Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novi Anoegrajekti
"Sejarah gandrung yang panjang menyisakan catatan bahwa kesenian milik komunitas Using ini selalu berhadapan dengan kekuatan-kekuatan di luar dirinya. Pasar (kapitalisme), birokrasi, dan agama telah sejak larna menjadi kekuatan- kekuatan yang menghegemoni kesenian tradisi ini. Dalam lima tahun terakhir (2000-2005), saat saya melakukan penelitian etnografi untuk disertasi ini, persentuhan gandrung dengan ketiga alctor hegemoni tersebut mencapai puncak intensitasnya.
Disertasi ini membahas pertarungan antar kekuatan-kekuatan hegemoni gandrung tersebut dalam kerangka memperebutkan representasi identitas Using. Pembahasan saya mulai dengan terlebih dahulu menelaah hubungan antara gandrung dengan komunitas Using dan deskripsi mengenai pertunjukan gandrung. Ada dua kategori pertarungan yang meskipun saling berkaitan saya sajikan terpisah dalam disertasi. Pertama, pertarungan dalam menentukan teks pertunjukan menyangkut lagu, musik, tari, pembabakan, dan struktur pertunjukan. Kedua, pertarungan memperebutkan makna representasi identitas Using yang berpengaruh pada penentuan teks pertunjukan.
Dari seluruh bahasan tentang pertarungan tersebut dapat dilihat beberapa hal penting. Pertama, bahwa sebagai proses kebudayaan, kekuatan-kekuatan hegemoni itu terwujud dalam sebuah inkorporasi dengan posisi yang berbeda. Dengan merujuk pada konsep Williams, pasar sebagai yang paling mendominasi dalam hegemoni gandrung menjadi budaya dominan, konservasi tradisi sebagai budaya residual karena bertahan dengan menghidupkan kemhali makna, nilai, dan norma yang telah ditinggalkan, sedangkan Islam sebagai sesuatu yang baru menjadi emergent.
Kedua, bahwa hegemoni adalah wilayah pertarungan yang berlangsung dinamis dan tidak stabil. Dominasi sebagai posisi terpenting dalam hegemoni akan tidak dikenali ketika penetrasinya semakin meluas dan tekanan dari kekuatan yang lain terus meningkat. Ketiga, bahwa representasi identitas merupakan wilayah pertarungan pemaknaan yang kemudian menyebabkan identitas itu sendiri lebih merupakan konstruksi dan proyek (politik) penciptaan yang karena itu diskursif retak, dan terus berubah.
Akhirnya, dengan pembahasan tentang pertarungan memperebutkan representasi identitas Using, disertasi ini telah menjelaskan bagaimana politik kebudayaan beroperasi di tingkat mikro, tempat hegemoni, resistensi, invensi dan konstruksi mewujudkan diri. Disertasi juga telah menunjukkan bagaimana sebuah kesenian berkembang di tengah kebudayaan plural dan masyarakat multi-etnis yang berada dalam perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Saya juga menunjukkan bagaimana politik identitas dibangun dan diartikulasikan di ruang publik yang kompleks.

The long history of Gandrung has left notes that this art, which belongs to the Using Community, is always faced with forces beyond itself Market (capitalism), bureaucracy, and religion have long become the hegemonic forces that dominated this traditional art. For the last tive years (2000 - 2005), while I was doing the ethnographic research for this dissertation, the contact between Gandrung and those three hegemonic actors reached its highest intensity.
This dissertation is aimed to analyze the battle among those hegemonic forces of Gandrung in the framework of struggling over the representation of Using identity. My analysis is started by exploring the relationship between Gandrung and the Using community and by describing the performance of Gandrung. There are two struggling categories which are related to each other. However, I represent them separately in this dissertation. First is the battle in determining the text of the performance including the songs, music, dances, stages, and the structure of the performance.
Second is the struggle over meaning in the representation of Using identity which influences the determination of the text of the performance.
There are several important things that can be seen from the whole analysis about those battles. First, as a cultural process, those hegemonic forces are formed in incorporation within various positions. Referring to the concept proposed by Williams, the market as the most dominant forces in Gandrung hegemony becomes the dominant culture; the conservation of tradition becomes the residual culture because it survives by reviving meaning, values and norms that have been left; while Islam as a new thing becomes the emergent culture.
