Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112069 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Nurrahmawati
"Banyak perusahaan software house di Indonesia yang rontok sebelum mencapai usai 5 tahun, kami mensinyalir perusahaan tersebut tidak mampu untuk bersaing terutama diakibatkan karena tidakmampunya manajemen atau tim perusahaan untuk membuat perencanaan yang terperinci dan detail serta kemampuan membuat perkiraan biaya yang tepat. Kedua masalah utama ini dapat menyebabkan perusahaan software house menjadi:
1. Menderita kerugian, mengalami penambahan waktu pengembangan software karena tidak sesuai dengan rencana semula yang terdapat di proposal;
2. Cash flow miss-management, karena ketidaktepatan penyerahan jasa mengakibatkan ketidaktepatan jadwal pembayaran dari klien perusahaan;
3. Kehilangan kesempatan untuk mencari klien baru akibat tidak tersedianya tenaga kerja untuk mendapatkan ataupun mengerjakan klien yang baru (opportunity cost).
Sebagai salah satu software house terkemuka di Indonesia, BaliCamp, tempat kami melakukan penelitian, juga terjadi hal serupa. Kami melihat beberapa hal yang panting seperti cost projection atau perkiraan biaya proyek yang dibutuhkan untuk mengembangkan aplikasi yang dimaksud menjadi sangat kritis untuk kelangsungan perusahaan karena berdampak langsung kepada masa depan perusahaan.
Salah satu proyek yang cukup besar (45% total sales tahun 2002) di Bali Camp adalah proyek pengembangan aplikasi AEGIS ("ACC Enterprise Global Information System"). Didalam proyek ini lah, kernampuan Balicamp untuk melakukan cost projection yang kami sorot menjadi inti dan masalah penelitian kami. Kami ingin melihat apakah BaliCamp juga memiliki kesulitan untuk cost projection yang akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan akibat salah perkiraan atau estimasi biaya yang dibutuhkan untuk menyerahkan solusi yang dimaksud pada waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Permasalahan Identifikasi permasalahan:
1. Bagaimana BaliCamp membuat suatu perkiraan kos (cost projection) pertama kali ketika membuat proposal atau kontrak kerja?
2. Berapa gap variance antara anggaran dan biaya yang aktual?
3. Apakah mungkin dilakukan perbaikan metode perkiraan kos untuk mengetahui posisi akhir dan profitabilitas proyek?
Tujuan penelitian
Penelitian ini bersifat kajian teoritis dan bertujuan sebagai berikut:
1. Membantu memberikan panduan kepada manajemen BaliCamp untuk membuat
2. cost projection yang terus menerus diperbaiki seiring dengan berjalannya proyek; Membantu memberikan gambaran kepada manajemen BaliCamp mengenai profitabilitas dari proyek AEGIS bagi BaliCamp.
Manfaat penelitian
1. Kami mengharapkan, penelitian ini dapat memberikan masukan berupa panduan untuk membuat sebuah cost projection yang lebih akurat untuk mengukur biaya pengembangan solusi IT;
2. Memberikan gambaran evaluasi profitabilitas dari proyek AEGIS yang sedang berjalan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat kajian data analisis dan terbatas pada data yang tersedia, karena ditujukan sebagai pembentukan model awal untuk mendapat koefisien dari model yang akan digunakan yakni model Man Power dari Roetzheim dan Roetzheim Index (RI) untuk menghitung project profitability, kedua model digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas jasa pengembangan solusi IT yang ditawarkan Bali Camp kepada pelanggannya, ACC. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah:
1. Studi literatur;
2. Analisa data;
3. Wawancara"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Gibran Rachimadhi
"ABSTRAK
Pengembangan Kawasan Monas telah direncanakan sesuai dengan Keputusan Presiden no.25 Tahun 1995. Namun pada tahun 1998 pengembangan tersebut menjadi terhenti dikarenakan adanya krisis moneter. Saat ini pengelola Kawasan Monas ingin melanjutkan kembali pengembangan tersebut sesuai dengan masterplan yang ada. Sehingga sebagai bahan pertimbangan dalam melanjutkan pengembangan Kawasan Monas diperlukan suatu penelitian mengenai kelayakan apakah pengembangan ini perlu untuk dilakukan. Penelitian untuk uji kelayakan proyek pengembangan ini dengan menggunakan metode analisis biaya manfaat. Hal tersebut dikarenakan didalam proyek pemerintah lebih mengedepankan manfaat dibandingkan profit yang diterima. Dalam penelitian ini didapatkan nilai manfaat yang tidak terlihat dari pengembangan Kawasan Monas sebesar Rp 42.017.808.000 dan dengan biaya pengembangan sebesar Rp 387.243.999.397 sehingga dengan nilai ini didapatkan hasil analisis biaya manfaat sebesar 1,49 yang mana menandakan bahwa proyek pengembangan ini layak untuk dilakukan

ABSTRACT
Monas Area Development has been planned in accordance with the Presidential Decree No.25 of 1995. However, in 1998 the development came to a standstill due to the financial crisis. Currently the Monas area want to resume the development in accordance with the existing masterplan. So as consideration in the continuing development of Monas area, required a feasibility study on whether this development needs to be done. Research to test the feasibility of this development project using cost benefit analysis. That is because the government project is more utilitarian than the profit earned. In this study, the value of benefits which are not visible from the development area of Monas are Rp 42,017,808,000 and development costs amounted is Rp 387 243 999 397. So based on these values, showed a point from cost benefit analysis is 1.49 which indicates that the development project is feasible to do."
