Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112720 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sandra Handayani Sutanto
"Down Syndrome adalah salah satu keterbelakangan mental yang paling dikenal luas di masyarakat. Anak dengan Down Syndrome berbeda dengan anak-anak pada umumnya dan memiliki keterbatasan dalam fungsi kognitif dan fungsi adaptif dan tergolong keterbelakangan mental moderat. Karena itu mereka memerlukan intervensi untuk mengatasi keterbatasan mereka sedini mungkin. Intervensi yang ada bertujuan untuk melatih meningkatkan kemampuan dan memyiapkan mereka untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan. Intervensi ini terdiri dari terapi wicara, terapi fisik, terapi perkembangan, pelatihan dengan modifikasi perilaku untuk meningkatkan self care. Kemampuan self care meliputi Iodating, dressing, makan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas backward chaining dalam melatih anak Down syndrome dalam hal self care yaitu memakai baju sendiri. Pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan backward chaining yaitu memecah perilaku memakai baju sendiri yang disusun oleh peneliti dan dilaksanakan oleh subyek penelitian dengan metode backward chaining yaitu pelatihan secara bertahap dengan mengajarkan langkah terakhir berangsur-angsur hingga langkah yang paling awal.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena keberhasilan penelitian ini yang menggunakan modifikasi perilaku-tergantung pada pemilihan teknik dan bagaimana perilaku dapat diukur. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Partisipan pada penelitian ini adalah D, anak laki-laki berusia 11 tahun dengan Down Syndrome.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa backward chaining memiliki efektivitas dalam melatih anak Down Syndrome memakai baju sendiri. Penelitian ini memiliki kekurangan karena peneliti tidak dapat mengontrol sekian banyak variable ekstra karena subyek tinggal di keluarga besar.Selain itu kehadiran ibu sebagai co terapis mempengaruhi performa subyek. Untuk penelitian berikutnya disarankan untuk lebih menciptakan suasana pelatihan yang kondusif dan kerjasama yang optimal dari pihak orangtua (lebih bersabar), dan memperhatikan rancangan mengenai kriteria keberhasilan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Natalia
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Citra Andini
"ABSTRAK
Retardasi mental merupakan gangguan fungsi kognitif yang
mengakibatkan keterbatasan dalam perilaku adaptif dan tampak selama masa
perkembangan (Grossman, dalam Kauffman & Hallahan, 1988). Keterbatasan
yang dimiliki anak dengan retardasi mental membuat mereka tidak dapat
berkembang dengan optimal sehingga perlu mendapatkan penanganan. Intervensi
diberikan untuk melatih kemampuan yang penting dikuasai anak, seperti bantu
diri dan kemampuan sosial (Mash & Wolfe, 2005).
Retardasi mental memiliki 4 kategori berdasarkan skor IQ, yaitu retardasi
mental ringan, retardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi
mental sangat berat. Pelatihan bantu diri pada anak dengan retardasi mental ringan
dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip belajar
(Papalia, Olds & Feldman, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
teknik modifikasi perilaku sangat cocok dan dapat diaplikasikan untuk
mengajarkan anak dengan retardasi mental mengenai keterampilan bantu diri
seperti berpakaian, makan dan kebersihan pribadi (Martin dan Pear, 2003).
Tugas akhir ini bertujuan untuk melatih anak dengan retardasi mental
ringan berusia 4 tahun 1 bulan, untuk memiliki keterampilan bantu diri dalam hal
berpakaian. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan
subjek untuk menggunakan celana dalam sendiri.
Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah
teknik backward chaining. Backward chaining sesuai untuk meningkatkan
keterampilan bantu diri dan seringkali dipakai untuk melatih berpakaian pada
anak dengan retardasi mental (Martin & Pear, 2003). Backward chaining
merupakan prosedur pelatihan yang biasanya digunakan jika subjek memiliki
kemampuan terbatas mengenai suatu perilaku (Miltenberger, 2004). Bukti
keberhasilan dari perilaku yang diajarkan pada langkah awal pelatihan masih tetap
ada sampai pelatihan selesai dilakukan (Kazdin, 1980).
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa setelah menjalani 24 sesi pelatihan
dengan menggunakan teknik backward chaining, subjek dapat menggunakan
celana dalam sendiri tanpa bantuan orang lain."
