Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Firdaus
"Replicating dan Benchmarking merupakan langkah penting dalarn menerapkan strategi indexing, Sementara metode yang digunakan untuk mengukur kinerja replikasi indeks terhadap benchmark-nya adalah tracking error. Tracking error didefinisikan sebagai volatilitas perbedaan return antara replikasi indeks terhadap benchmarknya. Penelitian ini mengkaji penerapan metode tracking error pada return JR dan return IHSG. Data yang digunakan bersumber pada data penutupan harian, mingguan awal, mingguan akhir, bulanan awal dan bulanan akhir pada Bursa Efek Jakarta dari Januari 2001 hingga Desember 2003. Terjadi penyimpangan nilai tracking error yang disebabkan oleh adanya distribusi data yang tidak normal pada data harian dan mingguan, heteroskedastis pada data harian serta nonstasioner pada data bulanan. Koreksi yang dilakukan adalah dengan membuang outliers tertinggi sebanyak 5% dan outliers terendah sebanyak 5% baik pada return JII maupun pads return IHSG.
Nilai tracking error return JII terhadap return IHSG berdasarkan data harian adalah sebesar 0.56%, data mingguan awal 0.58%, data mingguan akhir 0.57%, data bulanan awal 0.57% dan data bulanan akhir 0.54%. Diketahui bahwa return JII secara statistik tidak berbeda terhadap return IHSG namun JII lebih agresip dibandingkan pasar dengan ß sebesar 1.14 kali, Dengan kedua kondisi tersebut, berinvestasi indexing pada JII jelas lebih menguntungkan bila dilihat dari sisi transaction cost. Diperoleh pula informasi adanya reversed monthly effect di Bursa Efek Jakarta dimana return pads akhir bulan lebih tinggi dibandingkan return pada awal bulan.

Replicating and Benchmarking are important step in applying indexing strategy, whereas method used to measure performance of replicating index to its benchmark is tracking error. Error Tracking defined as volatility of difference of return between replicating index to its benchmark. This research study applying of method of tracking error at JII return and IJ-ISG return. Used Data coming from daily closing data, weekly early, final weekly, monthly early and final monthly at Jakarta Stock Exchange of January 2001 till December 2003. The Value of tracking error are deviate which because of existence of data distribution which not normally distributed at weekly and daily data, non homogeneity of variance at daily data and also non stationer at monthly data. Corrective action taken is by throwing away highest outliers counted 5% and lowest outliers counted 5% goodness at JII return and IHSG return.
Tracking error based on daily data is 0.56%, weekly data early is 0.58%, final weekly data 0.57%, monthly data early 0.57% and final monthly data 0.54%. Known that HI return statistically do not different to IHSG return but JII more aggressive than market with equal to 1.14 times (ß0= 1.14). On the both condition, investment on indexing at JII more beneficial if seen from side of transaction cost. Obtained also information about existence of reversed monthly effect at Jakarta Stock Exchange whereas return by the end of month is higher than the beginning of month.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutang Wirachman
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara sejak pertengahan tahun 1997, telah mewarnai perkembangan perekonomian Indonesia, dan dampaknya masih terus dirasakan dalam rentang waktu lima tahun ini.
Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi memberikan idea untuk melihat sampai seberapa jauh kondisi tersebut berpengaruh terhadap pasar modal, dengan melakukan penelitian terhadap pergerakkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta.
Tujuan penelitian untuk melihat seberapa jauh gejolak ekonomi yang diwakili pergerakkan indikator pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product), laju inflasi, tingkat bunga SBI dan kurs dollar Amerika, berpengaruh terhadap imbal hasil indeks IHSG di Bursa Efek Jakarta, pada kurun waktu tahun 1997 sampai tahun 2001.
Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder, dengan populasi yang dipilih sebagai objek riset adalah harga saham-saham yang telah listing di Bursa Efek Jakarta yang tergabung dalam indeks harga saham gabungan (IHSG), data pertumbuhan ekonomi (GDP), laju inflasi, bunga SBI dan kurs dollar Amerika, masing-masing sebanyak 20 sampel dari tahun 1997 sampai tahun 2001 dalam kwartalan.
Model penelitian digunakan model persamaan regresi linier berganda, dimana variabel terikat adalah IHSG dan variabel bebas adalah GDP, laju inflasi, bunga SBI dan kurs dollar Amerika.
