Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simangunsong, Sofian
"Masih menjadi sebuah pertanyaan penting sampai saat ini untuk seorang perencana keuangan, nasihat apa yang harus diberikan untuk seorang investor yang mempunyai sejumlah dana tunai dan siap diinvestasikan ke pasar modal. Apakah dana tersebut akan diinvestasikan sekaligus atau diinvestasikan secara bertahap untuk membeli sekuritas dengan periode tertentu. Umumnya strategi pendistribusian tersebut adalah investasi lump-sum (LS), buy and hold strategy (BH), value averaging (VA), dan dollar-cost averaging (DCA).
Penelitian ini bertujuan membandingkan kinerja strategi dollar-cost averaging terhadap kinerja strategi lump-sum pada kondisi pasar sedang turun maupun kondisi pasar sedang naik di Bursa Efek Jakarta. Strategi dollar-cost averaging adalah sebuah metoda investasi yang populer dianjurkan penasihat keuangan, dimana seorang investor dengan sejumlah dana tertentu yang slap diinvestasikan, tidak menginvestasikan seluruh dananya sekaligus; tetapi menginvestasikan sejumlah dana dengan proporsi tetap secara berkala. Sedangkan strategi investasi lump-sum mengharuskan investor menggunakan seluruh dana tunainya secara sekaligus untuk membeli sebuah atau beberapa asset.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah menghitung kinerja dan risiko portofolio untuk setiap strategi dengan menggunakan mean return dan standar deviasi. Kemudian dilakukan uji statistik dengan uji-t untuk melihat perbedaan rerata return dan perbedaan rerata standar deviasi.
Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara return portofolio yang diperoleh dengan menggunakan strategi dollar-cost averaging dan strategi lump-sum baik pada saat kondisi pasar sedang turun maupun pasar sedang naik di Bursa Efek Jakarta. Sebaliknya dengan strategi dollar-cost averaging diperoleh risiko investasi yang Iebih kecil secara signifikan dibandingkan dengan strategi lump-sum."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T 17774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pabunag, Maria Theresia Romeo
"Dana merupakan hal yang utama dalam rangka melaksanakan kegiatan investasi. Dana dapat berasal dari modal sendiri atau dari pinjaman. Namun dengan tersedianya dana tidak otomatis investasi dapat langsung dilakukan, karena sering ditemukan fakta bahwa investor mengalami kesulitan dalam menggunakan dana investasi yang dimilikinya atau diperolehnya dan salah satunya adalah mengenai pendistribusian dana investasi. Untuk masalah ini investor sering menghadapi dilema antara dua pilihan strategi, yaitu: Apakah pendistribusian dana tersebut lebih baik dilakukan sekaligus atau secara bertahap?
Di dalam dunia investasi, dikenal 2 strategi untuk pendistribusian dana investasi, yaitu strategi pendistribusian dana secara sekaligus yang disebut lump-sum (LS) dan strategi distribusi dana secara bertahap yang disebut dollar-cost averaging (DCA). Penerapan kedua strategi ini akan memberi dampak signifikan atas return yang akan diperoleh dan risk yang harus dihadapi. Dari kedua strategi ini sering dipertanyakan: Strategi manakah yang dapat memberikan return yang paling maksimal?
Untuk menjawab pertanyaan ini telah muncul berbagai studi dan penelitian yang membedah dan menyajikan perbandingan keunggulan dari penerapan kedua strategi ini. Banyak jumal ilmiah diterbitkan untuk melakukan pembuktian keunggulan salah satu dari kedua strategi ini. Beberapa karya akhir yang ditulis oleh mahasiswa MMUI sebelumnya juga telah menganisis keunggulan strategi LS dan DCA atas investasi dalam reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap di Indonesia.
Dalam karya akhir ini penulis mencoba melakukan perbandingan antara strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia. Fokus penelitian dalam karya akhir ini adalah untuk:
1. Mengetahui strategi distribusi dana inveslasi mana yang lebih unggul jika diaplikasikan dalam melakukan pembelian saham.
2. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai untuk sasaran investasi saham yang dipilih.
3. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai dengan sasaran investasi yang memiliki kinerja portofolio terbaik.
4. Menguji rumus dari Michael S. Rozeff tentang perbandingan keunggulan antara 2 strategi distribusi (LS dan DCA) dan mengetahui apakah rumus tersebut dapat diaplikasikan untuk menghasilkan return/wealth investasi yang maksimal.
Adapun manfaat dari penulisan karya akhir adalah untuk memberikan gambaran kepada para investor mengenai penerapan strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia.
Saham yang merijadi sasaran penelitian adalah saham PT. Indosat Tbk. (ISAT) dan saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode tahun 2001-2005. Adapun data yang digunakan adalah harga penutupan harian saham dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari BEJ dan suku bunga Surat Berharga Indonesia (SBI).
Penelitian ini menggunakan berbagai tools, meliputi antara lain tools untuk pengukuran kinerja portofolio investasi (Sharpe Ratio, Treynor's Measure, Jensen's Alpha, dan Information Ratio) dan rumus penghitungan terminal wealth, variance of terminal wealth, comparison of terminal wealth and variance of terminal wealth, dan equalization of return yang diajukan oleh Michael Rozeff dalam salah satu jumal ilmiahnya yang membahas tentang keunggulan salah satu strategi distribusi investasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi LS dan DCA 4 bulan unggul dalam memberikan return yang maksimal (27.85% dan 20.29% untuk saham ISAT, 73.92% dan 24.46% untuk saham TLKM, 64.45% dan 47.02% untuk portofolio 2 saham). Hal ini juga secara tidak langsung menyatakan bahwa semakin lama rentang waktu penanaman dana investasi maka imbal hasil yang diperoleh akan lebih baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rumus-rumus yang diajukan oleh Michael Rozeff ternyata tidak dapat digunakan untuk mencapai return yang maksimal antara kedua strategi, khususnya dalam penerapannya untuk investasi saham di Indonesia.
Berdasarkan analisis tersebut maka disarankan bahwa untuk melakukan distribusi sebaiknya menggunakan strategi LS atau DCA dengan rentang waktu investasi yang panjang, dengan didasarkan pada pertimbangan bahwa waktu yang panjang diyakini cukup untuk mengumpulkan return selama pasar melakukan penyesuaian kondisi setelah melalui beberapa gejolak.
Penerapan salah satu strategi tetap dibutuhkan kedisiplinan tinggi. Jika telah memilih satu strategi maka harus tetap digunakan selama satu investment horizon yang telah ditetapkan, misalnya 1 tahun. Juga disarankan untuk menerapkan strategi LS dan DCA 4 bulan atas saham atau portofolio saham berkinerja tinggi.
Selain itu dalam melakukan penerapan salah satu strategi tidak diperlukan melakukan penyetaraan dana investasi yang telah ditetapkan, karena basil yang kelak diperoleh tidak akan maksimal.

Fund is an important element to execute investment activities. Source of fund can be self-funded or from loan-financing. However, well-prepared fund does not automatically smoothing the investment activities. Investors often face dilemma to decide how to distribute the fund: Should it better to invest the fund all at once or gradually?
Investment fund distribution can be executed in 2 strategies, that are Lump-sum (LS) and Dollar-cost averaging (DCA). In LS investment fund is distributed all at once, while in DCA the fund is distributed gradually in fixed amount and fixed time intervals within one investment horizon. Applying one of the strategies will give significant impact in investment return, which gives the reason why they are often be the subject in lots of studies to find out which one is more superior.
This thesis tries to find out which strategy is more superior, if applied in stock equities investment in Jakarta Stock Exchange (JSX) during year 2001-2005. This thesis also wants to give another perspective in the benefit of applying investment fund distribution strategy in stock equity investment, especially in Jakarta Stock Exchange. Besides using usual tools such as risk & return portfolio analysis and investment portfolio performance analysis, a set of investment performance tools specifically generated by Michael S. Rozeff to compare superiority between both strategies is also used.