2007
T38039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Citra Abdini
"Retardasi mental merupakan gangguan fungsi kognitif yang mengakibatkan keterbatasan dalam perilaku adaptif dan tampak selama masa perkembangan (Grossman, dalam Kauflinan & Hallahan, 1988). Keterbatasan yang dimiliki anak dengan retardasi mental membuat mereka tidak dapat berkembang dengan optimal sehingga perlu mendapatkan penanganan. Intervensi diberikan untuk melatih kemampuan yang penting dikuasai anal; seperti bantu diri dan kernarnpuan sosial (Mash & Wolfe, 2005).
Retardasi mental memiliki 4 kategori berdasarkan skor IQ, yaitu retardasi mental ringan, netardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi mental sangat berat. Pelatihan bantu diri pada anak dengan retardasi mental ringan dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip belajar (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa telcnik modifikasi perilaku sangat coook dan dapat diaplikasikan untuk mengajarkan anak dengan retardasi mental mengenai keterampilan bantu diri seperti berpakaian, makan dan kebexsihan pn`badi (Martin dan Pear, 2003).
Tugas akhir ini bertujuan untuk melatih anak dengan retardasi mental ringan bCI'l1Si3 4 tahun I bulan, untuk memiliki kewrampilan bantu diri dalam hal berpakaian. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan subjek untuk menggunakan celana dalam. Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah tclmik backward chainin. Backward chaining sesuai tmtuk meningkatkan keterampilan bantu diri dan seringkali dipakai untuk melatih berpakaian pada anak dengan retardasi mental (Martin & Pear, 2003). Backward chaining merupalcan prosedur pelatihan yang biasanya digunakan jika subjek merniliki kemampuan terbatas mengenai suatu perilalcu (Miltenberger, 2004). Bukti keberhasilan dari pezilaku yang diajarkan pada langkah awal pelatihan masih tetap ada sampai pclatihan selesai dilakukan (Kazdin, 1980).
Hasil pelatihan memmjukkan bahwa setelah menjalani 24 sesi pelatihan dengan menggtmakan teknik backward chaining, subjek dapat mcnggunakan celana dalam sendixi tanpa bantuan orang lain.

Mental retardation is a cognitive function disorder which cause a limitation in adaptive behavior and appears during developmental age (Grossman, in Kauffman & I-Iallahan, 1988). The limitation a mentally retarded child possesses is causing them not to be able to develop themselves optimally. In order to be able to develop optimally, such child needs a special treatment. An intervention can be conducted to train several important skills for the child, such as self help and social sldlls (Mash Se Wolfe, 2005).
Mental retardation is categorized into 4 categories based on IQ scores, i.e. mild, moderate, severe and profound mental retardation. A self help training for children with mild mental retardation can be done by doing behavior modiiication using learning principles (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Researches showed that behavior modification technique is suitable and can be applied to teach child with mental retardation about self help skill, such as dressing, eating, and personal hygiene (Martin & Pear, 2003).
This thesis is written with an objective to train a 4 year-old mild mentally retarded child to possess a self help skill in dressing. Speciticajly, this training is aimed to train the child's ability to put on underwear without other's help. The behavior modification technique which is used to conduct this training is a backward chaining technique. This method is suitable for developing self help skill and often used to teach children with mental retardation to dms properly (Martin & Pear, 2003). Backward chaining itself is a training procedure which often be used when a child has limited ability to do certain things (Miltenberger, 2004). A successfill trained behavior in the early stage of training persists until the whole training process is conducted (Kazdin, 1980).
The final training result shows that after completing 24 training sessions using backward chaining technique, the child is able to wear underwear by her ovm without other's help.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Citra Andini
"ABSTRAK
Retardasi mental merupakan gangguan iimgsi kognitif yang
mengakibatkan keterbatasan dalam perilaku adaptif dan tampak selama masa
perkembangan (Grossman, dalam Kaufiinan & Hallahan, 1988). Keterbatasan
yang dimiliki anak dengan retardasi mental membuat mereka tidak dapat
berkembang dengan optimal sehingga perlu mendapatkan penanganan. Intervensi
dibexikan untuk rnelatih kemampuan yang penting dilcuasai anak, seperti bantu
diri dan kemampuan sosial (Mash & Wolfe, 2005).