2016
S66884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan A. Muthalib
"Telah kita ketahui bahwa masalah biaya pada proyek-proyek jasa konstruksi adalah merupakan masalah utama yang harus menjadi perhatian dan harus dikendalikan secara maksimal. Dalam tulisan ini penulis ingin meneliti lebih mendalam tentang sumber-sumber risiko penyimpangan biaya, dan difokuskan pada komponen biaya subkontraktor, yang merupakan komponen biaya terbesar dari seluruh biaya proyek, sehingga penyimpangan sedikit saja akan mempengaruhi kinerja proyek secara keseluruhan. Kemudian dengan pendekatan Monte Carlo diidentifikasikan sumber-sumber risiko yang signifikan yang dapat menimbulkan penyimpangan biaya pada komponen-komponen pekerjaan sub-Kontraktor, dan berdasarkan atas sumber-sumber risiko tersebut nantinya dapat digunakan untuk mempertajam estimasi biaya dan pengendalian di lapangan, yang pada akhirnya akan menghasilkan kinerja proyek yang optimal.

As all ready we know that the cost problem al the construction projects in the main problem that need more attention and must be controlled maximally. In this description the writer like to analyzing more detail about the cost leaks risk sources, and being focused to the sub contractor component cost, which is the biggest component cost from all project cost, in order there is a little leaks could influenced of vitality project mostly. Than with Monte Carlo purpose be identification significant risk sources that could make leaking cost to the sub contractor components job, and according that risk sources could be used to accurate cost estimation and at the field controlling, that in the end will get the optimal vitality project."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Yuanita
"Proyek konstruksi sangat ditentukan oleh kualitas proses pengendalian guna menghasilkan salah satu tujuannya yaitu biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Penyimpangan biaya seringkali terjadi pada tahap pelaksanaan proyek yang disebabkan oleh berbagai komponen biaya seperti material, alat, tenaga kerja, overhead dan subkontraktor sehingga mengakibatkan cost overrun. Dari setiap komponen biaya tersebut diidentifikasi indikator cost overrun yang mempengaruhi penyimpangan biaya. Pada penelitian ini diidentifikasi indikator cost overrun pada penyimpangan biaya tenaga kerja yaitu upah kerja dan tunjangan, biaya lembur dan shift, biaya asuransi, serta biaya transport dan akomodasi.
Untuk memperbaiki penyimpangan biaya diidentifikasi penyebab dan dampak penyimpangan biaya yang terjadi. Dampak penyimpangan biaya berpengaruh terhadap penurunan kinerja biaya tenaga kerja proyek. Dalam penelitian ini dilakukan analisa resiko untuk mengetahui dampak-dampak yang berisiko signifikan dalam menurunkan kinerja biaya. Setelah itu dilakukan analisa statistik terhadap dampak basil analisa resiko dengan bantuan perangkat lunak SPSS var. 11 untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut.
Hasilnya adalah kombinasi dampak keterlambatan dalam pelaksanaan dan dampak tambahan biaya pekerja paling berpengaruh terhadap penurunan kinerja biaya tenaga kerja dengan pengaruh menurunkan kinerja biaya adalah 94,4%. Kedua dampak tersebut beresiko signifikan jika terjadi di lapangan.