Equity stocks within the period of year 2001-2005 of PT. Indosat Tbk. (ISAT) and PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) become the subject of examination and analysis. Data used as raw material for calculation is the historical monthly closing price. Another data sources are the monthly closing price of JSX price index and Bank Indonesia monthly interest rate. All data are inputted into the calculation tools, and then results are being analyzed.
Tests and analysis results show that LS and DCA 4 months are superior in giving maximum returns (27.85% and 20.29% on ISAT, 73.92% and 24.46% on TLKM, 64.45% and 47.02% on portfolio combination of both stocks). Results also give evident proof that long time intervals within one investment horizon in investing fund will give higher return. The portfolio performance test and analysis also shows that TLKM gives the highest performance. Results also shows that the performance tool set from Rozeff cannot be applied for fund distribution strategy for equity stock in Indonesia.
Based on the conclusion, this thesis then recommends that long time intervals within one investment horizon in applying fund investment distribution strategy is suggested to achieve high return. LS and DCA 4 month strategies are recommended for equity stock that has high performance. Applying the fund investment distribution strategy needs military discipline to achieve desired return, and once a strategy is applied investor cannot move to another strategy in the middle of the investment horizon. Another recommendation is that to achieve maximum return, investment performance tools from Rozeff is not needed.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Iqbal
"Penelitian ini menganalisis perbandingan strategi investasi antara pendistribusian modal secara sekaligus atau biasa disebut dengan Lump-Sum LS dan pendistribusian modal secara bertahap atau biasa disebut dengan Dollar-Cost Averaging DCA . Penerapan setiap strategi investasi harus didasarkan pada karakteristik dari instrumen investasi yang dipilih oleh investor dan karakteristik dari investor atas investasi yang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis return dan risk pada portofolio instrumen investasi yang menerapkan LS dan DCA. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t t-test atau biasa disebut dengan uji parsial untuk menguji hipotesis mengenai return dan risk pada portofolio instrumen investasi yang menerapkan LS dan DCA. Sampel penelitian ini adalah portofolio instrumen investasi terdiri dari saham yang terdaftar di indeks Kompas100 pada periode Agustus 2007-Januari 2017. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa selama periode penelitian portofolio instrumen investasi yang menerapkan LS memiliki return yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan return pada portofolio instrumen investasi yang menerapkan DCA. Hasil dari penelitian ini kemudian menyarankan kepada investor untuk menerapkan strategi investasi LS pada portofolio instrumen investasi yang dimiliki.

These studies analyze the comparison between the distribution of capital investment strategy at once or commonly known as Lump Sum LS and the distribution of capital investment strategy gradually or commonly known as Dollar Cost Averaging DCA . The application of any investment strategy should be based on the characteristics of the chosen investment instruments by investors and the characteristics of investors over the investments made. The purpose of this research is to analyze the return and risk on portfolio investment instruments that apply the LS and DCA. Research methods used in this research is t test or commonly referred to as a partial test for testing the hypothesis concerning the return and risk on portfolio investment instruments that apply the LS and DCA. The sample of this research is the investment instruments portfolio consists of stocks listed on the Kompas100 index in the period August 2007 January 2017. The results of this study stated that during the period of the research portfolio investment instruments that apply the LS has higher return, if compared to the return on a portfolio of investment instruments that implement the DCA. The results of this research later suggests to investors to implement investment strategies investment instruments portfolio in LS."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Ferdina
