Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Is Karyono Kosasih
"Kentucky Fried Chicken adalah nama restoran cepat saji yang menyediakan hidangan ayam goreng, kentang goreng, burger dan lain-lain yang kemudian disingkat menjadi KFC. Pada mulanya KFC adalah makanan lokal di Corbin, Kentucky yang kurang disukai oleh masyarakat Amerika dan mereka menganggap bahwa makanan itu adalah salah satu jenis makanan yang berbahaya bagi kesehatan serta konsumennya sangat sedikit dan terbatas.
Melalui teknologi pengelolaan dan ditunjang oleh teknologi informasi modem antara lain televisi, radio, surat kabar dan lain-lain maka KFC menjadi popular dan digemari oleh masyarakat luas. Persepsi masyarakat Amerika tentang KFC sebagai makanan yang berbahaya bagi kesehatan, semakin lama semakin berkurang dan akhirnya hilang akibat simulasi dunia periklanan sehingga KFC berubah persepsi menjadi makanan sehat, cepat saji, praktis dan modern.
Nilai-nilai budaya Amerika antara lain demokrasi, individualisme, kapitalisme dan hak azasi manusia telah berinteraksi atau saling mempengaruhi dengan produk-produk KFC dan telah terjadi transformasi nilai atau perubahan bentuk sehingga KFC berubah makna dan fungsinya dari makanan lokal menjadi makanan popular yang digemari oleh masyarakat Amerika secara luas serta memenuhi syarat-syarat kepopuleran. Pada dasarnya kepopuleran memiliki dinamika sendiri bukanlah sebuah realitas melainkan transformasi realitas yang menjadi representasi yang seolah-olah kemudian menjeima sebagai realitas itu sendiri. Penyimpangan citra dari apa yang diwakilinya melahirkan suatu persepsi sebagai suatu wacana yang mandiri maksudnya persepsi yang dibentuk oleh pencitraan tadi bisa menyimpang dari realitas yang hendak diwakilinya yang kemudian melahirkan sebuah dunia tersendiri yaitu suatu dunia hiper realitas. Mereka adalah representasi dari dunia maya dan fantasi yang memiliki dinamika dan hukumnya sandhi. Mereka menciptakan produk-produk KFC sekaligus sebuah strategi fantasi yaitu strategi makan lewat produk kebudayaan popular Amerika yang dipengaruhi oleh sistem produksi kapitalis melalui produksi massal dengan perusahaan multinasional sebagai agennya yang dibantu oleh jaringan informasi modem, menjadikan KFC sebagai komoditas kapitalisme dengan ditransformasikannya nilai-nilai budaya Amerika yang masuk dan menyatu di dalam produk KFC sehingga terjadi proses retifikasi yaitu proses bagaimana suatu produk KFC menemukan ukuran objektif dalam kesepakatan nilai tukar atau yang lebih nyata adalah terjadinya pembentukan harga melalui mekanisme kekuatan pasar (market demand vs market supply). Kekuatan pasar inilah yang dapat meningkatkan kreativitas produk KFC dengan seluruh orientasi nilainya yaitu demokrasi, individualisme, kapitalisme, dan hak azasi manusia yang merupakan nilai-nilai budaya Amerika yang diekspresikan, digandakan dalam arti diproduksi serta dijual ke dalam masyarakat. Amerika dengan tujuan untuk mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Melalui motto, ?we give you what you want and we give you what you need?. Artinya, mereka telah menyediakan apa yang kita butuhkan dan inginkan. Melalui ikon Colonel Harland Sanders, KFC telah berubah citra menjadi makanan sehat, praktis, modern, kuat, dinamis, maju, up to dare dan cepat saji yang merupakan image masyarakat Amerika. Dengan berinteraksinya nilai-nilai budaya Amerika ke dalam produk-produk KFC ditambah image Amerika yang telah menjadi citra KFC, sehingga KFC berubah makna dan nilainya menjadi produk kebudayaan populer Amerika.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T3508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Endah Purwanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan dari variabel service encounters elements terhadap experiential value dan variable customer satisfaction serta variabel experiential value terhadap customer satisfaction pada restoran fast food KFC dan Lotteria. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksploratif dan deskriptif yang dilakukan satu kali dalam satu periode. Responden penelitian ini berjumlah 300 orang konsumen restoran KFC dan Lotteria. Model penelitian dengan tujuh hipotesis diuji menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor yang paling mempengaruhi experiential value adalah interaction with service employees dan restaurant environments factors pada KFC dan Lotteria. Tetapi pada restoran fast food Lotteria, Interaction service with employees tidak mempengaruhi experiential value secara signifikan.

