Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220432 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iis Mariam
"ABSTRAK
Besarnya pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 terhadap industri pariwisata Indonesia, telah menyebabkan adanya perubahan kinerja perusahaan Biro Perjalanan Wisata. Di wilayah DKI Jakarta, perusahaan Biro Perjalanan Wisata yang mengalami perubahan kinerja diantaranya adalah Pantravel dan Vayatour. Untuk itu, pembahasan dalam tesis ini yang menggunakan metode Balanced Scorecard, diharapkan dapat diketahui : (a) bagaimana kinerja Biro Perjalanan Wisata Pantravel dan Vayatour, (b) aspek pengukuran yang paling menentukan dan (c ) bagaimana strategi untuk meningkatkan kinerja pads Biro Perjalanan Wisata Pantravel dan Vayatour.
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara terperinci dengan pihak informan perusahaan sebagai nara sumber, juga pihak di luar perusahaan seperti pihak Deparsenibud dan ASITA. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa melalui penggunaan metode Balanced Scorecard, kinerja perusahaan BPW Pantravel dan Vayatour tersebut dapat diukur bukan hanya aspek keuangan saja namun juga dapat diukur dari aspek lain yaitu: aspek proses bisnis internal, aspek pelanggan dan aspek pembelajaran dan bertumbuh. Baik BPW Pantravel maupun Vayatour dalam penelitian ini memberikan gambaran bahwa aspek yang terpenting di dalam mengukur kinerja perusahaannya adalah aspek `Pelanggan'. Hal ini sangat logis karena dengan pelayanan pegawai yang profesional dan memuaskan akan menentukan keberhasilan kinerja perusahaan jasa semacam Biro Perjalanan Wisata.
Selanjutnya penelitian ini telah menghasilkan beberapa rekomendasi untuk kedua perusahaan tersebut, yaitu :
Untuk Pantravel :
Pantravel perlu meningkatkan efektivitas sosialisasi Visi dan Misi perusahaan, dalam rangka peningkatan produktivitas dan profesionalisme pegawai serta peningkatan daya inovasi pegawai agar perusahaan dapat memenangkan persaingan.
Dalam pemasaran produk maka Pantravel harus lebih memfokuskan pada pangsa pasar selain golongan menengah dan golongan atas juga pelanggan yang berasal dari instansi baik pemerintah maupun swasta. Selanjutnya untuk lebih mengefisiensikan biaya maka pihak Pantravel perlu melakukan penjualan dari beberapa aktiva tetap yang kurang berperan di dalam kegiatan operasional perusahaan.
Untuk Vayatour.
Pemahaman mengenai Visi dan Misi perusahaan yang sudah baik oieh pegawai Vayatour yaitu : "Menjadi Pelaku Pariwisata di Indonesia yang Terbaik" perlu dipertahankan di masa yang akan datang sehingga kemampuan pegawai di dalam mendapatkan dan mempertahankan pelanggan akan semakin baik.
Bentuk penanaman citra atau image perusahaan perlu diperluas dengan cara lebih mensosialisasikannya dengan promosi pada media cetak dan peristiwa - peristiwa penting lainnya baik peristiwa olah raga maupun kesenian.

"
1999
T16703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwanti Juliastuti
"Perkembancian, dunia kepariwisataan yang semakin pesat mendorang tumbuh dan berkembangnya pula Biro Ferialanan Umum
di Indonesia. Biro Perjalanan Umum memiliki potensi yang besar sebagai salah satu penyetor pajakpFertambahan Nilai
yang potensial. Fenulis mencoba membahas sampai sejauh mana penerapan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan SE-
18/FJ.3/1989 dalam Biro Perjalanan Umum.
Dalam usaha untuk membahas permasalahan Pajak Pertambahan Nilai dalam Biro Perjalanan Umum di Indonesia penulis
melakukan studi kasus di Biro Perjalanan Umum XY serta membandingkan hasil penelitian itu dengan teori yang ada.
Dari penelitian yang dilakukan penulis, penulis memperoleh hasil untuk penjualan tiket internasional, tidak semua penjualan yang terjadi dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai. Demikian juqa halnya dengan penjualan paket wisata dalam negeri dan luar negeri Sedangkan untuk penjualan
tiket domestik pengenaan PPNnya telah dilakukan dengan benar. Demikian juga halnya dengan penjualan untuk dokurnen
penialanan. Masih terdapat FFN yang telah dipunqut aleh Biro Penjalanan umum 'XV dari konsumen yang belum disetorkan ke
kas negara.
