Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hirayanti
"Desa Cibalung adalah suatu desa di Kabupaten Bogor yang terletak di kaki gunung Salak di kecamatan Cijeruk. Desa ini sangat unik. letaknya cukup strategis, namun sulit berkembang. Untuk mencapai desa ini dapat melalui dua arah yaitu :
1. Dari arah kota Bogor melalui jalan raya Sukabumi, namun jalan ini sangat macet karena kepadatan lalu lintas di persimpangan Ciawi yang sekaligus dijadikan pasar. Titik rawan kemacetan selanjutnya terjadi di pasar Cikereteg dan Cimande. Selain itu, dengan banyaknya pabrik di sepanjang jalan raya dari Ciawi ke arah Sukabumi turut menycbabkan kemacetan di sepanjang jalan tersebut. Dengan kondisi tersebut, untuk mencapai desa Cibalung dibutuhkan waktu lebih dari 2 jam, padahal jarak untuk mencapai desa tersebut hanva sekitar 30 km dari tol ke Ciawi (Pam Bensin Sentul).
2. Dari arah kota Bogor melalui jalan raya Cipaku melewati desa Pamoyanan ke arah Cihideung. Walaupun jalannya sempit dan berkelok-kelok, namun cukup lancar meskipun jarak tempuhnya Iebih jauh ± 10 km dibandingkan dengan jalan melalui jalan raya Sukabumi seperti di atas. Dengan demikian, waktu tempuh yang diperlukan lebih cepat, yaitu sekitar 1 jam dari tol Pom Bensin Sentul arah Bogor.
Udara di desa Cibalung cukup segar dan dingin di malam hari karena masih banyak pepohonan besar. Batas satu desa ke desa lainnya cukup jauh dan harus melalui jalan yang masih berbatu. Jalan masuk ke desa Cibalung masih berbatu dan sempit. Sebenarnya pembangunan jalan aspal mulai dari pintu masuk jalan raya Cihideung sampai ke arah Caringin baru selesai dibangun sebelum pemilu tanggal 20 September 2004. Pembangunan jalan ini dibiayai oleh pemerintah kecamatan Cijeruk namun belum sampai masuk ke dalam desa Cibalung. Untuk pembangunan jalan aspal di desa Cibalung harus diupayakan dari usaha swadaya masyarakat desa, karena jalan itu bukan jalan utama lalu lintas kecamatan (masih merupaka jalan desa)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Candra Astiti
"Desa Cibalung yang terletak lebih kurang 40 km dari kota Bogor merupakan kawasan perbukitan yang subur namun mayoritas penduduknya adalah keluarga miskin yang mengandalkan penghasilannya selain dari pertanian juga membuat besek. Usaha membuat besek ini telah lebih dari 15 tahun ditekuni oleh warganya. Penghasilan mereka relatif kecil, hanya berkisar Rp.4,000 untuk 100 besek yang dihasilkan rata-rata per hari.
Program intervensi individu maupun kelompok yang dilakukan di Cibalung menggunakan pendekatan teori Asset-Based Community Development (ABCD) dari Kretzman dan McKnight. Teori ini digunakan untuk mengidentifikasi aset atau potensi yang dimiliki oleh suatu komunitas, dalam hal ini Kelompok di Cibalung. Teori ABCD yang dilandasi oleh pendekatan Appreciative Inquiry (AI) dari Copperrider ini merupakan bagian dari psikologi positif, yaitu suatu metodologi untuk memberdayakan individu/komunitas tersebut melalui penggalian hal-hal terbaik yang dimilikinya.
Kerangka teori ABCD digunakan dalam membuat rancangan program intervensi secara garis besar sedangkan teori AI dari Copperider dan teori Belajar Sosial dari Bandura digunakan pada program intervensi pemasaran untuk meningkatkan penilaian positif terhadap diri sendiri dan untuk memahami proses belajar yang ditandai dengan modifikasi perilaku, afeksi dan kognisi seseorang.
Program intervensi pemasaran sebagai program individu menekankan pada upaya membangun kemandirian warga atau perorangan untuk menggali peluang pasar yang baru. Sedangkan pembentukkan organisasi paguyuban yang memayungi seluruh pokja sebagai program kelompok menekankan pada upaya untuk mempertahankan motivasi dan menjaga kesinambungan pelaksanaan program intervensi di desa Cibalung."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuswinarni Darmawati
"Cibalung adalah sebuah desa di sebelah selatan Bogor yang berdasarkan data Jaringan Pengaman Sosial (JPS), 72,2% penduduknya tergolong miskin. Satu-satunya peluang industri yang berkembang adalah industri besek. Kerajinan membuat besek ini mulai memasuki Cibalung sekitar 15 tahun yang lalu, dan ditekuni oleh masyarakat. Penghasilan yang diperoleh dari kerajinan besek ini adalah Rp4.000,00 untuk 100 besek yang dihasilkan.
