Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102518 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Latif
"ABSTRAK
Kepadatan penduduk biasanya menciptakan sejumlah masalah, struktur penduduk kualitas penduduk antara lain masalah sosial, ekonomi, infra struktur kota dan lingkungan hidup. Semakin padat senakin menimbulkan masalah tersendiri baik kualitas enduduk maupun persebarannya. Persebaran yang tidak merata terkonsentrasi di Kotamadya Medan, mengakibatkan daerah perkotaan menjadi padat timbui daerah kumuh fburuk), Luas pemukiman kumuh di Medan 4.l94,07 Ha.
Pemukiman kumuh di Medan agaknya berbeda dengan kota-kota lain seperta. Jakarta, penduduk daerah kumuh Jakarta tinggal di Daerah Gubuk Liar (DGL) dan Daerah Belum Tertata (DBT), itu artinya penduduk nenggnrnp tanah bukan miliknya. Sementara di Medan khususnya penduduk pemukiman kumuh Tegal Sari I umumnya adalah pemilik tanah dan rumah yang mereka diami.
Masalah yang dihadapi penduduk pemukinan kumuh pada daerah Penelitian ada1ah.a) Penduduk yang bermukim di daaerah kumuh tercemar oleh limbah rumahtangga, kotoran , sampah dan bau b) Penduduk daérah kunuh banyak menggunakan air sumur sebagai air minum, c) Lingkungan kumuh dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas aif sumur.Penyakit-penyakit yang berhubungan kiman kumuh yang tidak terorganisir. Penyakit-penyakit yang banyak diderita penduduk umumnya adalah penyakit Yang berhubungan dengan air, udara dan kotoran. Berdasarkan hasil analisis risiko relatif diketahui: a) penyakit infeksi kulit, 0,69 kali lebih besar di lingkungan kumuh 8 dibandingkan dengan lingkungan baik 6, b) Penyakit ISPA 1,09 kali lebih besar di lingkungan kumuh 8 dibandingkan dengan lingkungan baik 6, c) Penyakit demam tifus 1,16 kali lebih besar di lingkungan B dibandingkan lingkungan baik 6, d) Penvakit diare 1,15 kali lebih besar di lingkungan 8 dibandingkan dengan lingkungan baik 6.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah rumahtangga, sampah, jamban dan air sumur terhadap kesehatan penduduk. Berdasarkan hasil pengamatan dan telaah pustaka yang berkaitan dengan air, pencenaran limbah rumah tangga udara dan kotoran pada daerah kumuh dapatlah disusun
hipotesis sebagai berikut :
1. Air limbah rumahtangga, jamban dan tempat pembuangan sampah yang tidak terorganisir dengan baik mempengaruhi kesehatan penduduk;
2. Sistem saluran linbah rumahtangga, tangki septik/peresapan dan tempat pembuangan sampah yang tidak diorganisir dengan baik mempengaruhi kualitas air sumur penduduk.

Population density usually creates several problems, such as social, economic, urban infra structure and environment. Increasing population density cause problems, population quality and its distribution. Unevenly
distributed population which is concentrated in municipality of Medan caused a densely populated area in the urban, a slum environment. The slum environment in Medan covers 4,194.07 Ha.
The slum environment in Medan is a bit different from those of in other city such as Jakarta. The Jakarta's people of slum environment live in
illegal area (DSL) and unmanaged area (DHT), which means that they cultivate land which is not belong to them. Meanwhile, in Medan, especially people in Tegal Sari I slum environment are owners of their land and houses.
Problems faced by people of the slum environment associated people in slum environment related to garbage, excreta, and domestic sewage, b) Many people in slum environment, used the wells water as drink water, c) It is regarded that the slum environment could influent the health condition of the people and the well's water quality. Usually water and air borne diseases that polluted by excretes, diseases suffered by the population are "related to water, air, and excreta, Based on the result relative risk analysis: a) skin infection diseases. which is 0.69 times larger in slum environment 8 than environment 6. b) Acute respiratory tract infection (ISPA) is 1.09 times larger in slum environment B than environment 6. c) Typhoid fever 1.16 times larger in slum environment B than environment 6. d)Diarrhea is 1.15 times than in slum environment B than environment 6.
