Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carlina Cornain Abdullatif
"ABSTRAK
Asma merupakan suatu kelainan yang kompleks dengan banyak faktor penyebab Yang turut berperan untuk menimbulkan serangan asma. Sebagian besar dipengaruhi oleh faktor-faktor pencetus yang banyak terdapat di lingkungan rumah tangga dan dapat dihindari. Serangan asma dapat terjadi pada setiap waktu dan kadang-kadang selain mendadak juga dapat terjadi serangan yang berat. Disinilah terdapat peran serta orang tua yang harus disadarkan dan ditingkatkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pencetus yang umumnya berada di lingkungan rumah tangga.
Salah satu tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah agar orangtua dapat memahami asma-anak dengan baik supaya dapat menanggulangi asma secara optimal, sehingga tercapai keseimbangan yang serasi dan selaras antara anak-asma dan lingkungannya dengan demikian anak-asma tersebut dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan umurnya.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Amirullah A.S
"

Pendahuluan: Tujuan jangka panjang penatalaksanaan asma adalah mencapai status kontrol yang baik, mempertahankan aktivitas secara normal, mengurangi risiko eksaserbasi, mempertahankan fungsi paru mencapai normal atau mendekati normal dan menghindari efek samping obat. Penatalaksanaan secara farmakoterapi dan non farmakoterapi saling berkaitan. Salah satu penatalaksanaan non farmakologi yaitu menilai kepatuhan penggunaan obat pengontrol serta pendekatan kepada pasien terhadap penilaian pengetahuan dan sikap pasien mengenai penyakit asma

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap mengenai asma dengan kepatuhan penggunaan obat pengontrol pada asma tidak terkontrol di poli asma Rumah Sakit Pusat Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan Jakarta

Metode: Desain penelitian menggunakan metode desain potong lintang pada 96 subjek dengan status asma tidak terkontrol dan terkontrol sebagian yang berobat di poli asma RSUP Persahabatan Jakarta mulai Juli hingga Agustus 2019. Analisis deskriptif pada data menggunakan SPSS versi 20 dan uji Chi square untuk menilai kemaknaan (dikatakan bermakna bila p<0,05).

Hasil: Subjek perempuan, usia dewasa, tingkat pendidikan sedang, tidak bekerja dan IMT lebih merupakan karakteristik subjek yang terbanyak pada penelitian ini. Sebanyak 80 subjek memiliki tingkat kepatuhan yang baik terhadap penggunaan obat pengontrol. 80 subjek memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 11 subjek memiliki tingkat pengetahuan yang sangat baik, 5 subjek memiliki tingkat pengetahuan sedang. Sebanyak 84 subjek memiliki sikap yang baik mengenai asma. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan obat pengontrol (p=0,765) dan juga tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan penggunaan obat pengontrol (p=0,408).

Kesimpulan: Hubungan tingkat pengetahuan subjek dan sikap subjek mengenai asma tidak bermakna secara statistik terhadap kepatuhan penggunaan obat pengontrol. Walaupun demikian, tingkat pengetahuan asma yang sangat baik dan sikap yang baik mengenai asma menunjukkan proporsi kepatuhan penggunaan obat pengontrol yang lebih baik dibandingkan kategori lainnya.

 

Kata Kunci: Pengetahuan, sikap, kepatuhan, obat pengontrol, status 


Introduction:The long-term goals asthma management are achieve symptom control, maintain normal activity, risk reduction, maintain normal lung function and avoid medication side effect. Pharmacology and non-pharmacology management are related each other. Non-pharmacology management are asses the adherence controller medication and approach to the patient in evaluating the knowledge and attitude about asthma.

Aim:Asses the association of knowledge and attitude about asthma with controller medication adherence of uncontrolled asthma patients in asthma clinic Persahabatan Hospital Jakarta.

Method:Cross sectional study of 96 adults with uncontrolled and partial controlled asthma attending asthma clinic at Persahabatan hospital Jakarta in July until August 2019. Descriptive analysis method with SPSS version 20 and Chi square test to asses significancy (p<0,05).