"Dewasa ini, dunia perekonomian Indonesia sudah menawarkan beberapa altematif investasi. Secara garis besar ada 2 (dua) jenis instrumen investasi yang dapat dipilih oleh investor yaitu investasi berisiko (risky assets) dan investasi bebas risiko (risk free assets). Investasi pada risky assets berarti investasi tersebut mempunyai ketidakpastian dalam tingkat pengembalian di masa depan seperti pada saham dan obligasi. Sedangkan investasi pada risk free assets berarti investasi tersebut mempunyai kepastian tingkat pengembalian di masa depan seperti pada deposito, SBI, dan surat berharga komersial. Namun, investor juga dapat memilih risky dan risk free assets sekaligus melalui instrumen investasi yang disebut dengan reksa dana. Reksa dana yang dipasarkan saat ini ada 4 (empat) jenis yaitu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran. Dari keempat jenis reksa dana tersebut, reksa dana saham merupakan reksa dana yang berisiko lebih tinggi dibanding jenis reksa dana lainnya karena dapat dianggap sebagai instrumen yang paling volatil sesuai dengan volatilitas saham sebagai instrumen utama dalam portofolio reksa dana saham tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Surabaya (BES), www.bes.co.id, terdapat 13 Reksa dana Saham yang secara berkesinambungan aktif diperdagangkan pada masa pengamatan yaitu Januari 1999- Desember 2003. Untuk mendapatkan return yang optimal, investor dapat berinvestasi pada Reksa dana Saham yang memiliki kinerja paling baik untuk periode investasi 3 tahun. Sebagai altematif, investor dapat melakukan diversifikasi dengan berinvestasi pada lebih dari satu Reksa dana Saham. Selain itu, investor dapat juga melakukan diversifikasi dengan melakukan strategi investasi yang berbeda, di antaranya adalah strategi Lump Sum (LS), di mana investor membeli instrumen investasi pada harga rendah dan menjual pada harga tinggi, dan strategi Dollar Cost Averaging (DCA), di mana investor membeli instrumen secara periodik dengan jumlah dana yang sama. Beberapa keuntungan strategi DCA adalah meminimalkan risiko ketidakpastian jangka pendek akibat volatilitas pasar, dan mendapatkan biaya pembelian instrument yang optimal karena adanya pelunakan pengaruh gejolak pasar jangka panjang.
Penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh rekan Buchdadi (2004), adalah menganalisa tingkat return dari masing-masing strategi untuk investasi pada Reksa dana Saham untuk periode pengamatan 1999-2003. Lama waktu investasi yang dipilih ada1ah 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi dengan strategi DCA memberikan rata-rata return yang 1ebih baik dibanding investasi dengan strategi LS pada Reksa dana Saham untuk seluruh jangka waktu investasi, khususnya untuk jangka waktu investasi 3 tahun.
Penelitian karya akhir ini menggabungkan kedua strategi investasi tersebut, LS. dan DCA, da1am satu portofolio investasi Reksa dana Saham dengan periode investasi 3 tahun untuk waktu pengamatan 5 tahun. Dalam menentukan komposisi dan mendapatkan return yang optimal dari portofolio investasi Reksa dana Saham tersebut, akan digunakan pend~katan Markowitz dengan tingkat kinerja Sharpe sebagai penentu komponen dalam portofolio tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi paling optimal dari dua strategi investasi, Lump Sum (LS) dan Dollar Cost Averaging (DCA), dalam satu portofolio investasi Reksa dana Saham dengan menggunakan pendekatan Markowitz dan kinerja Sharpe