The objective of this research is to identify the influence of domestic waste, garbage, closet, and wells toward the people's health. Based on the result of observation and bibliography research concerned with the water related deseases, air pollution and excreta in the slum environment, the following hyphotesis is proposed: 1. Unorganized domestic waste, closet and garbage disposal influence the population health; 2. Unorganized domestic sewage system, septic tank and garbage disposal influence the
quality of water and wells water."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Febriyanti
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang pelaksanaan tugas-tugas organisasi lokal menurut Milton J. Esman dan Norman T. Uphoff dalam mewujudkan kesinambungan pasca proyek (studi kasus pada Badan Pengelola Sarana Situdaun proyek Second Water Sanitation for Low Income Communities (WSLIC-2) di desa Situdaun Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Proyek WSLIC-2 merupakan proyek pengadaan sarana air bersih dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah, sedangkan tujuan proyek tersebut adalah meningkatkan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan. Kesinambungan ini diartikan sebagai suatu keadaan dimana para pengguna sarana air bersih menjaga sarana tetap berfungsi dan memenuhi tingkat kepuasannya secara terus-menerus.
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif karena bertujuan menggambarkan pelaksanaan tugas-tugas Badan Pengelola Sarana Situdaun (BPSS) dalam mewujudkan kesinambungan pasca proyek, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas tersebut. Informan dalam penelitian ini terdiri dari pengurus BPSS, tokoh masyarakat desa Situdaun, anggota masyarakat desa Situdaun dan Tim Fasilitator Masyarakat (TFM) proyek WSLIC-2. Penggambaran pelaksanaan tugas-tugas organisasi lokal disini menurut Esman dan Uphoff yaitu tugas-tugas dalam organisasi antara lain perencanaan tujuan dan manajemen konflik, tugas-tugas sumberdaya antara lain mobilisasi sumberdaya dan manajemen sumberdaya, tugas-tugas pelayanan dan tugas-tugas di luar organisasi.
Hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa BPSS mampu mewujudkan kesinambungan pasca proyek, dimana hal ini dapat dibuktikan dengan mampunya mereka melaksanakan tugas-tugas sebagai organisasi lokal. Kesinambungan pasca proyek yang diwujudkan BPSS dapat ditunjukkan mulai dari kemampuan pelaksanaan tugas-tugas di dalam organisasi BPSS sendiri yakni melaksanakan perencanaan dan penentuan tujuan yang dituangkan di dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang telah disepakati oleh masyarakat Desa Situdaun dan kemampuan mencegah konflik di intern organisasi dan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24640
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhidayat Nugroho
"ABSTRAK
Perkembangan kota di Jakarta semakin lama semakin tidak terkendali. Penduduk yang semakin padat menyebabkan kebutuhan rumah tinggal semakin meningkat. Hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan tanah untuk membangun unit hunian sehingga menyebabkan permasalahan perkotaan seperti munculnya permukiman kumuh, permukiman kampung kota dan perkembangan kota yang tidak sesuai masterplan kota. Pemerintah dan pakar perkotaan mempunyai solusi mengatasi masalah perkotaan tersebut dengan cara membangun bangunan vertikal dalam bentuk rumah susun dan kampung vertikal. Skripsi ini membahas apakah kampung vertikal dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan perkotaan di Jakarta terutama dalam konteks relokasi kampung kota. Hasil observasi didapatkan bahwa kampung vertikal dapat dijadikan alternatif relokasi kampung kota jika pemerintah memperhatikan aspek arsitektural dan non-arsitektural dalam perancangan kampung vertikal secara seimbang dan beriringan.

ABSTRAK
The development of the city in Jakarta was increasingly uncontrollable. The population which is progressively crowded lead to an increasing needs of residential houses. It is not commensurate with the availability of land to build residential units, so that causing urban problems, such as the appearance of slums, kampung kota settlement, and the development of the city that do not appropriate with the masterplan of the city. The government and the urban experts have a solution to overcome this problems by constructing urban vertical building in the forms of flats and vertical kampong. This study aims to discuss whether vertical kampong can be an alternative solution to exceed urban problems in Jakarta, especially in the context of the relocation of the kampung kota. The observation result shows that vertical kampong relocation can be an alternative if the government notices the architectural and non-architectural aspects in design of a vertical kampong in balance and concomitantly.
"
2016
S64183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagong Setyo Nugroho
"Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang terjadi selama ini berkaitan erat dengan tingkat pertambahan penduduk dan pola penyebarannya yang kurang seimbang dibandingkan dengan penggunaan sumberdaya alam serta daya dukung lingkungan yang tersedia. Disamping itu kerusakan tersebut juga merupakan akibat dari pengaturan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang belum memadai. Akibat dari kondisi tersebut menyebabkan di beberapa daerah kerusakan lingkungan telah menjadi sedemikian parah dan rawan (kritis).