Result:Woman, adult, moderate educational level, non job and higher body mass index are the most characteristic subject in this study. 80 subjects have good adherence with controller medication. 80 subjects have good knowledge, 11 subjects have very good knowledge, 5 subjects have moderate knowledge. Asthma can be cured/controlled and adjust dose of the medications according to patients symptoms/cost are the most attitude found in this study. There is no association between knowledge and controller medication adherence (p=0,765) and no association between attitude and controller medication adherence (p=0,408).

Conclusion: The association between knowledge and attitude about asthma with controller medication adherence have no significancy in statistical analysis. Eventhough, excellent knowledge and good adherence show better proportion in controller medication adherence than other category

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Rogayah
"Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh penyuluhan dan Senam Asma edonesia terhadap pengetahuan, sikap, perilaku dan gejala klinik penderit asma. Jumlah subiek penelitian ini sebanyak 40 orang yang terdiri dari 20 orang kelompok kasus dan 20 orang kelompok kontrol. Penderita berusia 15-55 tahun dengan umur rata-rata pada kelompok kasus 46 ±11,71 tahun dan kelompok kontrol 37 ±8,99 tahun. Pada kelompok kasus penderita mengikuti penyuluhan dan melakukan Senam Asma Indonenesia 77,3% selama 6 bulan, sedangkan kelompok kontrol adalah penderita yang tidak mengikuti penyuluhan dan Senam Asma Indonesia. Dari penelitian didapatkan pada kelompok kasus peningkatan pengetahuan 12,5%, sikap 53,9% dan perilaku 53,5% sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan pengetahuan 5,6%, sikap 9,1% dan tidak ada perubahan terhadap perilaku. Pada kelompok kasus terdapat penurunan skor gejala klinik yaitu jumlah batuk 71,33%, gangguan tidur 75,4%, gangguan aktivitas 80,5%, napas berbunyi 84,6%. Pada kelompok kontrol terdapat penurunan skor gejala klinik yaitu jumlah batuk 43,6% gangguan tidur 40,9%, gangguan aktivitas 35,8% dan napas berbunyi 40,6%. Peningkatan faal paru KVP,VEP dan APE pada kelompok kasus yaitu KVP dari 1733 ± 231,06 ml menjadi 1842 ± 300,03 ml, VEP dari 1349,5 ± 169,94 ml menjadi 1469,2 ± 190,19 ml dan APE dari 325,9 ± 45,89 Vmnt menjadi 352,6 ± 64,73 l/mnt. Peningkatan faal paru KVP, VEP, dan APE pada kelompok kontrol yaitu KVP dari 1762 ± 307,59 ml menjadi 1840 ± 332,79 ml, VEP, dari 1389,5 ± 214,36 ml menjadi 1482 ± 252,59 ml dan APE dari 323,65 ± 53.51 V/mnt menjadi 348,5 ± 58,23 l/mnt."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Medina Husen
"Diagnosis dan tatalaksana batuk kronik berulang (BKB) pada anak masih menjadi masalah karena etiologinya yang beragam. Selain anamnesis dan pemeriksaan finis yang seksama, upaya untuk tatalaksana BKB yang baik memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang tergantung dari indikasinya. Salah satu pemeriksaan penunjang pada BKB adalah uji provokasi bronkus yang dapat membuktikan adanya hiperreresponsivitas bronkus (HRB). Stimulus bronkospasmogenik dapat berupa zat farmakologis maupun nonfarmakologis. Golongan zat farmakologis yang sering dipakai adalah histamin dan metakolin sedangkan zat nonfarmakologis diantaranya adalah salin hipertonik (SH) 4,5 %.