Dari hasil analisis diperoleh gambaran bahwa pada dasarnya pengaruh indikator-indikator ekonomi tersebut secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap imbal hasil indeks IHSG, dan dapat menjelaskan pengaruhnya sebesar 61,90% dan sisanya sebesar 38,10% dijelaskan variabel lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa gejolak krisis ekonomi di Indonesia yang ditinjau dari pergerakkan indikator-indikator ekonomi diatas, pengaruhnya cukup signifikan terhadap naik turunnya imbal hasil indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 9787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitya Estu Nurpramana
"Jakarta Islamic Index (JII) sebagai salah satu indeks di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang mengelompokkan saham-saham yang terpilih yang sesuai dengan syariah Islam, yang diciptakan karena tuntutan pasar sebagai tolok ukur dalam investasi yang sesuai syariah di pasar modal. Perusahaan-perusahaan yang sahamnya tercatat tersebut sangat sensitif terhadap perubahan makro ekonomi, yang juga mempengaruhi kemampuannya dalam menghasilkan laba. Perubahan faktor makro ekonomi merupakan risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan, yang disebut sebagai risiko sistematis. Selain risiko sistematis, juga ada risiko tidak sistematis yang tergantung pada kegiatan usaha dari perusahaam. Dalam penelitian ini digunakan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel makro ekonomi dalam hal ini adalah suku bunga SBI, laju inflasi, dan pertumbuhan PNB terhadap imbal hasil saham-saham JII dengan periode penelitian 1995-2004.

Jakarta Islamic Index (JII) as one of the index in the Jakarta Stock Exchange (JSX) is the group of shares that are chosen in accordance with Islamic Law is created because of the demand of the market as the benchmark in appropriate investment that obey the Islamic Law in the capital market. Companies which the shares are listed in JSX are very sensitive to the change in macro economics factors, that also influenced companies capacity to produce profit. The change of macro economics factors have risk that must be dealt with by the company, which is acknowledged as the systematic risk. Apart from the systematic risk, there is also unsystematic risk that is depended on the efforts activity from companies. In this research is used Arbitrage Pricing Theory method (APT) to know the influence of the change in the macro economics factors such as the rate of SBI promissory notes, the rate of inflation, and the GNP growth against return of JII shares with the period of the research is 1995-2004."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T 15066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Reza Khalifa Sidhik
"Kondisi pasar modal sendiri tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh internal maupun eksternal, dimana perubahan pada tingkatan aktifitas ekonomi khususnya perubahan pada faktor makroekonomi. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan variabel-variabel yang dapat menggambarkan kondisi tersebut, yaitu Indeks Produksi Industri IPI , Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB, Suku Bunga Bank Indonesia interest rate, jumlah uang beredar secara luas M2, serta nilai tukar kurs. Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimanakah hubungan antara variabel makroekonomi dengan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dengan menggunakan metode time series Vector Autoregresive Model dan Granger Causality untuk melihat arah hubungan tersebut. Data yang digunakan adalah data bulanan setiap variabel selama periode 2007-2016.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat kointegrasi hubungan jangka panjang antara variabel makroekonomi dengan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dan menunjukan hubungan signifikansi jangka panjangnya. Variabel IPI ditemukan tidak signifikan, sementara IHPB serta KURS ditemukan positif signifikan, dan variabel IR dan M2 ditemukan negatif signifikan. Hasil pengujian arah hubungan menggunakan Granger Causality menunjukan bahwa terdapat hubungan unidirectional antara IHSG terhadap M2, IHSG terhadap Kurs, Kurs terhadap M2, IR terhadap KURS dan hubungan bidirectional antara IHSG dengan IR.

Condition of the capital market is inseperable from internal and external influences, where capital market are sensitive to changes in the economic activity, especially changes in macroeconomic factors. Therefore, this study will use variables that can describe the condition, namely Industrial Production Index IPI, Wholesale Price Index WPI or IHPB, Interest Rate IR, Broad Money Supply M2 and exchange rate KURS. This study aims to test how the relationship between macroeconomic variables with Jakarta Composite Index JKSE or IHSG using time series Vector Autoregresive Model VAR and Granger Causality to see the direction of the relationship. The data used in this study are monthly data of each variable during the period of 2007 2016.