Di daerah lingkungan permukiman masalah utama yang masih tetap merupakan hal yang belum terpecahkan adalah masalah limbah. Bahan limbah, baik padat maupun cair yang dihasilkan belum dapat sepenuhnya ditangani dengan baik, karena masih menghadapi beberapa kendala, terutama dalam hal pengumpulan dan pengelolaan limbah serta dalam mendapatkan tempat buangan akhir yang baik. Sampai saat ini cara pembuangan limbah masih ada yang dibuang langsung ke sungai, ke got atau ke dalam lapisan bumi yang lebih dalam, di mana cara pembuangan yang demikian itu akan membahayakan kelangsungan kehidupan dunia.
Angle (dalam Murray and Lappin, 1967), mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang dalam kegiatan di lingkungannya, ialah: usia, pekerjaan, penghasilan, pendidikan, dan lama tinggal di suatu tempat. Dalam uraiannya diterangkan bahwa individu dengan usia menengah keatas cenderung untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang ada di lingkungannya. Keaktifan dalam berpartisipasi ini merupakan implementasi pengetahuan yang diperoleh dari informasi atau pengalaman dalam kehidupannya, yang kemudian diistilahkan menjadi pemahaman. Dipakainya istilah pemahaman dalam penelitian Pemahaman Masyarakat di Bantaran Sungai Ciliwung tentang Sanitasi Lingkungan, karena dalam penelitian literatur yang ditemukan istilah pemahaman mengandung makna "mengerti dan slap melaksanakan". Artinya apabila seseorang telah memahami suatu masalah, berarti dia sudah mengerti dan siap melaksanakan pengertian tersebut. Jadi dengan penelusuran terhadap pemahaman masyarakat tentang sanitasi lingkungan dapat kita lihat tingkat keikutsertaan masyarakat di dalam pengelolaan lingkungannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat di bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi lingkungannya, dan mengidentifikasi sarana sanitasi lingkungan yang ada di daerah penelitian tersebut. Sedangkan hasilnya diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan peningkatan pemahaman sanitasi lingkungan di masyarakat dalam pengelolaan lingkungan terutama untuk daerah bantaran sungai Ciliwung, sehingga normalisasi fungsi sungai Ciliwung dapat dilaksanakan.
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa tingkat pemahaman masyarakat di bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi lingkungan akan mempengaruhi kondisi sanitasi lingkungannya, dan pemahaman masyarakat di bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi Iingkungan dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan lamanya tinggal di tempat tersebut.
Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif, sedangkan teknik korelasi dipergunakan untuk mencari hubungan antar variabel serta menggunakan analisis korelasi regresi berganda dan uji statistik. Data primer diperoleh dengan cars wawancara terstruktur melaui kuesioner dan wawancara mendalam. Pengambilan sampel secara purposif, mengingat populasi yang ada dalam kondisi homogen. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kelurahan, kecamatan, atau instansi yang terkait.
Sedangkan hasil penelitian ditinjau dari kondisi daerah penelitian secara umum, kondisi sosial ekonomi responden, dari hasil penelitian serta pembahasan yang difokuskan pada masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat bantaran sungai Ciliwung tentang sanitasi lingkungan ditinjau dari pemahamannya terhadap air bersih, pengelolaan air limbah, dan pengelolaan sampah; dapat ditarik kesimpulan bahwa: sarana sanitasi lingkungan yang teridentifikasikan berupa air bersih ketersediaannya sudah cukup memadai ditinjau dari pengertian air bersih yang berlaku di masyarakat bantaran sungai Ciliwung, di mana air bersih yang dimaksud adalah hanya air yang digunakan untuk memasak dan minum; karena kebanyakan masyarakat telah memiliki sumur pompa atau berlangganan dengan PDAM. Tetapi apabila air bersih yang dimaksud termasuk air untuk mencuci dan mandi, yang masih bertumpu kepada keberadaan air sungai, maka ketersediaan sanitasi lingkungan berupa air bersih masih kurang mencukupi.
Kondisi saluran drainase sebagai sarana pembuangan air limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga yang ada di daerah penelitian, secara umum baik dan memenuhi syarat teknis serta memenuhi syarat bangunan; tetapi kondisi peruntukan dan perawatan saluran drainase sebagai sarana pengaliran air limbah kurang baik, terbukti dengan adanya air limbah rumah tangga yang menggenang (ngembeng), banyak terdapat sampan, terdapat timbunan tanah bekas sisa pembangunan, dan menimbulkan bau yang kurang sedap. Juga dijumpai saluran drainase tertutup oleh berbagai penggunaan seperti teras rumah, tempat mencuci, tempat meletakkan gerobak, tempat duduk, tempat memelihara ayam dan keperluan lain dalam kehidupan rumah tangga.
Tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) keberadaannya relatif sangat jauh, yaitu berada di Jalan Jatinegara Barat, di dekat rel kereta api yang berbatasan dengan kelurahan Kebon Manggis, dan di pasar dekat kantor kelurahan, sehingga mereka memanfaatkan sungai dan badan sungai sebagai sarana pembuangan sampak Secara umum masyarakat membuang sampah langsung ke sungai Ciliwung dengan cara membungkus dengan plastik, di mana hal ini dilakukan untuk memudahkan pengangkatan sampah di pintu air Manggarai yang dianggapnya sebagai TPSS.
Pemahaman masyarakat bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi lingkungan berada pada tingkatan sedang. Tingkatan jelek/buruk dalam hasil pembahasan ini tidak muncul. Tingkatan tinggi dalam pengetahuan, perilaku atau pemahaman berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan yaitu apabila minimal 60% responden memiliki kategori tinggi.
Pemahaman masyarakat bantaran sungai Ciliwung kelurahan Kampung Melayu tentang sanitasi lingkungan dipengaruhi secara nyata oleh jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya tinggal di lokasi, sedangkan usia dan pendapatan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (non signifikan). Ketidaknyataan yang terjadi sebagai akibat adanya keterbatasan yang merupakan kendala terhadap pemahaman masyarakat, seperti padatnya permukiman, tingginya jumlah penduduk dengan segala sikap dan tabiatnya, atau sempitnya lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan yang terkait dengan peningkatan sanitasi lingkungan.
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sanitasi lingkungan, disarankan peningkatan operasional aparat pemerintah ataupun lembaga struktural seperti aparat Kelurahan, RW, RT dan dapat menggunakan kelompok organisasi LSM yang sudah ada dimasyarakat, serta organisasi keagamaan; memasyarakatkan penggunaan MCK - umum, dengan pemeliharaan dan perawatan secara swa kelola dengan cara memberikan penjadwalan perawatan yang sifatnya wajib sesuai dengan musyawarah yang disepakati, pengguna MCK tidak harus membayar setiap kali memakai, tetapi dengan kompensasi wajib ikut menjaga dan merawat sesuai jadwalnya; disediakannya tempat pembuangan sampah di "sungai" dan pemrogramam secara "bottom up" pada proyek-proyek bantuan yang akan diberikan.

Ciliwung Community Understanding on Environmental Sanitation (Case study in kelurahan Kampung Melayu Jakarta. Timur)The damage incurred on natural resources and environment which is happening at present has close relationship with the increase of population and its dissemination pattern that is imbalance compared with the use of natural resources and environmental support provided. Beside that, the damage was also as the result of in-appropriate management of natural resources and environmental. The result of that condition makes the environment damages in some areas are so badly and critical.
In the living environment, the main problem which has not yet been solved is the solid waste problem. The waste, both solid and liquid resulted have not yet been fully handled seriously because of some constrains mainly in the form of waste collective, handling, and finding the appropriate places to dispose them. Up to the present, some people dispose of domestic waste into rivers, sea, or buried them in the deep hole in the land. All of those methods will threaten the survival of living creature in the world.
Angle (in Murray and Lappin, 1967), stated that several factors which influence people's participation toward environmental activities are: age, occupation, income, level of education, and duration of stay that locality.
In his further explanation, Angle mentioned that middle age persons and over tend to participate actively in every activity in their surroundings. This active participation is as an implementation of knowledge received from information or experience in their life which is later on called "understanding". The reason why the understanding is used in this research on Ciliwung Community Understanding Watershed on Environmental Sanitation, because in the literature's study, "Understanding", means "understand and ready to implement". It means that if somebody has an understanding about something, it means that he or she has already understood and ready to implement what he/she has already understood. So research toward community understanding on environmental sanitation can be seen from the level of their participation in the environmental management.
The goal of this research is to know the level of community understanding who live in the Ciliwung watershed of lain, kelurahan Kampung Melayu on environmental sanitation, and to identify the level of understanding toward environmental sanitation in the research area The results obtained, will be, it is hoped, useful as a consideration in the policy and program formulation of understanding improvement on community sanitation in the environmental management especially in the Ciliwung watershed area, so that normalization of the function of the Ciliwung river can be realized.
The hypothesis of this research is Ciliwung watershed community in kelurahan Kampung Melayu on environmental sanitation is affected by age, level of education, gender, level of income, and duration of living in that area. All of those mentioned above will influence the condition of environmental sanitation.