Construction Project determined by the quality of controlling process to produce one of its aim which is the expense cost equal to the planned cost. Cost overrun happen in contraction project stage caused by the cost component such as material cost, labor cost, overhead, equipment and subcontractor. Identification the indicator cost overrun from each cost component is the first step. In this thesis, the indicator of labor cost overrun are wage, overtime, insurance and acomodation.
To fix cost overrun, identify the cause and impact first. The impact of cost overrun can cause the decrease of labor cost performance. Risk analysis is done to find out the risk of impact. Statistical analysis is needed to be done in this thesis with software SPSS Version II to find the correlation of dependent variable and the independent variable.
The most significant impacts are combination delay in construction and additional worker cost. These impacts combination can cause 94.4% decrease in labor cost.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T8534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Vince Nova Elfrida
"ABSTRAK
Saat ini managed service merupakan suatu peluang bisnis baru bagi vendor telekomunikasi dan metode strategis bagi operator untuk mengurangi biaya operasionalnya OPEX dan CAPEX Karena vendor managed service bertanggung jawab terhadap total biaya operasional seluruh jaringan operator maka vendor managed service juga harus mampu mengelola biaya operasionalnya dengan baik dan bijaksana Efisiensi biaya merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh vendor managed service untuk dapat meningkatkan profit Untuk melakukan efisiensi biaya maka vendor managed service harus mengetahui rincian biaya yang dikeluarkannya untuk setiap aktifitas yang dilakukan Activity Based Costing ABC adalah salah satu metode manajemen yang digunakan untuk menelusuri biaya berdasarkan aktifitas Sedangkan Activity Based Management ABM merupakan metode manajemen yang digunakan untuk menganalisa aktifitas untuk meningkatkan nilai Setelah biaya setiap aktifitas bisa ditelusuri dengan ABC maka dengan menggunakan ABM setiap aktifitas tersebut dapat dievaluai aktifitas mana yang memberikan nilai tambah aktifitas mana yang harus diperbaiki atau aktifitas mana yang bisa dibuang ditiadakan Dari hasi identifikasi dan evaluasi tersebut diharapkan bisa memperbaiki margin yang diperoleh yang artinya penambahan profit bagi perusahaan Tesis ini melakukan 3 perhitungan alternatif Berdasarkan hasil simulasi evaluasi aktifitas maka bisa disebutkan bahwa back to back managed service kurang efisien karena seharusnya proyek bisa menekan biaya yang dikonsumsinya minimal 8 setiap tahunnya dan bisa memperoleh margin minimal sebesar 30 pada tahun 2010 dibandingkan aktualnya yang hanya 29 tahun 2011 sebesar 25 dibanding aktualnya 23 tahun 2012 sebesar 15 dibanding aktualnya 14 dan pada tahun 2013 bisa memperoleh margin sebesar 20 dibandingkan aktualnya yang hanya sebesar 15

ABSTRACT
Currently Managed Service become a new business opportunity for telecom equipment vendors and a strategic methods for telecom operators to reduce their operational cost OPEX and CAPEX Since managed service vendors are responsible for the total cost for the whole network rsquo s operator operations so the managed service vendor should be able to manage their operational cost wisely Cost efficiency is one of ways that can be used by managed service vendor to increase the profits For cost efficiency managed service vendor must know the detail of their cost for any activities conducted related to the project Activity Based Costing ABC is one of management rsquo s methods to identified the cost based on the activities While Activity Based Management ABM is a management method that is used to analyze the activities to increase the value ABM will used information that given by ABC to identified which activities that give value added which activities that should be fixed or which activities that can be reduce or deleted The result of this identification expected could give margin improvement that means increase the company profit This thesis calculate simulation for 3 alternative condition Based on the simulation of activities evaluation can stated that back to back managed service not efficient enough since there is a possibility for project to decrease their cost at least to 8 from their current cost in every year and laso can have at least minimum margin 30 in 2010 compare to their actual margin 29 in 2011 could be have 25 compare to the actual 23 in 2012 could be have 15 compare to the actual 14 and in 2013 could be have margin 20 compare to the actual 15 "
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Pahyat Darma Dewa R.
