Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boedi Oetomo Roeslan
"Karies gigi dan kelainan periodontal merupakan penyakit yang paling utama di dalam rongga mulut. Di Indonesia, prevalensi kedua penyakit ini sangat tinggi (DEPKES RI, 1999). Walaupun frekuensi kelainan periodontal di Indonesia lebih tinggi daripada karies gigi, namun perhatian lebih dikhususkan pada karies gigi mengingat sifatnya yang tidak memungkinkan terjadi pembentulcan struktur gigi kembali bila sudah terbentuk kavitas.
Proses terjadinya karies gigi merupakan fenomena multifaktor yang bisa disederhanakan menjadi keseimbangan antara daya tahan gigi dan faktor kariogenik. Kedua faktor ini saling berinteraksi selama kehidupan seseorang. Walaupun penyebabnya rnultifaktor, namun dapat dikatakan bahwa pemicu terjadinya Ieries gigi adalah bakteri kariogenik Streptococcus mutans, terutama S. mutans serolipe c (Schachtele, 1990).
S. mutans mempunyai sistem enzim yang dapat mensintesis gluten dari sukrosa. Enzim yang berperan adalah glukosiltransferase (GTF) yang terdapat di dalam dinding selnya (Lehner, 1992). Glukan ikatan glikosidik a(1-3) yang disintesis oleh GTF, merupakan prekursor pembentuk plak gigi (Schachtele, 1990). Tidak semua plak gigi dapat menyebabkan karies gigi, namun plak gigi yang dibentuk oleh S. mutans merupakan pemicu terjadinya karies gigi. Oleh karena itu, kemampuan memproduksi plak gigi merupakan virulensi S. mutans serotipe c dalam kaitannya sebagai penyebab karies gigi (Bowen, 1996).
Di dalam plak gigi, koloni S. mutans serotipe c akan memetabolisme sakar sederhana menjadi asam (Schachtele, 1990). Akibatnya pH plak gigi akan turun dan menyebabkan sebagian mineral di dalam email larut (Sundoro, 1991; Wolinsky, 1994). Awal proses terjadinya karies gigi melalui mekanisme yang terakhir ini. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa penyebab awal terjadinya 1caries gigi adalah S. mutans serotipe c. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karies gigi merupakan penyakit infeksi.
Berbagai cara untuk mencegah karies gigi telah dilakukan, di antaranya dengan memperbaiki nutrisi, mengurangi konsumsi diet kariogenik, meningkatkan kebersihan mulut, atau pemberian fluor sistemik atau topikal. Penggunaan fluor dalam kandungan pasta gigi, tampaknya menunjukkan keberhasilan dalam menurunkan insidensi karies gigi di negara industri (Bartthall dkk, 1996). Pencegahan secara perorangan juga sudah dilakukan, misalnya memakai pelapis fisura dengan bahan adhesif (Frencken & HoImgren, 1999; Zimmer: 2000). Namun semua itu belum memberikan hasil yang cukup berarti, terutama pada anak-anak di beberapa negara Asia termasuk Indonesia, bila dilihat bahwa prevalensi karies giginya masih cukup tinggi (Machida & Sekiguchi, 1997)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2001
D288
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rahmah
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) adalah karies yang menyerang anak-anak pada umur dibawah 71 bulan, sedangkan Severe – Early Childhood Caries (S-ECC) adalah ECC yang keparahannya ekstensif. Salah satu faktor utama terjadinya ECC adalah bakteri Streptococcus mutans dan progresitifitas dari ECC dapat didukung oleh adanya jamur Candida albicans, tetapi hubungan antara Streptococcus mutans, Candida albicans, dan tingkat karies masih dipertanyakan. Tujuan: Mengetahui kuantitas dan hubungan antara antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari plak gigi yang dikorelasikan dengan OHI-S dan dmft pada pasien ECC dan S-ECC. Metode: Kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari 37 sampel plak gigi pasien ECC dan S-ECC diukur menggunakan metode ELISA. Nilai optical density dideteksi pada panjang gelombang 450 nm kemudian dikorelasikan dengan OHI-S dan kategori ECC serta S-ECC. Hasil: Analisis statistik dengan menggunakan uji Mann – Whitney untuk menguji perbedaan kuantitas Streptococcus mutans serotipe c pada kelompok sampel ECC dan S-ECC didapatkan nilai p=0,424. Sedangkan uji Independent T test untuk menguji perbedaan kuantitas Candida albicans pada kelompok sampel ECC dan S-ECC didapatkan nilai p=0,535. Selanjutnya dilakukan pengujian Mann Whitney untuk menganalisis perbedaan kuantitas Streptococcus mutans serotipe c pada kelompok sampel OHI-S sedang dan OHI-S baik dan didapatkan nilai p=0,070. Untuk menguji kuantitas Candida albicans pada kelompok sampel OHI-S sedang dan OHI-S baik menggunakan uji independent T test didapatkan nilai p=0,353. Hasil analisis uji korelasi Spearman antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans pada kategori ECC didapatkan hasil korelasi linier negatif kuat (r=-0,900 ; p=0,037). Serta hasil analisis uji korelasi Pearson antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans pada kategori S-ECC didapatkan hasil kecenderungan korelasi linier positif lemah (r=0,018 ; p=0,923). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans yang diambil dari plak gigi pasien ECC dan S-ECC serta pada beberapa derajat OHIS dan terdapat hubungan antara antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari plak gigi ECC dan S-ECC.