adalah 50% untuk Reksa dana Panin Dana Maksima dengan strategi DCA dan 50% untuk Reksa dana Phinisi Dana Saham dengan strategi DCA. Tidak ada proporsi atas komponen strategi investasi LS dari reksa dana manapun yang dihasilkan dari perhitungan portofolio tersebut. Portofolio investasi tersebut menghasilkan return tahunan sebesar 0.1567 atau 15.67%, yang lebih besar dari return tahunan risk-free asset SBI, yaitu 0.1432 atau 14.32%, namun memiliki tingkat risiko, yang ditunjukkan oleh standar deviasi tahunan, sebesar 0.2762 atau 27.62%, dengan kinerja Sharpe positif, yaitu sebesar 0.0486.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi para investor dalam menentukan strategi investasi mana yang ingin digunakan dalam berinvestasi di Reksa dana Saham di Indonesia. Namun perlu diperhatikan berbagai kekurangan dari penelitian ini. Kekurangan-kekurangan ini dapat memicu timbulnya tingkat kesalahan (bias) tertentu dari analisis karya akhir ini. Oleh karena itu, perbaikan dari kekurangan-kekurangan tersebut melalui penelitian lebih lanjut tentunya sangat diharapkan untuk menyempumakan penelitian ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung D. Buchdadi
"Pada tahun 2003 kondisi ekonomi makro Indonesia cukup baik. Kondisi pasar modal Indonesia juga cukup mengembirakan yaitu mengalami kenaikan sebesar 60% atau Index Harga Saham Gabungan mendekati poin 700. Kemajuan kondisi pasar modal ini membawa angin segar pula bagi industri reksa dana. Sehingga bagi investor dengan dana sedikit terbatas dapat ikut menikmati kemajuan pasar modal Indonesia. Investor sering sekali menemui hambatan untuk masuk ke pasar modal. Hambatan tersebut antara lain keterbatasan waktu, pengetahuan dan keahlian dalam pasar modal, kebutuhan dana, dan risiko yang ada. Strategi Cost Averaging (DCA) menawarkan solusi untuk mengatasi hambatan - hambatan tersebut. Pada strategi ini investasi dilakukan pada besaran dana yang tetap pada tiap satuan waktu yang ditentukan.
Mann dan Atra pada tahun 2001 melakukan penelitian mengenai performa DCA bila dibandingkan dengan strategi Lump Sum (LS). Instrumen yang digunakan adalah indeks dari Morgan Stanley di dunia, Eropa, EAFE (Europe, Asia and Far East), Pasifik, Jepang dan Amerika selama tahun 1970- 1998. Data yang dipakai dalam penelitian ini data imbal hasil bulanan dari Morgan Stanley selama tahun 1970 - 1998 untuk beberapa indeks, yaitu dunia, Eropa, EAFE (Europe, Asia and Far East), Pasifik, Jepang dan Amerika. Suku bunga instrument bebas risiko yang dipake T- Bill Amerika untuk 90 hari. Dan imbal basil dinyatakan dalam dollar Amerika.
Penelitian Mann dan Atra menyimpulkan bahwa strategi DCA tidak baik dilakukan disepanjang tahun. Bulan Februari sampai September baik untuk melakukan strategi DCA. Sedangkan sisanya lebih baik dilakukan strategi LS. Selain itu Bacon, William, dan Ainina pada tahun 1997 menyelidiki performa strategi DCA pada pasar Obligasi di Amerika selama tahun 1926 -1995. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah walaupun standar deviasi strategi DCA lebih kecil namun kinerja strategi DCA tidak lebih baik dibandingkan strategi LS.
Penelitian karya akhir ini menggabungkan kedua penelitian tersebut diatas dengan instrumen reksa dana saham dan pendapatan tetap di Indonesia selama tahun 1999- 2003. Lama waktu investasi yang dipilih adalah 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun. Strategi DCA memberikan imbal hasil rata - rata rata terbaik pada investasi reksa dana saham untuk seluruh jangka waktu investasi. Penghitungan menunjukan bahwa imbal hasil rata- rata terbesar yaitu 18,43% diperoleh pada investasi selama 5 tahun. Sebaliknya untuk reksa dana pendapatan tetap strategi LS memberikan imbal hasil rata - rata yang terbaik. Imbal hasil akan meningkat sejalan dengan lamanya waktu investasi. lmbal hasil rata - rata terbesar diperoleh pada investasi dengan jangka waktu 5 tahun yaitu sebesar 21,73%.