The result of this study is there is a cointegration long term relationship between macroeconomic variables with Jakarta Composite Index JKSE or IHSG and shows the long term relationship significance. IPI were found unsignificant, IHPB or WPI, and KURS were found to be significantly positive, while IR and M2 were found to be significantly negative. The result of Granger Causality shows that there is unidirectional relationship between JKSE or IHSG to M2, JKSE or IHSG to KURS, KURS to M2, and IR to Kurs and bidirectional relationship between JKSE or IHSG and IR.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Sarnoto
"Investasi dalam bentuk saham mempunyai risiko tinggi karena harga saham sangat peka terhadap banyak faktor, baik faktor eksternal maupun internal perusahaan. Dalam melakukan analisis untuk memutuskan investasi suatu jenis saham Investor perlu menganalisis risiko (risk) yang dihadapi dan keuntungan (return) yang diharapkan. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah analisis fundamental yang mencoba memperkirakan harga saham dengan memperkirakan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Penelitian dalam Tesis ini bertujuan untuk menguji pengaruh Tingkat Profitabilitas yang diukur dengan Earning per share (EPS), Leverage Keuangan yang diukur dengan Debt to equity ratio (DER) dan Pertumbuhan harga Saham yang diukur dengan Price earning ratio (PER) sebagai variabel bebas terhadap Return saham sebagai variabel terikat. Return adalah pendapatan atau hasil investasi yang dilakukan oleh Investor, EPS merupakan perbandingan antara Laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar, DER merupakan perbandingan antara Jumlah kewajiban dengan Jumlah Modal Sendiri dan PER merupakan perbandingan antara harga saham terhadap Laba bersih per lembar saham.
Penelitian dalam Tesis ini dilakukan terhadap 215 Perusahaan sahamnya yang telah listing di Bursa efek Jakarta dengan rentang waktu penelitian dari bulan Januari 1995 sampai dengan Desember 1996. Untuk menguji penggaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Berganda sedangkan untuk menguji penggaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Tunggal. Data diolah dengan menggunakan Program Komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10. Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi dengan menggunakan metode enter (full regression). Selanjutnya untuk menentukan model regresi dan tingkat signifikansi masing-masing variabel independen secara rinci satu persatu digunakan analisis Regresi dengan metode Stepwise.
Hasil Penelitian dengan menggunakan metode enter menunjukkan bahwa secara bersama-sama EPS,DER dan PER berpengaruh terhadap Return Saham. Namun dengan metode Stepwise di antara tiga variabel babas yang diduga mempengaruhi return, ternyata hanya variabel EPS yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam rentang waktu penelitian EPS berpengaruh signifikan terhadap Return saham dan sebaliknya DER dan PER tidak berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, para Investor yang melakukan analisis fundamental dalam menentukan Investasi saham sebaiknya memperhatikan EPS dari Perusahaan yang sahamnya hendak dibeli, karena terbukti kenaikan EPS akan mengakibatkan kenaikan Return dalam satuan tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasit Prasetyawati
"Penulisan tesis ini bertujuan mengeksplorasi potensi risiko saham sektoral dengan menghitung nilai value at risk indeks harga saham sektoral di Bursa Efek Indonesia. Pendekatan yang digunakan adalah toeri nilai ekstrim (Extreme Value Theory). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pola risiko saham sektoral Indonesia memiliki ketidaksimetrisan dengan nilai kemungkinan imbal hasil negatif lebih besar dari kemungkinan imbal hasil positif kecuali untuk saham sektor pertanian. Potensi risiko saham sektoral dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah : sektor industri dasar dan kimia, sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri barang konsumsi, sektor aneka industri, sektor perdagangan, sektor properti, sektor infrastruktur, dan sektor keuangan. Perhitungan nilai value at risk indeks harga saham dapat menjadi bahan pertimbangan untuk keputusan investasi pada saham.

This thesis explores the potential risk of equity price index in all sectors at Indonesia Stock Exchange. The objective reached by measuring its value at risk. The approach used in the study is Extreme Value Theory; it is used to measure the potential risk. The study shows the equity risk in all sectors at Indonesia Stock Exchange has an asymmetric pattern with its negative possibility value higher than the positive one; however, there is an exception for agricultural sector. The highest to the lowest values of potential risk in all sectors are: basic industry and chemical, agriculture, mining, consumer goods, miscellaneous industries, trade, property, infrastructure and finance. The value at risk of equity price index would be considerable for equity investment decision."
2009
T25832
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sijabat, Heber P.
