Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191012 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Adianto
"Perkembangan perdagangan dan pasar modal internasional mengarah pada ekspansi bisnis ke luar negeri, seiring dengan ekskalasi pertumbuhan dan internasionalisasi perdagangan dan pasar modal tersebut. Ekspansi bisnis dengan perluasan kapasitas, operas!, dan pasar menimbulkan banyak perusahaan multinasional (multinational corporation atau MNC), dengan alasan kebijakan perdagangan, pertimbangan politis, dan faktor-faktor ekonomi lainnya, seperti pengupahan, insentif, dan sebagainya.
Laporan keuangan MNC harus mengkonsolidasikan operas! anak perusahaan asing (foreign subsidiary) dan perusahaan induk (parent company), yang didasarkan pada perbedaan prinsip-prinsip akuntansi dan satuan mata uang. Mata uang asing (foreign currency) - yang merupakan denominasi laporan keuangan (financial statements) dari foreign subsidiary harus ditranslasikan dalam mata uang parent company.
Penerapan translation process sangat rumit, terutama dalam penentuan penggunaan kurs yang berlaku, karena fakta bahwa besaran kurs antara dua atau lebih mata uang sangat fluktuatif. Kesulitan lainnya adalah bagaimana melaporkan translation adjustment pada akun-akun (accounts) neraca ketika terjadi perubahan kurs valas. Translation adjustment merupakan hasil yang inheren (inherent results) dari translation process dari laporan keuangan entitas asing (foreign entity's financial statements') dari functional currency (Rupiah) ke dalam reporting currency (US Dollar), yang diakumulasikan sebagai consolidated stockholder's equity. Besaran atau jumlah translation adjustment dipengaruhi oleh oleh paparan entitas akuntansi (entity's accounting exposure).
Berdasarkan penelitian pada PT Goodyear Indonesia Tbk., PT Procter & Gamble Indonesia Tbk. dan PT Sobering Plough Indonesia Tbk., yang merupakan kelompok industri barang konsumsi, dalam rentang waktu 1995 - 1999, perubahan kurs pada laba rugi penjabaran dengan menggunakan translation process akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan akan meningkat seiring dengan penguatan perubahan kurs tukar US Dollar terhadap Rupiah, Jika tidak dipengaruhi oleh perubahan kurs, hubungan antara beberapa akun (accounts), seperti Current Ratio, Quick or Acid Test Ratio, Debt to Total Capital, Times Interest Earned, dan Profit Margin, akan sama besamya sebelum dan sesudah translation process. Jika dipengaruhi oleh perubahan kurs, hubungan antara beberapa akun (accounts) akan berbeda, yang menunjukkan pengaruh ekonomi dari perubahan kurs (economic effect of rate changes), seperti yang ditunjukkan oleh rasio Inventory Turnover, Receivables Turnover, Fixed Turnover, Total Assets Turnover, Debt to Equity, Return on Assets (ROA\ dan Return on Equity (ROE), yang besamya berbeda sebelum dan sesudah translation process, meskipun perbedaannya tidak begitu besar.
Penyusunan laporan keuangan konsolidasi antara anak perusahaan (foreign subsidiary) dan perusahaan induk (parent company) memerlukan pengembangan harmonization of worldwide accounting standards : prinsip-prinsip umum akuntansi dan standar internasional, yang menjadi referensi peraturan akuntansi yang berlaku di semua negara, untuk mengurangi atau mempersempit perbedaan (regulasi akuntansi, kebiasaan bisnis, peraturan perpajakan, tradisi hukum, perbedaan mata uang dan kurs, dan faktor-faktor infiasi) antara prosedur akuntansi umum di berbagai negara.