Background: Childhood Caries (ECC) is caries that attacks children under the age of 71 months, while Severe - Early Childhood Caries (S-ECC) is an ECC of extensive severity. One of the main factors of ECC is the Streptococcus mutans and the progression of ECC can be supported by the presence of the Candida albicans, but the relationship between Streptococcus mutans, Candida albicans, and ECC is still questionable. Objective: To determine the quantity and relationship between Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens from dental plaque correlated with OHI-S and dmft in ECC and S-ECC patients. Methods: The quantity of Streptococcus mutans antigens serotype c and Candida albicans from 37 dental plaque samples of ECC and S-ECC patients were measured using the ELISA method. Optical density values ​​were detected at a wavelength of 450 nm and then correlated with OHI-S and ECC and S-ECC categories. Results: Statistical analysis using the Mann-Whitney test to test differences in the quantity of Streptococcus mutans serotype c in the ECC and S-ECC sample groups showed a value of p = 0.424. While the Independent T test to test differences in the quantity of Candida albicans in the ECC and S-ECC sample groups obtained p = 0.535. Mann Whitney test was then performed to see differences in the quantity of Streptococcus mutans serotype c in the moderate OHI-S and good OHI-S sample groups and obtained p = 0.070. To test the quantity of Candida albicans in the moderate OHI-S and good OHI-S sample groups both using the independent T test, p = 0.353 was obtained. Spearman correlation test analysis results between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the ECC category showed strong negative linear correlation results (r = -0,900; p = 0.037). And the results of the Pearson correlation test analysis between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the S-ECC category showed a positive weak linear correlation trend (r = 0.018; p = 0.923). Conclusion: There was no significant difference between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans taken from the dental plaque of ECC and S-ECC patients and to some degree of OHIS and there was a relationship between Streptococcus mutans serotype c antigens and Candida albicans from ECC dental plaque and S-ECC."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisyia Ferlia Khairiyah
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan penyakit kronis yang umum pada masa anak anak. Penyakit ini didefinisikan sebagai adanya kerusakan pada permukaan gigi, kehilangan gigi, atau restorasi pada gigi sulung anak berusia 71 bulan atau dibawahnya. Terdapat empat faktor utama yang memegang peranan penting untuk terjadinya karies pada anak usia dini, yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, serta waktu. Kelompok bakteri Streptococcus mutans menjadi yang utama di antara spesies bakteri tersebut. Streptococcus mutans dibagi menjadi beberapa serotype yang terdiri dari serotype c, e dan f. Serotype c menjadi yang paling banyak ditemukan pada kasus ECC. Namun, tidak hanya bakteri yang menjadi peran dalam pembentukan karies, terdapat pula Candida Albicans yang merupakan jamur yang biasa menjadi penyebab infeksi pada rongga mulut.
Tujuan: Evaluasi terhadap kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype C dan Candida albicans pada dorsal lidah anak usia dini dan kaitannya dengan tingkat dmft.
Metode: Metode yang digunakan pada kuantifikasi antigen yang disebutkan adalah metode ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Nilai absorbansi dibaca pada panjang gelombang 450 nm, nilai tersebut dijadikan sebagai nilai kuantitas dari masing masing antigen.