"For investor, stock return is very important. They only interested in stocks that has promised positive returns. Trend analysis, moving average method, seasonal method, and error factor are factors that are greatly affected cycles. This conclusion is backed up by calculation using methods, formulas, regression technique quantitative approach and descriptive methods. In a short period of time, constant trend in moving average itself caused the stock cycle. For LQ-45 stocks, two years period of cycles are affected by seasonal factors. Stock return greatly affected stock price?s ups and downs. However, these techniques only provide prediction, not an exact result."
Bisnis & Birokrasi: Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Kurniawan Sudjatmiko
"Penelitian empiris yang dilakukan oleh Elton dan Gruber (1970) memberikan pandangan yang menarik tentang price behavior saham-saham yang memberikan deviden, ketika ex dividend date. Dikatakan bahwa harga saham yang membagikan deviden akan turun sebesar jumlah deviden yang dibagikan setelah dikurangi pajak, ketika ex dividend date. Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh R. Bali (1998), Grammatikos (1984), dan Michaely (1991), atas hasil penelitian empiris yang mereka lakukan pada bursa New York Stock Exchange dari Nasdaq. Di lain pihak, penelitian yang dilakukan oleh Green dan Rydqvist (1999) pada instrumen Swedish Lottery Bonds memberikan hasil yang berbeda, di mana mean penurunan harga saham saat ex dividend date secara statistik lebih besar dari dividend after tax yang diberikan.
Terdapat perbedaan hasil penelitian yang sejenis mendasari dilakukannya penelitian serupa di Bursa Efek Jakarta dengan menambahkan variabel dua kondisi pasar yang berbeda, yaitu pasar bearish di tahun 2000 dan pasar bullish di tahun 2004.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguji apakah terjadi proses penurunan harga saham ketika ex dividend date dan mengukur apakah penurunan yang terjadi lebih besar dari dividend after tax yang diberikan untuk kedua kondisi pasar tersebut.
Menggunakan metode perhitungan Raw Price Ratio (RPR), Market Adjusted Price Ratio (MAPR), Raw Price Drop (RPD) dan Market Adjusted Price Drop (MAPD), diperoleh hasil secara keseluruhan bahwa harga saham saat ex dividend date mengalami penurunan yang secara rata-rata sama dengan jumlah dividend after tax yang diberikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Elton dan Gruber sebelumnya.

Empirical research that has been done by Elton and Gruber open a new interesting point of view about price behavior of stock that gives away cash distributions in terms of dividends, on the ex dividend date. Elton and Gruber said that stocks that gives away cash dividends to their shareholder, would experience a decline movement on their price of stock which equal to the amount of dividend after being deducted by tax, on the ex dividend date. The same results being announced by R.Bali, Grammatikos, and Michaely, based on their empirical research on New York Stock Exchange and Nasdaq. Contrarily, the research that being done by Green and Rydqvist gave different result, based on the average statistic of down movement stock price on the ex dividend date, the price of stock moves deeper than the cash dividend after tax that being distributed to the share holder.
That different kind of result on the same kind of research are the foundation of why the author doing the same kind research on Jakarta Stock Exchange, and with two different kind of conditions added as a new variable, which are conditions of market bearish in years 2000 and market bullish in years 2004.
The goals of these research is to test whether there has been a decline on the stock price movement on the ex dividend date and to measure the large of the movement and compare it to the dividend after tax that has been given to the shareholder on those two kinds of market conditions.
Using the formula of Raw Price Ratio (RPR), Market Adjusted Price Ratio (MAPR), Raw Price Drop (RPD) and Market Adjusted Price Drop (MAPO), the overall result shows that the stock price on the ex dividend date experience an equal percentage decline with the dividend after tax on the ex dividend date. This result is consistent with the research of Elton and Grubber before.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Thirtha M. K.
"Pada akhir tahun 2005 di Bursa Efek Jakarta telah tercatat 432 emiten, dimana dari semua saham yang ada memiliki nilai kapitalisasi dan tingkat likuditas, serta menawarkan tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang berbeda-beda. Nantinya hal-hal tersebut akan menjadi pertimbangan investor ketika memilih saham dan menginvestasikan dananya.