Penggunaan reciprocal accounts dalam bentuk restated bukan translated akan sangat membantu dalam menyusun prosedur akuntansi dan memberikan informasi yang berkaitan dengan perabahan mata uang (currency changes) dari anak perusahaan (foreign subsidiary) atau functional currency ke perusahaan induk (parent company) atau reporting currency, yang akan menghindarkan disparitas pada kesalahan pencatatan transaksi (transaction recording)."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karang batu merupakan salah satu komponen pembentuk ekosistem terumbu karang dan peranannya sangat penting secara biologi maupun ekologi di dalam suatu perairan pesisir. penelitian terumbu karang di perairan Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar Sulawaesi Selatan dilakukan pada bulan Nopember 2007 dengan menggunakan transek garis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi karangbatu perairan Pulau Tanjampea. Hasil analisis meunjukkan bahwa persentase tutupan karang batu tertinggi di Pulau tanajampea yaitu 44,43% yang dijumpai di Stasiun 2 dan terendah 26,33% di Stasiun 1. nilai keanekaragaman jenis (H) karang batu tertinggi 1,04 dijumpai di Stasiun 1 dan terendah 0,83 di stasiun 4. Kemerataan jenis (j) karang batu tertinggi 0,58 dijumapi di Stasiun 3 dan terendah 0,48 di Stasiun 4. jenis karang batu diperoleh sebanyak 111 jenis yang mewakili 16 suku. Secara umum kondisi karang batu di Pulau Tanajampea masih baik dan masuk pada kategori sedang."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Trimulyadi Rekso
"Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi kopolimer cangkok akrilamida (AAm) dan N,N dimetilakrilarnida (DMAA) pada serat polipropilen (PP) dengan teknik prairadiasi dalam atmosfir nitrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum proses pencangkokan gugus amida yang tidak dan tersubsitusi pads serat polipropilen, untuk memperoleh serat yang dapat diaplikasikan sebagai penukar ion logam dalam larutan.
Pada penelitian ini dipelajari parameter parameter yang mempengaruhi kadar pencangkokan yaitu, jenis dan komposisi pelarut, dosis total, konsentrasi monomer, waktu, dan temperatur reaksi . Karakterisasi serat kopolimer cangkok PP-g-Aam dan PP-g-DMAA yang dihasilkan dipelajari dengan spektroskopi infra merah, kesetabilan termal, dan pengamatan mikroskop elektron.
Hasil percobaan menunjukkan kondisi terbaik untuk pencangkokan akrilamida, adalah dosis total 20 kGy, pelarut campuran air dan metanol dengan perbandingan volume = 9 : 1 , konsentrasi akrilamida 30% (wlw), pada temperatur 400 C, dengan waktu reaksi selama 2 jam. Kadar pencangkokan rata rata yang diperoleh pada kondisi tersebut adalah 215 %. Untuk monomer N,N dimetilakrilamida adalah dengan dosis 20 kGy, pelarut air, konsentrasi monomer 50 % (w/w), pada temperatur reaksi 50 ° C , dengan waktu reaksi selama 4 jam. Kadar pencangkokan rata-rata untuk monomer ini sebesar 188 %. Energi aktivasi pencangkokan monomer akrilamida dan N,N dimetilakrilamida yang diperoleh adalah berturut turut 5,71 kkal/mol dan 12,4 kkal/mol. Ini berarti bahwa AAm lebih mudah dicangkokan daripada DMAA.
Pengamatan spektrum serapan FTIR dari serat yang telah dicangkok membuktikan telah terjadi pencangkokan gugus amida dengan munculnya vibrasi ulur gugus karbonil (1700 - 1600 cm -1 ) dan amina ( 3500 - 3400 cm-1 ) dan menurunnya intensitas vibrasi ulur gugus isopropil ( 1170 - 1140 cm'') dengan meningkatnya kadar pencangkokan. Pengujian sifat termal menunjukkan bahwa titik leleh serat PP-g-AAm dan PP-g-DMAA tidak menunjukkan penurunan yang berarti dibandingkan serat polipropilen . Pengamatan dengan SEM menunjukkan bahwa pencangkokan akrilamida lebih dominan sebagai poliamida dan terjadi dipermukaan serat, sedangkan N,N dimetilakrilamida cenderung terjadi di dalam serat.
Hasil pengujian pertukaran ion menunjukkan, bahwa serat PP-g-AAm mempunyai kapasitas penukaran yang masih rendah dan lebih selektif terhadap ion Cu (II) dibandingkan dengan ion ion Co (II) dan Fe (III) pads pH 4,4. Perlakuan dengan merefluks serat dalam larutan 1 N Na2CO3 dapat meningkatkan kapasitas pertukaran terhadap ion Cu (II) , pada pH 4,0 yaitu menjadi 64,5 mg/ g serat . Serat PP-g-DMAA mempunyai kapasitas pertukaran terhadap Cu (II) yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan PP-g-Aam, karena adanya pengaruh sterik dari gugus metil.