The purpose of this study is to identify the impact and relation from some service encounters elements to experiential value and customer satisfaction, then experiential value to customer satisfaction toward customer satisfaction of fast food restaurants. This research uses exploratory and descriptive design research conducted in one time period (cross sectional design). Respondents of this study are 300 people who visit KFC and Lotteria. The seven-hypotheses research model in this study are tested with Structural Equation Modeling (SEM). The results finds that almost all variables have a significant and positive relationship for both fast food restaurants KFC and Lotteria. Only one variable in Lotteria that have unsignificant result that is interaction with service employees toward experiential value of Lotteria fast food restaurants."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmeang, John B.
"Artikel ini berbincang tentang gagasan perusahaan masakan Nasi Padang yang berpotensi untuk menginovasikan diri menawarkan makanan cepat saji ala fast-food McDonald. Perusahaan makanan McDonald didirikan di San Bernardino, Californiapada tahun 1940 sebagai suatu usaha restoran barbeku kecil. Kemudian pada tahun 1948 merubah dirinya menjadi suatu usaha makanan hamburger, lalu selanjutnya membuat inovasi dengan menawarkan masakan cepat saji unik, berbeda dari cara makan Amerika yang biasa. Inovasi ini mendapatkan sambutan yang tidak terduga-duga hangatnya dari dunia konsumen dan kemudian sukses besar terjadi menjadikan dirinya the world largest fastfood company. Pengalaman ini semestinya menjadi pembangkit semangat bagi industri makanan Indonesia, khususnya nasi Padang yang menghadapi market yang begitu besar karena penduduk Indonesia yang jumlahnya sangat besar 280 juta."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2025
330 ASCSM 68 (2025)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Syalwa, Author
"Fast food modern adalah makanan cepat saji yang berasal dari luar negeri, umumnya berasal dari negara barat, atau jenis fast food dalam negeri yang memiliki karakteristik menyerupai fast food luar negeri, contohnya fried chicken, french fries, pizza, dan lain-lain. Umumnya fast food modern memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang, yaitu tinggi kalori, lemak, protein, dan garam. Frekuensi konsumsi fast food modern yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan remaja, di antaranya overweight dan obesitas yang kemudian akan berisiko menimbulkan berbagai penyakit degeneratif di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada remaja di SMA Negeri 38 Jakarta tahun 2024. Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu frekuensi konsumsi fast food modern. Sementara variabel independennya adalah jenis kelamin, pengetahuan gizi dan fast food, preferensi fast food, sikap terhadap fast food, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pengaruh peer group, penggunaan layanan Online Food Delivery (OFD), uang saku, serta pengaruh media sosial. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei tahun 2024 kepada 160 siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 38 Jakarta yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan melalui pengisian angket secara daring (online). Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar, yaitu sebanyak 80% remaja mengonsumsi fast food modern dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara preferensi fast food (p-value = 0,036; OR = 2,534; 95% CI = 1,128 - 5,691), pendidikan terakhir ayah (p-value = 0,000; OR = 10,290; 95% CI = 2,983 – 35,495), pendidikan terakhir ibu (p-value = 0,007; OR = 3,824; 95% CI = 1,474 – 9,918), pengaruh peer group (p-value = 0,018; OR = 2,778; 95% CI = 1,248 – 6,183), uang saku (p-value = 0,040; OR = 2,459; 95% CI = 1,115 – 5,426), dan pengaruh media sosial (p-value = 0,048; OR = 2,434; 95% CI = 1,086 – 5,455) dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada remaja. Oleh karena itu, disarankan agar para remaja membatasi frekuensi konsumsi fast food modern (< 3 kali/minggu) dan beralih ke pola hidup yang lebih sehat dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, yaitu mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta sayur dan buah yang cukup. Selain itu, para remaja juga disarankan untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak.

