research use quantitative method with cross sectional design. Data from 514 college students were collected using questionnaire by google form feature and distributed online. The results showed that students who did mental health help seeking were 39.90%, 53,11% students had sought mental health help seeking from informal sources. The reason they did not seeking help for mental health was first because they could solve their own mental health problems (54.26%), then because they doubt that other people / professionals can really help them (28.47%) and third because they did not know where to go for mental health help seeking (28.15%). The results of bivariate analysis showed that there was a relationship between mental health literacy, social support and emotional health conditions with mental health help seeking behavior and each OR value were 1,48 (CI 95% = 1,04-2,11), 0,67 (CI 95% = 0,47-0,96) and 2,24 (CI 95% = 1,55-3,23), while sex variables was not related."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>