Synthesis and Characterization of Acrylamide (Aam) and N,N, Dimethylacrylamide (Dmaa) Grafted Onto Polipropylene (Pp) Fiber by Pre-Irradiation TechniquesThe synthesis and characterization of grafted acrylamide (AAm) and N,N, dimethylamide (DMAA) onto polypropylene (PP) by pre-irradiation techniques at nitrogen atmosphere have been carried out. The aim of this research was to find out optimum conditions of grafting of amide group neither substituted nor unsubstituted onto PP, and to study the grafted fibers prepared as an ion exchanger in solutions.
In this research, the parameters affected the degree of grafting e.g. solvents and its compositions, total irradiation dose, monomer concentrations, the temperatures, and the reaction period have been studied. The characterization of grafted PP-g-AAm and PP-g-DMAA copolymers were examined by Infra Red spectroscopy (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC) , and Scanning Electron Microscope (SEM).
The results show that the optimal conditions for grafting of AAm were as follows : total irradiation dose was 20 kGy, the solvent compositon was water/methanol 911 (v/v), the concentration of AAm was 30 % (w/w), temperature of 40 ° C and the reaction period of 2 hours. The averages degree of grafting was 215 %. The grafting condition reaction for DMAA as follows: irradiation dose was 20 kGy, water as a solvent, monomer concentration of 50 % (vlv), temperature of 50 °C and the reaction period of 4 hours . The average degree of grafting fibers was 188 %. The activation energy of AAm and DMAA monomers was 5.71 and 12.4 kkall mol, respectively. It means that AAm monomer was easier grafted onto PP fiber than DMAA.
From 1.111 spectra of grafted fibers, the amide group were shown by the vibration of carbonyl (1700 -- 1600 cm-I ) and amine (3500 - 3400 cm-I) groups. The increase in the degree of grafting followed by the decrease of intensity strectching vibration of isopropyl group (1170 -1140 cm-I) . Compared to the PP fibers , the melting point of PP-g-AAm and PP-g-DMAA did not differ, significantly. From the SEM observation it can be concluded that the AAm group pre dominantly as a polyacrylamide at the surface of fibers, and the DMAA grafted at the inner space of the fibers. The ion exchanger properties, shows that the capacity of PP-g-AAm as ion exchanger towards Cu(II) ion was low and higher selectivity than Co (II) and Fe (III) ions at pH 4.0. By reflux treatment in l N Na2CO3 solution, the exchange capacity towards Cu (II) ion was increased up to 64.5 mglg of fiber. The PP-g-DMAA fiber show much lower capacity as ion exchanger compared to PP-g-AAm, due to the a steric effect of methyl subtituent groups."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ganantha Marsyafa
"Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan batuan keras serta mengestimasi volumenya untuk menjadi material timbunan dalam perencanaan pembangunan Bendungan Way Sekampung, Lampung. Penelitian ini menggunakan metode resistivitas. Pengukuran dilakukan pada 6 lintasan dengan panjang lintasan 235 m dan spasi 5 m menggunakan Konfigurasi Wenner. Metode resistivitas digunakan untuk mengidentifikasi jenis litologi di bawah permukaan. Hasil pengolahan data resistivitas dikorelasikan dengan peta geologi regional, klasifikasi nilai resistivitas batuan, dan data bor. Terdapat beberapa jenis litologi dengan distribusi resistivitas yaitu pada nilai resistivitas 0-80 Ωm diduga sebagai lapisan lempung bercampur tuf dengan nilai Standard Penetration Test (SPT) 0-11, 80-120 Ωm diduga sebagai lapisan batu pasir dengan nilai SPT 12-41, dan pada nilai resistivitas lebih dari 120 Ωm diduga sebagai batuan keras yaitu lapisan sekis. Pengolahan data dilakukan dengan metode inversi dua dimensi dan pemodelan tiga dimensi. Berdasarkan hasil interpolasi pemodelan 3-D ditemukan kemenerusan batuan sekis ke arah utara dan selatan daerah penelitian. Potensi cadangan batuan sekis ditemukan menerus pada lintasan 1, 2, 3 dan lintasan 4, 5, 6. Kemenerusan batuan sekis cukup tebal terjadi pada lintasan 4, 5 dan 6. Estimasi volume cadangan batuan sekis pada daerah penelitian yaitu 2.528.111 m3 dengan nilai resistivitas lebih dari 120 Ωm.

