Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
H. Ali Imron Yusuf
"Until now, malaria is still an important community health problem in Indonesia. Prior to the use of DOT in this year 1959, it can be said that there is no region in Indonesia that was free from malaria except for the high lands.
Lampung is a region that is endemic for malaria, but at the peak of eradication in the year 1963, Lampung was protected from malaria, even though in the year 1965 there were still malaria foci in Lampung, with an SPR? Of more than 2%.' Up to the year 1989, for regions outside of Java and Bali, Lampung has the least prevalence for malaria.1
The halt in malaria eradication using DOT was due to a change in the environment due to large developments that resulted in increased vector nesting sites, might have been the cause for the increase in malaria cases lately in Bandar Lampung.
"
Acta Medica Indonesiana, 2001
AMIN-XXXIII-3-JulSept2001-122
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ferizal Masra
"Di Indonesia, penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah luar Jawa Bali. Di daerah-daerah tersebut masih sering terjadi letusan wabah yang menimbulkan banyak kematian. Pemberantasan penyakit malaria dapat dilakukan dengan pemutusan rantai penularannya, melalui upaya menghilangkan tempat perindukan nyamuk Anopheles di sekitar rumah, sehingga nyamuk tidak dapat berkembangbiak.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian malaria di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2002. Desain penelitian yang digunakan adalah Kasus-Kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 196 orang dan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan tempat perindukan nyamuk yang berjarak kurang dari 2 km dari pemukimam mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria, dengan nilai OR sebesar 3,774 (95 % CI: 1,975-7,211), dan setelah dikontrol oleh variabel lain, yakni pekerjaan dan pemakaian kelambu yang berperan sebagai faktor konfonding, nilai OR menjadi 3,687 (95 % Cl: 1,819-7,473).
Aktifitas di luar rumah pada malam hari, Pemasangan kassa pada ventilasi rumah, dan lama bermukim di wilayah penelitian, merupakan variabel yang mempunyai hubungan langsung dengan kejadian malaria, akan tetapi tidak mempunyai pengaruh secara bermakna terhadap hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian malaria.
Disarankan agar masyarakat lebih berperan aktif dalam pemberantasan penyakit malaria dengan upaya membersihkan tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahya, melakukan perlindungan individu dan perlindungan rumah/keluarga terhadap gigitan nyamuk Anopheles.
Dan bagi Pemerintah Daerah bersama-lama dengan Dinas Kesehatan agar lebih intensif lagi melaksanakan kegiatan pemberantasan penyakit malaria dengan lebih melibatkan peran serta aktif masyarakat dan melaksanakan penyuluhan tentang pendidikan kesehatan masyarakat secara intensif.

In Indonesia, malaria diseases remains one of public health problems, mainly at the districts beyond Java and Bali.Within those districts, frequently occurs the outbreaking disease with result to the mortality case. Malaria disease elimination through breaking down the infection linking by cleaning up the Anopheles breeding places around the house, in order the mosquito could not growth.
The research is conducted to find assosiation strength between breeding place with malaria incidence in Kecamatan Teluk Behmg Barat, Kota Bandar Launpung Tahnm 2002. Research design used is Case-Control with total sample are 196 peoples and using questioner as collecting instrument
The research shows that the existence of breeding place which the distance is less than 2 km from community residence have significant assosiation with malaria incidence, with OR is 3,774 (95% CI : 1,975 - 7,211), and controlled by another variables, that is occupational and bad net used which plays role as confounding factor, then OR becomes 3,687 (95% CI : 1,819 - 7,473).
Night outdoor activities, screening applied on ventilation, length of stay in the research area, are the direct variables to the malaria incidence without having significant influence to the relation between breeding place and malaria incidence.
The community is advised to participate actively in eliminating the malaria disease by cleaning up the breeding place of mosquito around the house, individual protecting and house/flintily protecting against anopheles bitting.
The District Government and Provincial health authority are expected to work together intensively in malaria eliminating by involving community roles, and conducting counseling about conummity health education intensively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T4600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasni
"Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang endemis tinggi di Provinsi Lampung. Puskesmas Hanura merupakan wilayah dengan endemisitas yang tinggi dimana API 43,9?. Tujuan penelitian Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Lempasing puskesmas Hanura. Desain penelitian cross sectional dengan data primer, jumlah sampel 211, dilakukan uji chi-square. Data tentang sosio-demografi, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan dikumpulkan dengan wawancara dan observasi melalui pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pendidikan (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), dan penggunaan kelambu (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria.