"ABSTRAK
Pesatnya perkembangan usaha dalam bidang property dewasa jai, khususnya pada proyek pembangunan perumaban dan perkantoran telah membust pare pengembang berlomba untuk mendapatkan basil yang terbaik dengan biaya yang paling ekonomis guna mendapatkan kauntungan yang relatif cukup besar. Salah satu komponen utama dalam pencapain tujuan tersebut adalah akurasi dan kecepatan dalam menganalisa jumlah kebutuhan bahan yang diperlukan ba.ik berupa berupa material maupun tenaga kerja yang digunakan secara benar dan effisien.
Selain itu banyakuya analisa yang dipakai untuk menentukan harga satuan pekerjaan dan penggunaan program aplikasi seperti Primavera Project Planner, Microsoft Project Time Line dan sebagainya menjadikan pertimbangan tersendiri dalam menentukan besarnya harga yang dipakai dalam suatu tender atau pengajuan harga borongan pekerjaan.
Dalam karya tulis ini, penulis bermaksud untuk membuat suatu sistim perancangan software yang dapat mengoptimalkan kemampuan program Primavera Project Planner dalam merencanakan dan menganalisa anggaran biaya serta jumlah kebutvhan bahan material dan tenaga kerja yang diperlukan untuk membangun suatu rumah maupun bangunan iainnya secara cepat dan effisien dengan menggunakan Database Manajemen System (DBMS) yang berorientasi pada Object Oriented Programming ( OUP ) dengan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic.
Software ini mampu membuat daftar harga bahan bangunan dan upah dari beberapa daemb di Indonesia, menentukan jumlah dan harga satuan pekerjam bangunan dengan penggunaan koef eien bahan yang dibutuhkan sesuai keinginan pemakai sekaligus m emb uat rekapitulasi harga.borongan, tampilan dan hasiI akhir yang dihasilkan dalam bentuk laporan tersaji dalam bentuk tabel - Label yang tersusun dengan balk dan rapi sehingga mudah untuk dipahami, kernaimpuan untuk berintegrasi dengan software Microsoft Office, serta manfaaf dan kelebihan laixmya Yang nnana dalam kesempatan ini penulis tidak dapat mengmvikan satu persatu. Dengan demikian kendala - kendala yang ada pada saat ini dapat kits atasi secara baik.
Peagalokasian data yang ten&uktur secara baik dan benar dapat mempermudah kits dalam melakukan perubahan atau analisa terhadap parameter yang kits gunakan dalam membuat perlaraau harga satuan suatu bangunan. Dengan dernikian kesulitan yang ada ketika melakukan analisa biaya pekerjaan dapat diperkecil.

"
2001
S35678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Marliasari Turmudhy
"Sebagai salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) selama ini keberadaannya belum mampu menjadi tulang punggung sumber penerimaan daerah. Tidak efisiennya BUMD tercermin pada kecilnya laba bersih yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat, BUMD khususnya Perusahaan Daerah harus dapat menjalankan perusahaannya dengan lebih efisien. Atas dasar itu, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya penyusunan anggaran terhadap efisiensi biaya pada Perusahaan Daerah di Propinsi DKI Jakarta.
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel tidak bebas. Variabel bebas adalah Gaya penyusunan anggaran yang terdiri dari partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan tingkat kesulitan anggaran: Sedangkan variabel tidak bebas adalah efisiensi biaya yang dilihat dari perbandingan realisasi biaya dengan anggaran biaya pada tahun anggaran 2001.