Retardasi mental memiliki 4 kategori berdasarkan skor IQ, yaitu retardasi
mental ringan, retardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi
mental sangat berat. Pelatihan bantu diri pada anak dengan retardasi mental ringan
dapat dilalcukan dengan modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip belajar
(Papalia, Olds 8: Feldman, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
teknik modiiikasi perllaku sangat cocok dan dapat diaplikasikan untuk
mengajarkan anak dengan netardasi mental mengenai keterampilan bantu diri
seperti berpakaian, makan dan kebersihan pribadi (Martin dan Pear, 2003).
Tugas akhir ini bertujuan untuk rnelatih anak dengan retardasi mental
ringan berusia 4 tahtm I bulan, untuk memilild keterampilan bantu diri dalam hal
berpakaian. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan
subjek untuk menggunakan oelana dalam sendiri.
Teknik modilikasi perilaku yang digtmakan dalam pelatihan ini adalah
teknik backward chaining. Backward chaining sesuai tmtuk m
keterampilan bantu diri dan seringkali dipakai untuk melatih berpakaian pada
anak dengan retardasi mental (Martin & Pear, 2003). Backward chaining
merupakan prosedur pelatihan yang biasanya digunakan jika subjek memiliki
kemampuan terbatas mengenai suatu perilaku (Miltenbcrger, 2004). Bukti
keberhasilan dari perilaku yang diajarkan pada langkah awal pelatihan masih tetap
ada sampai pelatihan sclesai dilakukan (Kazdin, 1980).
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa setelah menjalani 24 sesi pelatihan
dengan menggunakan teknik backward chaining, subjek dapat menggunakan
celana dalam sendiri tampa bantuan orang lain.

ABSTRACT
Mental retardation is a cognitive tirnction disorder which cause a
limitation in adaptive behavior and appears during developmental age (Grossman,
in Kauflinan & Hallahan, 1988). The limitation a mentally retarded child
possesses is causing them not to be able to develop themselves optimally. In order
to be able to develop optimally, such child needs a special treatment. An
intervention can be conducted to train several important skills for the child, such
as self help and social skills (Mash & Wolfe, 2005).
Mental retardation is categorized into 4 categories based on IQ scores, i.e.
mild, moderate, severe and profound mental retardation. A self help training for
children with mild mental retardation can be done by doing behavior modification
using learning principles (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Researches showed
that behavior modification technique is suitable and can be applied to teach child
with mental retardation about selfhelp skill, such as dressing, eating, and personal
hygiene (Martin & Pear, 2003).
This thesis is written with an objective to train a 4 year-old mild mentally
retarded child to possess a self help skill in dressing. Specifically, this training is
aimed to train the child's ability to put on underwear without others help.
The behavior modilication technique which is used to conduct this
training is a backward chaining technique. This method is suitable for developing
self help skill and ohen used to teach children with mental retardation to dress
properly (Martin & Pear, 2003). Backward chaining itself is a training procedure
which often be used when a child has limited ability to do certain things
(Miltenberger, 2004). A S\.lC06SSfll1 tained behavior in the early stage of training
persists until the whole training process is conducted (Kazdin, 1980).
The final training result shows that after completing 24 training sessions
using backward chaining technique, the child is able to wear underwear by her
own without others help.

"
2007
T34024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anisa Putri
"Skripsi ini mengkaji tentang pengasuhan anak down syndrome dalam keluarga Jawa dalam upaya dadi wong di masa depan. Dadi wong merupakan konsep kesuksesan yang bersifat totalitas tetapi lentur dan dapat disesuaikan dengan kemampuan maksimal setiap individu. Keterlambatan fisik dan mental yang dimiliki oleh anak down syndrome tidak mematahkan semangat orangtua untuk menjadikan anaknya dadi wong dengan melakukan pelbagai strategi penyesuaian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data melalui pengamatan dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data life history dari keluarga yang memiliki anak down syndrome. Data ini diharapkan dapat menjelaskan cara pengasuhan anak down syndrome dalam keluarga Jawa di Jakarta yang tetap mengupayakan dadi wong di masa depan.

