Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soewarta Kosen
"Suatu studi untuk menilai pencapaian tujuan kebijakan rumah sakit swada telah dilakukan oleh Puslitbang Pelayanan Kesehatan, bekerja sama dengan Universitas Harvard. Lima rumah sakit pemerintah yang telah melaksanakan kebijakan swadana, tiga rumah sakit pemerintah yang belum melaksanakan swadana dan dua rumah sakit swasta telah dipilih sebagai sampel. Tujuan utama kebijakan rumah sakit swadana adalah memberi keleluasaan dalam mengatur pembiayaan rumah sakit dengan hak untuk menyimpan dan menggunakan pendapatan rumah sakit secara langsung sehingga efisiensi dan kualitas pelayanan dapat ditingkatkan tanpa mengurangi akses penderita yang kurang mampu.
Hasil studi ini menunjukkan meskipun terdapat peningkatan pendapatn asli rumah sakit setelah menjadi swadana, tingkat ketergantungan pada subsidi pemerintah tidak berkurang. Perbaikan sistem insentif telah meningkatkan sistem manajemen dan tingkat kehadiran karyawan rumah sakit tetapi terdapat kecendrungan peningkatan tarip dan pengurangan jumlah tempat tidur untuk penderita kurang mampu sehingga mengurangi akses penderita miskin terhadap pelayanan rumah sakit. Peningkatan kualitas pelayanan mulai dilakukan melalui upaya Total Quality Management sedangkan peningkatan efisiensi belum dapat dibuktikan secara kuantitatif."
1999
JMAR-1-2-Jun1999-60
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilah
"Dalam beberapa tahun terakhir, disfonia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Disfonia atau gangguan perubahan kualitas suara dapat mengganggu aktifitas dan kegiatan sosial bagi penderita. Pasien dengan disfonia memerlukan penilaian secara spesifik dan terarah. Pemeriksaan objektif penting untuk menilai disfonia, penilaian subjektif juga tidak kalah pentingnya. Gangguan kualitas hidup akibat disfonia dapat dinilai menggunakan kuesioner VHI (Voice Handicap Index) serta penilaian perseptual menggunakan metode GRBAS (grade, roughness, breathiness, asthenia, strain). Penilaian objektif berupa pemeriksaan videostroboskopi dan MDVP (Multi dimenssion voice program) akan sangat membantu dalam penatalaksanaan pasien dengan disfonia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penilaian subjektif dan objektif pada pasien dengan gangguan suara. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di poliklinik THT KL FKUI-RSCM Dr. Cipto Mangunkusumo periode bulan September 2019 sampai dengan Novemberi 2019 pada pasien disfonia usia 18-60 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi yang signifikan secara statistik antara penialian subjektif dan objektif pada pasien gangguan suara.
In recent years, dysphonia is one of most important public health problems in recent years. Dysphonia or voice quality changing can interfere patients daily life and social activities. Patients with dysfonia need specific and directed assessment. Subjective assessment is needed in addition to objective examination. Limitation due to dysphonia can be measured using the Voice Handicap Index questionnaire and perceptual evaluation using the GRBAS method (grade, roughness, breathiness, asthenia, strain). Objective examination using video stroboscopy and MDVP (Multi-dimenssion voice program) will be very helpful in managing patients with dysphonia.. The purpose of this study was to determine the relationship between subjective and objective judgments in patients with voice disorders. This study uses a cross-sectional design, conducted at the ENT polyclinic FKUI-RSCM Dr. Cipto Mangunkusumo in September 2019 to November 2019 for dysphonia patients aged 18-60 years old. From this study there is a statistically significant correlation between subjective and objective assessment of sound impaired patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwan Jus
"Lama waktu di UGD adalah urutan utama dari kecepatan pelayanan UGD dan merupakan petanda dari sasaran mutu. Penelitian tentang waktu untuk menilai proses pelayanan UGD dapat membantu menjelaskan sebab lamanya waktu pelayanan UGD. Tujuan dari penelitlan ini adalah untuk menganallsis faktor-faktor yang mempengruuhi waktu peJayanan pasien UGD RS Ptuit.
Metoda: Dengan penelitian survei, yang mengambil tempat di UGD RS Plult, peneliti mengobservasi 171 pasien yang dltangani selama 3 minggu berturut-turut pada periode Maret 2008, Data penting yang dicatat, meliputi karakteristik pasien, durasi pelayanan perawat, durasi pelayanan dokter dan durasi total layanan pasien UGD RS Pluit. Dilakukan uji Anova dan t test untuk menentukan fuktor-faktor yang rnempengaruhi durasi pelayanan pasien pada nilai a=O,1.