Investor dapat meminimalkan risiko yang ditanggungnya dan memaksimalkan tingkat keuntungan yang diperolehnya dengan Cara membentuk portofolio optimal. Periode dalam penelitian ini adalah Januari 2004-Oktober 2006, penelitian akan menggunakan model indeks tunggal untuk membentuk portofolio optimal dari seluruh saham yang telah dan masih tercatat selama periode penelitian (portofolio I) dan membentuk portofolio optimal dari sahamsaham yang konsisten terpilih sebagai penyusun I,Q45 selama periode penelitian (portofolio II). Sesuai dengan model indeks tunggal, pembentukan portofolio optimal dilakukan dengan memasukan saham-saham yang memiliki nilai excess return to beta (ERB) diatas cut-off rate.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan single index model dalam pembentukan portofolio optimal dan menganalisis kinerja dari portofolio tersebut. Model indeks tunggal yang dipergunakan yaitu apabila short sales tidak diperkenankan, sesuai dengan peraturan BE.T. Hipotesis yang hendak diuji adalah apakah kinerja portofolio II akan mengungguli portofolio I. Perbandingan kedua portofolio ini akan dilakukan berdasarkan return portofolio (In), beta portofolio (J) dan Treynor Measure. Penelitian juga akan melihat apakah ada saham yang masuk dalam portofolio optimal II tetapi tersisih dalam portofolio I.
Dari hasil penelitian, portofolio I terbentuk dengan komposisi 33 saham. Dimana saham Bank NISP tbk (NISP) memiliki proporsi dana terbesar yaitu 9303%. Portofolio II terbentuk dengan komposisi 8 saham, dimana saham Astra Argo Lestari tbk (AALI) memiliki proporsi dana terbesar yaitu 27.992%, sedangkan saham Astra International tbk (ASII) memiliki proporsi dana terkecil yaitu 0.473%. Terdapat 5 saham dalam portofolio 11 yang tidak masuk ke dalam saham penyusun portofolio I, yaitu United Tractors tbk (UNTR), Aneka Tambang tbk (ANTM), Bumi Resources tbk (BUMI), Tambang Batubara Bukit Asarn tbk (PTBA) dan Astra International tbk (ASH). Hal ini terjadi dikarenakan dalam perhitungan portofolio I ketiga saham tersebut mempunyai nilai ERB < unique cut-off point portofolio I. Sehingga dapat disimpulkan tidak selalu saham-saham yang berada dalam Indeks LQ45 dapat mengungguli saham-saham di luar LQ45.
Dari basil perbandingan, tingkat pengembalian portofolio II mengungguli portofolio I sebesar 2.4169%. Dan resiko portofolio II juga lebih tinggi dari portofolio II sebesar 0.341235. Hal ini menunjukkan hubungan antara risk dengan return, dimana semakin tinggi return yang diharapkankan maka akan semakin tinggi juga risiko yang harus diambil.
Nilai Treynor Measure portofolio II (0.034528032) lebih besar dart portofolio I (-0.005277947), sehingga slope (kemiringan) garis portofolio II dengan R f lebih besar daripada garis portofolio I dengan R f yang menandakan perbandingan antara return dan risk portofolio II lebih bail( dari portofolio I, sehingga dapat disimpulkan portofolio II lebih unggul kinerjanya dart portofolio I.

At the end of 2005, there had been 432 stocks that listed in Bursa Efek Jakarta (BEJ). Which from all the stock that listed, they had a different value of capitalization and liquidity, they also offered different rate of return and risk. Which this will be a factor for investor in choosing stocks for their investment.
Investor could reduce the risk they take and maximize the return they have by making an optimum portfolio. The periods of this research is January 2004 - October 2006, the research will use single index model for making optimum portfolio. Portfolio I will be selected from all the stocks that had and still active in BEJ in the period of research, while Portfolio II will be selected from the stocks that had been selected in LQ45 in the period of research. Based on single index model, the making of optimum portfolio will be executed by selecting the stocks that have excess return to beta (ERB) above the cut-off rate.
The goal of this research is to know how to use single index model in making an optimum portfolio, and to analyze the portfolio performance. The using of the model is based on the rule of BEJ, which there are no short sales allowed. The hypothesis that will be tested is; is portfolio II will outperformed portfolio I? The comparison of portfolio will be conducted based on the return of portfolio (R.p), beta portfolio (Op), and Treynor Measure. And in this research we will see if there is a stock that listed in portfolio II but not listed in portfolio I.