Histamin dan melakolin adalah baku emas uji provokasi bronkus dianggap cukup balk untuk membedakan subjek asma dan normaL Sensitivitas dan spesifisitasnya sebesar 92-100% dan 92-93%, NDP 29-92%, NDN 92-100%. Dari beberapa penelitian diketahui pula bahwa derajat HRB oleh histamin sesuai dengan derajat asmanya, makin berat asma maka HRB terhadap histamin akin sema kin berat. Namun akhir-akhir ini histamin harganya mahal dan sulit ditemukan di Indonesia karena harus diimport dari luar negeri. Oleh karena itu saat ini dicari alternatif uji provokasi bronkus yang derajat akurasinya setara dengan histamin.
Salin hipertonik 4,5% mulai dikenalkan secara luas sejak tahun 1980 terutama di Australia. Zat ini dapat dibuat di laboratorium obat sederhana dari kristal NaCl. Harganya murah dan cara membuatnya pun mudah. Beberapa penelitian sebelumnya mendapatkan nilai spesifisitasriya berkisar antara 92-100% namun sensitivitasnya flushing dari sakit kepala sedangkan salin hipertonik dapat menyebabkan iritasi tengorokan. Nilai reprodusibiiitas kedua uji provokasi terbukti cukup baik.
Prevalensi asma pada BKB cukup tinggi berkisar antara 40-6d%. Uji provokasi bronkus yang dilakukan pada pasien BKB tujuannya adalah untuk memastikan diagnosis asma bukan untuk skiring karena biasanya pasien yang berkunjung ke Poliklinik RSCM sudah berobat ketempat lain sebelumnya. Oleh karena itu diperlukan uji diagnosis yang sensitif untuk menegakkan diagnosis dan menentukan tata]aksana yang optimal. Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu seberapa baik kemampuan SH 4,5% untuk mendiagnosis asma pada anak dengan batuk kronik berulang.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum
Membuktikan bahwa uji provokasi SH 4,5% dapat mengantikan uji provokasi his tamin sebagai uji diagnostik altematif asma pada pasien BKB.
Tujuan khusus
1. Mengetahui karakteristik pasien BKB yang dilakukan uji provokasi.
2. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif, rasio kernungkinan negatif dari uji provokasi SH 4,5%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septia Pristi Rahmah
"ABSTRAK
Salah satu zat pencemar yang mampu menyebabkan kekambuhan asma adalah
nitrogen dioksida (NO2). Konsentrasi NO2 yang tertinggi di Kota Padang berasal
dari transportasi (50,57 ug/Nm3). Daerah dengan konsentrasi NO2 tinggi di Kota
Padang adalah daerah Lubuk Kilangan dan daerah dengan konsentrasi NO2 rendah
di Kota Padang adalah beberapa wilayah di Kecamatan Koto Tangah. Data pasien
asma diambil dari Puskesmas masing-masing wilayah kerja (Puskesmas Lubuk
Kilangan dan Puskesmas Air Dingin).
Penelitian dilakukan dengan desain studi kohort retrospektif, dimana pajanan NO2
telah terjadi di masa lalu, sedangkan riwayat kakambuhan asma diikuti selama
Januari – November 2014. Anak yang menjadi responden adalah anak yang
berusia ≥ 7 tahun dan telah menderita asma selama minimal 2 tahun pada saat
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan konsentrasi NO2
dengan kekambuhan asma pada anak dengan pvalue 0,003 dengan Risiko Relatif
(RR = 2,273). Variabel yang paling dominan mempengaruhi kekambuhan asma
adalah konsentrasi NO2 dan riwayat prematur setelah dikontrol variabel lain
secara multivariat menggunakan uji Cox Regression.