Langkah pertama program intervensi dimulai dari segi ekonomi masyarakat, dengan mencoba masuk melalui industri besek. Keterampilan ini merupakan satu dasar yang balk bagi masyarakat untuk berkembang. Dalam cakupan pengerjaan intervensi individual, masalah yang diidentifikasikan dan dikerjakan oleh penulis adalah bagaimana cara mendorong masyarakat RW 04 Desa Cibalung untuk mencoba membuat kreasi bambu baru.
Secara keseluruhan, pendekatan intervensi yang dilakukan dilandaskan pada Asset-Based Community Development yang mengutamakan pemberdayaan komunitas dengan memaksimalkan fungsi aset yang dimiliki oleh komunitas (Kretzmann & McKnight, 1993). Untuk program kreasi bambu sendiri, digunakan teori motivasi dari McClelland, yang menitikberatkan pada kebutuhan berprestasi (Need of Achievement) dan indikasi adanya proses pembelajaran dilandaskan pada pendeka tan Observational Learning dari Bandura.
Program kreasi bambu yang terdiri dua bagian. Bagian pertama berfokus pada rneningkatkan motivasi partisipan untuk melakukan diversifikasi produk kerajinan bambu. Bagian kedua berfokus pada pembentukan kelompok kerja kreasi bambu yang menjadi bagian dari organisasi paguyuban untuk mempertahankan motivasi dan menjaga kelangsungan kegiatan ini.
Secara umum, program intervensi ini menunjukkan adanya perubahan sikap ke arah yang positif, yaitu tumbuhnya ketertarikan untuk belajar, bertambahnya pengetahuan, serta munculnya tingkah laku baru; dan terbentuk kelompok kerja kreasi bambu. Sampai tahap ini, program intervensi dapat dikatakan berhasil."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rd. Hasan Basri S.
"Masyarakat Suku Anak Dalam merupakan bagian dari kelompok masyarakat terasing yang berada di wilayah Propinsi Jambi dengan populasi seluruhnya 2.951 kepala keluarga atau 12.909 jiwa yang tersebar di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Bungo Tebo dan Kabupaten Sarolangun Bangko. Mereka ini hidupnya terpencil, terisolasi, tertinggal di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, politik dan agama. Untuk memenuhi kebutuhan hidup kesehariannya dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil hutan dan berburu binatang.
Dalam menangani masyarakat terasing ini, pemerintah [Departemen Sosial] telah mengeluarkan suatu kebijakan yang secara yuridis formal tertuang dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 5/HUK/1994 tanggal 25 Januari 1994 tentang Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing [PKSMT]. Pertimbangan dikeluarkannya kebijakan tersebut adalah bahwa masyarakat terasing bagian dari masyarakat Indonesia, memiliki berbagai masalah sosial yang perlu memperoleh pembinaan secara sistematik untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Program PKSMT ini mempunyai tujuan terentasnya masyarakat terasing dari ketertinggalan dan terbelakangan di berbagai bidang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar dengan masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat mandiri. Secara teknis program ini dilaksanakan melalui pola pendekatan Sistem Pemukiman Sosial [SPS] dengan empat tipe pemukiman yaitu: (1) tipe pemukiman di tempat asal atau insitu development (2) tipe pemukiman di tempat baru atau exsitu development (3) tipe stimulus pengembangan masyarakat, dan (4) tipe kesepakatan dan rujukan.
Dalam konteks ini maka pada tahun 1993/1994, Pemerintah Daerah Propinsi Jambi, Kanwil Departemen Sosial Propinsi Jambi dan instansi terkait telah melakukan pembinaan/bimbingan sosial kepada masyarakat Suku Anak Dalam khususnya yang berada di Desa Jebak Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batang Hari. Pembinaan ini telah berhasil menetapkan masyarakat Suku Anak Dalam pada lokasi pemukiman menetap sebanyak 85 kepala keluarga atau 358 jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tipe permukiman di tempat asal [insitu development/ cukup berpengaruh terhadap penataan wilayah di tempat asal masyarakat Suku Anak Dalam. Adanya sarana umum/sarana sosial yang tersedia di lokasi pemukiman disertai pula dengan bantuan stimulus berupa kebutuhan hidup sehari-hari selama 24 bulan serta bantuan peralatan kerja merupakan bagian yang terpenting dalam merubah dan membentuk perilaku sosial masyarakat Suku Anak Dalam sebagaimana yang dikehendaki.