Strategi DCA memberikan standar deviasi terkecil. Penelitian m1 JUga menemukan bahwa strategi DCA pada investasi reksa dana saham akan semakin kecil sejalan dengan lamanya waktu investasi. Penelitian ini menunjukan bahwa rata- rata standar deviasi dengan strategi DCA pada reksa dana saham selama 5 tahun adalah 0,1570. Dan standar deviasi tersebut terkecil dibandingkan standar deviasi pada investasi reksa dana saham lainnya. Sedangkan pada reksa dana pendapatan tetap standar deviasi terkecil diperoleh pada strategi DCA untuk jangka waktu 1 tahun yaitu sebesar 0,0341. Dengan demikian rasio imbal hasil terhadap standar deviasi (adjusted return) strategi DCA akan memberikan hasil yang terbaik. Dengan memperhatikan adjusted return historis didapat bulan terbaik untuk melakukan investasi di reksa dana saham adalah bulan Januari, dan bulan Februari Maret untuk investasi di reksa dana pendapatan tetap.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa imbal hasil rata- rata pada investasi reksa dana pendapatan tetap lebih besar dibandingkan reksa dana saham. Dan standar deviasi reksa dana pendapatan tetap lebih kecil dibandingkan reksa dana saham.
Hasil analisis karya akhir ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi para investor untuk menentukan strategi investasi yang dipakai untuk melakukan investasi di reksa dana saham dan pendapatan tetap di Indonesia. Namun perlu diperhatikan berbagai kekurangan dari penelitian karya akhir ini. Kekurangan - kekurangan ini memicu munculnya tingkat kesalahan (bias) tertentu dari analisis karya akhir ini. Perbaikan dari kekurangan-kekurangan tersebut melalui penelitian lebih lanjut, tentunya sangat diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Adler Haymans, 1961-
Jakarta: Kompas, 2006
658.19 MAN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gumpita
"Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu daerah otonom yang beruntung dalam era desentralisasi, tercatat menjadi kabupaten/Kota nomor ke-2 terkaya di Indonesia dilihat dari jumlah APBD-nya. Namun harus disadari, hal itu berasal dana perimbangan dari sumber daya alam minyak bumi yang sifatnya tidak diperbaharui, maka harus ada upaya untuk memaksimalkan pengelolaan potensi sumberdaya ekonomi daerah lainnya yang harus diperbaharui secara efisien, tentunya dengan mengidentifikasi sektor basis. Namun karena keterbatasan pengalaman dan kualitas aparatur pada Pemerintah Kabupaten Bengkalis, tampaknya maksud tersebut masih sulit tercapai. Pada sisi lain dihadapkan pada persoalan penyediaan sarana prasarana, fasilitas publik dan beragam masalah sosial yang harus dibenahi, sehingga kehadiran investor untuk menanamkan modalnya sangat dibutuhkan demi memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Kehadiran investor tentunya dilatarbelakangi beberapa faktor, untuk itu dibutuhkan daya saing daerah dalam hal kondisi daerah maupun kemudahan dalam berusaha.
Penelitian ini menggunakan analisis Location Quotient dan Shift Share untuk melihat potensi sektor-sektor dan kemampuan kompetitifnya dibandingkan daerah diatasnya. Selanjutnya dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process menganalisis kebijakan yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan daya tarik investasi di Kabupaten Bengkalis.
Berdasarkan studi terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, kontribusi sektoral daerah, basis ekonomi sektor-sektor PDRB, keunggulan industri dan lokasional masing-masing sektor, akhirnya diketahui bahwa kebijakan pengembangan sektor-sektor basis dalam struktur perekonomian Kabupaten Bengkalis terhadap perekonomian Propinsi Riau maupun terhadap perekonomian Nasional, diarahkan pada pengembangan Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, hotel dan restoran sebagi sektor basis, juga sektor jasa-jasa juga cukup prospektif untuk dikembangkan.
Melalui analisis AHP dilakukan kajian tentang upaya yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan daya tarik investasi, maka pembenahan infrastuktur baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya, menjadi prioritas pertama, kondisi sosial politik menjadi khususnya keamanan pada prioritas kedua dan penginvetarisasian potensi perekonomian daerah sebagai garapan berikutnya.