The technical analysis used in this research is descriptive and correlation is used to find out the correlation among variables, and statistical analysis is also used The data taken are primary and secondary data. Primary data are obtained through structural interview The sample is taken purposively, because the population is homogeneous. The secondary data are obtained from the kelurahan, sub-district office, and related institutions.
Based on the over all research results, the general condition of the research area such as social-economic condition of respondents, and research result and discussion which is focused on knowledge and behavioral problems of community in the Ciliwung watershed on environmental sanitation if it is looked from its understanding towards clean water, waste water management, and waste management, it can be concluded that: environmental sanitation equipment which can be identified such as clean water provided is appropriate, because most of the community have had their own water pump or clean water from Government Water Supply Center (PDAM). But if it is seen from the meaning of clean water that exist in the community of the Ciliwung river's flood plain, where the clean is meant the only water for cooking and drinking purposes, and the water for washing and having shower are still depending on the water of a river. So, the provideness of environmental sanitation on clean water, it is felt has not enough yet.
The drainage condition as a tool for disposal of waste water produced by housing in the research area, in general is good and fulfilled the technical and construction criteria. But in terms of allocation and maintenance of drainage channel is improper This is shown by the presented of blocked waste water from community houses, a lot of trash and a mound of soil come from renovated houses, and putrid odor. If we look into further, we will find out that in some areas, canals are covered by terraces, washing places, parking car, public meeting places, chicken coops and other purposes of community daily life.
The temporary waste disposal location (TPSS) is relatively far from the community houses. It is located at Jatinegara Barat Street (Jalan Jatinegara Barat), next to the railway which is in the border of Kebon Manggis sub-sub district area (kelurahan Kebon Manggis), and at the traditional market next to sub-sub district office (kantor kelurahan), so the community use river as a place to throw their house waste. Generally, the community, before throwing their house trash, they wrap up their trash with a plastic's bag. They pack their trash in order to simplicity in lifting them when its arrive to the Manggarai water gate that is considered by community as a TPSS.
The understanding of kelurahan Kampung Melayu's community on environmental sanitation is at the medium level. The lowest level of understanding has not come out in this discussion. It means that if other communities have already understood at the high level category even though, they are very few, it is considered that they are at medium level of understanding.
The high level in knowledge, behavior or understanding, based on the pre-determined decision that if 60% of the respondents are at the high level category, then in general the level is high.
The understanding of the community of the Ciliwung river's flood plain on environmental sanitation is influenced obviously by gender, education, the duration of stay at the location, nevertheless, age and income showed an insignificant influence (non significant). This is due to the various limitations, and it is considered as constraints toward community understanding, for example, the dense population area or the limitation of land space to conduct activities related to environmental sanitation development.
To improve community understanding on environmental sanitation, it is suggested to improve the operation of government personnel or structural institutions such as personnel of kelurahan, RW, RT and to encourage the existing NGOs to use the existing organizational group especially religious organizations; socialization of using public facilities (MCK) the preservation and maintenance of which are carried out by the community themself based on the agreed regulation such as self-help. Through these efforts, it is hoped that by using the MCK the community do not have to pay; and bottom-up program upon the project-aid given.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurcholis Al-Anwary
"Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Tetapi di sisi lain rumah juga dapat menjadikan sumber penularan penyakit jika kondisi sanitasi dan lingkungannya diperlakukan secara tidak higienis. Desa Pongangan Gresik merupakan salah satu desa yang mendapatkan paket binaan Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman melalui program magang siswa Sekolah Perawat Kesehatan Gresik tahun 1995/1996 sampai 1998/1999. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif terhadap penerapan paket program binaan Penyehatan Lingkungan Pemukiman tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap perubahan perilaku masyarakat dalam mengkondisikan sanitasi perumahannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan perilaku sanitasi perumahan di antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi paket binaan program Penyehatan Lingkungan Pemukiman, mengetahui skor perilaku sanitasi pada KK-Binaan lebih baik daripada skor perilaku sanitasi pada KK-Kontrol, serta untuk mengetahui faktor karakteristik (pendidikan, umur, pengetahuan,tanggungan keluarga, penghasilan, dan status kepemilikan rumah) yang paling dominan pengaruhnya terhadap peningkatan perilaku sanitasi perumahan di Desa Pongangan Gresik.
Disain penelitian ini adalah Kuasi Eksperimental (Non Randomized Pretest-Posttest Control Group Design) dengan pengumpulan data dilakukan melalui survei serta pengamatan langsung terhadap out come perilaku sanitasi pada masing-masing responden. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang kepala keluarga binaan dan 50 orang kepala keluarga kontrol.
