Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189002 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oman Fathurahman, 1969-
"ABSTRAK
Penelitian yang mencoba menggabungkan pendekatan filologis dari pendekatan sejarah social intelektual- ini memfokuskan telaahnya pada upaya pemaknaan terhadap naskah-naskah keagamaan, dalam hal ini naskah tentang tarekat Syattariyyah yang muncul di Sumatra Barat. Naskah-naskah Syattariyyah yang menjadi sumber primer penelitian ini berjumlah 10 judul, karangan atau tulisan dari tiga orang ulama Syattariyyah di Sumatra Barat, yakni Imam Maulana Abdul Manaf Amin, H. K. Deram (w. 2000), dari Tuanku Bagindo Abbas Ulakan.
Selain 10 naskah versi Sumatra Barat tersebut, untuk mengukur sejauhmana dinamika yang terjadi dalam ajaran tarekat Syattariyyah di Sumatra Barat- dalam penelitian ini juga disertakan 2 sumber Arab yang berkaitan dengan tarekat Syattariyyah, dari dianggap sebagai sumber rujukan ajaran tarekat Syattariyyah di dunia Islam Melayu-Indonesia. Sumber pertama adalah al-Simf al-Majid, sebuah kitab tasawuf karangan Syaikh Ahmad al-Qusyasyi, dan Ithaf al-Zakibi Syarh al-Tuhfah al-Marsalah ila Ruhal-Nabi karangan lbrahim al-Karani.
Melalui analisis intertekstual dengan naskah-naskah Syattariyyah yang muncul sebelumnya, diketahui bahwa naskah-naskah Syattariyyah di Sumatra Barat ini jelas terhubungkan terutama melalui hubungan intelektual di antara para penulisnya, mulai dari Syaikh Ahmad al-Qusyasyi, Syaikh Ibrahim al-Kurani, Syaikh Abdurrauf al-Sinkilii, sampai kepada para penulis di Sumatra Barat yang terhubungkan melalui salah satu murid utama, al-Sinkili, yakni Syaikh Burhanuddin Ulakan.
Adapun menyangkut ajaran tarekat Syattariyyah di Sumatra Barat, seperti tampak dalam naskah-naskahnya, secara umum masih melanjutkan apa yang sudah dirumuskan sebelumnya, baik oleh tokoh Syattariyyah di Haramayn, yang dalam hal ini diwakili oleh al-Qusyasyi, maupun oleh ulama Syattariyyah di Aceh, dalam hal ini diwakili oleh Abdurrauf al-Sinkili. Ajaran yang dimaksud terutama berkaitan dengan tatacara zikir, adab dan sopan santun zikir, serta formulasi zikir.
Akan tetapi, khusus menyangkut rumusan hakikat dan tujuan akhir zikir tarekat Syattariyyah, kecenderungannya tampak berbeda. Dalam hal ini, rumusan hakikat dan tujuan akhir zikir dalam naskah-naskah Syattariyyah di Sumatra Barat tersebut cenderung lebih lunak dibanding ajaran al-Qusyasyi maupun al-Sinkili sebelumnya. Jika naskah-naskah Syattariyyah karangan al-Qusyasyi dan al-Sinkili masih mewacanakan konsep fana, yakni peniadaan diri, atau hilangnya batas-batas individual seseorang, dan menjadi satu dengan Allah, bahkan fana'an al-fana atau fana 'an fanaih, yakni fana dari fana itu sendiri, sebagai hakikat dan tujuan akhir zikir, maka naskah-naskah Syattariyyah di Sumatra Barat menegaskan bahwa hakikat dan tujuan zikir adalah "sekedar" untuk membersihkan jiwa agar memperoleh kedekatan dengan Tuhan, serta untuk membuka rasa agar memperoleh keyakinan dan kesaksian akan hakikat dan Wujud-Nya.