Modern fast food is a type of fast food that originates from foreign countries, typically from Western countries, or a type of domestic fast food that has characteristics resembling foreign fast food, such as fried chicken, french fries, pizza, and others. Generally, modern fast food has an unbalanced nutritional content, being high in calories, fat, protein, and salt. Excessive consumption of modern fast food can negatively impact adolescent health, leading to issues like overweight and obesity, which in turn increase the risk of various degenerative diseases in the future. This study aims to identify factors associated with the frequency of modern fast food consumption among adolescents at SMA Negeri 38 Jakarta in 2024. The dependent variable in this study is the frequency of modern fast food consumption. The independent variables are gender, nutrition and fast food knowledge, fast food preference, attitude towards fast food, father's latest education, mother's latest education, father's occupation, mother's occupation, peer group influence, use of Online Food Delivery (OFD) services, pocket money, and social media influence. This research method is quantitative with a cross-sectional study design. Data collection was conducted in May 2024 on 160 students from grades X and XI at SMA Negeri 38 Jakarta who met the inclusion and exclusion criteria. Data was collected through online questionnaires. The collected data was then analyzed univariately and bivariately using the chi-square test. The results of this study indicate that the majority, 80% of adolescents, consume modern fast food frequently (≥ 3 times/week). The study also reveals significant relationships between fast food preference (p-value = 0,036; OR = 2,534; 95% CI = 1,128 - 5,691), father's latest education (p-value = 0,000; OR = 10,290; 95% CI = 2,983 – 35,495), mother's latest education (p-value = 0,007; OR = 3,824; 95% CI = 1,474 – 9,918), peer group influence (p-value = 0,018; OR = 2,778; 95% CI = 1,248 – 6,183), pocket money (p-value = 0,040; OR = 2,459; 95% CI = 1,115 – 5,426), and social media influence (p-value = 0,048; OR = 2,434; 95% CI = 1,086 – 5,455) with the frequency of modern fast food consumption among adolescents. Therefore, it is recommended that adolescents limit their frequency of modern fast food consumption (< 3 times/week) and switch to a healthier lifestyle by consuming nutritionally balanced foods, which contains adequate amounts of carbohydrates, protein, fat, as well as vegetables and fruits. Additionally, adolescents are also advised to limit their intake of sugar, salt, and fat.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patria Pinandita
"PATRIA PINANDITA. Program Studi Ilmu Sejarah; Pengutamaan Sejarah Amerika Serikat. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005. Penelitian mengenai buku komik sebagai bentuk budaya popular di kalangan pemuda Amerika Serikat pada tahun 1956-1969. Tujuannya adalah untuk melengkapi studi tentang buku komik yang masih sangat jarang. Setelah tahun 1945, Amerika Serikat mengalami kemakmuran ekonomi. Kemakmuran ini mendorong masyarakat Amerika Serikat untuk mulai membangun keluarga dan usia yang muda. Ini yang kemudian menjadi apa yang dikenal sebagai Baby Boom atau kenaikan angka kelahiran di dalam sejarah Amerika Serikat. Memasuki tahun 1960-an, anak-anak yang lahir pada masa Baby Boom telah menjadi anak muda dan menjadi penggerak dari counter culture/kebudayaan tandingan. Melalui counter culture, golongan muda menentang kehidupan para orangtuanya yang kaku dan telah mengorbankan hubungan pribadi antar manusia untuk bekerja agar dapat mempertahankan kemakmuran ekonomi. Bertambahnya jumlah anak muda menjadikan mereka salah satu sasaran industri buku komik. Untuk menarik perhatian golongan muda, para pembuat buku komik membuat cerita berdasarkan hasil interpretasi mereka terhadap kebudayaan golongan muda. Beberapa cerita buku komik seperti Spider-Man dan The Hulk membuat golongan muda menjadi penggemar buku komik. Hasil penelitian menunjukkan buku komik menjadi sebuah bentuk budaya popular di kalangan pemuda Amerika Serikat pada tahun 1956-1969 karena tiga hal. Pertama munculnya unsur realis dalam cerita buku komik yang menghasilkan cerita yang dapat digemari pemuda. Hal ini dilakukan tanpa melanggar aturan masyarakat secara umum. Kedua, pemuda menganggap buku komik bukan hanya sebagai sebuah hiburan tetapi mewakili keberadaan mereka dalam masyarakat. Ketiga, pemuda bersikap responsif terhadap buku komik sehingga terdapat interaksi antara pemuda dengan pembuat buku komik. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses buku komik menjadi sebuah bentuk budaya popular di kalangan pemuda Amerika Serikat pada tahun 1956-1969 adalah adanya perubahan cerita buku komik, kreatifitas pembuat buku komik, dan terdapatnya hubungan antara cerita buku komik dengan keadaan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S12599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Balai kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2004
641.567 MAK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Putrama
"Restoran cepat saji (fast food restaurant) merupakan sejenis restoran yang memiliki karakterislik makanannya biasanya telah tersedia sehingga setelah dipesan dapat langsung dibawa untuk dikonsumsi ditempat atau dibawa pulang. Budaya masyarakat perkolaan yang senang untuk mengunjungi restoran cepat saji sepertinya telah menjadi gaya hidup-Hal ini menyebabkan persaingan bisnis restoran cepat saji semakin ketat dengan semakin banyaknya restoran cepat saji lokal maupun internasional.
