Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14433 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lina Jusuf
"Kemajuan di bidang medis yang sangat pesat lebih banyak memberi perhatian pada kesehatan fisik, sementara kesehatan mental tidak mendapat porsi yang sama. Padahal dengan berbagai bencana dan kesulitan hidup yang terjadi belakangan ini banyak sekali trauma psikologis yang dialarni masyarakat. Diperkirakan, 1% dari penduduk Indonesia atau sebanyak 2.000.000 (dua juta) orang menderita skizofrenia. Sepertiganya memerlukan perawatan di rumah sakit jiwa, padahal tempat yang tersedia kurang dari 20.000 (dua puluh ribu). Akibatnya, tugas perawatan dan pengawasan jatuh kepada keluarga atau caregiver di rumah.
Gangguan kesehatan yang diderita salah satu anggota keluarga dapat menimbulkan stres bagi anggota keluarga lain, khususnya caregiver utama. Untuk itu, caregiver perlu menguasai coping skills untuk mengatasi beban yang dialami dalam menjalankan perannya Diantara berbagai aspek yang berperan untuk tercapainya suatu coping yang efektif, pengetahuan dan informasi memegang peran panting karena hal tersebut diperlukan dalam proses pemecahan masalah dan menentukan reaksi emosional yang timbul. Artinya, caregiver skizofrenia perlu mempunyai inforniasi yang cukup mengenai gangguan skizofrenia itu sendiri serta beban yang ditanggung keluarga penderita serta bagaimana cara mengatasinya.
Penelitian yang mendasari penulisan thesis ini adalah sebagai upaya untuk mendapatkan cara yang ramah dan bersahabat serta mudah didapat bagi para caregiver dalam membantu penanganan dan menghadapi penderita. Selain itu tujuan Dari penelitian diharapkan pula dapat memberi pertolongan bagi caregiver sehingga pada akhimya dapat juga memberi penanganan yang tepat guna bagi penderita. Dimulai dengan suatu asesmen kebutuhan caregiver skizofrenia, dengan cara penelitian terhadap beberapa responden yang sangat dekat dengan permasalahan, dihasilkan sebuah rangkuman kesimpulan dan saran serta alat Bantu berupa buku panduan yang dapat digunakan dalam keseharian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17990
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarafino, Edward P.
New York: John Wiley & Sons, 1990
616.89 SAR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Niven, Neil
New York: Churchill Livingstone , 1994
613.019 NIV h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Radley, Alan, 1946-
London: Sage, 1994
610.019 RAD m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Taylor, Shelley E.
New York: McGraw-Hill, 1995
616 TAY h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sheridan, Charles L.
New York: Wiley, 1992
610.1 SHE h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kaligis, Fransiska
"Remaja usia transisi rentan mengalami masalah kesehatan jiwa dan sekitar 50–75% masalah kesehatan jiwa muncul pada usia 14–24 tahun. Pada usia tersebut terjadi perubahan biologis, psikologis dan lingkungan yang dapat menimbulkan stres sehingga remaja perlu beradaptasi. Mahasiswa merupakan remaja usia transisi yang rentan terhadap stres sehingga perlu dilatih untuk meningkatkan ketahanan mental (resiliensi). Namun, belum ada modul penguatan kesehatan jiwa bagi mahasiswa usia transisi sehingga diperlukan modul yang efektif memperkuat kesehatan jiwa berdasarkan aspek biospikososial. Desain penelitian ini adalah mixed method research, yaitu exploratory sequencial method dengan penelitian kualitatif untuk pengembangan modul yang diikuti penelitian kuantitatif untuk menilai efektivitas modul. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada bulan September 2020 sampai Januari 2022. Subjek penelitian kualitatif adalah 20 mahasiswa FKUI serta 12 ahli yang terdiri atas psikiater, psikolog dan dosen. Mahasiswa dipilih secara random sedangkan para ahli dipilih dengan consecutive sampling. Data dari mahasiswa diambil dengan wawancara mendalam dan dari para ahli dilakukan metode delphi. Uji efektivitas terhadap resiliensi mahasiswa dilakukan secara kuasi eksperimental dengan pengukuran berulang pada minggu ke-4, ke-8, ke-12. Tema modul adalah “Transisi dan Adaptasi Menuju Resiliensi: Modul Kenali Stres dan Penguatan Kesehatan Jiwa dalam Proses Adaptasi Mahasiswa Baru di Fakultas Kedokteran”. Kepuasan mahasiswa terhadap modul diukur dengan instrumen CSQ-I dan diperoleh skor 37,4 (SB 3,81) dari skor maksimal 40. Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner pengetahuan, sikap terhadap kesehatan jiwa, dan perilaku mencari bantuan diperoleh rentang I-CVI 0,7–1,0, serta nilai S-CVI untuk masing-masing kuesioner 0,87; 0,90 dan 0,99. Reliabilitas kuesioner diuji dengan cronbach’s alpha dan diperoleh nilai 0,521; 0,780; dan 0,852. Pengukuran biomarker kortisol menurun bermakna pada kelompok perlakuan (uji Wilcoxon, p < 0,001), sedangkan kadar enzim alfa-amilase saliva tidak berbeda bermakna. Nilai resiliensi yang diukur dengan kuesioner CD-RISC meningkat bermakna pada kelompok perlakuan dibandingkan kontrol pada minggu ke-4, ke-8 dan ke-12 (Uji ANOVA two way, p < 0,001). Terdapat juga peningkatan bermakna pada pengetahuan (uji ANOVA two way, p < 0,001), sikap dan perilaku terhadap kesehatan jiwa (uji ANOVA two way, p < 0,001). Terdapat penurunan bermakna (uji ANOVA two way, p < 0,001) skor persepsi terhadap stres yang diukur dengan kuesioner PSS. Skor depresi pada kelompok perlakuan yang diukur dengan kuesioner DASS pada minggu ke-12 menunjukkan penurunan bermakna (uji Wilcoxon, p < 0,001), demikian juga dengan ansietas (uji Wilcoxon, p < 0,001) dan stres (uji Wilcoxon, p < 0,001). Disimpulkan modul penguatan kesehatan jiwa dapat diterima dan diterapkan pada mahasiswa tingkat pertama di FKUI karena efektif meningkatkan kekuatan menghadapi stres dari aspek biopsikososial.
.....Adolescents of transitional age are vulnerable to mental health problems, and about 50–75% of mental health problems arise at the age of 14–24 years. At that age, biological, psychological and environmental changes can cause stress, so adolescents need to adapt. Students are teenagers of transition-age prone to stress, so they need to be trained to increase mental resilience. However, there is no module for strengthening mental health for transitional-aged students, so an effective module is needed based on biopsychosocial aspects. This research design is mixed-method research, namely exploratory sequential method with qualitative research for module development followed by quantitative research to assess the module’s effectiveness. The research was conducted at the Faculty of Medicine, University of Indonesia (FKUI) from September 2020–January 2022. The subjects of the qualitative research were 20 FKUI students and 12 experts consisting of psychiatrists, psychologists and lecturers. Students were selected randomly, while the experts were selected by consecutive sampling. Data from students were taken through in-depth interviews, and from the experts, the Delphi method was used. The effectiveness test on student resilience was conducted in a quasi-experimental manner with repeated measurements at the 4th, 8th, and 12th weeks. The module’s theme is “Transition and Adaptation Towards Resilience: Recognizing Stress and Strengthening Mental Health in the Adaptation Process of New Students at the Faculty of Medicine”. Student’s satisfaction with the module was measured using the CSQ-I instrument and a score of 37.4 (SB 3.81) out of a maximum score of 40. The validity and reliability test of the knowledge, attitudes toward mental health and help-seeking behaviour questionnaires obtained the I-CVI range of 0.7–1.0, while the S-CVI value for each questionnaire was 0.87; 0.90 and 0.99. The reliability of the questionnaire was tested with Cronbach’s alpha and obtained a value of 0.521; 0.780; and 0.852. Cortisol measurement decreased significantly in the treatment group (Wilcoxon test, p < 0.001), while