Hasil penelitian pada analisis Bivariat menunjukkan ada peningkatan perilaku sanitasi yang bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi binaan program PLP. Dalam analisis ini juga diketahui perilaku sanitasi KK-Binaan lebih baik daripada perilaku sanitasi pada KK-Kontrol.
Pada analisis Multivariat diketahui, bahwa karakteristik yang paling dominan mempengaruhi perilaku KK-Binaan adalah tingkat pengetahuan dengan (p-value = 0,015) dan koefisien korelasi 0,341 sementara pada KK-Kontrol adalah tingkat penghasilan dengan (p-value = 0,023) dan koefisien korelasi 0,321. Untuk mengembangkan model penerapan paket binaan program PLP ini selanjutnya disarankan agar dilakukan pembinaan yang lebih intensif dari institusi terkait dengan melibatkan peran-serta masyarakat untuk membiasakan dan melembagakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui wadah organisasi Desa seperti PKK, Dasa Wisma dan kegiatan Getok Tular dengan group leader pada KK-Binaan. Demikian sehingga diperoleh hasil pembangunan yang efektif dan efisien bagi masyarakat.

The Impact of Implementation Program Promotion Package on Living Environment Improvement Towards Improving Living Sanitation Behavior at The Village of Pongangan Gresik, 2001Home is one of the main needs of human being, besides cloth and food, but in other side home is also become source to communicating the disease, if the condition of its sanitation and environment applied unhygenicly. The village of Pongangan, Gresik was one the villages that having package on living environment improvement through job training program of students Health Nursing School, Gresik in 1995/1996 to 1998/1999. Toidentify there is a positive impact to the application of that program, it should be conducted a study on community behavior change in conditioning its living sanitation.
The objective of this study was to determine the improvement of behavior living sanitation before and after conducting intervention of the program, to know the score of sanitation behavior to KK-Program and KK-Control. It also to know the characteristic factors (education, age, knowledge, family responsibility, income and the status of house ownership) that the most dominant has impact to the improvement of living sanitation behavior at the village of Pongangan, Gresik.
The design of this study used Non Randomized Pretest-Posttest Control Group. The data was collected through survey and direct observation to out come sanitation behavior to each respondent. The sample of this study is 50 families head program and 50 families head control.
The result of this study showed that on multivariate analysis there was the most dominant characteristic that influence to behavior of family head program is the education level with p-value = 0,015 and correlation coefficient 0,341. While on family head control was income level with p-value = 0,023 and correlation coefficient 0,321. To develop the implementation model, it is recommended to do promoting intensively of related institution by involving the Community Health Education. In generating and socializing the health and clean living behavior through village organization such as Family Life Education (PKK), Dasa Wisma and Getok Tular activities with leader group on family head program. So it can be obtained the result of building effectively and efficiently to community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Putri Sortaria Permata
"Kondisi permukiman dan perumahan masih menjadi masalah yang pelik bagi kota besar seperti Jakarta. Persentase rumah sehat di DKI Jakarta masih tergolong rendah yaitu 31,28%. Karakteristik rumah tangga seperti sumber air bersih, fasilitas sanitasi, dan pengelolaan air limbah sangat penting terhadap kesehatan anggota keluarga. Salah satu tujuan dari Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan cakupan keluarga yang mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi lingkungan, tercapainya permukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan, termasuk penanganan daerah kumuh yang biasanya terdapat di lokasilokasi yang tidak diperuntukan bagi permukiman, seperti bantaran sungai, pinggir rel kereta api, dan lainnya. Penyakit berbasis lingkungan seperti diare, ISPA, DBD, masih menjadi masalah utama pada sebagian besar wilayah permukiman di Jakarta. Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk melihat pengaruh kondisi fisik rumah, sarana sanitasi dasar, dan lokasi permukiman terhadap riwayat penyakit berbasis lingkungan di Kelurahan Bidara Cina. Kelurahan Bidara Cina merupakan salah satu kelurahan di Jakarta yang berbatasan langsung dengan sungai Ciliwung sehingga memiliki permukiman di sepanjang bantaran sungai tersebut.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa hasil wawancara dan observasi lapangan baseline survey Integrated Community Based Risk Reduction on Climate Change (ICBRR-CC) Palang Merah Indonesia. Disain studi yang digunakan adalah potong lintang atau cross sectional, dengan uji chi square untuk melihat hubungan antar variabel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 300 sampel, yang merupakan responden baseline survey tersebut.