This research was conducted to identify the presence of hard rock and estimate its volume to become embankment material in the planning for the construction of the Way Sekampung Dam, Lampung. This study uses the resistivity method. Measurements were made on 6 tracks with a track length of 235 m and a spacing of 5 m using the Wenner Configuration. The resistivity method is used to identify the type of subsurface lithology. The results of resistivity data processing are correlated with regional geological maps, rock resistivity value classification, and drill data. There are several types of lithology with resistivity distribution, namely at a resistivity value of 0 – 80 Ωm it is suspected to be a layer of clay mixed with tuff with a Standard Penetration Test (SPT) value of 0-11, 80-120 Ωm is suspected to be a layer of sandstone with an SPT value of 12-41, and at a resistivity value of more than 120 Ωm it is suspected as a hard rock, namely a layer of schist. Data processing is done by two-dimensional inversion method and three-dimensional modeling. Based on the results of the 3-D modeling interpolation, it was found that there was continuity of schist rocks to the north and south of the study area. The potential for schist rock reserves is continuously found in tracks 1, 2, 3 and 4, 5, 6. Thick schist continuity occurs in lanes 4, 5 and 6. The estimated volume of schist reserves in the study area is 2,528,111 m3 with a value of resistivity of more than 120 Ωm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Risdayani
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pengumuman kebijakan devaluasi mata uang Yuan (Tiongkok) yang dilakukan oleh People's Bank of China (PBoC) atau Bank Sentral Tiongkok yang diumumkan pada tanggal 11 Agustus 2015 terhadap abnormal return saham dan dampaknya pada setiap sektor industri dari 9 (sembilan) sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode event study yang terdiri dari 133 estimation period dan 31 hari event period atau event window (t-15, t=0, dan t+15). Hasil penelitian menemukan bahwa pertama, tidak terdapat abnormal return yang signifikan pada hari pengumuman devaluasi mata uang Yuan (Tiongkok), kedua terdapat abnormal return yang heterogen pada setiap sektor industri dari 9 (sembilan) sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa signifikansi hanya terdapat pada sektor Trade & Service t = 0 atau pada saat hari terjadi pengumuman devaluasi mata uang Yuan (Tiongkok).

This study aims at analyzing the impact of policy announcements devaluation of the Yuan (China) currency conducted by the People's Bank of China (PBoC), or the Central Bank of China, which was announced on August 11, 2015 on the abnormal stock return and its impact on each of the 9 (nine) sectors of the industry listed in the Indonesia Stock Exchange. This study uses event study consisted of 133 estimation period and 31-day event or event window period (t-15, t = 0 and t + 15). The research found that first, there is no significant abnormal returns on the announcement day of the devaluation of the Yuan (China), Secondly there is a heterogeneous abnormal return in each of 9 the (nine) sectors listed in the Indonesia Stock Exchange. The results also showed that they are only significant in the Trade & Service sector t = 0 or on the announcement day of the devaluation of Yuan (China) currency."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satya Sawaswati
"Penelitian ini mengungkap ideologi laten yang ada di balik program radio Guys' Talk yang disiarkan Hard Rock FM 87.6 Jakarta. Penelitian menggunakan analisis kritis wacana Norman Fairclough. Model analisis ini menghubungkan tiga dimensi dalam communicative events, yaitu teks, praktik wacana (discourse practice) , dan praktik sosiokultural (socioculktural pratice). Penelitian ini menemukan bahwa Guy's Talk secara taat asas menyampaikan ideologi kebebasan seksual dengan menampilkan skesk sebagai sesuatu yang bebas, individual, subjektif dan hedonis."
2004
JPIN-III-2-MeiAugust2004-73
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Asyiah
"Supervisor dapat dikatakan sebagai the man in the middle. Supervisor diharapkan mampu menjembatani pihak manajemen dengan tenaga kerja produtif. Pekerjaan supervisor berkaitan erat dengan masalah produktifitas tenaga kerja dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan suatu proyek. Kompetensi yang dibutuhkan tidak hanya soft skill saja tetapi juga hard skill. Pada penelitian ini, hard skill dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kompetensi umum, kompetensi inti dan kompetensi khusus.
Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi diperoleh critical hard skill competence supervisor yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu yaitu kompetensi yang termasuk kelompok kompetensi inti yaitu: (1) Menguasai spesifikasi teknis dan spesifikasi khusus (X8) dan (2) melaksanakan pengukuran berdasarkan prosedur pengukuran volume dan perhitungan pembayaran hasil pekerjaan (X40).

Supervisor called as the man in the middle. Supervisors are expected to bridge the management and the productive labor. Supervisor's jobs are strongly associated with labor productivity and have a significant influence for successful project. Competence is not only soft skill competencies, but also hard skills competence.
This research classifies hard skill competence into three groups: general competencies, core competencies and specialized competencies. Correlation and regression analysis result showed critical hard skills competence of supervisors that have a significant effect on the time performance are core competencies: (1) Have a good knowledge to the technical and special specifications (X8) and (2) carry out measurements based on volume measurement and calculation procedure of payment of work (X40).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntari Hudiwinarti
"ABSTRAK
Semakin meningkatnya perdagangan internasional dan investasi internasional diikuti
peningkatan lalu lintas komunikasi dan transportasi serta usaha antar negara untuk
menurunkan hambatan dan tarif, mengakibatkan terjadinya integrasi secara gIobaI dari barang
dan jasa serta peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya. Transaksi perdagangan
dílakukan dalam berbagai mata uang, sehingga perubahan nilai pada suatu mata uang akan
berpengaruh terhadap nilai mata uang lain.
Perubahan kurs valuta asing akan berpengaruh terhadap arus kas perusahaan, baik
perusahaan tersebut melakukan transaksi dengan pihak luar negeri ataupun hanya melakukan
transaksi dengan pihak dalam negeri. Pengaruh resiko valuta asing terhadap perusahaan atau
disebut foreign exchange exposure dapat dikelompokkan daiam 3 bentuk, yaitu Translation
Exposure, Transaction Exposure dan Operating Exposure.
Economic exposure menunjukkan dampak perubahan nilai kurs terhadap arus kas yang
akan datang yang merupakan cerminan niiai perusahaan. Economic exposure terdiri dari
operating exposure dengan transaction exposure.
Berdasarkan uraian di atas, pengukuran economic exposure perusahaan membutuhkan
perspektif jangka panjang, yaitu memandang perusahaan akan terus beroperasi (ongoing
concern) dimana biaya dan harga yang kompetitif dapat dipengaruhi perubahan kurs. Oleh
karena itu pengukuran economic exposure merupakan tugas yang tidak mudah, yang
membutuhkan kemampuan untuk meramalkan nilai dan kepekaan arus kas di masa yang akan
datang terbadap nilai tukar.
Untuk itu penelitian ini ingin melihat economic exposure US Dollar dari perusahaan-
perusahaan go publik yang berada dalam kelompok Industri Barang Konsumsi, US Dollar
merupakan mata uang yang paling sering digunakan dalam transaksi ekspor dan impor di
Indonesia. Sedangkan pemilihan industri barang konsumsi karena industri ini termasuk
industri yang tidak terlalu terpengaruh siklus perekonomian karena industri ini menghasilkan
produk yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari.
Dìsamping itu dalam kelompok industri ini terdapat bermacam-macam sub kelompok
industri yang berbeda karakteristiknya satu dengan yang lain, Sehingga diharapkan
karakteristik yang berbeda ini akan dapat menjelaskan besarnya economic exposure pada
suatu industri pada Umumnya dan perusahaan pada khususnya.
Harga saham dianggap mewakili nilai perusahaan dan dapat merefleksikan penilaian
pemegang saham atas arus kas yang akan datang.
Economic exposure diukur sebagai slope koefisien dalam regresi perubahan harga
saham terhadap perubahan kurs. Slope koefisien menunjukkan sensitivitas dan hubungan
sistimatis antara perubahan harga saham dengan pegerakan kurs. Untuk meminimalkan bias
variabel, perubahan Indeks Harga Saham Gabungan ditambahkan sebagai explanatory
variable.