Penelitian ini dilaksanakan di 5 (lima) Perusahaan Daerah yang berjenis jasa, yang meliputi PD. Pasar Jaya, PD. Dharma Jaya, PD. Wisata Niaga Jaya, PD. Pembangunan Samna Jaya dan PD. Pengolahan Air Limbah Jaya. Penelitian ini melibatkan 48 responden yang terdiri dari Kepala Bidang/Divisi dan Kepala Cabang/Unit.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi logistik dikotomi pada taraf signifikan a = 10%. Namun, sebelumnya dilakukan analisis faktor terhadap item-item pertanyaan dari gaya penyusunan anggaran. Hasil dan analisis faktor menunjukkan 7 faktor yang terbentuk, dan kemudian faktor-faktor tersebut diberi nama F1 : Partisipasi dalam Kejelasan tujuan anggaran, F2 : Umpan Balik - khusus, F3 : Tingkat kesulitan anggaran, F4 : Evaluasi anggaran, F5 : Partisipasi penyusunan anggaran dalam hal pengawasan, F6 : Umpan balik anggaran - umum, F7 : Partisipasi penyusunan anggaran sebagai tanggung jawab jabatan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gaya penyusunan anggaran berpengaruh terhadap efisiensi biaya pada signifikan a = 0.10, dimana 3 dari 7 faktor yang terbentuk mempunyai pengaruh terhadap efisiensi biaya, yaitu F2, F3 dan F6. Implikasinya adalah semakin banyak umpan balik baik yang umum maupun yang khusus dan semakin tinggi tingkat kesulitan, maka para manajer semakin termotivasi untuk mencapai anggaran yang telah ditetapkan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Zulfikar
"Titik kritis dalam menjaga kontinuitas sistem pasokan dan distribusi industri hilir bahan bakar minyak (BBM) terletak pada efisiensi distribusi depot-depot BBM. Dengan pemberlakuan persaingan usaha pada industri hilir, kebebasan penentuan harga BBM dan gas bumi, dan berakhirnya tugas pelayanan publik (public service obligation) PT Pertamina (Persero) berdasarkan ketentuan Undang-Undang nomor 22 tahun 2001, maka pertimbangan aspek ekonomi, diantaranya dari aspek keuangan dan potensi bisnis terhadap suatu depot BBM menjadi penting. Depot Solo di Kota Surakarta direkomendasikan oleh Tim Evaluasi Pertamina untuk ditutup dan dipindahkan ke Depot Rewulu di Kota Yogyakarta. Depot Solo merupakan langkah awal serangkaian kebijakan reformasi pada Depot-Depot PT Pertamina (Persero).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengevaluasi Depot Solo dan mengevaluasi rencana relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu berdasarkan pertimbangan aspek keuangan dan potensi bisnis. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis manfaat Depot Solo dan rencana relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu ditinjau dan aspek keuangan dan potensi pasar bisnis, (2) Menganalisis biaya Depot Solo dan rencana relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu ditinjau dari aspek keuangan dan potensi pasar bisnis, dan (3) Menganalisis rasio biaya dibandingkan terhadap manfaat yang diperoleh dari Depot Solo dan rencana relokasi pasokan BBM dari Depot Solo ke Depot Rewulu ditinjau dari aspek keuangan dan potensi pasar bisnis.
Lokasi penelitian adalah Depot Solo yang berada di kota Surakarta, propinsi Jawa Tengah dan Depot Rewulu yang berada di propinsi Daerah Istimewa (D.L) Yogyakarta. Periode analisis biaya manfaat dilakukan selama 21-27 tahun dengan tingkat depresiasi asset sebesar 5% per tahun menggunakan metode garis lurus (straight line). Data diolah menggunakan Excell 2003. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis sensitivitas dari perhitungan rasio-rasio keuangan gross benefit cost ratio (gross BIC ratio), net benefit cost ratio (net BIC ratio), net present value (NPV) dan internal rate of return (MR). Analisis potensi pasar bisnis BBM dilakukan dengan menggunakan pendekatan parameter pola pasokan dan distribusi BBM, penyaluran BBM (thruput), tujuan lhruput BBM, biaya per liter lokasi, sarana dan fasilitas, dan sumberdaya manusia.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa Depot Solo dan Depot Rewulu sensitif terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh peningkatan biaya total, terutama peningkatan landed cost. Depot Solo dan Depot Rewulu juga sensitif terhadap dampak positif dari peningkatan harga jual output. Depot Rewulu memperoleh manfaat keuangan yang lebih besar dibandingkan Depot Solo, tetapi Depot Solo layak pada perhitungan skenario normal, skenario harga jual output meningkat sebesar 10%, skenario produksi menurun sebesar 10%, dan skenario kondisi present worth factor sebesar 20%. Relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu tidak layak pada empat dari enam skenario, kecuali pads skenario peningkatan harga jual output sebesar 10% dan penggunaan present worth factor sebesar 20%. Ditinjau dari aspek bisnis, potensi bisnis Depot Solo teridentifikasi besar. Depot Rewulu yang direncanakan akan menjadi lokasi relokasi Depot Solo, teridentifikasi mempunyai kemampuan daya dukung jaringan yang tinggi. Depot Rewulu juga dianggap berpotensi bisnis yang besar. Depot Madiun dan Depot Cepu yang menjadi penampung relokasi Depot Solo ternyata mempunyai potensi bisnis yang rendah, meskipun Depot Madiun dan Depot Cepu mempunyai kemampuan daya dukung jaringan yang sama-sama normal sebagaimana kelompok kemampuan Jaya dukung jaringan dari Depot Solo.