This thesis examines the down syndrome child rearing in the Javanese family who strive to be dadi wong in the future. Dadi wong is a concept of success that is totality but flexible and adjustable according to the maximum ability of each individual. The physical and mental retardation of down syndrome children does not discourage parents to make their children to be dadi wong by performing various adjustment. This thesis used a qualitative approach. Data collected by observation and in depth interview method from families who have down syndrome children. This data is expected to explain how to rear down syndrome children from Javanese family who live in Jakarta and seeking dadi wong in the future."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Afriana Legita
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S7677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vida Handayani
"Mempelajari keterampilan dalam area bantu diri seperti keterampilan berpakaian mempakan hal yang penting bagi anak yang mengaiami keterbelakangan mental, tcmtama jika keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan usia kronologisnya (Lent, 1975; Westling & Murden, |977 dalam Westling & Fox, 2000). Dengan keterbatasan limgsi inteligensi yang dimiliki maka dibutuhkan suatu cara untuk meningkatkan keterampilan berpakaian yang dirniliki agar anak dapat semakin mandiri dan mengurangi ketcrganlungan akan bantuan dari orang lain pada area bantu diri yang dimiliki.
Selama empat dekade terakhir, banyak penelitian yang menunjukkan kesuksesan pengaplikasian behavioral techniques untuk mclatih individu yang mengalami keterbelakangan mental. Secara spesitik, penggunaan tcknik fora! task presentation chaining dalam moditikasi perilaku dapat memaksimalkan kemandirian yang dimiliki anak sedari awal pelatihan, terutamajika bebcrapa tahapan merupakan hal yang familiar bagi anak (Martin & Pear, 2003). Melalui teknik rcilal laskpresenralion chaining anak mencoba keseluruhan rangkaian mulai dari awal sampai akhir rangkaian pada setiap percobaan yang dilakukan dan tems melakukannya sampai setiap langkah yang ada dikuasai.
Penggunaan teknik total task presentaiion chaining dalam tugas akhir ini bertujuan meningkatkan keterampilan berpakaian anak Iaki-laki usia 4 tahun 11 bulan yang mengalami keterbalakangan mental ringan. Hasil dari program modifikasi perilaku ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam kctcrampilan berpakaian yang dimiliki anak. Anak mampu untuk bemakaian, yaitu mcngenakan I-shin dan oclana berelastis hanya menggunakan verbal prompx saja.

Leaming self-help skills like dressing is considered to be important for child with mental retardation, especially if the child have not acquired the skills to a degree that correspond to his chronological age (Lent, 1975; Westling & Morden, 1977 in Westling & Fox, 2000). With limitations in his cognitive functioning, special procedures must be applied so that his dressing skills can be enhance, and reducing the amount of assistance from others.
For the last four decades, many studies showed the success of applying behavioral techniques to teach child with metal retardation. Specifically, the used of total task presentation chaining in behavior modification can maximize child's independence early in training, especially if some steps are already familiar to child (Martin & Pear, 2003). With this technique, child attemps all the steps from the beginning to the end ofthe chain on each trial until all steps are mastered.
The purpose of using total task presentation chaining in this final assignment is enhancing dressing skills in a boy with mild mental retardation age 4 years l I months. This program showed improvement in child's dressing skills. The child can wear t-shirt and pants using verbal prompt only.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vida Handayani
"ABSTRAK
Mempelajari keterampilan dalam area bantu diri seperti keterampilan berpakaian
merupakan hal yang penting bagi anak yang mengalami keterbelakangan mental,
terutama jika keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan usia
kronologisnya (Lent, 1975; Westling & Murden, 1977 dalam Westling & Fox,
2000). Dengan keterbatasan fungsi inteligensi yang dimiliki maka dibutuhkan
suatu cara untuk meningkatkan keterampilan berpakaian yang dimiliki agar anak
dapat semakin mandiri dan mengurangi ketergantungan akan bantuan dari orang
lain pada area bantu diri yang dimiliki.
Selama empat dekade terakhir, banyak penelitian yang menunjukkan
kesuksesan pengaplikasian behavioral techniques untuk melatih individu yang
mengalami keterbelakangan mental. Secara spesifik, penggunaan teknik total task
presentation chaining dalam modifikasi perilaku dapat memaksimalkan
kemandirian yang dimiliki anak sedari awal pelatihan, terutama jika beberapa
tahapan merupakan hal yang familiar bagi anak (Martin & Pear, 2003). Melalui
teknik total task presentation chaining anak mencoba keseluruhan rangkaian
mulai dari awal sampai akhir rangkaian pada setiap percobaan yang dilakukan dan
terus melakukannya sampai setiap langkah yang ada dikuasai.