Hasil: Pasien berusia tua, pasien status Gawt dokter, pelatihan EKG dokter, pelatihan ACLS perawat berhubungan dengan durasi total layanan pasien UGD RS Pluit. Kesimpulan. Kategori pasien dan karakteristik dokter dan perawat adalah variabel independen penting yang secara signifikan mempengaruhi durasi.

Length of stay (LOS) is a key measure of emergency department (ED) throughput and a marker of quality objective. Time study that assess ED services will help to clarify the causes of prolonged ED service to patients, The objectives of this study were to analyze factors influencing.
Methods: In this survey study, conducted at Emergency Department of Pluit hospital investigators observed 171 patients treated during a continuous 3-weeks period in March 2008. Key data were recorded, including patients characteristics, nurses service time doctors service time, and overalJ ED LOS, Anova test and t test were performed to determine which factors were associated with Emergency Department LOS to patients on a=O,1.
Results: Elderly patients, patients in emergency status, patients with doctors better, doctors ECG training and nurse's ACLS training were significant associated with ED's service duration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21016
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mien S. Hatta
"ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada seksi keuangan RSUD Bekasi, bertujuan menyusun rencana penataan pengelolaan pendapatan dan belanja rutin- Rumah Sakit Unit Swadana.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu melihat gambaran seksi keuangan RSUD Bekasi saat ini dan membandingkannya dengan gambaran seksi keuangan Rumah Sakit Unit Swadana ditinjau dani komponen input, proses, output, berlandaskan pada a) Keputusan Presiden No. 38 tahun 1991 tentang Unit Swadana dan Tata Cara Pengelolaan Keuangannya, b) Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 tahun 1993 tentang Penetapan dan Penatausahaan Berta Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Daerah dan c) peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan swadana.
Untuk membuat rencana penataan pengelolaan pendapatan dan belanja rutin ini, terlebih dahulu harus dibuat langkah-langkah rencana perubahan status RS Non Swadana menjadi RS Unit Swadana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tatalaksana komponen input maupun proses seksi keuangan RSUD Bekasi harus mengalami perubahan sesuai dengan sistem RS Unit Swadana, untuk itu organisasi, peran dan fimgsi harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan tentang swadana.
Untuk melaksanakan perubahan status dari RSUD Bekasi menjadi RS Unit Swadana, perlu dibuat langkah-langkah rencana operasional berupa : pembentukan tim swadana, pelaksanaan struktur organisasi baru, pembuatan analisis jabatan, penataan staf keuangan, pelatihan tenaga pengelola keuangan, penghitungan kembali unit cost pelayanan, penetapan tarif pelayanan berdasarkan unit cost terbaru, pembentukan Satuan Pengawasan Intern.
Semua kegiatan harus memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas, agar tercapai tujuan swadana yang diharapkan.

ABSTRACT
The research was conducted in the financing section of Bekasi Regional General Hospital, with the objective to develop a management plan on the revenues and routine expenditures of a Self Financing Hospital.
The method applied was analyzing and comparing the condition between the present - financing section of Bekasi Regional General Hospital and the future financing section of a Self Financing Hospital. The analysis was based on input, process and output components in conjunction with a) the Presidential Decree Number 38 year 1991 regarding to the Self Financing Unit and Financial Management, b) the Ministry of Home Affairs Decree Number 92 year 1993 regarding to the Arrangement, Management and Accountability of the Regional Self Financing Unit and c) other related regulations.
To develop this management plan on the revenues and routine expenditures first of all the Local Government has to convert the status of the Non Self Financing Hospital into a Self Financing Hospital.
The research result showed that management of the input and process components of the financing section of Bekasi Regional General Hospital should be converted into a Self Financing Hospital system, therefore the organization, role and function have to be adjusted in accordance to the rules and regulation of self financing.
To implement the changes of Bekasi Regional General Hospital in becoming a Self Financing Hospital, the steps suggested are as follows : set up the Self Financing Hospital team, carry out the new organizational structure, conduct a job analysis, reorganize the financing staff, carry out training programs for the financing staff, calculate a new unit cost for hospital care, adjust the tariff based on the new unit cost, set up an Internal Audit Team.