Hasil: Perbedaan jumlah kuantitas antigen Streptococcus Mutans serotype C pada indeks dmft rendah sebesar 2,87, pada indeks dmft sedang 3,004 serta pada indeks dmft tinggi sebesar 3,174. Selanjutnya pada antigen Candida Albicans, terdapat perbedaan jumlah kuantitas, yaitu pada indeks dmft rendah sebesar 1,728, pada indeks dmft sedang 1,738, serta pada indeks dmft tinggi sebesar 1,71.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans pada derajat dmft. Selain itu, peneliti juga mendapatkan bahwa kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans pada anak bebas karies dan ECC memiliki korelasi negatif.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a common chronic disease in childhood. This disease is defined as damage on the tooth surface, tooth loss, or restoration in the deciduous teeth of children aged 71 months or below. There are four main factors that play important roles for caries in early childhood, which are host, agent or microorganism, substrate or diet, and time. The Streptococcus Mutans group of bacteria is the main of these bacterial species. Streptococcus Mutans are divided into several serotypes consisting of serotypes C, E and F. Serotype C is the most commonly found in ECC cases. However, it is not only bacteria that play a role in caries formation, there are also Candida Albicans which are fungi that commonly cause infections in the oral cavity.
Objective: evaluation of the quantity of Streptococcus Mutans serotype C and Candida Albicans antigens on the dorsal tongue of early childhood and its relation to dmft levels.
Method: The method used in the quantification of the antigen mentioned is the ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) method.The absorbance value is read at a wavelength of 450 nm, the value is used as the quantity value of each antigen.
Result: The difference in the quantity of Streptococcus Mutans serotype C antigens on the low dmft, the quantity is 2.87, on the medium dmft, the quantity is 3.004 and on the high dmft, the quantity is 3.174. Candida Albicans antigens, there are differences in the quantity, on the low dmft, the quantity is 1.728, on the medium dmft, the quantity is 1.738, and on the high dmft, the quantity is 1.71.
Conclusion: There is no significant difference between the quantity of Streptococcus mutans serotype c antigens and Candida albicans at dmft degrees. In addition, researcher also found that the quantity of Streptococcus mutans serotype c antigens and Candida albicans in caries-free children and ECC have a negative correlation.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Adiputra Lukardi
"Berdasarkan laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2007, prevalensi karies gigi aktif di Indonesia mencapai angka 43,4 %. Propolis adalah bahan herbal yang telah terbukti memiliki efek antibakteri yang baik terhadap S.mutans dan S.sobrinus, bakteri yang erat kaitannya dengan terjadinya karies gigi. Namun belum diketahui efektifitas kandungan propolis dalam pasta gigi terhadap S.mutans dan S.sobrinus yang diisolasi dari saliva dan plak.
Penelitian ini menganalisis pengaruh pasta gigi dengan kandungan propolis 0,5% terhadap kedua bakteri tersebut dengan metode kuantifikasi real-time PCR. Sampel plak dan saliva diambil dari 6 orang subjek pada saat sebelum, sesaat setelah, 3 jam setelah, dan 9 jam setelah pengunaan pasta gigi propolis.
Hasil menunjukan penurunan jumlah rerata bakteri S.mutans dan S.sobrinus dari sebelum perlakuan ke sesaat setelah perlakuan pasta gigi propolis, kemudian jumlah bakteri meningkat pada pengambilan sampel 3 jam setelah perlakuan dan 9 jam setelah perlakuan baik pada sampel plak dan saliva.

Based on basic health national report in 2007, active tooth caries prevalence in Indonesia reached 43,4%. Propolis is a herbal substance which has been proved to have good antibacterial effect toward S.mutans and S.sobrinus, cariogenic bacteria. Nevertheless, propolis efficacy in toothpaste toward S.mutans and S.sobrinus, which are isolated from plaque and saliva, has not been well-studied.
This research analyzed efficacy of 0.5% propolis-containing toothpaste toward these two species of bacteria by using real-time PCR quantification method. Both saliva and plaque samples were taken from six subjects at a-while-before, a-while-after, 3-hours-after, and 9-hours-after toothbrushing using propolis toothpaste.
The result showed reduction in number of bacteria from before-treatment to a-while-after treatment, later on, the amount of bacteria increased gradually at 3-hour-after and 9-hour-after treatment. This happens to bacteria isolated from both saliva and plaque sample."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roseita Dewi
"Salah satu cara pencegahan karies adalah menyikat gigi. Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus memiliki peranan pada terjadinya karies. Daun sirih dalam pasta gigi perlu diuji sebagai pencegah terjadinya karies.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pasta gigi daun sirih terhadap jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus.