ABSTRACT
One of contaminants that can cause an asthma relapse is nitrogen dioxide (NO2). The
highest concentration of NO2 in Padang is from transportation (50.57 ug / Nm3). An
area with high concentrations of NO2 in the city of Padang is Lubuk Kilangan and
areas with low NO2 concentrations in Padang are some areas in the district of Koto
Tangah. Data of Asthma patient taken from each health center of working area (health
centers Lubuk Kilangan and health centers Air Dingin).
The study was conducted with a retrospective cohort study design, in which NO2
exposure has occurred in the past, while history of asthma relapse followed during
January-November 2014. Children who were respondents are children ≥ 7 years old and
have been suffering from asthma for at least 2 years at the time of research.
The results showed a significant relationship between the concentration of NO2 with
recurrence of asthma in children with p value 0.003 with relative risk (RR = 2.273).
The most dominant variable affecting the recurrence of asthma is the concentration of
NO2 and premature history after controlled others variable in multivariate using Cox
Regression Test"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Purwanto
"Asma merupakan penyakit penyempitan saluran pernapasan yang dapat hilang timbul pada manusia karena adanya hipersensitivitas pada saluran pernapasan tersebut. Karena sifatnya yang hilang-timbul, asma dapat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang melalui serangan asma. Senam Asma Indonesia merupakan salah satu exercise penunjang dalam pengobatan asma, karena dengan mengikuti Senam Asma Indonesia otot-otot pernapasan dibentuk sedemikian rupa agar pada waktu serangan asma otot-otot pernapasan tersebut dapat berfungsi secara optimal untuk membantu bernapas. Kegiatan Senam Asma Indonesia dilakukan di berbagai klub asma yang ada di Indonesia. Di DKI Jakarta saja terdapat lebih dari 20 klub. Kegiatan klub asma diawasi oleh minimal seorang dokter spesialis paru atau dokter umum. Selain kegiatan Senam Asma Indonesia juga dilakukan penyuluhan tentang asma dan pengukuran fungsi paru melalui PFR (Peak Flow Rate).
Berdasarkan temuan ternyata 74% responden memiliki sikap dan perilaku yang baik, hanya 24 % responden pernah berkunjung ke IGD, angka rata-rata absensi dari sekolah/pekerjaan 2,25 ± 3,08 per bulan hari dengan absensi 3 bulan terakhir sebesar 3,4 ± 5,42 hari, Biaya penanggulangan penyakit asmanya rata-rata per-orang setiap bulannya sebesar Rp. 24.220,- ± Rp.28.066; , dengan pengeluaran 3 bulan terakhir per-orang sebesar Rp. 47.020,- ±Rp. 47.144,-. Kelompok dengan biaya berobat S Rp. 10.000,- per bulan paling banyak (43%).
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata tidak perbedaan bermakna antara responden yang mengikuti dan yang tidak mengikuti program senam Asma Indonesia dalam hal biaya pengobatan, absensi, perilaku, sikap dan pengetahuan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Budhy Djayanto
"ABSTRAK
Asma telah dikenal sejak zaman Hipocrates (abad ke- 4-5 . SM). Pada saat itu sampai ditemukannya IgE sekitar 20 tahun yang lalu diagnosis asma terutama didasarkan pada timbulnya gejala klinis misalnya sesak dan mengi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang kedokteran, beberapa hal yang belum diketahui tentang timbulnya asma dan timbulnya serangan asma mulai tersingkap; antara lain aspek fisiologis, aspek patologis, aspek imunologis dan aspek psikologis (Wirjodiardjo, 1990).
Asma merupakan penyakit kronik yang tersering dijumpai pada anak. Penyakit asma dapat mudah dikenal bila ditemukan gejala yang berat misalnya serangan batuk dengan mengi setelah latihan berat atau timbul waktu udara dingin. Kadang-kadang dapat juga ditemukan gejala yang ringan seperti batuk kronik dan berulang tanpa mengi yang dapat menyulitkan dokter, pasien atau keluarga pasien. Gambaran klinik dan perjalanan penyakit asma berbeda pada bayi, anak kecil dan anak yang lebih besar sesuai pertambahan usia (Rahajoe H. H., 1983).