Berdasarkan penelitian yang diiakukan penulis dapat disimpulakan baha ternyata Dma perjalanan Umum 'XV' belurn
sepenuhnya menerapkan Undang-undang PFN. 1984 dan SE- 18/PJ.3/1989 dengan benar. Hal ini disebabkan karena adanya
penafsiran yang berbeda tenhadap Undang-undang dan surat edaran tersebut. Oleh sebab itulah penulis menyarankan agar
Biro Penjalanan Umurn 'XV' lebih memperhatikan lagi tentang pungutan PFN atas penjualan yang teniadi. Kemudian kepada pihak fiskus agar lebih jelas dan tegas lagi dalam membuat peraturan perpaj akan.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mohamad Abdai'i Zidni
"Umat Islam yang berangkat menunaikan ibadah haji dan umroh dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Meskipun biaya perjalanan yang harus dibayarkan oleh mereka juga mengalami kenaikan, namun tidak menghalangi niat untuk melaksanakan ibadah ini. Selain ibadah haji yang khusus diselenggarakan oleh pemerintah dengan haji regulernya, terdapat penyelenggaraan yang dilakukan oleh Biro Perjalanan Umum yang menyelenggarakan ibadah haji khusus dan umrah. Dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai hubungan hukum yang terjadi antara peserta ibadah haji dan umrah dengan Biro Perjalanan Umum dalam perjanjian untuk melakukan jasa dimana dalam perjanjian tersebut digunakan klausula baku yang ditentukan sepihak oleh biro perjalanan, serta dilakukan peninjauan terhadap ketentuan pencantuman klausula baku yang telah diatur dalam undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002
S20624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diin Fitri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja biro perjalanan Umrah yang belum banyak dibahas pada penelitian sebelumnya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari secara empiris peran dari service leaders’ competencies (SLC) dalam biro perjalanan Umrah. Data dikumpulkan dari 150 agen perjalanan. Dimana setiap agen perjalanan diwakilkan oleh dua orang karyawan. Lisrel 8.8 dan SPSS 2.3 digunakan untuk menganalisis data. Temuan menunjukkan bahwa organizational service orientation (OSO), perceived service quality (PSQ), dan network capabilities (NC) sangat penting dalam meningkatkan kinerja biro perjalanan Umrah. Selain itu, SLC secara signifikan mempengaruhi OSO tetapi tidak mempengaruhi PSQ dan NC. Studi ini menemukan bahwa SLC saja tidak cukup untuk meningkatkan PSQ and NC. Hal ini dikeranakan agar bisa berdampak SLC dipengaruhi oleh beberapa factor seperti budaya atau sistem organisasi, dan followers. SLCmempengaruhi kinerja biro perjalanan Umrah melalui OSO. Resource Capacity (RSC) juga secara positif mempengaruhi NC dan OSO tetapi tidak mempengaruhi PSQ. Penelitian ini juga memberikan kontribusi teoritis seperti mempelajar SLC secara empiris atau literatur tentang religious tourism. Beberapa manajerial juga dijelaskan, serta Batasan dan arah penelitian ke depan

This research aims to understand factors influencing the performance of Umrah travel agencies, which has been limited to discussed in previous studies. Previous literature on hajj and Umrah service providers mostly focuses on the customers' side. In addition, this research also aimed to empirically study the impact of service leaders' competencies, as there is limited research empirically learning the influence of service leaders' competencies. The data was gathered from 150 travel agencies, with two employees representing each travel agency. Lisrel 8.8 and SPSS 2.3 were utilized to analyze the data. The finding shows that Organizational Service Orientation, Perceived Service Quality, and Network Capabilities are pivotal in enhancing travel agencies' performance. In addition, Service leaders' competencies significantly influence the organization's service orientation but fail to influence the perceived service quality and network capabilities. This study finds that leaders' competencies only are not enough to enhance some organizations' conduct. Leaders' competencies can be used to enhance performance and are influenced by the organization's environment, such as its culture or organizational system, and their followers. Resource capacity also positively influences network capabilities and organization service orientation but fails to influence service quality. Providing service quality requires the whole system or a combination of inputs. The theoretical and managerial contributions are also described, as well as research limitations and future research direction"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Yuniarti
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Terapi kombinasi antiretroviral (ARV)telah berhasil menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien HIV, namun efek samping jangka panjang dapat menimbulkan perubahan distribusi lemak tubuh yang dikenal dengan sindrom lipodistrofi. Pasien HIV yang mengalami lipodistrofi berisiko mengalami gangguan metabolik yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskular.