The recommended activities should be based on efficiency and effectiveness in order to reach the objective of a Self Financing Hospital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Erlina
"ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. WHO menyimpulkan Indonesia menempati
urutan ke-4 terbesar penderita DM di dunia, 90-95% adalah DM tipe 2. Latihan
jasmani/ senam diabetes merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol, dan
mengatasi DM. Senam direkomendasikan 3-5 kali/ minggu. Penelitian bertujuan
menjelaskan pengaruh senam diabetes terhadap kadar glukosa darah pasien DM tipe
2. Desain penelitian menggunakan metoda quasi experiment. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah pretest and post test group design tanpa kelompok kontrol.
Sampel berjumlah 15 orang. Teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Responden diberikan intervensi senam diabetes 3 kali perminggu selama 8 minggu.
Alat yang digunakan glukometer untuk mengukur kadar glukosa darah, kuesioner
data responden untuk data karakteristik, kuesioner Holmes & Rahe Stress Scale
untuk data stres, microtoice untuk tinggi badan, dan timbangan badan untuk berat
badan. Hasil penelitian menunjukkan senam diabetes berpengaruh terhadap kadar
glukosa darah pasien DM tipe 2 (P=0,006). Stres menunjukkan hubungan yang
kuat dengan kadar glukosa darah sebelum intervensi (r=0,688, P=0,005), hubungan
berpola positif. Stres menunjukkan hubungan yang kuat dengan kadar glukosa
darah sesudah intervensi (r=0,575, P=0,025), hubungan berpola positif.
Penggunaan OHO tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah sebelum
intervensi (P=0,285). Penggunaan OHO berhubungan dengan kadar glukosa darah
sesudah intervensi (P=0,002). Saran penelitian adalah manager keperawatan dapat
memprogramkan senam diabetes minimal 3x perminggu atau tiap hari di RS dengan
penanggung jawab khusus dan dievaluasi secara berkala, senam diabetes dapat
dijadikan terapi komplementer dengan sistem rujukan yang terstruktur, dan
penelitian dapat dijadikan landasan kerjasama lintas sektor dengan instalasi yang
berbeda dalam lingkungan rumah sakit (poliklinik diabetes, kesehatan masyarakat,
dan instalasi gizi).

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease because disparity of insulin secretion,
insulin work, or both of them WHO concludes that Indonesia is the fourth biggest
of patient with Diabetes Mellitus in the world, 90-95% is Diabetes Mellitus Type 2.
Physical exercise or diabetes gymnastic is the first way on prevention, control, and
overcome Diabetes Mellitus. Gymnastic is recommended 3-5 times a week. The
purpose of this research to explain the effect of diabetes gymnastic on blood
glucose rate of patient with diabetes mellitus type 2. Research design used a quasi
experiment method. This study used pretest and post test group design without
control group. Sample numbers are 15 peoples. Samples are taken by purposive
sampling technique. Respondents are given a diabetes gymnastic intervention for
three times a week during 8 weeks. Appliance which is used are glukotest for
measuring blood glucose rate, respondent data questionnaire for characteristic data,
questionnaire Holmes & Rahe Stress Scale for stress data, microtoice for body tall,
and body weight machine for body weight. Research result indicated that diabetes
gymnastic has an effect on blood glucose rate of patient with diabetes mellitus type
2 (P=0,006). Stress indicated a strong relationship with blood glucose rate before
intervention (r=0,688, P=0,005), the relation of positive design. Stress indicated a
strong relationship with blood glucose rate after intervention (r=0,575, P=0,025),
the relation of positive design. Usage of OHO don't relate to blood glucose rate
before intervention (P=0,285). Usage of OHO relates to blood glucose rate after
intervention (P=0,002). Research suggestion for nursing manager can program
diabetes gymnastic for three times a week or every day at hospital with special
responsibility and periodic evaluation, diabetes gymnastic can be made a
Pengaruh senam..., Lina Marlina, FIK UI, 2008
complementary therapy with structural reference system and this research can
become basic for the next research of nursing."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sapti Sri Wuryani
"Unit pelayanan rawat jalan merupakan bagian strategis dari suatu rumah sakit. Penampilan rumah sakit juga mencerminkan citra rumah sakit, sehingga keberhasilan pelayanan yang memenuhi tuntutan pasien sangat menentukan. Beberapa faktor penting yang menentukan adalah kelancaran alur pasien pada pelayanan rawat jalan. Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan penatalaksanaan baik bangunan fisik rawat jalan, maupun tenaga pelaksananya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas dan benar mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rawat jalan, dengan mengetahui analisa situasi, tatalaksana, serta mengidentifikasi permasalahan akhirnya mengembangkan usulan peningkatan efektifitas alur pasien rawat jalan.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan pemecahan selain dikarenakan tataletak bangunannya, juga karena kapasitas ruang yang tersedia kurang memadai.