Dengan terideniifikasinya potensi sektor-sektor basis yang mampu memberikan nilai tambah bagi sebagian besar masyarakat dengan memberikan perhatian lebih, dan upaya perbaikan-dari kriteria yang mempengaruhi daya tarik investasi dibenahi sehingga keinginan mendatangkan investor yang mampu mendorong percepatan pembangunan menjadi kenyataan, pemerintah Bengkalis diharapkan mengagendakan secara sinergis sekaligus melaksanakannya, sehingga kebijakan pembangunannya tepat sasaran juga menciptakan kondisi yang kondusif bagi kalangan dunia usaha, muaranya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan rakyat Bengkalis itu sendiri.
Pada penelitian ini dengan adanya dua pendekatan, walaupun telah diupayakan optimal untuk mempertemukan, namun tetap ada sedikit gap, apakah infrastruktur yang menjadi variabel paling penting harus dibenahi dalam meningkatkan daya tarik kehadiran investor secara keseluruhan atau difokuskan kepada penyediaan infrastruktur sektor basis semata. Atau malah sebaiknya diarahkan pada sektor non basis, sehingga terjadi percepatan pada semua sektor. Hal ini termuat jelas pada catatan akhir tesis ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hapsari
"Tingginya tingkat kompetisi antar Rumah Sakit menyebabkan Rumah sakit yang bermutu dan berteknologi canggihlah yang akan menang dalam kompetisi.
Dengan meningkatnya jumlah pasien persalinan yang ada yang menyebabkan pula meningkatnya kasus - kasus persalinan yang memerlukan operasi menimbulkan keinginan Rumah Bersalin dan Klinik KURNIA untuk membangun kamar operasi sendiri.
Mengingat harga investasi ini cukup mahal maka perlu dilakukan analisis investasi yang baik .
Penelitian yang dilakukan dengan desain studi kasus dan pendekatan secara kualitatif dan kuantitatif ini merupakan penelitian tentang kelayakan Finansial pembangunan kamar operasi di suatu rumah sakit swasta di Cilegon dengan tujuan agar rumah sakit tersebut dapat memberikan pelayanan yang canggih dan bermutu kepada masyarakat tetapi dengan tarif yang rendah.
Perhitungan dilakukan dengan memperhatikan biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pemeliharaan. Yang kemudian dilakukan analisis kelayakan investasinya dengan metode NPV.
Dari hasil perhitungan anaiisis kelayakan investasi diketahui nilai NPV sebesar Rp. 94.4.373.216,-. Dengan nilai NPV positif tersebut berarti proyek ini layak untuk dikerjakan.
Karena pembangunan kamar operasi ini layak maka disarankan kepada Direksi RB & Klinik Kumia untuk membuat Master Plan dan Bisniss Plan.

Investment Analysis of Operating Theater at Kurnia Clinic and Obstetric Hospital in Banten 2004Highly competition among hospitals causes the quality and sophisticated hospital that will win the competition. The increasing of obstetric patients and cases in which needed medical surgery caused Kurnia Clinic and Obstetric intended to build an operating theatre. Considering the investment cost for development an operating theatre was quite expensive so it was needed a good investment analysis.
This study that used case study design with quantitative and qualitative approach was a financial feasibility study of operating theatre development at private hospital in Cilegon so that the hospital could provide a quality and modem service to the community with affordable tariff.
The calculation was conducted on considering of investment, operating, and maintenance cost. Then investment feasibility was conducted with NPV method.
The result of investment feasibility analysis showed that NPV value was IDR 944,373,216. The positive value meant that the development project was feasible to be done.
Due to the operating theatre development was feasible, it was recommended to the board of directors of Kurnia Clinic and Obstetric Hospital to prepare its master plan and business plan.