Tujuan: Mengidentifikasi adanya lipodistrofi dan dislipidemia pada pasien prepubertas dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV jangka panjang.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 76 pasien HIV usia prepubertas yang kontrol rutin di Poli Alergi Imunologi RSCM. Subyek dilakukan pemeriksaan klinis lipodistrofi oleh tenaga klinis terlatih menggunakan kriteria dari the European Paediatric Group of Lipodystrophy. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan tebal lipatan kulit (TLK) triceps dan subscapular, lingkar pinggang, serta rasio lingkar pinggang-panggul. Data kadar CD4 awal, status gizi awal terdiagnosis, jenis terapi ARV, dan lama terapi ARV diambil dari rekam medis. Subyek juga dilakukan analisis diet, pemeriksaan profil lipid dan gula darah puasa.
Hasil: Pada subyek prepubertas dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV yang mengalami lipodistrofi dan dislipidemia berturut-turut sebanyak 47% dan 46%. Subyek yang mengalami lipodistrofi berupa lipohipertrofi (35%), lipoatrofi (5%), dan tipe campuran (7%). Subyek yang mengalami lipodistrofi pada umumnya memiliki massa lemak tubuh, serta TLK triceps dan subscapular yang normal. Pada subyek dengan lipohipertrofi dan tipe campuran seluruhnya memiliki rasio lingkar pinggang-panggul yang meningkat.Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan regimen ARV kombinasi 2 nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)+ protease inhibitor (PI) meningkatkan risiko 6,9 kali untuk terjadinya dislipidemia (p=0,001, IK95% 2,03-23,7) dibandingkan regimen 2NRTI+ non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).
Simpulan: Prevalens lipodistrofi dan dislipidemia cukup tinggi pada pasien prepubertas dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV. Pada umumnya subyek yang mengalami lipodistrofi pada penelitian ini adalah tipe lipohipertrofi.

ABSTRACT
Background: Antiretroviral (ARV) combination therapy has significantly reduced morbidity and mortality in HIV-infected children. Long-term adverse effect of ARV is lipodystrophy syndrome. Lipodystrophy associated with metabolic disturbances which can cause cardiovascular disease.
Objective: To identify lipodystrophy and dyslipidemia in prepubertal HIV-infected patients receiving long-term ARV therapy.
Methods: Cross sectional study including 76 prepuberty HIV-infected children was performed by clinical and medical records review in Allergy Immunology Ward Cipto Mangunkusumo Hospital. Clinical examination of lipodystrophy was assesed by a trained clinician using the European Pediatric Group of Lipodystrophy criteria. We also assesed triceps and subscapular skinfold thicknesses, waist ratio, and waist-hip ratio. CD4 level and nutritional status at beginning therapy, ARV regiments, and duration ARV therapy were reviewed from medical records. We also performed diet analysis and laboratory examination such as lipid profiles and fasting glucose.
Results: Prevalenceof lipodystrophy and dyslipidemia inprepubertalinfected-HIV children who receiving ARV were 47% and 46%. Subjects with lipodystrophy consisted of lipohypertrophy (35%), lipoatrophy (5%), and mixed type (7%). Subjects with lipodystrophy majority had normal triceps and subscapular skinfold thicknesses and normal total body fat. All subjects with lipohipertrophy and mixed type had an increasing waist-hip ratio. Regiment of 2 nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI) + protease inhibitor (PI) increased 6,9 times risk of dyslipidemia compare with 2NRTI+ non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) regiment (p=0,001, 95%CI 2,03-23,7).
Conclusion: The prevalence of lipodystrophy and dyslipidemia are high among prepuberty HIV-infected children on antiretroviral therapy. Majority of subjects with lipodystrophy in this study were lipohypertrophy type., Background: Antiretroviral (ARV) combination therapy has significantly reduced morbidity
and mortality in HIV-infected children. Long-term adverse effect of ARV is lipodystrophy
syndrome. Lipodystrophy associated with metabolic disturbances which can cause
cardiovascular disease.
Objective: To identify lipodystrophy and dyslipidemia in prepubertal HIV-infected patients
receiving long-term ARV therapy.