Penggunaan teknik total task presentation chaining dalam tugas akhir ini
bertujuan meningkatkan keterampilan berpakaian anak laki-laki usia 4 tahun 11
bulan yang mengalami keterbalakangan mental ringan. Hasil dari program
modifikasi perilaku ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam keterampilan
berpakaian yang dimiliki anak. Anak mampu untuk berpakaian, yaitu mengenakan
t-shirt dan celana berelastis hanya menggunakan verbal prompt saja."
2007
T37814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kumalasari
"[ABSTRAK
Keterbatasan kognitif dan bahasa yang dialami penyandang Down syndrome membuat kemampuan personal safety menjadi isu yang penting dalam kaitannya dengan seksualitas remaja Down syndrome (Van Dyke, McBrien & Sherbondy,1995). Penelitian ini ditujukan untuk
membuktikan apakah program Behavioral Skills Training efektif meningkatkan kemampuan personal safety pada remaja penyandang Down syndrome dengan taraf tuna grahita ringan. Kemampuan personal safety yang ditingkatkan adalah kemampuan mengenali kewajaran sentuhan dan empat kemampuan perlindungan diri yang terdiri dari kemampuan menolak, kemampuan menjauhkan diri, kemampuan memberi tahu orang lain dan kemampuan melaporkan
situasi sentuhan tidak wajar yang dialaminya. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain subjek tunggal pada remaja Down syndrome dengan taraf tuna grahita ringan. Program diberikan selama tiga hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program BST efektif meningkatkan
kemampuan personal safety subjek dengan capaian 97% dari skor maksimum. Subjek dapat menguasai kemampuan mengenali sentuhan wajar dan tidak wajar, kemampuan menolak, kemampuan menjauhkan diri dan memberi tahu orang lain sebesar 100%. Pada kemampuan
melaporkan, subjek mencapai tingkat penguasaan sebesar 83%. Untuk meningkatkan efektivitas program, dapat dilakukan in situ training, pemberian training for trainers bagi instruktur program, dan penguatan setelah program intervensi selesai.

ABSTRACT
Cognitive and language developmental limitations have made personal safety became an
important sexuality issue for adolescent with Down syndrome (Van Dyke, McBrien & Sherbondy, 1995). The aim of the research was to examine the effectiveness of Behavioral Skills Training program in improving personal safety skills for Down syndrome adolescent with mild intellectual disability. Personal safety defined as an ability to recognize touch appropriateness and four self-protective skills, consisting of refusing; resisting; telling others and reporting about
inappropriate touch she/he experiences. The single subject design was administered in three days. The results show that the program effectively improved subject?s personal safety skills by reaching 97 % of maximum score. Subject was able to master the skills of recognizing, refusing, resisting dan telling others by 100%. On the reporting skill, subject reached mastery level by 83%. To improve the effectiveness of the program, in situ training, training for trainers for instructors program, and providing reinforcement are suggested.;Cognitive and language developmental limitations have made personal safety became an
important sexuality issue for adolescent with Down syndrome (Van Dyke, McBrien &
Sherbondy, 1995). The aim of the research was to examine the effectiveness of Behavioral Skills
Training program in improving personal safety skills for Down syndrome adolescent with mild
intellectual disability. Personal safety defined as an ability to recognize touch appropriateness
and four self-protective skills, consisting of refusing; resisting; telling others and reporting about
inappropriate touch she/he experiences. The single subject design was administered in three
days. The results show that the program effectively improved subject?s personal safety skills by
reaching 97 % of maximum score. Subject was able to master the skills of recognizing, refusing,
resisting dan telling others by 100%. On the reporting skill, subject reached mastery level by
83%. To improve the effectiveness of the program, in situ training, training for trainers for
instructors program, and providing reinforcement are suggested., Cognitive and language developmental limitations have made personal safety became an
important sexuality issue for adolescent with Down syndrome (Van Dyke, McBrien &
Sherbondy, 1995). The aim of the research was to examine the effectiveness of Behavioral Skills
Training program in improving personal safety skills for Down syndrome adolescent with mild
intellectual disability. Personal safety defined as an ability to recognize touch appropriateness
and four self-protective skills, consisting of refusing; resisting; telling others and reporting about
inappropriate touch she/he experiences. The single subject design was administered in three
days. The results show that the program effectively improved subject’s personal safety skills by
reaching 97 % of maximum score. Subject was able to master the skills of recognizing, refusing,
resisting dan telling others by 100%. On the reporting skill, subject reached mastery level by
83%. To improve the effectiveness of the program, in situ training, training for trainers for
instructors program, and providing reinforcement are suggested.]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>