Second, hegemony can be seen as a dynamic and unstable battleield. Domination as the most important position in a hegemony will not be easy to recognize when its penetration becomes larger and the forces from other parties become stronger. Third, the representation of identity is also a field for the struggle over meaning which causes the identity itself can be seen more as a construction and creating project (politics) so that it becomes discursive, cracked and unstable. In the end, by analyzing the struggle over the representation of Using identity, this dissertation has explained how the politics of culture operates in the micro level, where hegemony, resistance, invasion, and construction form themselves. This dissertation has also shown how an art develops within a plural culture and multi-ethnics community which exists in the social, economic and cultural changes. I have also shown how the political identity is built and articulated in a complex public space."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D604
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ristiani Musyarofah
Yogyakarta : Pusat Studi Kependudukan dan Kebiajkan UGM, 2003
617.46 RIS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Taufiqurrahman
"Tesis ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi satuan-satuan linguistik dalam mengomunikasikan pesan yang ingin disampaikan dalam tradisi lisan Metri Wayang Gandrung. Tradisi lisan tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Pagung Kabupaten Kediri ketika mereka memiliki hajat dan nadzar.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Peneliti melakukan transkripsi data dari data lisan menjadi sebuah teks Metri Wayang Gandrung.
Penelitian ini dilakukan dengan ancangan sintaksis dan kajian wacana. Dalam hal ini, teori sintaksis yang digunakan adalah pendapat dari Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), dan Kridalaksana (2002). Sementara itu teori kajian wacana yang digunakan adalah pendapat Halliday & Hasan (1976) dan Renkema (2004). Di samping itu, peneliti juga menggunakan pendapat Rahyono (2009) untuk menganalisis makna dalam konteks budaya Jawa.
Adapun temuan dalam penelitian ini adalah bahwa teks Metri Wayang Gandrung terdiri atas tiga bagian, yakni pendahuluan, isi, dan penutup. Peneliti menemukan 12 kata kunci sebagai konstituen inti yang membangun struktur kalimat-kalimat dalam teks Metri Wayang Gandrung. Dari kedua belas kata kunci yang mengisi fungsi sebagai predikat, 11 kata kunci memiliki kategori sebagai verba dan 1 kata kunci memiliki kategori sebagai nomina. Kedua belas kata kunci tersebut adalah kata suguh, metri/petri, dipunpanggénipun, nggadahi/anggadahi, nyuwun, kaleksanan, tumpeng jejeg maskumambang?, dipunsanggupi, dipunturuti, anetepi, idéni, dan nyuwun ngapunten. Berdasarkan analisis makna referensial dan konteksual budaya, kedua belas kata kunci tersebut membangun sebuah makna wacana.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa makna wacana tersebut mengandung pesan yang dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fungsional, aspek sosial, dan aspek kehidupan masyarakat.

This thesis has an objective to identify and explain the units of linguistic in communicating the message in oral tradition of Metri Wayang Gandrung. The oral tradition of Metri Wayang Gandrung is carried by the people in Pagung-Kediri when they have an ambition and nadzar.
This research used qualitative method with an ethnographic approach. The researcher conducted a data transcription from oral data into text of Metri Wayang Gandrung.
This research was conducted by syntax analysis and discourse studies. In this research, the theory of syntax that is used are the point of view from Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), and Kridalaksana (2002). Meanwhile, the theory of discourse studies that is used are the point of view from Halliday & Hasan (1976) and Renkema (2004). In addition, the researcher used the point of view from Rahyono (2009) to analyze of meaning based on contextual of Javanese culture.
The findings of this research was that the text of Metri Wayang Gandrung consists of three parts; introduction, contents, and cover. The researcher found 12 keywords as core constituents that created the structure of sentences in text of Metri Wayang Gandrung. The twelfth of keywords as predicate in syntax function that consists of 11 keywords as verb and 1 keyword as noun in categories of syntax function. The twelfth of keywords are suguh, metri/petri, dipunpanggénipun, nggadahi/anggadahi, nyuwun, kaleksanan, tumpeng jejeg maskumambang, dipunsanggupi, dipunturuti, anetepi, idéni, and nyuwun ngapunten. Based on analysis of referential meaning and contextual meaning, the twelfth of keywords created a discourse.