Sama seperti halnya sebuah produk, restoran cepat saji juga memiliki merek (brand) yang melekat pada dirinya. Merek merupakan identitas yang melekat pada sebuah sebuah produk sehingga dapat dibedakan dengan produk lainnya. Mcrek akan semakin memberikan arti apabila produk tersebut ditawarkan ke konsumen. Untuk itu perlu dibangun ekuitas merek yang kuat sehingga merek yang ada akan mcmperoleh banyak keuntungan seperti dapat dilakukannya brand extension.
Ekuitas merek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah CBBE (Customer Based Brand Equity) yang mempunyai dasar dari pemikiran bahwa kckuatan mock tcrlctak pada apa yang telah dipelajari, dirasakan, dilihat, dan didengar pelanggan tentang merek untuk jangka waktu tertentu. Dalam kasus penelitian ini, konsumen restoran cepat saji harus mengaiami langsung (based on experienced) dengan mengkonsumsi makanan yang ada direstoran cepat saji tersebut sehingga pengusaha restoran cepat saji harus lebih cerdik dalam mensiasati apa-apa saja hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ekuitas merek misalnya me]alui program komunikasi yang tepat.
Ada 7 (tujuh) merek (brand) restoran cepat saji yang diukur ekuitasnya didalam penelitian ini yang menurut penulis cukup pantas untuk diteliti yaitu McDonalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried Chicken (CFC), Texas Fried Chicken (TFC), Wendy's, dan Hoka Hoka Bento. Pengukuran Ekuilas merek (Brand Equity) dalam penelitian ini dibangun dari 4 (empat) dimensi yaitu brand awareness, brand loyally, perceived quality dan brand image. Masing-masing variabel laten ini diturunkan menjadi variabel-variabel operasional yang diharapkan dapat menjelaskan variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk 1) Mengetahui nilai brand equity dari ketujuh resloran cepat saji yang diteliti. 2) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara brand equity secara keseluruhan dengan kinerja (berdasarkan persepsi) restoran cepat saji. 3) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel pembentuk brand equity dengan kinerja restoran cepat saji. 4) Dapat membandingkan resloran yang dipersepsikan berkinerja tinggi dengan yang berkinerja rendah untuk variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi kinerja restoran cepat saji. Perlu diketahui kinerja yang dimaksud peneliti adalah pertumbuhan yang dilihat dari tahun berdiri (tahun masuknya restoran cepat saji ini ke Indonesia) dan jumlah gerai yang ada di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertempat di Universitas Trisakti Jakarta dengan jumlah responden 280 orang untuk ketujuh restoran ccpat saji yang diteliti. Sehingga profil umum responden yang terbentuk usia berada dikisaran 16-25 tahun, lajang, dan mahasiswa.
Dari penelitian yang dilakukan, dengan menjumlahkan rerata variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut diperoleh basil score brand equity tertinggi ditempati oleh restoran cepat saji McDonalds, kemudian disusul secara berurutan oleh KFC, Hoka-Hoka Bento, CFC, TFC, Popeye's, dan Wendy's.
Ternyata brand equity secara keseluruhan memang mempengaruhi kinerja restoran eepat saji yang berdasarkan persepsi (diperoleh dengan me-regresikan brand equity dengan kinerja). Brand equity yang diperoleh penulis merupakan basil faktor analisis dari ketiga variabel pembentuknya yaitu brand loyalty, perceived quality dan brand Image, karena brand awareness dikeluarkan dari pembentuk brand equity karena tidak dapat diproses lebih lanjut_ Penjelasan yang secara statistik dapat kita lihat dari angka KMO pada output SPSSI3. Untuk itu secara tidak langsung memang ada hubungan antara brand loyally, perceived quality dan brand image dengan kinerja restoran cepat saji.
Penemuan yang tidak diduga ofeh penulis temyata yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap kinerja jika meregresikan variabel-variabel pembentuk brand equity (brand awareness, brand loyally, perceived quality, dan brand image) adalah brand loyalty saja. Memang hal ini diukung oleh teori yang mengatakan bahwa inti dari brand equity adalah brand loyalty, karena loayalitas identik dengan pembelian kembali yang menguntungkan pengusaha restoran cepat saji dimasa yang akan datang.