Methods: Cross sectional study including 76 prepuberty HIV-infected children was
performed by clinical and medical records review in Allergy Immunology Ward Cipto
Mangunkusumo Hospital. Clinical examination of lipodystrophy was assesed by a trained
clinician using the European Pediatric Group of Lipodystrophy criteria. We also assesed
triceps and subscapular skinfold thicknesses, waist ratio, and waist-hip ratio. CD4 level and
nutritional status at beginning therapy, ARV regiments, and duration ARV therapy were
reviewed from medical records. We also performed diet analysis and laboratory examination
such as lipid profiles and fasting glucose.
Results: Prevalenceof lipodystrophy and dyslipidemia inprepubertalinfected-HIV children
who receiving ARV were 47% and 46%. Subjects with lipodystrophy consisted of
lipohypertrophy (35%), lipoatrophy (5%), and mixed type (7%). Subjects with lipodystrophy
majority had normal triceps and subscapular skinfold thicknesses and normal total body fat.
All subjects with lipohipertrophy and mixed type had an increasing waist-hip ratio. Regiment
of 2 nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI) + protease inhibitor (PI) increased 6,9
times risk of dyslipidemia compare with 2NRTI+ non-nucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NNRTI) regiment (p=0,001, 95%CI 2,03-23,7).
Conclusion: The prevalence of lipodystrophy and dyslipidemia are high among prepuberty
HIV-infected children on antiretroviral therapy. Majority of subjects with lipodystrophy in
this study were lipohypertrophy type.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Tritunggariani
"Ketidaksesuaian penggunaan obat merupakan masalah yang sering dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan primer (Puskesmas). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita ISPA bukan pneumonia mendapatkan antibiotika yang seharusnya tidak perlu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai penggunaan obat pada pengobatan ISPA bukan pneumonia di puskesmas perawatan di Kota Bekasi tahun 2001 dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidaksesuaian pengobatan ISPA bukan pneumonia di puskesmas perawatan Kota Bekasi tahun 2001 dengan buku pedoman pengobatan.
Penelitian ini dikerjakan dengan cara potong lintang di lima puskesmas perawatan, yaitu Puskesmas Pondok Gede, Pejuang, Karang Kitri, Bojong Rawa Lumbu, dan Bantar Gebang I. Variabel independen terbagi menjadi tiga kelompok faktor yaitu predisposing (pendidikan, pelatihan, pengetahuan, sikap, lamanya melaksanakan tugas), enabling (ketersediaan obat dan ketersediaan serta pemanfaatan buku pedoman), reinforcing (supervisi dan monitoring).
Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi ketidaksesuaian penggunaan obat pada ISPA bukan Pneumonia dengan buku pedoman pengobatan adalah 70 % dan terdapat 25 jenis obat yang diantaranya merupakan obat "brand name". Hasil analisis bivariat menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara faktor predisposing (pengetahuan dengan p = 0,000 dan sikap dengan p = 0,000), reinforcing (supervise dengan p = 0,001 dan monitoring dengan p = 0,005).
Dengan melihat tingginya proporsi ketidaksesuaian penggunaan obat dan banyaknya jenis obat.yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan tersebur merupakan masalah yang harus ditangani secara proporsional. Untuk itu disarankan kepada pejabat berwenang di Dinas Kesehatan Kota agar melakukan pengaturan kembali terhadap obat-obat yang digunakan di puskesmas dan meningkatkan kesesuaian penggunaan obat dengan buku pedoman pengobatan. khususnya pada ISM bukan pneumonia. Disamping itu untuk penelitian selanjutnya agar menambah jumlah subyek yang dileliti.
Daftar bacaan: 22 (1982 - 2000)

Inappropriate use of drug is the problem often meets in primary health center (Puskesmas). Some research showed that most of all patients with ARI non-pneumonia receive unnecessary drug such as antibiotic.
The aim of this research was to know profile about use of drugs of treatment ARI non-pneumonia in primary health center plus of Bekasi in 2001. Beside that the purpose of research is to know the factors related to inappropriate use of drugs of treatment ARI non-pneumonia with treatment guideline in primary health center plus of Bekasi in 2001.
The method of this research is cross sectional in five primary health center plus. It is Pondok Gede, Pejuang, Karang Kitri, Bojong Rawa Lumbu, and Bantar Gebang I. Independent variables were divided into three categories. It is predisposing factors (education, training, knowledge, attitude, and working time), enabling (stock of drugs and use of treatment guideline), and reinforcing (supervision and monitoring). Dependent variable was the inappropriate use of drugs of treatment ARI non-pneumonia with treatment guideline.