In conclusion, the discourse of Metri Wayang Gandrung can be viewed by three aspect; the functional aspects, social aspects, and people life aspects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okajaya
"Skripsi ini membahas persaingan antara dua perusahaan di dalam sebuah pasar duopoli, di mana pasar itu memiliki karakteristik berupa perubahan lingkungan yang cepat dan drastis, serta tingginya saling ketergantungan antar pemain, baik di dalam pasar yang bersangkutan, maupun dengan industri-industri lain yang terkait. Interaksi antara kedua perusahaan ini mengandung unsur-unsur kerja sama (kooperasi) sekaligus bersaing (kompetisi), sehingga pembahasannya menggunakan pendekatan teori permainan yang berdasarkan paradigma ko-opetisi. Melalui skripsi ini, kita dapat melihat bagaimana perusahaan memandang interaksi dengan lingkungan sekitarnya dalam kerangka pola pikir teori permainan, dan menerapkan teori permainan itu untuk mengidentifikasi potensi peluang dan ancaman yang ada, sehingga dapat merumuskan strategi yang lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
S19450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Zaky Shahab
Jakarta: Laboratorium Antropologi, 2004
306 YAS i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurcholish Madjid
Jakarta: Yayasan Abdi Dhamma Indonesia, 1995
297.099 2 NUR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rofiah
"Islam hadir mengubah tradisi yang menistakan perempuan secara gradual dneganmmpertimbangkan realitas riil yang ada. Tarik menarik antara pesan islam tentang seksualitas permpuan yang memanusiakan dan tradisi yang menistakan terus berlangsung hingga kini. Hasil antara lain adalah lahirnya tradisi dan pemahaman yang justru melemahkan seksualitas perempuan atas nama islam. Strategi penting yang harus dimulai antara lain adalah mengintegrasikan tafsir alternative atas islam dengan upaya-upaya lain dalam mewujudkan tatanan yang adil gender."
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2008
170 JPMP 58 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 13 (1-4) 2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Swasti Istika
"For Him Magazine atau lebih populer disingkat dengan FHM adalah salah satu bentuk produk budaya populer di Inggris. FHM adalah rnajalah gaya hidup khusus pria yang pertama kali diterbitkan di Inggris pada tahun 1994. Hingga saat ini FHM telah berhasil menempati posisi majalah gaya hidup khusus pria kedua terbesar di dunia dengan total pembaca setia FHM di seluruh dunia sebanyak 1022.000 terhitung dalam kurun waktu sejak Januari hingga Juni 2004. FHM juga telah beredar di 27 negara di dunia termasuk Amerika Serikat, Afrika Selatan, Rusia, dan Indonesia. Popularitasnya mengalahkan majalah-majalah sejenis yang telah lebih dulu terbit di negara-negara lain, seperti Amerika Serikat. Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu maskulinitas seperti apa yang ingin ditawarkan oleh FHM serta adakah ideologi tertentu di balik maskulinitas tersebut, terutama jika mengingat usaha FHM untuk mengangkat wacana yang kontroversial, seperti seksualitas serta upayanya untuk mencapai berbagai kalangan. Untuk menganalisis, akan digunakan teori representasi, teori semiologi, teori ideologi dan teori maskulinitas. Sumber data yang digunakan adalah For Him Magazine Inggris edisi Juli 2004. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data demi merumuskan kode_kode dominan yang muncul di dalam majalah tersebut yaitu kode romance atau percintaan, kode.fashion, belongings dan beauty, kode entertainments atau hiburan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S14014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Andinia Savitri
"ABSTRAK
Fokus dari penelitian ini adalah representasi dan identitas dalam tujuh iklan J.CO Donuts'-C(?/fee yang dimuat dalam dua media cetak lokal, yaitu majalah Fennna dan harian Kompas. Mengacu pada rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini terdiri dari dua hal. Pertama, mengungkapkan bagaimana donat direpresentasikan dalam kaitannya dengan pembentukan identitas konsumer pada tujuh iklan J.CO. Kedua, menunjukkan ideologi yang terdapat dalam tujuh iklan tersebut. Constructionist approach digunakan dalam penelitian ini untuk menekankan proses pembentukan makna melalui representasi dan semiotika Barthesian merupakan teori yang dipilih untuk menelaah representasi donat dalam setiap iklan. Penelitian ini menjabarkan bahwa donat direpresentasikan sebagai prestisius, mutakhir, berkelas, berharga, mewah, eksklusif, dan superior. Ditambah lagi, penelitian ini menjelaskan bahwa konsumer J.CO direpresentasikan sebagai masyarakat urban (di Indonesia) yang memiliki modal ekonomi dan modal kultural tinggi. Pesan lingual berupa lokasi gerai J.CO, alamat website dan nomor hotline, serta penggunaan bahasa Inggris Amerika menandakan adanya eksklusi dan inklusi dalam pembentukan identitas konsumer J.CO. Berkaitan dengan hal ini, makna donat, produk yang secara konsisten hadir dalam iklan, dibangun sebagai pembeda sosial. Selera adalah ideologi yang melandasi pembentukan makna tersebut. Ideologi ini mengklasifikasi konsumer J.CO dan tak terhindarkan melegitimasi perbedaan sosial antara konsumer J.CO dan masyarakat lainnya. Dengan demikian, tujuh iklan J. CO Donut.s'&C(?ffee memegang peran penting sebagai sites pembentukan makna donat dan identitas konsumer."
2008
T39953
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>