Malaria one of communicable disease still remains public health problem in Indonesia even in the world. Pesawaran District is one high malaria endemic district in Lampung Province. Hanura Health Centre is a high malaria endemic area which its API 43,9?. This study aims to analyze Factors associated with the occurence of malaria in Hanura Health Centre. The design study is cross sectional study, using primary data, the overall samples are 211, chi-square test was done. Data of Socio-demografy, knowledge, attitude, and behavior collected through interview and observation using questionaires. The results showed that two were three variables significantly associated with malaria incidence; education (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), and using of bednets (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Concluded that significantly assosiated between education and using bednets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Setyaningrum
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Southeast Asian Ovalocytosis (SAO) atau blase disebut dengan ovalositosis adalah suatu kelainan morfologi eritrosit yang berbentuk oval. Secara in vitro ovalositosis sudah dibuktikan resisten terhadap infeksi malaria, namun hasil penelitian secara in vivo masih kontroversi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apekah terdapat perbedaan insidens infeksi malaria, densitas paresit dan fekuensi gejala klinis malaria antara amok ovalositosis (kelompok studi) dengan anak yang mempunyai eritrosit normal (kelompok kontrol).
Lokasi penelitian di dusun Selesung desa Pulau Legundi kecamatan Padang Cermin, Lampung selatan pada bulan September 1996 - Maret 1997. Objek penelitian adalah anak-anak usia 2-11 tahun, yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok ovalositosis 16 anak dan kelompok kontrol 18 anak. Sebelum penelitian dimulai semua objek penelitian diberi obat kiorokuin dosis 25 mg/kg bb. dan primakuin dosis 5-15 mg/hari selama 14 hari yang bertujuan untuk menghilangkan parasit dalam darah dan sel hati. Setelah semua objek penelitian darahnya tidak mengandung parasit, dilakukan pengembilan dan pemeriksaan darah setiap dua minggu sekali dan setiap terjadi gejala klinis malaria (demem, menggigil dan berkeringat) selama periode 6 bulan.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil yang diperoleh selama 6 bulan ternyata insidens infeksi malaria pada ovalositosis lebih rendah daripada kontrol, namun setelah diuji dengan Chi Square tidak berbeda (p=0,890), demikian juga insidens infeksi P. falciparum pada ovalositosis lebih rendah daripada kontrol, namun setelah diuji dengan Chi Square tidak berbeda (p=0.513), sedangkan insidens infeksi P. vivax terdapat perbedaan yang sangat bermakna, yaitu pada ovalositosis lebih rendah daripada kontrol (p=0,000), walaupun demikian pengaruh stadium hipnozoit di dalam sel hall perlu dipertimbangkan. Densitas parasit malaria terdapat perbedaan yang bermakna, yaitu pada ovalositosis lebih rendah daripada kontrol (p=0,0455). Frekuensi gejala klinis malaria pada ovalositosis 3 kali lebih rendah daripada kelompok eritrosit normal.
Kesimpulan ovalositosis berpengaruh terhadap infeksi P.falciparum, sedangkan terhadap infeksi P.vivax belum dapat dibuktikan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asrul Hudaira
"Malaria is an infectious disease caused by a malaria parasite spread by female Anopheles mosquitoes, and is currently a public health problem. Besides causing death, it also affects work productivity and income. Puskesmas Hanura, wich is included ah High Incidence Area with AMI of l59,8 per 1000 persons, has done many efforts to deal with malaria, one of those is encouraging the use of bednets by distributing them to the community. The community there uses bednets while sleeping to help prevent malaria incidence.
This study used case control design, to elicit whether there is any significant relationship between exposure to mosquitoes and malaria by comparing case group and control group. Data were collected from Puskesmas I-Ianura, whit case group being patients who have been diagnosed with malaria (based on clinical symptoms and laboratory result) and control group are those who are not diagnosed with malaria, Primary data were also collected using stmctured questionnaires.
The result of bivariate analysis with a confidence of 95% showed that variabels correlating with malaria incidence the use of badnets with p value = 0,000 and OR = 4,177 (95%: 2,537-6,879), the use of mosquito coil with p value = 0,038 and OR = 1,962 (95% Cl: 1,078-3,57l) and being outside the housing during night time with p value = 0,016 and OR = 1,926 (95% CI: 1,159-3,20l).