Rekomendasi untuk PT Pertamina (Persero) adalah Depot Solo tidak perlu ditutup atau riskan direlokasikan ke Depot Rewulu, efisiensi produksi untuk mengurangi biaya pokok produksi perlu senantiasa dijaga, terutama faktor penyusutan akibat masalah teknis dan penyusutan akibat masalah tenaga kerja, dan perlu upaya untuk mencari BBM impor yang murah dan berkualitas baik untuk mengurangi biaya distribusi Depot, terutama untuk menekan landed cost.

The critical point of supply and distribution system of fuel is how to distribute fuel efficiently in context of `Depot' role. As we know well Depot is a supply point of fuel distribution into fuel station (SPBU). Before deregulation period, most of a Pertarnina's Depot were building with non economic factors consideration, not feasible as a supply point and became inefficient sources. Referred to the new regulation known with Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 of fuel business that stressing to free competitive business in down stream, economic market price of fuel and gasoline as well as to terminate of PT Pertamina's (Persero) role as an entity of public service obligation doer, so that economic factors like finance aspecs and business potential of a Depot very important to be considered. Depot Solo located in Surakarta has been recommended by 'Tim Evaluasi Pertamina' to be terminated and relocate its operation to Depot Rewulu in Yogyakarta. This decision is first priority to do in PT Pertamina (Persero) reformation policies that will follow with suitable treatment to another Depot.
This study generally focus on evaluating existing condition of Depot Solo in context with relocation program of its operation to Depot Rewulu base on financial and business potential as two of important factors. The objective of this study especially to: (1) Benefit analysis of relocation program of its operation from Depot Solo to Depot Rewulu base on financial and marketplace potential, (2) Cost analysis of relocation program of its operation from Depot Solo to Depot Rewulu base on financial and marketplace potential, and (3) Cost benefit ratio analysis that acquired of relocation program of its operation from Depot Solo to Depot Rewulu based on financial and marketplace potential.
Study is conducted in Depot Solo located in Surakarta, Central of Java province and Depot Rewulu located in Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta province. Cost benefit analysis period of time as long as 21 years with asset depreciation level is 5% per annum using straight line method. Data analyzed using descriptive analysis and sensitivity analysis of financial factors like gross benefit cost ratio (gross BC ratio), net benefit cost ratio (net BC ratio), net present value (NPV) and internal rate of return (IRR). Analysis of market potential is using with supply and distribution parameters, fuel thruput, objective thruput of fuel, cost per litre location, means and facilities of Depot, and human resource factors.
The result has described from sensitivity analysis show up that both Depot Solo and Depot Rewulu were sensitive with negative impact by increasing of total cost, and landed cost. Depot Solo and Depot Rewulu were also sensitive with positive impact by increasing of output price. Depot Rewulu has a bigger benefit compare with Depot Solo, but in the other hand Depot Solo is feasible to operate base on scenario 1 (normal situation), scenario 2 (price of output increase 10%), scenario 4 (production decrease 10%, and scenario 6 (present worth factors 20%). This fact is incompatible with Pertamina's plan which will terminate Depot Solo operation, because it is feasible to continue its operation. So that, there is no any reasons to continue analysis related with relocation processes of Depot Solo operation to Depot Rewulu. This rejection is strengthened with result of cost benefit analysis, where both Depot Solo and Depot Rewulu are not feasible base on financial aspect as per scenario 3 (total cost increase 10%), and scenario 6 (landed cost increase 10%). Again, if we refer to business aspect, market potential of Depot Solo is identified big. Preparation of Depot Rewulu as area of relocation of Depot Solo_is jdefltified has a high distribution_system of fuel and very potential in fuel business in the future. It is different with Depot Madiun and Depot Cepu that also choose as an another alternative for relocation area that has low business potential of fuel, even if Depot Madiun and Depot Cepu has a good distribution system of fuel like system distribution of Depot Solo it self.