The result of this research showed that inappropriate use of drugs of treatment ART non-pneumonia with treatment guideline proportion is 70 % and several of drug is 25 items, it is any drugs with brand name. Among independent variables tested, only 4 variables have significant relationship to the inappropriate use of drugs of treatment ARI non-pneumonia with treatment guideline. Those variables were predisposing factors (knowledge with p = 0,000; attitude with p = 0,000) and reinforcing factors (supervision with p = 0,001 and monitoring with p = 0,005).
Based on the result of this research such as the inappropriate use of drugs of treatment ARI non-pneumonia with treatment guideline and various drug item, we can conclusion that it condition is a problem must do with proportional. It was suggested that the district official government to regulate use of drug in primary health center facilities (Puskesmas) and provide appropriate use of drugs with treatment guideline especially treatment ARI non-pneumonia. It was also recommended to the next researcher to add independent variables.
References: 22 (1982-2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arabia Tamrin
"HIV merupakan masalah kesehatan masyarakat utama secara global. HIV memerlukan pengobatan seumur hidup sehingga kepatuhan terhadap pengobatan antiretroviral sangat diperlukan oleh ODHIV agar mencapai keberhasilan pengobatan. Tesis ini mengkaji seberapa besar pengaruh tingkat kepatuhan terapi antiretroviral terhadap resiko kegagalan virologis yang dikur dari capaian supresi virus pada orang dengan HIV di Kota Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif  dengan metode observasional analitik dan desain kasus kontrol  melalui pemanfaatan data SIHA versi 1.7 di  11 fasilitas kesehatan. Hasil penelitian didapatkan orang dengan HIV di Kota Bogor dengan kepatuhan terapi rendah  memiliki resiko 13,21 kali (95% CI: 6,00-29,06; p: 0,000) menyebabkan virus tidak supresi. Disarankan untuk optimalisasi konseling kepatuhan melalui peran konselor dalam menggali hambatan kepatuhan pada orang dengan HIV di layanan.

HIV is a major public health problem globally. HIV requires lifelong treatment so that adherence to antiretroviral treatment is needed by PLHIV to achieve treatment success. This thesis examines how much influence the level of adherence to antiretroviral therapy has on the risk of virological failure as measured by the achievement of virus suppression in people living with HIV in Bogor City. This research is a quantitative study using analytic observational methods and a case-control design using SIHA version 1.7 data in 11 health facilities. The results of the study found that people with HIV in Bogor City with low adherence to therapy had a 13.21 times (95% CI: 6.00-29.06; p: 0.000) risk of causing the virus to not be suppressed. It is suggested to optimize adherence counseling through the counselor role in exploring adherence barriers in people with HIV in services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitia
"ABSTRAK
Obat herbal sering digunakan sebagai alternatif pengobatan disamping obat konvensional. Termasuk oleh pengidap diabetes melitus (DM) tipe 2, penyakit kronis yang para pengidapnya seringkali tidak bisa terlepas dari penggunaan obat antidiabetes oral (ADO). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan antidiabetes herbal pada pasien DM tipe 2 yang sedang berobat di puskesmas dan untuk mengetahui efek perseptif yang muncul serta mengetahui hubungan antara efek perseptif yang muncul dengan frekuensi penggunaan, jangka waktu penggunaan dan penggunaannya bersama ADO. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan metode potong lintang menggunakan kuesioner yang valid dan reliabel sebagai panduan wawancara. Penelitian dilakukan di 11 Puskesmas Kecamatan Kota Depok dari bulan Maret sampai Mei 2012. Responden diambil dengan metode consecutive sampling. Responden penelitian jumlahnya 101 orang, sebanyak 52,47 % menggunakan antidiabetes herbal dan 71,70 % pengguna antidiabetes herbal masih menggunakan ADO. Daun sirsak, daun salam dan kulit manggis adalah tiga terbanyak antidiabetes herbal yang digunakan. Efek perseptif paling banyak dirasakan adalah berkurangnya frekuensi buang air kecil sebanyak 24,53 % dan perasaan badan lebih enak sebanyak 18,87 % sedangkan 22,64 % responden tidak merasakan efek perseptif. Hanya 15,09 % responden merasakan efek samping perseptif berupa mual dan meningkatnya frekuensi buang air kecil. Tidak terdapat hubungan antara frekuensi, jangka waktu penggunaan dan penggunaan ADO dengan munculnya efek-efek perseptif.