Hasil pengukuran pada tahun 1997, menunjukkan hanya 8 dari 36 perusahaan
(22,22%) yang economic exposurenya signifikan dan menunjukkan angka yang cukup besar.
Hal ini berarti pada umumnya economic exposure pada perusahaan-perusahaan yang menjadi
obyek penelitian memang rendah.
Pengukuran dengan regresi ini hanya dapat dilakukan sepanjang harga saham
mencerminkan future cash flow perusahaan. Dan ini harus dibuktikan tersendiri. Sehingga
tidak signifikannya economic exposure dapat pula disebabkan hal ini atau periode yang
menjadi cakupan penelitian terlalu singkat.
Adanya perubahan sistem nilai tukar yang disebabkan karena krisis moneter tentunya
mempengaruhi economic exposure perusahaan. Untuk itu regresi dilakukan dalarn dua kurun
waktu. yaitu periode saat menggunakan Managed-float exchange rate system (sebelum 14
Agustus 1997) dan periode saat menggunakan freely floating exchange rate system.
Pada saat Managed-Float Exchange Rate System jumlah economic exposure yang
signifikan sebanyak 3 dari 36 perusahaan, sedangkan pada saat Freely Floating Exchange
Rate System jumlah yang signifikan 12 dari 36 perusahaan dan setelah diuji perbedaannya
cukup signifikan. Pada saat Managed Floating Exchange Rate System, kurs lebih mudah
diperkirakan sehingga ketidak pastian tidak terlalu tinggi. Sebaliknya pada saat Freely
Floating Exchange Rate System, kurs ditetapkan oleh mekanisme pasar sehingga ketidak
pastian sangat tinggi dan berpengaruh terhadap economic exposure perusahaan.
Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi economic exposure adalah presentase
kepemilikan saham oleh investor asing, kewajiban bersih valuta asing, prosentase ekspor
terhadap total penjualan, impor bahan baku dan bahan pembantu, perusahaan melakukan
hedging atas fluktuasi kurs dan status perusahaan, PMA atau PMÐN. Faktor-faktor tersebut
dianalisa dengan univariate dan multivarite.
Berdasarkan analisa multivariate ternyata faktor presentase penjualan ekspor
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap besarnya koefisien economic exposure.
Presentase penjualan ekspor menghasilkan b yang cukup besar dengan tanda negatif. Berarti
perusahaan yang lebih banyak mengekspor memiliki economic exposure yang lebih besar
daripada perusahaan yang lebih banyak menjual di dalam negeri. Tanda negatif menunjukkan
bahwa semakin besar ekspornya akan menggerakkan arus kas perusahaan berlawanan arah
dengan kurs Rupiah terhadap US Dollar. Artinya semakin melemahnya Rupiah terhadap US
Dollar justru semakin besar arus kasnya sehingga harga sahamnya naik. Sebaliknya
menguatnya Rupiah terhadap US Dollar akan menguatnya Rupiah terhadap US Dollar akan mengakibatkan berkurangnya arus kas perusahaan sehingga harga sahamnya turun.
Berdasarkan analisa univariate, terdapat perbedaan koefisien economic exposure yang
signifikan antara perusahaan yang memiliki kewajiban valuta asing diatas aktiva valuta asing.
perusahaan yang mengimpor atau tidak serta antara PMA dengan PMDN. Namun antara
perusahaan yang melakukan hedging dan tidak melakukan hedging. prosentase kepemilikan
investor asing serta penjualan ekspor tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Hedging dengan melakukan kontrak derivatif tidak selalu dapat mengurangi economic
exposure. karena economic exposure cakupannva jangka panjang dan pada umumnya
instrumen hedging digunakan untuk melindungi perusahaan terhadap perubahan kurs valuta
asing dalam jangka pendek.
Ketidak konsistenan hasil dua analisa tersebut karena terdapat multicorrelation antar
faktor-faktor tersebut.