Asma dapat mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Asma yang merupakan penyakit kronik juga dapat memberikan masalah biologis, psikologis dan sosial pada penderita maupun keluarganya bila tidak ditanggulangi secara komprehensif antara penderita; orangtua; saudara kandung; dokter dan guru pada anak yang sudah sekolah (Steinhauer, 1974; Sudjarwo dan Suiaryo, 1990).
Dampak negatif asma yang utama pada anak sekolah adalah terganggunya pelajaran di sekolah. Di Amerika Serikat, sepertiga dari waktu absen di sekolah disebabkan oleh asma (Godfrey, 1983 b). Besar kecilnya angka absensi ini akan menjadi salah satu faktor yang menentukan intensitas gangguan terhadap tumbuh kembangnya dikemudian hari. Asma dapat timbul pada setiap umur, tetapi biasanya jarang timbul pada bulan-bulan pertama kehidupan. Delapan puluh persen asma pada anak mulai timbul pada usia di bawah 5 tahun (Blair,1977; Godfrey, - 1983 b).
Asma sangat erat hubungannya dengan hiperreaktivitas saluran nafas, hal ini dikemukakan oleh Boushey dkk (1980), Rahajoe dkk (1988), Gerritsen (1989) dan Pattemore dkk (1990).
Faktor alergi berperan pada asma anak. Sekitar 2/3 dari seluruh anak dengan asma mempunyai dasar alergi (Carlsen dkk, 1984). Bahkan menurut HcNicol dan Williams (1973), jika semua anak dengan asma diteliti sepanjang usianya; maka akan didapat bukti adanya faktor alergi yang berperan. Faktor alergi pada asma menyebabkan berbagai reaksi immunologik dengan hasil akhir berupa gejala asma. Keadaan atopi lebih banyak dijumpai pada penderita asma dan keluarganya dibanding kelompok kontrol (tidak asma). Asma juga lebih sering ditemukan pada keluarga penderita asma dibanding kelompok kontrol (Si.bbald dkk, 1980; Zimmerman dkk, 1988)"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monalisa
"ABSTRAK
Asma termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernafasan kronik, walaupun tingkat fatalitasnya cukup rendah namun jumlah kasus asma
cukup banyak ditemukan di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran pengalaman ibu dalam merawat anak penderita asma yang telah mengalami masalah kualitas hidup. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. "
2012
T30477
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Ariani Kirana Masna
"ABSTRAK
Pendahuluan: Faktor lingkungan seperti alergen dan polusi udara dapat memicu ataupun memperberat gejala asma akut serta menyebabkan persitens gejala asma terutama asma alergi. Telah banyak usaha dilakukan untuk mengurangi kadar alergen dalam udara. Salah satu caranya adalah dengan mempertahankan keseimbangan anion-kation sehingga terjadi denaturasi protein tungau debu rumah yang merupakan alergen utama. Kondisi keseimbangan anion-kation dalam udara ini serupa dengan kondisi alamiah hutan. Lingkungan yang serupa dapat dicapai menggunakan filter udara dengan ioniser sehingga tercapai keseimbangan anion-kation dalam udara. Apakah kondisi ini akan mempengaruhi kondisi inflamasi saluran napas dan fungsi paru pasien asma alergi belum pernah dibuktikan sebelumnya.
Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan uji klinis silang (cross-over), terbuka, pada pasien-pasien asma alergi. Data subjek diambil secara mandiri oleh pasien dan pemeriksaan berkala di Poli Asma. PPOK RS Persahabatan sejak Desember 2011 sampai September 2012. Pemeriksaan FeNO menggunakan NIOX mino, uji fungsi paru (spirometri), serta penilaian ACT dilakukan setiap bulan di RS Persahabatan.
Hasil Penelitian: Terdapat 36 pasien yang berhasil mengikuti penelitian sampai selesai, selebihnya mengundurkan diri. Terdapat enam subjek laki-laki dan 30 perempuan, rerata usia 42,72 tahun (18-63). Klasifikasi terbanyak adalah asma persisten ringan (19) diikuti dengan asma persisten sedang dan berat (10 dan 7). Perbandingan selisih nilai ACT akhir dengan nilai awal antara kelompok kontrol dengan perlakuan berbeda bermakna secara statistik (p=0,008) maupun secara klinis (rerata kenaikan 3,31 poin). Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik dalam nilai FeNO dan uji fungsi paru antara kedua kelompok pengamatan.
Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan peningkatan nilai asthma control test setelah penggunaan filter udara dengan ioniser namun tidak didapatkan perbedaan inflamasi saluran napas dan nilai faal paru. Penggunaan filter udara anion-kation seimbang dapat direkomendasikan pada pasien asma alergi.