ABSTRACT
Herbal medicine is often used as an alternative medication in addition to a conventional one. It is also the case of people suffering from type 2 diabetes mellitus (DM), a chronic disease in which the patients with this disease often cannot be detached from the use of oral antidiabetic drugs (OAD). The aim of this research are to investigate the pattern of the use of herbal antidiabetic agents to type 2 DM patients who are being treated in puskesmas, to identify the emerging perceptive effects, and to identify the relation between the perceptive effects with the frequency of use, period of use, as well as the combined consumption with OAD. The research is a descriptive analysis with a cross sectional method using a valid and reliable questionnaire as an interview guideline. The research was conducted at 11 Puskesmas Kecamatan Kota Depok from March to May 2012. The respondents were chosen by using consecutive sampling method. In the research, there are 101 respondents; 52.47% of them use herbal antidiabetic agents and 71.70% of the users of herbal antidiabetic agents still consume OAD. Soursop leaves, bay leaves, and mangosteen peel are three herbal antidiabetic agents that are mostly used. The perceptive effects that are primarily perceived are the decreased of the frequency of urination (24.53%) and the better feeling of the body (18.87%) whereas 22.64% of the respondents do not perceive perceptive effects. Only 15.09% of the respondents perceive the perceptive side effects such as nausea and the increasing frequency of urination. There is no correlation between the frequencies of use, the period of use, and the use of OAD with the emergence of perceptive effects."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42169
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Horianto
"Hidrogel berbasis kolagen alginat merupakan material yang menjanjikan dalam mempercepat penyembuhan luka bakar. Namun, hidrogel yang disintesis dengan kolagen-alginat tidak memiliki sifat antibakteri yang baik untuk menunjang kecepatan penyembuhan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan hidrogel dari ekstrak kulit salmon dengan penambahan propolis sebagai antimikroba. Kolagen diekstrak dari kulit ikan salmon dengan proses kimiawi dengan hidrolisis dan pelarutan kolagen dalam asam. Selanjutnya, pembuatan hidrogel dilakukan dengan menambahkan kolagen hasil ekstrak dan alginat dengan komposisi rasio volume 3:1. Propolis ditambahkan kedalam kolagen-alginat sebanyak 2%. Rendemen hasil ekstrak kolagen dari kulit ikan salmon sebesar 4%. Pengujian FTIR menunjukkan bahwa kolagen hasil ekstraksi memiliki gugus-gugus fungsi yang serupa dengan kolagen komersial. Rasio transmisi pada gugus amida III kolagen hasil ekstraksi dengan transmisi pada bilangan gelombang 1450 cm-1 mendekati 1 sehingga dapat dinyatakan struktur triple helix pada kolagen hasil ekstraksi tidak termodifikasi. Penambahan propolis pada hidrogel tidak memengaruhi ikatan kimia kolagen pada hidrogel kolagen-alginat dengan bukti hasil FTIR dan SEM. Penambahan propolis terbukti meningkatkan sifat antibakteri dari hidrogel. Hal ini terlihat dari terhambatnya aktivitas bakteri gram positif S. aureus yang sering ditemukan pada fase awal luka bakar.

Collagen alginate-based hydrogel is a promising material in accelerating burn healing. However, the hydrogel synthesized with collagen-alginate did not have good antibacterial properties to support the healing rate. The main objective of this study was to develop a hydrogel from salmon skin extract with the addition of propolis as an antimicrobial. Collagen is extracted from salmon skin by a chemical process by hydrolysis and dissolving collagen in acid. Next, the hydrogel was made by adding the extracted collagen and alginate with a volume ratio composition of 3:1. Propolis was added to the collagen-alginate as much as 2%. The yield of collagen extract from salmon skin is 4%. The FTIR test showed that the extracted collagen had similar functional groups to commercial collagen. The transmission ratio of the extracted amide III group of collagen with transmission at a wave number of 1450 cm-1 is close to 1 so that the triple helix structure of the extracted collagen can be expressed unmodified. The addition of propolis to the hydrogel did not affect the chemical bonds of collagen in the collagen-alginate hydrogel with evidence of FTIR and SEM results. Addition of propolis has been shown to increase the antibacterial properties of the hydrogel. This can be seen from the inhibition of the activity of gram-positive bacteria S. aureus which is often found in the initial phase of burns."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>