Metode: Jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus dari sampel plak dan saliva dikuantifikasi dengan menggunakan real-time PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara 3 jam setelah menyikat gigi dengan sebelum menyikat gigi pada Streptococcus mutans di plak.
Kesimpulan: Terjadi penurunan jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus setelah menyikat gigi menggunakan pasta gigi mengandung daun sirih.

Brushing tooth is one of technique to prevent caries. Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus have role in development of caries. Betel leaf ingredient in toothpaste needs to be studied as caries prevention.
Aim: To analyze the effect of betel leaf toothpaste against levels of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus.
Methods: Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus from plaque and saliva samples were quantified by real-time PCR.
Result: There was significant difference between before brushing and three hours
after brushing on amount of Streptococcus mutans in dental plaque.
Conclusion:
The levels of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus showed reduction
after brushing tooth."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pahrur Razi
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada murid SD di Kota Jambi Tahun 2014. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian diperoleh 59,3% responden karies gigi. Susunan gigi dan derajat keasaman saliva merupakan faktor yang berhubungan dengan karies gigi, dimana responden dengan derajat keasaman saliva yang tidak normal berisiko terjadi karies gigi 2,6 kali dibanding yang normal setelah dikontrol oleh susunan gigi dan kebersihan gigi dan mulut. Susunan gigi tidak teratur berisiko terjadi karies gigi 2,6 kali dibanding yang teratur, setelah dikontrol oleh derajat keasaman saliva dan kebersihan gigi dan mulut. Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada murid SD di Kota Jambi.

The purpose of this study to determine the factors associated with dental caries in primary school students in the city of Jambi 2014. The study used a cross-sectional design. The results were obtained 59.3 % of respondents dental caries. Arrangement of the teeth and saliva acidity is a factor associated with dental caries, where respondents with the degree of acidity abnormal salivary caries risk occurs 2.6 times compared to normal after controlled by the arrangement of teeth and oral hygiene. The composition of irregular teeth caries risk occurs 2.6 times compared to regular, once controlled by the acidity of saliva and oral hygiene. It is recommended to increase the promotive and preventive primary school students in the city of Jambi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Sunggoro Moeis
"Penelitian dilakukan dengan tujuan memberi informasi mengenal efek pemberian tablet fluor terhadap karies gigi sulung, mengingat hingga kini belum ada laporan mengenai hal tersebut di Indonesia. Penelitian deskriptif-analitik secara restrospektif dilakukan terhadap 114 anak berdomisili di Jakarta sejak lahir, berusia dari dua hingga lima tahun yang datang ke suatu klinik spesialis anak di Jakarta Utara. Pemeriksaan karies gigi sulung dilakukan dengan bantuan data yang berasal dari catatan medik penderita serta wawancara terbuka. Ternyata karies gigi sulung antara anak yang diberi dengan yang tidak diberi tablet fluor berbeda bermakna dengan p [ 0,05, terutama bila diberikan secara teratur pada anak. Karies pada anak yang mulai diberi tablet fluor setelah usia 6 bulan dalam tahun pertama kehidupan, tidak berbeda bermakna dengan karies pada anak yang mulai diberi tablet fluor pada usia 1-6 bulan. Karies pada anak yang diberi tablet fluor dalam jangka waktu 1-1,5 tahun, tidak berbeda bermakna dengan karies pada anak yang diberi tablet fluor dalam jangka waktu lebih dari 1,5 tahun. Dengan demikian penelitian ini memper--lihatkan efek positif pemberian tablet fluor terhadap karies gigi sulung. Hal ini terutama bila diberikan secara teratur pada tahun pertama kehidupan anak dan dalam jangka waktu yang sesuai dengan periode perturnbuhan serta perkembangan gigi sulung."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T4162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Setiyawati
"Tingginya angka karies gigi pada anak usia sekolah seiring kebiasaan masyarakat Indonesia yang belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian adalah deskriptif korelatif pada 108 responden yang dipilih secara stratified random sampling di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang. Ada hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies dengan Pvalue 0,039 menggunakan uji chi-square. Rekomendasi dari penelitian ini adalah orangtua dan guru perlu membiasakan anak untuk menggosok gigi sebelum tidur malam sejak usia sekolah.