ABSTRACT
Introduction: Many attempts have been tried to reduce concentration of allergens which may precipitate acute asthma or cause persistence of symptoms especially in allergic asthma patients. One of the techniques used is air filter and ionizer which creates a balance anion-cation ambiance. Studies have showed that its use can reduce airborne allergen concentration. Indoor ionised air has been proven to cause protein denaturation of house dust mite allergen, one of the most prominent indoor allergen. Ionised air has been proved to cause protein denaturation of mite allergens. This condition is similar to the natural condition existing in uncontaminated natural forests. This condition may be achieved by using a commercially available air purifier and ionizer. Whether this condition affects airway inflammation and lung function test in allergic asthma patients is yet to be proven.
Methods: This is a cross-over, unblinded, clinical trial, conducted in allergic asthma patients. Serial spirometry and FeNO measurements are performed monthly. Subjects are also asked to fill ACT for assement of asthma control. Subjects is observed for two months without using air filter in their bedrooms and two months using air filter in their bedrooms with a two weeks interval in between observation.
Results: There were 50 patients enrolled in the beginning of this study but 14 dropped out while 36 completed the study. There were six male subjects and 30 female, averaging 42,72 (min 18, max 63). Most patients were mild persistent (n=30), followed by moderate ande severe persistent asthma (10 and 7, respectively). The difference between baseline and end of two months observation in control and treatment group was statistically and clinically significant (paired t-test, p=0,008, 3 points ACT increase). Although there was a trend of decreased FeNO and increased FEV1/predicted ratio, time series and multivariate analysis in both was not statistically significant.
Conclusion: There was an increase of ACT score after air filter with ionizer usage but the change in FeNO and lung function test was not statistically significant. Air purifier can be recommended in allergic asthma patients to increase asthma control."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Kurniati Tjahjadi
"Asma merupakan penyakit saluran napas kronik yang merupakan masalah kesehatan dunia. Adanya perubahan gaya hidup, kerusakan lingkungan, meningkatnya paparan polusi dan alergen berdampak pada kesehatan sistem pernapasan, mengakibatkan angka kejadian asma semakin meningkat. Ekstrak etanol patikan kebo (Euphorbia hirta) diketahui mengandung antiinflamasi, salah satunya adalah β-amyrin, yang secara turun-temurun dipakai untuk mengurangi keluhan batuk pada asma.
Oleh karena itu peneliti ingin melihat apakah herbal patikan kebo benar mempercepat pengurangan keluhan gejala asma bila ditambahkan pada pengobatan penderita asma persisten sedang. Studi awal ini melibatkan 20 orang responden yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok plasebo, masing-masing 10 orang. Kelompok perlakuan mendapat kapsul ekstrak patikan kebo 2 x 2 kapsul / hari yang mengandung 385 mg tiap kapsulnya selama 8 minggu.
Hasil studi secara statistik ditemukan adanya kecenderungan perbaikan nilai skor asma kontrol test (ACT). Ditemukan peningkatan yang tidak bermakna dari nilai arus puncak ekspirasi (APE) maupun penurunan jumlah eosinofil sputum.

Asthma is a chronic respiratory disease which has become a global health issue. Effect of lifestyle changes, environmental degradation, pollution and allergen exposure on the health of the respiratory system, have led to the increasing incidence of asthma. Ethanolic extract of patikan kebo (Euphorbia hirta) is known to have an antiinflamatory effect due to one of its active compound, β-amyrin. Patikan kebo has been used for generations to reduce cough in asthma.
Therefore, we wanted to see whether or not the addition of patikan kebo in treatment of moderate persistent allergic asthma can accelerate the reduction of asthma symptoms. This is a preliminary study, consisted of 20 subjects divided into 2 groups: the treatment group and the placebo group, 10 people each. The treatment group received extract capsules patikan kebo extract capsules at 2 x 2 capsules / day containing 385 mg per capsule for 8 weeks.
The study shows a statistically significant trend toward improved asthma control test (ACT) scores. There is no significant increase of peak expiratory flow or decrease in the number of sputum eosinophils."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>