Mereka telah mengenal pola bertani secara menetap, berkebun karet, memakan hasil pertanian dan memasarkannya pada masyarakat desa, dan pasar-pasar tradisional [green market] dan telah dapat mengembangkan rumah menjadi rumah permanen. Di bidang pendidikan mereka telah dapat membaca, menulis, berhitung dan menyekolahkan anak-anak pada sekolah dasar, dibidang agama mereka telah memeluk salah satu agama [lslam] dan menjalankan perintah agama, di bidang kesehatan mcreka telah memanfaatkan sarana kesehatan [Puskesmas].
Walaupun di satu sisi program PKSMT telah menunjukkan hasil ke arah pencapaian sasaran yang dikehendaki, pada sisi lain akan dapat terjadi kecenderungan dampak negatif [social attitude negative] dalam kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam yaitu hilangnya sebagian budaya seperti ritus acara perkawinan yang sebenarnya dapat dipertahankan sebagai momentum pengembangan wisata budaya yang dikombinasikan dengan wisata alam setempat. Potensi produk wisata ini akan dapat menjadi nilai tambah tersendiri untuk menarik minat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi setempat. Semua perubahan-perubahan sosial (fisik dan non fisik) pada masyarakat Suku Anak Dalam di lokasi penelitian, kami sajikan secara keseluruhan dalam tesis ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridhoi Mellona Purba, author
"ABSTRAK
Program Persiapan Mcmasuki Dunia Kerja (Intcrvcnsi Sosial terhadap Remaja
Ialalanan di Social Development Center, Bambu Apus, Jakarta Timur)
97 Halaman, 10 Tabel, 2 Gambar, 5 Bagan, 5 Lampiran
Pada langgal 23 November 2006 yang lalu, SDC diresmikan pendiliannya scbagai
institusi pcmcrinlah berbentuk panti yang menangani permasalahan anak jalanan.
Anak binaan direkrut dari beberapa yayasan dan rumah singgah, unluk mengikuti
pelayanan lanjutan sclama enam bulan. Pada tahun pcrlama pelayanannya, jumlah
anak jalanan yang dibina sebanyak 100 orang.
Baseline study dilakukan dengan metode kualitatif, melalui wawancara
(terstruktur maupun tidak tersmrktur), observasi partisipatif, diskusi kelompok,
dan diskusi kelompok lerfokus. Hasil baseline mcnunjukkan, diperlukannya
program persiapan memasuki dunia kerja bagi anak binaan sehubungan aclanya
pengcnaan konsep negatif mcngenai diri dan kclompoknya. Teori yang melandasi
baseline study dalam intcrvensi sosial ini adalah leori-lcori konsep diri dari
Bracken, the four-step method, dan pendekalan andragogi.
Strategi yang digunakan adalah dengan melakukan pendekatan terhadap para
stakeholder intemal SDC, dan melakukan pelatihan pcngenalan dan
pengcmbangan diri, serta pclalihan motivasi terhadap kelompok target intervensi.
Hasil dari intervensi sosial ini adaiah telah adanya tim beserla program persiapan
kerja yang melibatkan seluruh stakeholder internal SDC, mcninkatnya kesadaran
akan konscpsi posilif diri keenam large! intcrvcnsi. `
Pelaksanaan program berjalan dengan baik, terdapat perubahan dan penambahan
program, disesuaikan dengan kondisi saat itu. Pelatihan ini mcndapatkan
tanggapan dan dukungan positif dari kelompok target intcrvensi, serta para
stakeholder.

ABSTRACT
Preparation Program to include of job world (Social Interventions for Street
Children at Social Development Center, Bambu Apus, East J akarta)
97 Pages, 10 Tables, 2 Pictures, 5 Figures, 5 Attachments
SDC was government institution for street children. Their clients are recruited
from several toundation and shelter place to attending six month extension
service.
Baseline study is applied by qualitative method, either through structured and
unstructured interview, participative observation, group discussion and focus
group discussion. Baseline result represents that preparation program are required
to entering job world to them in terms of negative self concept. This social
intervention program is based on five self concepts theory from Colhoun &
Acocella. Furthermore, the four step method from Wellman, et.al, and andragogy
approach, from Knowles, et.al.