Untuk Penelitian yang akan datang di dalam menghitung besarnya economic exposure,
sebaiknya jumlah periode yang diamati ditambah demikian pula sampel perusahaannya
Peneliti terbatas pada informasi yang tersedia di publik. Hal-hal lain yang dilakukan
perusahaan untuk mengelola economic exposure apabila dapat diperoleh langsung dari
perusahaan akan dapat lebih menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
economic exposure sehingga bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung W. Daryo
"Perilaku Subtitusi uang, yaitu perubahan preferensi masyarakat dalam memegang uang dalam denominasi rupiah ke dolar, banyak dipengaruhi oleh besarnya depresiasi dan volatilitas dari nilai tukar. Fenomena subtitusi uang tersebut sering dirujuk sebagai satu salah faktor panting yang menentukan perkembangan nilai tukar. Dari sisi kebijakan moneter, untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar yang semakin tinggi sebagai reaksi dari ditetapkannya rezim nilai tukar mengambang, salah satu upaya yang bisa dilakukan dari sisi kebijakan moneter, adalah dengan menargetkan jumlah uang beredar dalam rezim penargetan uang. Tinjauan teori dan empirik mengatakan bahwa dengan penargetan uang sangat membantu dalam menjaga fluktuasi nilai tukar yang kemudian akan mengakibatkan stabilnya subtitusi uang.
Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh depresiasi dan volatilitas nilai tukar terhadap perilaku subtitusi uang dimasyarakat. Secara khusus, penelitian ini mengkaji pengaruh perilaku subtitusi uang dimasyarakat tersebut terhadap perilaku dan pergerakan nilai tukar, khususnya dalam rezim penargetan uang dan rezirn nilai tukar mengambang yang terjadi di Indonesia, penelitian dilakukan dari Agustus 1997 sampai Desember 2004. Pembuktian empiris dari teori yang dikemukakan, dilakukan dengan menggunakan model ECM sebagai pendekatan dalam analisa permasalahan dan pembuktian hipotesa. Dengan merujuk pada teori subtitusi uang dalam literatur, hipotesa yang akan diuji berkaitan dengan penelitian ini meliputi 6 hipotesa kaitannya dengan proses pembentukan subtitusi uang, yaitu; a) semakin besar depresiasi dan volatilitas nilai tukar akan mendorong masyarakat mensubtitusi permintaan uang dan rupiah ke valas, b) Perbedaan Pendapatan Nasional Indonesia-Amerika yang semakin besar akan mendorong terjadinya subtitusi uang di masyarakat lebih tinggi, c) Perbedaan Inflasi Indonesia-Anierika yang semakin besar akan mendorong subtitusi uang di masyarakat lebih tinggi dalam memilih memegang mata uang dolar dibandingkan mata uang lokalnya, d) Perbedaan Suku Bunga Indonesia-Amerika yang semakin besar akan mendorong masyarakat memiiih memegang mata uangnya dalam denominasi rupiah sehingga memperkecil subtitusi uang di masyarakat, e) pergerakan subtitusi uang akan cenderung kembali menuju keseimbangan jangka panjang ketika terjadi shock dalam salah satu variabel penjelasnya. Sementara itu, hipotesa yang, diajukan berkenaan dengan pengaruh perilaku substitusi uang terhadap pergerakan perilaku nilai tukar adalah: a) Depresiasi dan Variance Subtitusi Uang yang lebih besar akan membawa nilai tukar terdepresiasi, b) Perbedaan Pendapatan Nasional Indonesia-Amerika semakin besar akan mendorong nilai tukar terapresiasi, c) Besarnya Target Jumlah Uang Beredar yang digunakan oleh kebijakan moneter berjalan searah untuk mengurangi depresiasi nilai tukar dan sangat efektif, d) pergerakan nilai tukar akan cenderung kembali menuju keseimbangan jangka panjang ketika terjadi shock dalam salah satu variabel penjelasnya. Hasil penelitian menemukan pengaruh terbesar dari pembentukan subtitusi uang adalah variabel subtitusi uang periode satu bulan sebelumnya Pengaruh ini lebih diperkuat ketika depresiasi dan volatilitas nilai tukar lebih besar lagi, karena dari hasil ini juga mengatakan bahwa pengaruh dari depresiasi dan volatilitas disini selain signifikan juga memiliki nilai parameter yang negatif dan juga merupakan konstributor terbesar kedua dan ketiga dalam menentukan besamya subtitusi uang dimasyarakat. Temuan ini berimplikasi kepada perlunya untuk menjaga besarnya subtitusi uang, selalu pada kondisi yang stabil dan dalam jumlah yang kecil. Hal ini bisa dengan menjaga jumlah uang beredar denominasi dolar yang ada di Indonesia dengan melalui OPT, atau dalam kaitan penelitian ini arah kebijakan yang diambil diharuskan untuk menjaga depresiasi dari nilai tukarnya, dan dalam jangka panjang perlu untuk menjaga variance dari nilai tukar. Untuk menjaga nilai tukar agar stabil dalam rezim nilai tukar mengambang besamya target jumlah uang beredar sangat efektif dan signifikan, sehingga disini diharuskan kebijakan moneter untuk berhati-hati dalam menjaga besaran dan target jumlah uang beredarnya Selain dengan menetapkan kebijakan penargetan uang beredar berdasarkan dari hasil penelitian ini sekiranya alternatif lain yang bisa dilihat untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan memperkuat nilai tukar sekiranya diperlukan untuk memperhatikan dari perilaku masyarakat dalam mensubtitusikan uangnya dari rupiah ke dolar dengan menjaga depresiasi dan variance dari subtitusi uang. Hal ini sesuai hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa depresiasi dan variance substitusi uang signifikan mempengaruhi nilai tukar.