The result of multivariate analiysis showed that using bednets when sleeping has a correlation with malaria incidence. Those who do not use bednets have 4,177 times begger risk to catch malaria than those who do. g.
It is suggested that the community be given thorough infomation on the importance of preventing the spread of malaria. The distribution of badnets should be continued and information should be given also regarding how to use bednets properly and their benefits. It is also suggested that people should stay inside the house night."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34451
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Di Indonesia, malaria Plasmodium vivax resisten klorokuin mengkhawatirkan. Beberapa negara lain juga sudah melaporkan kasus P.vivax resisten klorokuin. Oleh sebab itu, dibutuhkan obat antimalaria alternatif. Ini merupakan penelitian prospektif dan uji perbandingan efikasi terapeutik klorokuin 25 mg basa/kg bb untuk 3 hari (CQ3, n=75), CQ3 plus sulfadoksin-pirimetamin (SP1) berdasarkan dosis pirimetamin 1,25 mg/kg bb dosis tunggal (CQ3+SP1, n=84) dan amodiakuin 25 mg basa/kg bb 3 hari (AQ3, n=83) pada penderita anak dan dewasa dengan malaria vivaks simptomatik. Dalam penelitian ini digunakan sistem penilaian WHO yang terbaru. PCR untuk genotyping juga dilakukan untuk memastikan kesembuhan radikal. Efikasi terapeutik dari CQ3, CQ3+SP1 dan AQ3 pada hari ke 14 sangat tinggi (94.4%, 97.4% dan 98.8%), dan menurun pada hari ke 28 (81.7%, 87.2% dan 96.2% dengan analisis per protokol; setelah di PCR: 78.9%. 82.0% dan 92.5%; dan 74.7%, 78.0% and 90.2% dengan analisis intention to treat). Hampir semua kasus ACPR (>96%) menunjukkan perbaikan nilai hematologi. Pembawa gametosit masih diketemukan pada hari ke 7 (2.9%, 1.3% dan 1.2%), hari ke 14 (4.3%, 1.3% dan 1.2%) dan hari ke 28 (6.6%, 4.2% dan 0%) di kelompok CQ3, CQ3+SP1 dan AQ3. Dari ke 3 regimen ini, AQ3 menunjukkan efikasi teraputik yang lebih baik dibandingkan dengan CQ3 dan kombinasi CQ3+SP1 pada hari ke 28. Pemberian primakuin pada awal pengobatan atau pengobatan radikal pada malaria vivaks dapat memperbaiki angka kesembuhan.

Abstract
Plasmodium vivax malaria resistant to chloroquine is alarming in Indonesia and has been also reported in other countries. An alternative drug is needed. The study was a prospective evaluation and a comparative study of the therapeutic efficacy of chloroquine 25 mg base/kg bw for 3 days(CQ3, n=75), CQ3 plus sulfadoxine-pyrimethamine based on pyrimethamine dosage of 1.25 mg/kg bw single dose (SP1) [CQ3+SP1, n=84] and amodiaquine 25 mg base/kg bw for 3 days (AQ3, n=83) in symptomatic vivax malaria patients in children and adults. The new version of 2001 WHO test system was used in this study. PCR for genotyping was also done to validate and confirm the treatment outcomes. The therapeutic efficacy of CQ3, CQ3+SP1 and AQ3 on day 14 were very high (94.4%, 97.4% and 98.8%), and dropped on day 28 (81.7%, 87.2% and 96.2% by evaluable analysis; 78.9%. 82.0% and 92.5% after confirmation with PCR; and 74.7%, 78.0% and 90.2% by intention to treat analysis). Most of the ACPR cases (>96%) showed hematological recovery. Gametocyte carriages were documented on day 7 (2.9%, 1.3% and 1.2%), day 14 (4.3%, 1.3% and 1.2%) and day 28 (6.6%, 4.2% and none) in CQ3, CQ3+SP1 and AQ3 groups. Of these 3 regimens, AQ3 showed a better therapeutic efficacy than CQ3 and combined CQ3+SP1 by day 28. Introducing primaquine at the beginning of treatment day or giving a radical treatment in vivax malaria may improve the cure rate."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Departemen Kesehatan], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayleen Alicia Kosasih
"ABSTRAK