Pembahasan yang berikutnya adalah melihat perbedaan restoran berkinerja tinggi dengan restoran yang berkinerja rendah pada variabel brand loyalty (karena hanya ini yang secara langsung signifikan memberikan pengaruh terhadap kinerja restoran cepat saji yang juga dilandaskan persepsi). Perbedaan dilihat dengan mem-breakdown masing-masing variabel operasional untuk brand loyally. Dari 6 (enam) variabel operasional yang ada memang semuanya signifikan, akan tetapi ada 2 (dua) yang bisa dikatakan cukup rendah yaitu kemungkinan untuk pindah ke restoran lain dan kemungkinan tidak berkunjung secara reguler. Hal inilah yang membuat Penulis menyatakan konsumen restoran cepat saji berada pada satisfied buyer with switching cost. Sedangkan keempat varibel opersional lainnya untuk brand loyalty seperti cukup puas jika berkunjung ke restoran ini, merekomendasikan restoran ini pada orang lain, ingin berkunjung kembali dan memilih restoran ini sebagai pilihan pertama sudah dirasakan cukup tinggi. Akan tetapi menurut penulis perlu ditingkatkan lagi, jika pengusaha restoran cepat saji ingin meningkatkan loyalitas ketingkat selanjutnya yaitu likes the brands (menganggap merek sebagai temannya).
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan, diambilnya respondcn cepat saji di mall sehingga seluruh segmentasi usia dapat tersentuh yang memang benar-benar dapat merepresentasikan konsumen restoran cepat saji."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cahya Ramadhania
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta membahas makna metafora dalam iklan produk McDonald’s Jepang dengan menggunakan teori metafora Knowles & Moon. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah iklan yang diunggah pada akun twitter resmi McDonald’s Jepang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 10 data iklan yang mengandung 12 metafora. Ditemukan 8 metafora kreatif dan 4 metafora konvensional. Penggunaan metafora kreatif mampu mengemas pengalaman dalam mengkonsumsi produk dengan cara yang unik, sementara penggunaan metafora konvensional mempermudah pemahaman calon konsumen terhadap produk yang ditawarkan, dengan ungkapan metaforis yang telah digunakan secara umum.

This study aims to identify and discuss the meaning of metaphors in Japanese McDonald's product advertisements using Knowles & Moon's metaphor theory. The data source used in this research is advertisements uploaded on the official McDonald's Japan twitter account. The results of this study show that there are 10 advertisement data containing 12 metaphors. Eight creative metaphors and four conventional metaphors were found. The use of creative metaphors is able to express the experience of consuming products in a unique way, while the use of conventional metaphors makes it easier for potential consumers to understand the products offered, with metaphorical expressions that have been commonly used."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adelya Fina Kuswardani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada Mahasiswa FKM UI angkatan 2021. Pada penelitian ini, variabel dependennya adalah frekuensi konsumsi fast food modern dan variabel independennya adalah tingkat stres, jenis kelamin, pengetahuan gizi, kontrol diri, uang saku, pengaruh peer group dan pengaruh media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2022 kepada 145 mahasiswa FKM UI angkatan 2021 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat yang menggunakan chi-square. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 66,2% responden memiliki tingkat konsumsi fast food modern dengan frekuensi sering, yaitu mengonsumsi fast food modern >3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa tingkat stres, pengetahuan gizi, kontrol diri, uang saku, dan pengaruh media sosial berhubungan dengan konsumsi fast food modern pada remaja.

This study aims to determine the factors associated with the frequency of consumption of modern fast food in FKM UI students batch 2021. In this study, the dependent variable is the frequency of consumption of modern fast food and the independent variables are stress levels, gender, knowledge of nutrition and fast food, self control, amount of money they have, also peer group and social media influence. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. Data collection was carried out in June 2022 to 145 FKM UI students, batch 2021, according to the inclusion criteria and exclusion criteria. Data was collected through filling out online questionnaires (online). The data obtained were analyzed by univariate and bivariate method using chi-square design. The results show that as many as 66.2% of respondents have a high level of consumption of modern fast food, based on the frequency of consuming modern fast food > 3 times per week. The results also show that stress levels, knowledge of nutrition and fast food, self-control, money, and the influence of social media are related to the consumption of modern fast food in adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>