Currency Substitution behaviour, which is a transformation in holding the money denominated in Rupiah to USD by society, is much influenced by the depreciation and volatility exchange rates of USD against 1DR. This fenomena substitution is often referred to as main factor in determining the value of exchange rate. From monetary policy aspect, to manage the fluctuation of exchange rate due to the floating exchange rate policy, one of the tools is to limit/target the money supply. Theoretically, it is stipulated that targeting the money supply helps to maintain the fluctuation of exchange rate which accordingly stabilize currency substitution.
The objective of this research is to analyze the correlation or the impact of depreciation and volatility of exchange rate to the currency substitution behaviour in the society. Specifically, this research is aimed to evaluate such behaviour toward the movement of exchange rate, particularly in money targeting and free floating-exchange rate regimes as implemented in Indonesia. This research is performed within period August 1997 w December 2004. The empirical verification derived from theory mentioned, is done by ECM model approach in analyzing problems and proving hyphotesis. Based on the substitution theory in literature, this thesis comprise of 6 hyphoteses to be verified in developing currency substitution, which are: a) High depreciation and volatility of exchange rate will force society to increase substitution demand of money from IDR to foreign currency, b) Widened gap in National Gross Income between Indonesia and US will lead currency substitution in society to increase, c) High difference in inflation rate between Indonesia-US will force currency substitution in society will increase, whereas society will prefer to hold foreign currency instead of IDR, d) tide diferrence in interest rate between Indonesia-US will lead society to hold foreign currency instead of IDR, e) Movement currency substitution tend to shift to long-term equilibrium level when shock occurred among its variables. Proposition of the hypotheses concerning impact from behavior of currency substitution toward the behavior of exchange rate are: a) Higher depreciation and currency substitution variance will cause the value of money to depreciate further, b) Wide gap in national income between Indonesia and US will cause the exchange rate to appreciate, c) Monetary policy must align with the money supply in the market to reduce depreciation, d) Exchange rate tend to return to long-term equilibrium upon the occurrence shock one of its variables. This research conclude that the major factor in currency substitution is curency substitution variable 1 month before. This impact will be worse when depreciation and volatility of exchange rate is higher, because from this result, it can be determined that the impact of depreciation and volatility has negative parameter and are second and third factors which determine the currency substitution in society. This finding implied for the needs to maintain currency substitution in stable level and small amount. One of means to maintain such condition is through Open Market Operation, or policy made by the authority must able to maintain such condition. and in long run, it needs to watch for variance in exchange rate. To maintain the stability of exchange rate in regime of free floating exchange rate, controlling money supply is very effective and significant, thus it needs prudent monetary policy to stabilize amount of money supply. Other than prudent monetary policy, other alternative which can be used to maintain stability of money suppl) is to monitor the behaviour of society related to currency substitution This is accordance with the result of research that showed depreciation and substitution variance significantly affect the exchange rate.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Companies that carry out international trade transaction will face a more complicated problem than when the companies only deal with a domestic market...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>