Pemeriksaan mikroskopik rutin digunakan dalam program malaria. Namun keterbatasan pemeriksaan tersebut menyebabkan kurangnya informasi yang diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data molekular parasit malaria yang berkaitan dengan upaya eliminasi. Subjek penelitian adalah 585 anak sekolah dasar peserta kohort selama enam bulan di Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan pada sediaan darah malaria semua peserta kohort. Pada 301 blot darah dilakukan deteksi real time PCR dengan 18S rRNA. Pada sebelas blot darah yang diperoleh dari subjek yang positif P falciparum secara mikroskopik dilakukan studi genotyping dengan MSP-1 dan MSP-2. Deteksi real time PCR menunjukkan sensitivitas empat kali lebih tinggi daripada pemeriksaan mikroskopik ( PCR: 1,3% vs. mikroskopik: 0,3%, OR:4 IK 95%: 0,396-196,990, p=0,18, tes McNemar). Genotyping dengan MSP-1 dan MSP-2 masing-masing mendapatkan lima dan tiga jenis alel berbeda. Berdasarkan MSP-1 didapatkan pengandung infeksi multiklonal sebesar 66,7% dengan rerata jumlah alel 2,1 per individu, sedangkan dengan MSP-2 hanya ditemukan infeksi monoklonal. Analisis sekuens menunjukkan kekerabatan dengan isolat dari Thailand dan Papua Nugini. PCR penting dilakukan dalam eliminasi malaria karena dapat mendeteksi infeksi sub-mikroskopik dan menentukan diversitas genetik parasit.

ABSTRACT
Microscopic examination has been being used in malaria program on regular basis. However, its limitations prevent it from obtaining information needed sufficiently. This study aims to obtain molecular data on malaria parasites in relation with elimination effort. Study subjects are 585 school children enrolled in the cohort study conducted for six month in Kabupaten Pesawaran, Lampung province. Microscopic examination has been performed to all cohort participants. Total of 301 blood spots underwent real time PCR detection using 18S rRNA. Genotyping study using MSP-1 and MSP-2 was performed to 11 blood spots taken from subjects positive for P falciparum by microscopy. Real time PCR detected malaria four times higher than microscopy (PCR: 1.3% vs. microscopy: 0.3%, OR:4, 95% CI: 0.396-196.990, p=0,18, McNemar test). Genotyping with MSP-1 and MSP-2 identified five and three distinct allele, respectively. A proportion of 66.7% was found to have multiclonal infection with average allele number of 2.1 based on MSP-1. To the contrary, MSP-2 found no infection containing more than one allele. Sequence analysis found relatedness between Lampung isolates with those from Thailand and Papua New Guinea. PCR is an important tool in malaria elimination as it can detect submicroscopic infection and determine genetic diversity of the parasites."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hernawily
"Penyakit malaria di Indonesia saat ini masih merupakan penyakit serius yang menimbulkan kesakitan dan kematian yang sangat tinggi, khususnya pada anak-anak. WHO memperkirakan 300-500 juta orang menderita malaria, kematian diperkirakan tiga juta orang setiap tahun. Menurut Depkes pada tahun 2000 tercatat 3100 kasus per 100.000 penduduk Studi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran perilaku pencarian pertolongan pengobatan pada informan ibu-ibu yang memiliki anak balita menderita malaria di desa Hanura dan desa Gebang kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan yang diharapkan berguna scbagai rnasukan bagi pengelola dan pelaksana program penanggulangan malaria di Kabupaten Lampung Selatan.
Studi ini menggunakan studi kualitatif dengan metode pengumpulan informasi yang digunakan adalah diskusi kelompok terarah (DIET) dan wawancara mendalam. Jumlah informan dalam studi ini sebanyak 36 orang yang terdiri dan 8 informan kunci dan 24 orang dari kelompok ibu yang mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas dan 4 orang dan kelompok ibu-ibu yang melakukan pengobatan sendiri.
Hasil studi menunjukkan gambaran karakteristik informan ibu-ibu yang mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas umurnya lebih muda dan pendidikan lebih tinggi dibandingkan kelompok informan ibu-ibu yang melakukan pengobatan sendiri. Pada umumnya pengetahuan informan tentang penyakit malaria belum memadai, pengetahuan informan ibu-ibu yang mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas lebih baik dibandingkam dengan informan ibu-ibu yang melakukan pengobatan sendiri. Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan di puskesmas meliputi biaya pengobatan dan biaya transportasi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan sendiri.