This program was consist group and individual program.
The result are existence of working preparation program and team which involved
intemal SDC as stakeholders, and also rise up awareness of positive self concept
of target intervention.
The programs are well executed and consist of additional and transfonning
program in accordance with condition at that time. The training is well responded
and become a positive support of intervention target group and stakeholder as
well."
2007
T34105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Amsi Ramelan
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T6165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Saputra
"Tulisan ini merupakan refleksi pengalaman saya dalam mengikuti Program Desa Cemara yang diadakan oleh Kementerian PPN/Bappenas. Pembahasan dalam tulisan ini akan berfokus pada upaya kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS PBI untuk kelompok masyarakat rentan, dan mekanisme pendataan Sepakat Desa dan Regsosek. Mekanisme penargetan berbasis data memungkinkan hilangnya subjektivitas dalam program perlindungan sosial. Basis data Sepakat Desa dan Regsosek yang digunakan merupakan inskripsi yang dihasilkan melalui serangkaian prosedural yang telah diatur sebagai inscriptional device. Pengambilan data didasarkan pada pengalaman saya dalam implementasi program perlindungan sosial di Desa Pasanggrahan. Hal ini dilakukan dengan metode kuantitatif berdasarkan data Sepakat Desa dan Regsosek, serta observasi dan wawancara untuk memperkuat data yang ada. Program perlindungan sosial dalam bentuk kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional merupakan hal yang penting bagi kelompok rentan, seperti disabilitas, penyakit kronis berkepanjangan, dan lansia. Masih diperlukan sinkronisasi data Sepakat Desa dan Regsosek dengan data DTKS dalam mengimplementasikan program perlindungan sosial. Selain itu, diperlukan pula pemutakhiran secara berkala untuk menjaga kualitas data kependudukan yang digunakan sebagai acuan program perlindungan sosial.

This paper is a reflection of my experience in participating in the Desa Cemara Program held by the Ministry of National Development Planning/Bappenas. The discussion in this paper will focus on the BPJS PBI National Health Insurance (JKN) membership efforts for vulnerable groups, and the data collection mechanisms of Sepakat Desa and Regsosek. Data-driven targeting mechanisms enable the elimination of subjectivity in social protection programs. The Sepakat Desa and Regsosek databases used are inscriptions produced through a series of procedural arrangements as inscriptional devices. Data collection is based on my experience in implementing social protection programs in Desa Pasanggrahan. This was conducted using quantitative methods based on data from the Sepakat Desa and Regsosek, as well as observations and interviews to strengthen existing data. Social protection programs in the form of National Health Insurance membership are important for vulnerable groups, such as those with disabilities, prolonged chronic illnesses, and the elderly. There is still a need to synchronize data from Sepakat Desa and Regsosek with DTKS data in implementing social protection programs. In addition, regular updates are also needed to maintain the quality of population data used as a reference for social protection programs."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Latsmi Puri
"ABSTRAK
Karya akhir ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk mengukur keberbasilan pencapaian
tujuan Yayasan Pengembangan Wiraswasta Indonesia (YPWI) pada penyelenggaraan program
mikro kredit bagi petani lele yang berlokasi di Desa Cihowe, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten
Bogor.
Visi YPWI adalah mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat indonesia. Misi yang
diemban oleh ¥PWI untuk mencapai visi tersebut adalah meningkatkan kemandirian masyarakat
berpenghasilan rendah melaiui pengembangan usaha sekaligus menyediakan sarana-sarana
pendukungnya dalam bentuk pemberian pinjaman, pendidikan, pelatihan serta pembinaan.
Pemberian pinjaman yang diberikan oleh YPWI memiliki kriteria yang unik, berbecla dengan
kredit yang biasa diberikan oleh lembaga keuangan baik oleh bank maupun lembaga Iainnya.
Pelatihan dan penanaman jiwa wiraswasta menjadi tujuan utama, sementara bantuan berupa
modal kerja hanya sebagai alat untuk mencapai misi tersebut.
Hill dan Jones, tahun 2001 mengemukakan bahwa evaluasì terhadap hasil dan
pengambilan langkah perbaikan adalah salah satu dan empat langkah penting dalam sistim
pengendalian strategis. Langkah-langkah dalam sistim pengendalian itu sendiri meliputi
penetapan standar dan target, penciptaan sistim perhitungan dan monitoring, pembandingan
actual performance dengan target serta langkah terakhir yaitu evaluasi dan pengambilan langkah
perbaikan.