salivary alpha-amylase enzyme levels were not significantly different. The value of resilience as measured by the CD-RISC questionnaire increased significantly in the treatment group compared to the control group at week 4, 8, 12 (ANOVA two way test, p < 0.001). There were significant improvement in knowledge (ANOVA two way test, p < 0.001) and in attitudes and behaviour toward mental health (ANOVA two way, p < 0.001). The PSS questionnaire measured a significant decrease (ANOVA two way, p < 0.001) in perceived stress scores. Depression scores as measured by the DASS questionnaire at week 12 showed significant differences (Wilcoxon test, p < 0.001), as did anxiety (Wilcoxon test, p < 0.001) and stress (Wilcoxon test, p < 0.001). It is concluded that the mental health strengthening module can be accepted and applied to first-year students at FKUI because it effectively increases the strength to deal with stress from a biopsychosocial aspect."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gus Minging D. Setiawan
"ABSTRAK
Sebagian besar kasus HIV ditularkan meialui hubungan seksual. Oieh karena itu, orang yang
mempunyai resiko lebih tinggi untuk tertular dan menularkan HIV adalah orang yang berganti-ganti
pasangan seksualnya, antara lain pekerja seks komersial (PSI^ dan pelanggannya. Survei yang diadakan
oleh Yayasan Kerti Praja, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan School of Public Helath University
of Michigan (UMABS) menunjukkan bahwa supir (termasuk supir truk) adalah saiah satu pelanggan PSK
yang proporeinya cukup besar. Survei kualitatif pada supir Jawa-Bali yang dilakukan sebelumnya oleh
peneliti lain menunjukkan bahwa 68 % dari supir dan kemet truk Jawa Ball pemah mengadakan hubungan
seksual dengan PSK dalam satu bulan terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak memakai kondom.
Mereka sering melakukan perjalanan panjang sehingga mempunyai potensi yang besar dalam
mempereepat penularan PMS/HIV dari satu daerah ke daerah lainnya dl Indonesia (Wirawan, 1996).
Penggunaan kondom merupakan salah satu perilaku preventif yang menjadi prioritas utama dalam
usaha pencegahan AIDS dan lebih efektif daripada usaha untuk mengurangi jumlah pasangan seks (Reiss
& Leik, 1989 dalam Poppen & Reisen, 1994). Kerangka teori HBM (Health Belief Model, Rosenstock dalam
raclemente,1994) merupakan kerangka teori yang sangat balk untuk memahami dan menjelaskan perilaku
preventif terhadap HIV. Selain Hu. Janz dan Becker (1984) melakukan studi dari 46 penelitian, kemudian
mereka menyimpulkan bahwa selama tiga dekade inl, model ini merupakan salah satu pendekatan
psikososial yang sangat beipengaruh terhadap perilaku kesehatan. Berdasarkan pertimbangan di atas,
peneliti kemudian menggunakan HBM sebagai kerangka teori yang akan menjelaskan perilaku preventif.
yaitu perilaku pencagahan dengan menggunakan kondom pada supir dan kemet toik di Jalur Pantura.
Teori ini beranggapan bahwa perilaku preventif dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu perceived
susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, dan cues to action. Bila individu
meyakini bahwa ancaman penyakit AIDS besar {perceived severity besar), merasa dirinya beresiko
terkena AIDS {perceived susceptibility besar), merasa yakin bahwa tindakan pencegahan yang akan
dilakukan (penggunaan kondom) lebih banyak memiltki keuntungan-keuntungan {perceived benefits) dari
pada kerugian-kemgian {perceived barriers) serta adanya cues yang memicu perilaku penggunaan kondom
tersebut, maka kemungkinan terjadinya tindakan pencegahan itu akan lebih besar (Kirscht, dalam Becker
1974). Menuajt Rosenstock (1974). perceived severity dan perceived suscepfibiiity menjadl dorongan
untuk berperilaku, sedangkan perceived benefits dan perceived barriers merupakan jalur dari perilaku
penggunaan kondom. Dan cues (misalnya informasi dari media massa, diskusi dengan teman, dsb.)
menjadi pemicu perilaku penggunaan kondom.