Pada umumnya informan melakukan pengobatan sendiri lebih dahulu sebelum mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas. Upaya yang dilakukan untuk penyembuhan benmacam-macam cara yaitu dengan menggunakan ramuan tradisional, obat warung dan dukun. Pada umumnya informan minum obat tidak mengikuti aturan/petunjuk, mereka mempunyai kebiasaan minum obat hanya pada saat timbul gejala bila gejala hilang dianggap sembuh, mereka menghentikan minum obat. Warung dan dukun merupakan pilihan bagi informan untuk memperoleh obat dengan berbagai alasan seperti harganya lebih murah, rnudah diperoleh dan selalu tersedia. Pengobatan sendiri adalah biaya untuk mencari pertolongan pengobatan ke puskesmas mahal selain biaya, pengobatan juga biaya transportasi sehingga mereka mengatakan tidak mampu. Puskesmas hanya bersifat pasif menunggu di puskesmas dan tidak lagi melakukan penyuluhan karena tidak tersedianya dana pemberantasan.
Dari studi ini disarankan kepada pengelola dan pelaksana program penanggulangan malaria di Kabupaten Lampung Selatan agar meningkatkan kegiatan penyuluhan rutin yang telah lama tidak dilakukan, Melibatkan pemilik warung dalam penyebarluasan informasi setelah dibekali pengetahuan tentang malaria dan pengobatannya. Kerjasama lintas sektoral terutama Diknas untuk memasukkan pokok bahasan penyakit malaria dalam mata pelajaran yang terkait sebagai mata pelajaran munlok (muatan lokal) mulai dari SD sampai SLTA.
Bagi petugas dalam memberikan obat anti malaria selain dosis menjelaskan dosis obat perlu menjelaskan akibat penggunaan obat tidak sesuai dengan dosis. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan adanya resistensi obat di desa Hanura dan Gebang untuk mengetahui penyebab tingginya angka kesakitan malaria.

Study of the Medication Seeking Behaviour among the Under-five's with Malaria in Sub District of Padang Cermin, District of South Lampung 2003In Indonesia malaria still remains serious disease that cause high both in mortality and morbidity, especially in children. The WHO indicated there were 300-500 million people suffering from malaria, the predicted mortality were about 3 million people per year. According to the Health Department (Depkes) in 2000 there were 3I00 cases of malaria per 100.000 person. This disease becomes one of chief causes of the under-five's mortality.
This study was conducted to obtain a description of the medication seeking behavior of the mother's who had under-five children with malaria in both Hanura and Gebang Villages, sub district of Padang Cermin, district of South Lampung. The result of this study was expected to be useful for input to the managers of the malaria controlling program in district of South Lampung.
The design of this study was a qualitative design using focus group discussion (FGD) and in-depth interview for data collection. Number of informant was 36 sons composed of 8 person as key informants, 24 mothers who had balita with malaria sought medication to the health center (Puskesmas), and 4 similar mother's who did self medication for malaria.
The results of this study showed that in general, the informant's who sought medication to the health centers were likely younger and had higher education than those who did self medication. The informant's knowledge about malaria was considered inadequate The mothers of the under five with malaria who sought medication to health center were likely to have a better knowledge than those who did self medication, The total cost spent for taking medication in the health center which included medicine and transportation was higher than those of the total cost spent if they did self medication.
In general, the informants were likely to seek own medication before taking medication from the health centers, they did some efforts such as using traditional medication, buying common medicine in drugstore or market, or seeking traditional healer. Generally the informants took the medicine not following the instruction that had been explained by health officers, so they took the medicine only if they felt the symptoms of this disease. If the symptoms was missing they assumed that their felt self-healed and stopped the medication.
In general, the mini market and traditional healers became better choices among informants due to some reasons such as, less expensive, easy to seek, and their services were always available. While if they sought in health center, it costed more expensive and faced transportation problems. The roled of the health centers was passive, there was no educational program anymore, because the operational cost was un available. From the result of this study, it is recommended the malaria controlling program manager in district of south Lampung should increase routine information program activities that were halted for a long time.
The following recommendation are also made involving mini market or mini drug store owner to disseminate information about malaria and strengthening, inter sector cooperation especially with the Education Department by intergrating malaria subject as of health education in schools as local matter.
Health center staffs should give more information about malaria drug dose and explain the side effects of inappropriate usage before deliver it to patients. It is strongly recommended to conduct other studies about malaria drugs resistance in both Hanura and Gebang villages to find out the underlying factors of high rate of malaria incidence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes , 1991
614.532 IND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan , 1993
614.532 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>