The high prevalence of dental caries among school-age children as Indonesian people have not implemented good habit of tooth brushing. This research was aimed to explore the correlation between habit of tooth brushing before going to the bed at night with dental caries among elementary school students. The research used a descriptive correlation. Samples, 108 respondents were recruited using stratified random sampling at Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah in Tangerang. Habit of tooth brushing before going to the bed at night were significantly correlated with dental caries among students with Pvalues 0,039 used chi-square. Based on findings, parents and teachers have to teach good habit of tooth brushing before going to bed at night."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42020
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Avianti Sectiotania
"Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi tetap. Gigi sulung lebih rentan terhadap terjadinya karies karena struktur dan morfologinya yang berbeda dari gigi tetap. Bakteri Mutans Streptococci yang paling banyak berada dalam rongga mulut manusia adalah S. mutans dan S. sobrinus. S.mutans merupakan spesies bakteri utama yang mengawali karies gigi manusiadan patogen yang paling umum terdapat pada plak gigi. Ibu sebagai pengasuh utama sering dianggap menjadi sumber infeksi terbesar bagi anak yang memiliki S.mutans dan atau S.sobrinus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubunganS.mutans serotipe c dan S.sobrinus serotipe d antara ibu-anak serta mengetahui hubungan status karies diantaranya. Sampel penelitian diambil dari plak gigi 48 pasangan ibu dan anaknya yang menderita karies dan diperiksa menggunakan PCR (Polimerase Chain Reaction).Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah S.sobrinus serotipe d mendominasi keseluruhan subyek penelitian. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara status karies anak-ibu dengan distribusi S.mutans serotipe c danS.sobrinus serotipe d. Uji korelasi skor def-t dengan DMF-T menunjukkan adanya hubungan yang bermakna, yang berarti bahwa def-t anak akan meningkat seiring dengan kenaikan DMF-T ibu. Hubungan S.mutans serotipe c antara anak dan ibu ditemukan tidak bermakna dengan hubungan sangat lemah sedangkan hubungan S.sobrinus serotipe d antara anak dan ibu bermakna walau hubungannya lemah. Perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi ibu berhubungan dengan pengalaman karies gigi anak melalui transmisi S.mutans dan S.sobrinus secara vertikal.

Dental caries may occur in the primary and permanent teeth. Primary teeth are more susceptible to caries due to the different structure and morphology compared to permanent teeth . The most bacteria of Mutans Streptococci found in the human oral cavity are S. mutans and S. sobrinus .While S. mutans is also the main species of bacteria that initiate dental caries humans and the most common pathogens found in dental plaque. Mother as the primary caregiver is often considered to be the biggest source of infection for children with S. mutans and or S.sobrinus. This study aims to investigate the relationship of serotypes c S. mutans and serotype d S.sobrinusbetween mother - child relationship and to know the status of caries among others . Samples were taken from dental plaque of 48 pairs mothers and their children who suffer from caries and examined using PCR (Polimerase Chain Reaction) . Results indicate that the number of serotype d S. sobrinus dominates whole subject of research . There is no significant relationship between caries status of the child - mother with the distribution of serotype c S. mutans and serotype d S.sobrinus. Correlation test scores def-t with DMF-T showed a significant relationship, which means that def-t will increase along with the increase of DMF-T. S.mutans serotypec relationship between the child and the mother was found to be significantly associated with a very weak relationship whereas S.sobrinus serotypes d relationship between the child and mother meaningful relationship despite weak . Behavioral and dental health knowledge mother dealing with dental caries experience of children through vertical transmission of S. mutans and S.sobrinus ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Jayanti
"Perawatan gigi pada usia 5-6 tahun mempengaruhi kesehatan gigi pada tingkat usia selanjutnya. Kurangnya perawatan gigi seperti menggosok gigi dapat memicu terjadinya kerusakan gigi, salah satu diantaranya karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perawatan gigi yaitu menggosok gigi dengan insiden karies gigi pada anak usia 5-6 tahun. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa TK At- Taubah dan TK Persistri dengan jumlah 65 orang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif sedangkan teknik analisis datanya menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungannya antara kurangnya perawatan gigi (menggosok gigi) dengan insiden karies gigi pada anak usia 5-6 tahun.

Tooth care in child 5-6 years old effects tooth health in the next level. Less tooth care like tooth brush with right and regular can cause damage tooth, example tooth caries. Research objective to know related between tooth care like tooth brush with incident tooth caries in child 5-6 years old. Research sample is students TK At- Taubah and TK Persistri with 65 people. Research design is corelatif descriptive with technique data analysis is chi square test. Research result direct not related between tooth care like tooth brush with incident tooth caries in child 5-6 years old."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5833
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>