The result from the research, portfolio I is formed by 33 stocks, which Bank NISP tbk (NISP) has the largest proportion of funds with 9.303%. Portfolio II is formed by 10 stocks, which Astra Agro Lestari tbk (AALI) has the largest proportion of fund with 27.992%, while Astra International tbk (ASII) has the lowest proportion with 0.473%. There are 5 stocks in portfolio II that not included in portfolio I; they are United Tractors tbk (UNTR), Aneka Tambang tbk (ANTM), Bumi Resources tbk (BUMI), Tambang Batubara Bukit Asam tbk (PTBA) and Astra International tbk (ASII). This is because in they all had a value of ERB lower than the unique cut of point portfolio I. So, not all the stocks in LQ45 can outperform other stocks in BEJ.
From the comparison of portfolio, the return of portfolio II outperform portfolio I with 2.416%. And the risk of portfolio II is also bigger than portfolio I with 0.341235. This result showed that there is a connection between risk and return, the higher ther return we expected, the higher the risk we must take.
Portfolio II has a higher Treynor Measure than portfolio I with 0.0398059 (0.034528032-(-0.0052779), which this can showed that portfolio II have a better risk and return ratio than portfolio I. So the conclution of the research is; portfolio II is outperformed portfolio I."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Z. Arifin
"Tick size atau di BEJ lebih dikenal dengan sebutan fraksi, dianggap membatasi para pedagang dalam meng-.quote saham. Oleh karenanya fraksi perlu diturunkan agar para pedagang lebih bergairah untuk bertransaksi. Penurunan tick size, pada umumnya diharapkan dapat meningkatkan likuiditas overall, yang ditandai dengan: (1) turunnya spread, (2) naiknya volume perdagangan, dan (3) naikrrya depth (volume yang di-quote pada harga terbaik). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahrri pengaruh penurunan fraksi, yang berlaku efektif di BEJ tanggal 3 Juli 2000, terhadap spread (baik quoted spread effective spread maupun realized spread). Sebelum menganalisis perubahan fraksi, terlebih dahrrlu penulis perlu mengaji faktor faktor (attribute) yang mempengaruhi spread. Dengan menggunakan panel data, diketahui bahwa: harga, volatilitas (q), volume perdagangan, dan tidal kapitalisasi merupakan variable signikan yang mempengaruhi spread, sedangkan nilai perusahaan yang diwakili oleh market value of equity (MYE) tidak signifrkan. Oleh karenanya MVE didrop dalam analisis pengaruh perubahan fraksi. Dart analisis perubahan fraksi diketahui, bahwa quoted spread (QS) dan realized spread (RS) relatif turun, sementara effective spread (ES) rekztif mengalcuni kenaikan. Atau dapat dikatakan, bahwa penurunan fraksi bare dinikmati oleh: (1) para profit taker yang mengambil uniting dengan kecilnya tick size (RS) untuk mencapai posisi terbaiknya, (2) relatif menurunkan biaya para penyedia likuiditas (liquidity supplier) maupun peminta likuiditas (liquidity demander) yang berdagang pada harga market order (QS). (3) Sementara pedagang publik yang bertransaksi pada harga atau jumlah di luar quotation, menderita kenaikan biaya (spread) [ES]. Naiknya ES disebabkan para pedagang berhati-hati terhadap front-runner dalam melakukan quotation, sehingga mereka menurunkan jumlah yang ditransaksikan. Karena tidak dipenuhi jumlah yang diminta, mengakibatkan pedagang lain melakukan transaksi di luar harga pasar (quotation), yang pada gilirannya mendapatkan harga yang lebih tinggi, atau effective spread relatif mengalami kenaikan (ES naik). Volume perdagangan yang diharapkan mengalami kenaikan, baru dilakukan oleh para profit taker yang terinformasi dengan baik, dimana dengan satu tick yang lebih kecil (Rp 5,-) mereka bisa mendapatkan posisi terbaiknya (one-tick-better). Sedangkan pedagang lain untuk mendapatkan posisi yang aman, dengan hati-hati merrurunkcan jumlah yang ditransaksikan (yang merryiratkan turunnya depth). Kekhawatiran ini telah ditemukan oleh para peneliti sebelumnya seperti: Harris (1997, 1999), Ahrz, Cao, dan Choe (1996), Bacidore (1997), Porter dan Weaver (1997), Bollen dan Whaley (1998), dan Goldstein dan Kavajecz (2001). Bahwa penurunan tick size akan menurunkan depth. Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa penurunan tick size di BEJ belum sepenuhnya meningkatkan efisiensi, karena bagi pedagang professional secara relatif menikmati penurunan biaya perdagangan, sementara pedagang publik dirugikan karena tidak terinformasi dengan baik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T19438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>