Dengan melakukan wawancara pada petugas pelayanan rawat jalan, maka diketahui permasalahan yang ada di masing-masing unit, serta usulan pemecahan masalahnya. Dihubungkan dengan kepustakaan yang ada serta keinginan para pelaksana rawat jalan, maka dikembangkan usulan tataletak bangunan fasilitas rawat jalan dan diharapkan alur pasien yang terjadi menjadi lebih efektif.

Outpatient Department is one of the strategic units in a hospital, because its performance become one indicator of hospital performances and also acts a show window of the hospital. Several factors affecting Outpatient Department's effectiveness i.e. flow of outpatient services, design of outpatient facilities, and knowledge and skill of their personnel's.
The objective of this study is to develop a framework to improve the outpatient department services in Sumedang General Hospital. To achieve this objective, the researcher did three activities, i.e. mapping the design of outpatient facilities, charting the flow of outpatient services from the time of patient's arrival to their departure in all clinics; and finally interviewing personals at the outpatient department. Design of this study is a case study in one hospital utilizing a problem solving approach activities.
Result of the situational analysis showed that the design of outpatient facilities in Sumedang Hospital had an impact on the effectiveness of patent services. Using a hypothetical flow of services from patient from intemaland surgery units, the study shown a crisscrossing pattern and the accumulation of crowd In the waiting area. Interview of the outpatient personnel's shown that many problems had not been treated properly in the past, and several solutions was proposed by the outpatient personnel's.
A new design of the outpatient facilities is proposed to reduce the crowding of patients in the waiting area, and improved the effectiveness of patent services in the outpatient department.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Burn injury causes mechanical disruption to the skin,which allows environmental mocrobes to invade the deeper tissues....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Boyd, Elaine
Cambridge: Cambridge University Press, 2006
428BOYO001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Boyd, Elaine
Cambridge: Cambridge University Press, 2006
428BOYO002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Setiawan
"Konflik telah menjadi bagian keseharian dalam sebuah organisasi. Manajer merupakan sosok strategis dalam memanfaatkan konflik secara fungsional guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pandangan interaksionistik manajer menjadikan konflik sebagai wahana untuk menciptakan situasi dinamis dalam organisasi kerjanya. Penelitian bertujuan mencoba melihat bagaimana hubungan antara model penatalaksanaan konflik kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode korelasional dengan sampel penelitian secara total sampling pada seluruh perawat yang bertugas di instalasi rawat inap yang berjumlah 96 orang. Derajat kesalahan yang dipergunakan adalah 0.05. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara model penatalaksanaan konflik kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana (0.0001), Model penatalaksanaan konflik kolaboratif menyebabkan kepuasan kerja tertinggi dibandingkan model penatalaksanaan konflik kompromi dan otoritatif Analisis statistik terhadap variabel confounding memperoleh hasil bahwa karakteristik perawat pelaksana tidak memberikan perbedaan bermakna terhadap kepuasan kerja, yaitu usia (r = 0.083), jenis kelamin (0.491), pendidikan (0.333), status perkawinan (0.297), status kepegawaian (0.582), dan masa kerja (r = 0.192). Karakteristik perawat pelaksana jugs diujikan secara statistik terhadap persepsi penatalaksanaan konflik kepala ruangan. Masa kerja memberikan kesimpulan adanya hubungan yang signifikan dengan persepsi penatalaksanaan konflik kepala ruangan (0.046). Sementara variabel lainnya tidak memberikan hubungan yang bermakna, yaitu usia (0.065), jenis kelamin (0.927), pendidikan (0.618), status perkawinan (0.343), dan status kepegawaian (0.477). Guna meningkatkan kepuasan kerja karyawan, upaya-upaya manajemen sumber daya manusia memerlukan perhatian khusus. Perlu peningkatan pengetahuan, sikap dan kompetensi kepemimpinan pada setiap tingkatan manajerial. Secara metodologis penelitian ini dapat dijadikan data dasar guna penelitian terkait dengan kepuasan kerja. Secara teoritis penelitian ini telah memperkuat teori pentingnya kepemimpinan dalam sebuah organisasi untuk menciptakan kepuasan kerja dan iklim kerja yang kondusif."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T8758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>