Hasil yang didapatkan adalah adanya hubungan antara tingkat risiko lokasi permukiman dengan riwayat penyakit berbasis lingkungan (OR=10.3). Adanya hubungan antara jenis ventilasi (OR=2.7), kondisi halaman (OR=3.02), jenis jamban (OR=2.82), kepemilikan SPAL (OR=2.38), Jenis SPAL (OR=5.06), dan pola pembuangan sampah (OR=1.9) dengan riwayat penyakit berbasis lingkungan. Terdapat perbedaan jenis lantai, kualitas fisik air bersih, jenis jamban, dan jenis SPAL antara permukiman risiko tinggi dengan permukiman risiko rendah. Pada permukiman risiko tinggi, dari 12 variabel yang diuji, hasil yang signifikan hanya didapatkan antara jenis ventilasi dengan riwayat penyakit berbasis lingkungan (OR=3.20). Hal ini disebabkan karena tingginya persentase riwayat penyakit berbasis lingkungan baik pada responden dengan kondisi fisik dan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada permukiman risiko rendah, terdapat hubungan antara tipe bangunan (OR=2.5), jenis lantai (OR=3.27), jenis ventilasi (OR=5.53), kondisi halaman (OR=7.26), jenis jamban (OR=3.43), kepemilikan SPAL (OR=4.04), dan pola pembuangan sampah (OR=2.72). Pihak-pihak terkait seperti sektor kesehatan, LSM, lembaga-lembaga kemanusiaan, dan pemerintah daerah perlu bekerja sama untuk mengupayakan peningkatan sanitasi dasar seperti jamban keluarga, SPAL, dan pengadaan tempat sampah yang saniter, serta perbaikan kondisi fisik rumah. Penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat juga penting dilakukan. Upayaupaya tersebut berfungsi untuk meningkatkan kapasitas dari masyarakat itu sendiri terhadap ancaman penyakit berbasis lingkungan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Ilafa Ramadhani
"Akses ke sanitasi dan sumber air masih terbatas di Indonesia, dengan banyak komunitas yang masih terpapar buang air besar sembarangan. Penelitian menunjukkan bahwa sanitasi dan sumber air yang tidak memadai dapat menyebabkan penyakit yang berdampak negatif pada kinerja akademis, termasuk kehadiran di sekolah, rentang perhatian, dan retensi informasi. Hal ini menekankan pentingnya sanitasi yang layak. Memiliki akses ke sanitasi dan air yang layak di rumah tangga dapat menghasilkan hasil pendidikan yang lebih baik, termasuk kemampuan kognitif. Studi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: apakah anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan sanitasi yang lebih baik memiliki skor kognitif yang lebih tinggi? Dengan menggunakan analisis t-test, studi ini membandingkan rata-rata skor kognitif anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan sanitasi yang lebih baik, yang mencakup sumber air dan fasilitas toilet, dengan mereka yang tinggal di rumah tangga dengan fasilitas sanitasi yang tidak memadai. Analisis ini mengungkapkan bahwa anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan sanitasi yang lebih baik memiliki skor kognitif yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di rumah tangga dengan fasilitas yang tidak memadai, yang menyoroti peran penting sanitasi yang layak dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak.


Access to sanitation and water sources remains limited in Indonesia, with many communities still exposed to open defecation. Studies indicate that inadequate sanitation and water sources can lead to illnesses that negatively impact academic performance, including school attendance, attention span, and information retention. This underscores the importance of proper sanitation. Having access to proper sanitation and water in households can lead to better educational outcomes, including cognitive ability. This study seeks to answer the question: do children living in households with improved sanitation have better cognitive scores? By using t-test analysis, this study compares the mean cognitive scores of children living in households with improved sanitation, which includes water sources and toilet facilities, to those living in the households with unimproved sanitation facilities. The analysis reveals that children living in households with improved sanitation have significantly higher cognitive scores compared to those living in households with unimproved facilities, highlighting the critical role of proper sanitation in improving children’s cognitive development.