Kecenderungan melunak ini bahkan lebih jelas lagi dalam hal rumusan ajaran tasawuf filosofisnya. Seperti tampak dalam naskah-naskah karangannya, al-Kurani dan juga al-Sinkili misalnya, masih mengajarkan doktrin wahdat al-wujud, kendati rumusanya sudah lebih disesuaikan dengan dalil-dalil ortodoksi Islam, sehingga doktrin wahdat al-wujud - yang sempat mendapat penentangan keras dari para ulama ortodoks- ini, lebih dapat diterima oleh banyak kalangan. Dalam naskah-naskah Syattariyyah di Sumatra Barat, ajaran wahdat al-wujud tersebut ternyata bukan saja diperlunak, lebih dari itu bahkan dilucuti dari keseluruhan ajaran tarekat Syattariyyah, karena dianggap bertentangan dengan ajaran ahl al-sunnah wa al-jama?ah, dan menyimpang dari praktek syariat.
Olen karenanya, sepanjang menyangkut tarekat Syattariyyah di Sumatra Barat, khususnya yang terjadi sejak akhir abad ke-19, ajaran tarekat Syattariyyah tanpa doktrin wahdat al-wujud ini menjadi salah satu sifat dan kecenderungannya yang khas. Hal ini relatif berbeda dengan kesimpulan sejumlah sarjana sebelumnya, seperti B. J. O. Schrieke, Karel A. Steenbrink, Martin van Bruinessen, dan beberapa sarjana lainnya, yang menegaskan bahwa tarekat Syattariyyah di Sumatra Barat merupakan kelompok tarekat yang paling giat mengembangkan ajaran wahdat al-wujud, dan berhadap-hadapan dengan tarekat Naqsybandiyyah yang disebut sebagai pengembang doktrin wahdat al-syuhud (kesatuan kesaksian).
Hal lain yang dapat dikemukakan adalah bahwa setelah bersentuhan dengan berbagai tradisi dan budaya tokal, ekspresi ajaran tarekat Syattariyyah menjadi sarat pula dengan nuansa lokal. Ajaran tentang hubungan antara tubuh lahir dengan tubuh batin misalnya, dirumuskan dalam apa yang disebut sebagai "pengajian tubuh"; demikian halnya dengan teknik penyampaian ajaran-ajaran tarekat Syattariyyah; selain melalui bentuk-bentuk yang konvensional seperti pengajian, ajaran-ajaran tersebut juga disampaikan dalam bentuk-bentuknya yang khas dan bersifat lokal, seperti kesenian salawat dulang. Masih yang bersifat lokal, di kalangan penganut tarekat Syattariyyah di Sumatra Barat ini juga berkembang apa yang disebut sebagai "Basapa", yakai ritual tarekat Syattariyyah setiap bulan Safer di Tanjung Medan Ulakan, yang banyak dipengaruhi budaya lokal.

This research -which takes a philological and intellectual history-social approach- focuses on efforts to reveal meaning in religious manuscripts, in this case the manuscripts about Syattariyyah order that emerged in West Sumatra. Ten Syattariyyah manuscripts, written by three Syattariyyah ulama in West Sumatra - Imam Maulana Abdul Manaf Amin, H. K. Deram (w. 2000), and Tuanku Bagindo Abbas Ulakan- were primary sources for this research.
Aside from the ten manuscripts from West Sumatra mentioned above, in order to measure the dynamics of the teachings of Syattariyyah order in West Sumatra, two Arabic sources related to Syattariyyah, which are considered to be reference sources for teaching Syattariyyah order in the Malay-Indonesian Islamic world, were consulted. The first source is al-Simf al-Majid, a Islamic mystical book written by Syaikh Ahmad al-Qusyasyi, and the second is Ithaf al-Zakibi Syarh al-Tuhfah al-Marsalah ila Ruhal-Nabi karangan lbrahim al-Kurani.

ABSTRACT
This research -which takes a philological and intellectual history-social approach- focuses on efforts to reveal meaning in religious manuscripts, in this case the manuscripts about Syattariyyah order that emerged in West Sumatra. Ten Syattariyyah manuscripts, written by three Syattariyyah ulama in West Sumatra - Imam Maulana Abdul Manaf Amin, H. K. Deram (w. 2000), and Tuanku Bagindo Abbas Ulakan- were primary sources for this research.
Aside from the ten manuscripts from West Sumatra mentioned above, in order to measure the dynamics of the teachings of Syattariyyah order in West Sumatra, two Arabic sources related to Syattariyyah, which are considered to be reference sources for teaching Syattariyyah order in the Malay-Indonesian Islamic world, were consulted. The first source is al-Simf al-Majid, a Islamic mystical book written by Syaikh Ahmad al-Qusyasyi, and the second is Ithaf al-Zakibi Syarh al-Tuhfah al-Marsalah ila Ruhal-Nabi karangan lbrahim al-Kurani.