Karya akhir ini merupakan case study terhadap skema kredit yang diberikan oleh YPWI
pada program pendampingan usaha kecil. Pertanyaan yang menjadi pokok bahasan penulis
karya akhir ini adalah apakah transformasi yang diharapkan oLeh YPWI dapat berjaIan sehingga
dapat menjamin keberlangsungan usaha para petani lele, apakah skema tersebut mampu
membawa petani keluar dan garis kemiskinan dan atau apakah mampu memberikan nilai tambah
terhadap penghasilan mereka sehingga petani Iebih dapat mandiri.
Analisa yang dilakukan oleh penulis didasarkan pada pengukuran margin on sales, return
on equity, dan sustainable growth rate serta simulasi perhitungan optimasi kredit dengan
pendekatan sensitivity analysis. Pengukuran fakta hasil panen periode pertama dan kedua, serta
kondisi target yang dilengkapi dengan simulasi 3 alternatif kondisi tertinggi, terendah, dan
menengah yang diharapkan pada panen berikutnya dipergunakan sebagai dasar perhitungan
proyeksi akhir program setelah periode pemeliharaan ¡kan yang ke-10.
Hasil penelitian karya akhir ini rnenunjukkan bahwa kondisi target yang direncanakan
oleh YPWI dalam skema kreditnya ideal untuk membentuk modal kerja petani sehingga dapat
menjamin keberlangsungan usaha petani, memiliki kemampuan untuk mengentaskan kemiskinan
atau memberikan nilai tambah kepacla penghasilan petani. Namun pada skema yang dirancang
apabila menghadapi satu kali gagal panen maka setelah periode 10, petani hanya mendapatkan
simpanan modal keija sehingga diperlukan upaya yang maksiinal untuk dapat selalu menghìndari
risiko kegagalan panen.
Realisasi kinerja petani pada panen periode pertama menunjukkan bahwa seluruh petani
memiliki performance dibawah target, 4 diantaranya merugi. Hasil yang diperoleh petani pada
panen kedua bahkan lebih buruk. Dan 10 petani hanya 2 orang saja yang dapat menghasilkan
keuntungan. Penyimpangan target produksi dan penjualan melatarbelakangi ketidaksuksesan
petani. Dengan kondisi tersebut maka berdasar pada ketentuan skema kredit dan asumsi bahwa
pada panen berikutnya petani znampu menghasilkan keuntungan maksimal sesuai target maka
diprediksi seluruh petani marnpu menghimpun modal kerja, tidak satupun diantara mereka dapat
merniliki penghasilan di atas garis kemiskinan namun terdapat 3 petani yang mendapatkan nilai
tambah atas penghasilan mereka. Selain upaya maksirnal untuk dapat mencapai target YPWI
melalui pembinaan di bidang teknik perikanan dan upaya perluasan jaringan pemasaran untuk
seluruh petani maka bagi para petani yang merugi diperlukan satu kebijakan dalam skema kredit
mereka karena ketentuan tingkat bagi hasil yang berbeda membuat mereka tidak dapat
menghimpun dana sehingga memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup sebatas garis
kemiskinan atau memberikan nilai tambah terhadap penghasilan mereka.
Temuan ini memberikan beberapa implikasi. Bagi YPWI sebagai penyelenggara program,
memberikan gambaran bahwa terdapat faktor teknis perikanan dan pemasaran yang perlu
ditangani untuk mendukung keberhasilan petani. Disaxnping itu dalarn ketentuan skema kredit
terbukti bahwa semakin besar pro sentase bagi hasil yang diberikan kepada petani maka semakin
tinggi kemungkinan petani untuk bisa lebih mandiri, Bagi peneliti adalah tantangan untuk
mengetahui lebih dalarn akar permasalahan lain yang muncul dalam program pengentasan
kemiskinan, dan berbagai sisi disiplin ilmu, balk yang diselenggarakaii oleh pemerintah maupun
oleh Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat. Sedangkan bagi para akademisi, khususnya
Magister Manajemen Universitas Indonesia yang bekeija sama dalam program pendampingan
usaha kecil, semakin menguatkan bahwa program tersebut menciptakan kasus-kasus yang
menarik, membenikan wawasan yang lebih luas dan mendekatkan para akademisi kepada realitas
hidup rakyat miskin Indonesia yang memerlukan penanganan dan para ahli.
"
2003
T5521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>