 

"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Yulita Amalia
"ABSTRAK
Akses sanitasi dan air bersih yang layak serta berkelanjutan merupakan salah satu tujuan yang terdapat dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Kondisi sanitasi dan air bersih di Indonesia khususnya daerah pedesaan masih belum memenuhi target. Untuk dapat mencapai target SDGs, diperlukan dana yang tidak sedikit. Salah satu sumber dana yang dapat digunakan adalah zakat, infak, sedekah dan wakaf (ziswaf) mengingat potensi nya yang cukup besar serta adanya fatwa MUI yang membolehkan penggunaan dana ziswaf untuk sanitasi dan air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prioritas masalah dan solusi serta strategi dalam pendayagunaan ziswaf untuk sanitasi dan air bersih menggunakan pendekatan Analytic Network Process (ANP). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prioritas masalah, solusi strategi dalam pendayagunaan ziswaf untuk sanitasi dan air bersih terbagi menjadi tiga kluster yaitu masyarakat, Lembaga Pengelola Ziswaf (LPZ) dan regulator. Prioritas masalah pada masyarakat terdiri dari Budaya, Kepedulian dan Penerima Manfaat. Prioritas masalah pada LPZ adalah monitoring dan evaluasi, SDM dan pimpinan LPZ. Prioritas masalah pada regulator adalah sentralisasi data, regulai dan peran strategis. Kemudian prioritas solusi pada masyarakat adalah Budaya, Sumber Daya dan kepedulian. Prioritas solusi pada LPZ adalah pimpinan LPZ, monitoring dan evaluasi serta penyaluran. Prioritas solusi pada regulator adalah sentralisasi data, program dan peran strategis. Selanjutnya prioritas strategi adalah sinergi, promosi dan infrastruktur.

ABSTRACT
Access to proper and sustainable sanitation and clean water is one of the objectives contained in the Sustainable Development Goals (SDGs). The condition of sanitation and clean water in Indonesia, especially in rural areas, has not met the target. To be able to achieve the SDGs target, significant funds are needed. One source of funds that can use is zakat, infak, alms, and endowments (ziswaf), given its considerable potential and the existence of an MUI fatwa that allows the use of ziswaf funds for sanitation and clean water. This study aims to determine priority problems and solutions as well as strategies in the use of ziswaf for sanitation and clean water using the Analytic Network Process (ANP) approach. The results of this study indicate that priority problems, strategic solutions in the utilization of ziswaf for sanitation, and clean water are divided into three clusters, namely the community, the Ziswaf Management Institute (LPZ), and the regulator. Priority problems in society consist of Culture, Care, and Beneficiaries. Priority problems at LPZ are monitoring and evaluation, HR, and LPZ leaders. Priority problems for regulators are the centralization of data, regulations, and strategic roles. Then the priority solutions to the community are Culture, Resources, and awareness. The priority of the solution at the LPZ is the leadership of the LPZ, monitoring and evaluation, and distribution. The priority of the solution to the regulator is the centralization of data, programs, and strategic roles. Then the strategic priorities are synergy, promotion, and infrastructure.
"
2019
T54948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadi
"Tesis ini disusun berdasarkan hasil analisis yang beranjak dari permasalahan pokok, apakah faktor kondisi sanitasi lingkungan ada pengaruhnya terhadap kematian anak di Indonesia. Tujuan umum yang ingin dicapai dan studi ini adaiah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi sanitasi lingkungan terhadap risiko kematian anak di Indonesia.
Kondisi sanitasi ingkungan digambarkan oleh tiga karakteristik sanitasi lingkungan yang tercantum dalam kuesioner SDKI 1997, yaitu sumber air utama rumah tangga, jenis kakus, dan status keberadaan sumber air dan jarak dengan sumber rembesan terdekat. Sedangkan kematian anak dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu kematian neonatal (usia 0-28 had), kematian post neonatal (usia 1-11 bulan), kematian infant (usia 0-11 bulan), kematian child (usia 1-4 tahun), dan kematian under-five (usia 0-4 tahun). Mengingat faktor penyebab kematian anak sangat kompleks maka dalam studi ini hubungan antara kondisi sanitasi Iingkungan dan kematian anak dikontrol dengan beberapa variabei biodemografi, yaitu nomor urut kelahiran anak, umur saat ibu melahirkan, interval kelahiran dengan anak berikutnya, dan jenis kelamin anak.
Studi ini dilakukan melalui analisis deskriptif dan inferensial dengan sampel rumah tangga yang diambil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997. Analisis deskriptif bertujuan untuk mendapatkan pola dan perbedaan kematian anak menurut kondisi sanitasi Iingkungan, sedangkan analisis inferensial menggunakan regresi logistik berganda bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kondisi sanitasi Iingkungan yang mempengaruhi kematian anak.
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa secara umum kondisi sanitasi Iingkungan berpengaruh terhadap seluruh kematian anak kecuali terhadap kelompok kematian neonatal. Karakteristik sanitasi Iingkungan yang secara statistik berpengaruh signifikan adaiah sumber air utama dan jenis kakus yang dipergunakan rumah tangga, sedangkan status keberadaan sumber air dan jarak dengan rembesan kotoran terdekat secara statistik tidak berpengaruh terhadap kematian anak. "
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T1316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>