Some suggestions for management of PT Pertamina (Persero) are relocation of Depot Solo to Depot Rewulu area is not significant, production efficiency to reduce cost is a better choice than relocation operation of Depot Solo, and it is important to consider another alternative like import of fuel product if import price is lower than domestic price to reduce distribution cost significantly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Devina Josephine
"Kebutuhan tembaga meningkat pesat untuk menghadapi transisi energi. Akibatnya, terjadi kesenjangan besar antara kebutuhan dan ketersediaan tembaga dunia setiap tahunnya. Kebutuhan tembaga diperkirakan akan meningkat secara eksponensial dalam 20 tahun mendatang. Karena itu, pemerintah Indonesia berencana meningkatkan ekspor tembaga mentah mulai tahun 2023. Untuk memenuhi target tersebut, perlu dilakukan penyesuaian untuk meningkatkan kapasitas pengolahan tembaga dalam negeri. Penelitian ini berfokus pada kebutuhan perusahaan untuk melakukan ekspansi pabrik semen guna mendukung operasional peningkatan kapasitas pengolahan tembaga. Tujuan utama adalah menentukan skenario ekspansi pabrik yang paling hemat biaya sambil mempermudah operasional perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah Cost-Benefit Analysis, yang akan membantu dalam memperhitungkan dampak finansial dari setiap skenario ekspansi. Dengan menggabungkan aspek keuangan dan operasional, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan holistik mengenai opsi ekspansi yang optimal bagi PT Freeport Indonesia. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengambilan keputusan strategis Perusahaan.

The need for copper is increasing rapidly to face the energy transition. As a result, there is a large gap between the world's demand and availability of copper every year. Copper demand is expected to increase exponentially in the next 20 years. For this reason, the Indonesian government plans to increase exports of raw copper starting in 2023. To meet this target, adjustments need to be made to increase domestic copper processing capacity. This research focuses on the company's need to expand its cement factory to support operations to increase copper processing capacity. The main goal is to determine the most cost-effective factory expansion scenario while simplifying company operations. The analysis method used is Cost-Benefit Analysis, which will help in calculating the financial impact of each expansion scenario.

By combining financial and operational aspects, this research is expected to provide a holistic view of optimal expansion options for PT Freeport Indonesia. The results of this research can contribute to company strategic decision making."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medita Ervianti
"Kecacatan merupakan salah satu indikator beban penyakit kusta. Risiko kecacatan akibat kusta tidak hanya terjadi pada kasus baru kusta, tetapi juga selama pengobatan dan setelah selesai pengobatan. Metode pengamatan berperan untuk mengendalikan tingkat cacat pada penderita yang telah selesai pengobatan. Metode pengamatan pasif diterapkan di Indonesia sejak tahun 1982. Pada tahun 2009, metode pengamatan semi aktif diterapkan di Kabupaten Pasuruan. Belum diketahui metode pengamatan yang lebih efektif biaya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya antara metode pengamatan pasif dan metode pengamatan semi aktif setelah selesai pengobatan kusta dalam pengendalian tingkat cacat. Efektivitas dan biaya pada masing-masing metode dihitung dan dilihat berapa rasio efektivitas biaya dalam pengendalian tingkat cacat. Hubungan faktor-faktor seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi, tipe kusta, riwayat reaksi, pencegahan cacat, perawatan diri dengan pengendalian tingkat cacat serta faktor apa yang paling dominan juga diteliti. Desain penelitian adalah cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan metode pengamatan semi aktif lebih efektif biaya dibandingkan dengan metode pengamatan pasif. Berdasarkan hasil analisis bivariat, terdapat hubungan antara pencegahan cacat dan perawatan diri dengan pengendalian tingkat cacat. Sedangkan hasil multivariat menyatakan perawatan diri sebagai faktor yang mempengaruhi.

Disability is one of indicator of the leprosy burden. The risk of disability due to leprosy, not only in new cases of leprosy, but also during treatment and after release from treatment. Surveillance is one of method to control level of disability in patients who had completed treatment. Passive surveillance implemented in Indonesia since 1982. In 2009, the semi-active surveillance applied in Pasuruan. Not yet known which surveillance is more cost-effective.
This study aims to analyze the cost-effectiveness of the passive and semi-active surveillance after release from leprosy treatment in controlling the level of disability. The effectiveness and cost of each method was calculated and seen the cost-effectiveness ratio to the control of the level of disability. Relationship of factors such as age, education level, knowledge level, economic level, type of leprosy, history of reactions, defect prevention, self-care by controlling the level of disability and what is the most dominant factor is also studied. The study design was cross-sectional.
The results showed semi active surveillance more cost-effective than passive surveillance. Based on the results of the bivariate analysis, there is a relationship between defect prevention and self-care by controlling the level of disability. While the results of the multivariate declared self-care as a affected factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>