References: 21 (1952-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Agustanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dan pengaruh antara keputusan pembelanjaan atau keuangan perusahaan (financing decisions) dengan peluang investasi (investment opportunity) dan menggunakan ukuran perusahaan (asset) sebagai kontrol. Model analisis, penggunaan variabel sebagai proxy, mengadopsi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Hoje Jo, Pinkerton dan Sarin (Pacific-Basin Finance Journal 2, 1994) pada perusahaan manufaktur di Jepang periode tahun 1986-1990. Sebagai proxy dari keputusan pembelanjaan adalah Debt to Equity Ratio dengan 4 versi (Total Debt to Book Value of Equity, Total Debt to Market Value of Equity, Longterm Debt to Book Value of Equity dan Longterm Debt to Market Value of Equity). Sedangkan peluang investasi digunakan sebagai proxy Market to Book Value of Equity, dan Ukuran perusahaan digunakan Total Asset.
Sampel penelitian adalah perusahaan go-public di Indonesia dan sahamnya beredar di BEJ. Sumber data digunakan data sekunder yang berupa data laporan keuangan dan data pendukung lainnya. Sumber utama data digali dari Indonesian Capital Market Directory tahun 1992 s/d 1995 yang dikeluarkan oleh Ecf in.
Analisis menggunakan pendekatan statistik dengan korelasi dan regresi. Untuk analisa regresi sebagai variabel dependen Debt to Equity Ratio dan variabel independen Market to Book Value of Equity dan Assets. Data diolah dengan menggunakan program Lotus 123 dan Program Microstat.
Hasil penelitian memberikan kesimpulan antara lain (1) Sebagian besar dari perusahaan go-public di Indonesia mempunyai total hutang yang lebih besar dibanding dengan nilai ekuitasnya baik dalam nilai pasar maupun dalam nilai buku. (2) Sebagian besar dari hutang perusahaan berupa hutang jangka pendek. (3) Terdapat hubungan yang positif antara Debt to Equity Ratio dengan Market to Book value of Equity, berarti perusahaan dengan nilai pasar ekuitas yang tinggi juga memiliki nilai hutang yang besar. (4) Market to Book Value dan Asset merupakan variabel eksplanator bagi Keputusan pembelanjaan perusahaan, terutama untuk perusahaan manufaktur. (5) Dalam hal keputusan pembelanjaan pada dasarnya tidak terdapat perbedaan pertimbangan pilihan sumber pendanaan antara perusahaan yang berada satu group pendanaan dan perusahaan yang tidak memiliki group pendanaan."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Irmawati
"Penelitian ini membahas mengenai pengaruh keberadaan kepemilikan saham Multiple Large Shareholders (MLS), Investment Opportunities, serta interaksi antara Multiple Large Shareholders dan Investment Opportunities terhadap investasi perusahaan. Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2015 s.d. 2019. Dalam penelian ini diharapkan bahwa keberadaan Multiple Large Shareholders memberikan pengaruh positif terhadap tingkat investasi perusahaan. Selain itu, dengan adanya Investment Opportunities, perusahaan yang memiliki Multiple Large Shareholders akan lebih memaksimalkan peluang investasi yang ada dengan lebih efektif.
Dengan menggunakan 2 alternatif indikator pengukuran variabel investasi dan 4 alternatif indikator pengukuran variabel MLS, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan pengaruh yang signifikan dari keberadaan Multiple Large Shareholders terhadap tingkat investasi perusahaan. Sedangkan untuk variabel Investment Opportunities dan interasi antara MLS dan investment opportunites memiliki pengaruh signifikan terhadap investasi namun tidak untuk semua indikator pengukuran.

This research discusses the influence of the existence of Multiple Large Shareholders (MLS) share ownership, Investment Opportunities, as well as the interaction between Multiple Large Shareholders and Investment Opportunities on company investment. The samples used were non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2015 to 2015. 2019. In this research, it is hoped that the existence of Multiple Large Shareholders will have a positive influence on the level of company investment. Apart from that, with the existence of Investment Opportunities, companies that have Multiple Large Shareholders will maximize existing investment opportunities more effectively.
By using 2 alternative indicators for measuring investment variables and 4 alternative indicators for measuring MLS variables, the research results show that there was no significant influence found from the existence of Multiple Large Shareholders on the level of company investment. Meanwhile, the Investment Opportunities variable and the interaction between MLS and investment opportunities have a significant influence on investment, but not for all measurement indicators.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>