Timbul pertanyaan bagaimana sumbangan masing-masing komponon HBM teriiadap perilaku
penggunaan kondom pada supir dan kernel truk Jalur Pantura di Indonesia. Dengan demikian, peneliti ingin
meneliti kembali sumbangan masing-masing komponen HBM terhadap perilaku penggunaan kondom pada
supir dan kernel Iruk Jalur Pantura. Perilaku penggunaan kondom diukur dengan nilai proporsi penggunaan
kondom selama 3 bulan lerakhir berhubungan seks. Selanjutnya, Indeks penggunaan kondom dipakai
sebagai dependent variable untuk menggambarkan perilaku penggunaan kondom.
Peneliti mengadakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian Ex post fycto field study
(Robinson. 1981). peneliti tidak memanipulasi IV {Independent variable) dan melakukannya pada situasi
yang sebenamya (bukan di laboratorium). Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sumbangan masingmasing
komponen HBM teriiadap perilaku penggunaan kondom dengan mengukur masing-masing variabel
melalui suatu wawancara terstruktur. Sampel yang diperoleh adalah 141 supir dan kernel truk di pangkalan
truk Rawapasung yang pemah mendengar tentang AIDS dan kondom, dan pemah melakukan hubungan
seksual dengan PSK
Data yang diperoleh diolah dengan mulfiple lltrear regression dengan metode step wise. Diperoleh
hasil bahwa perceived benefits memberikan sumbangan yang signifikan teriiadap indeks penggunaan
kondom pada supir dan kernel truk. Akan tetapi, perceived susceptibility, perceived severity, perceived
barrier, dan cues to action tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap indeks penggunaan
kondom."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Nurhafsari Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat stres pada caregiver informal yang merawat keluarga dengan skizofrenia. Caregiver informal skizofrenia dapat mengalami stigma dari masyarakat, role overload, permasalahan finansial, serta konflik dalam keluarga akibat perilaku dari penderita. Intervensi ini dilakukan karena tingginya tingkat stres yang dirasakan oleh caregiver selama proses perawatan. Oleh karena itu, peneliti kemudian melakukan penelitian singlesubject pretest-posttest design, yaitu dengan memberikan intervensi secara individu kepada empat orang partisipan. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif dan kualitatif dari hasil pretest dan posttest. Secara kuantitatif, intervensi ini berhasil menurunkan tingkat stres caregiver yang diukur melalui PSS-10, SUD, MAAS, dan alat ukur untuk mengukur pemahaman materi intervensi kognitif. Secara kualitatif, intervensi ini juga dapat menurunkan tingkat stres caregiver selama proses perawatan. Partisipan menunjukkan penurunan tingkat stres, peningkatan mindfulness, dan juga pengetahuan partisipan mengenai kondisinya sebagai caregiver skizofrenia. Para partisipan merasakan ketenangan dan lebih santai menjalani hidup. Mereka mulai bisa memahami dirinya, meningkatkan rasa syukur dan kemampuan reflektif, meningkatkan empati, dan mulai bisa mengontrol amarah. Para partisipan memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru mengenai cara untuk menerima kenyataan baik itu yang menyenangkan atau tidak sebagaimana adanya, sehingga mereka mampu memunculkan cara untuk mengatasi ketidakpuasannya dan membuat perubahan.

This study aims to reduce the level of stress for informal caregiber who take care a relative with schizophrenia. The informal caregiver of schizophrenia can experience stigma from society, sole overload, financial problems, and also internal conflict caused by the behavior of the patient. This intervention was done because the caregiver's high stress level during caregiving. Therefore, researcher performed a study with single subject pretes posttes design, which was given to four participants individually. Furthermore, the analysis was done by comparing the quantitative and qualitative data from pretest and posttest results. Quantitatively, this intervention has successfully reduced the caregiver's level of stress as measured by PSS 10 items, SUD, MAAS, also a measuring tool to assess the retention of material intervention cognitive. Qualitatively, this intervention also reduced the caregiver's level of stress, the increased of mindfulness, and also participant's knowledge about their condition as an informal caregiver of schizophrenia. The participants felt calmness and more relax in living a life. They began to understand themselves, increasing gratitude and reflective capabilities, increased empathy and gaining control in their anger. The participants acquired new knowledge and skills on how to accept reality as they are, whether it is pleasant or not, so that they are able to bring out ways to cope with dissatisfaction and make changes."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>