As a result of an intellectual analysis of the early Syattariyyah manuscripts, we know that the Syattariyyah manuscripts in West Sumatra were an important intellectual link between the writers, starting with Syaikh Ahmad al-Qusyasyi, Syaikh Ibrahim al-Kurani, Syaikh Abdurrauf al Sinkili, and reaching the writers in West Sumatra by way of Syaikh Burhanuddin Ulakan, an eminent student of al-Sinkili.
As can be seen from the manuscripts, the teachings of Syattariyyah order in West Sumatra generally carried on the traditions that had been previously formulated by prominent figures of Syattariyyah in Hararnayn, represented by al-Qusyasyi, and also by the ulama of Syattariyyah in Aceh, in this instance represented by Abdurrauf al-Sinkili. These teachings are mainly related to the practices of zikir (religious recitation), behavior and good manners in zikir, and the formulation of zikir.
However, there are noticeable differences, particularly in relation to the concepts of hakikat (religious truth) and the ultimate objectives of zikir in Syattariyyah order. In Syattariyyah in West Sumatra, the formulation of these concepts was more moderate than in the earlier teachings of al-Qusyasyi and al-Sinkili. The Syaltariyyah manuscripts of al-Qusyfisyi and al-Sinkili discuss the concept of fana - the negation of self or the loss of individual limitations, and becoming one with Allah, fana'an al fana or fana 'an fanaih, that is fana from fana itself- as religious truth and the ultimate objective of zikir. The Syattariyyah manuscripts of West Sumatra explain that religious truth and zikir are "sufficient" to cleanse the soul, which allows nearness with God, and to produce the feelings that allow for certainty and evidence of religious truth and His Being (Wujud).
This inclination towards moderation is even clearer in the formulation of mystic-philosophy doctrine. As is evident in the manuscripts written by al Kurani and al-Sinkili, they were still teaching the wahdat al-wujud doctrine, though it was adapted to theories of orthodox Islam, and thus this doctrine -which met with strong opposition from the orthodox ulama was more widely accepted. In the Syattariyyah manuscripts of West Sumatra, the teachings of wahdat al-wujud were not just more flexible, they were in fact removed from all the teachings of Syaltariyyah order, as they were considered to be in conflict with the teachings of ahlussunnah wal jama'ah, and a deviation from the practices of syari'at.
As a result, particularly since the 19th century, the teaching of Syaltariyyah order in West Sumatra without the wahdat al-wujud doctrine is just one of this order's unique characteristics and tendencies. This is relatively different from the conclusions drawn by scholars in the past, such as B. J. D. Schrieke, Karel A. Steenbrink, Martin van Bruinessen, and several others, who argued that followers of Syattariyyah order in West Sumatra were the group most active in developing wa'hdat al-wujud, and clashed with _Naqsybandiyyah order adherents who developed the wahdat al-syuhud doctrine.
After having contact with several local traditions and cultures, the teaching style of Syattariyyah order was laden with local nuances. Teachings about the relationship between the external body and the internal self, for example, were formulated in what was known as " pengajian tubuh" (teachings of body). Syattariyyah teachings, apart from via conventional methods such as the recitation of al-Qur'an, were also delivered through traditions that included local characteristics, such as salawat dulang. Followers of Syattariyyah order in West Sumatra also developed what is known as "Basapa", a Syattariyyah order ritual in Ulakan each Safar month (2n, month of the Arabic calendar), a tradition that was strongly influenced by local culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
D492
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Adib Misbachul Islam
"Syaikh Yusuf Makassar (w. 1699) adalah salah satu sufi besar yang berpengaruh dalam perkembangan tasawuf di Nusantara. Hal ini ini dapat dilihat dari eksistensi tarekat yang ia kembangkan di Indonesia, yakni tarekat Nagsyabandiyyah-Khalwatiyyah, dan dari banyaknya karya sufistik yang pernah is tulis. Sirru al Asrar (Rahasia segala Rahasia)-selanjutnya disebut dengan SA- adalah salah satu karya penting Syaikh Yusuf Makassar. Teks SA ini termuat dalam 4 buah naskah salinan yang tersimpan di dalam dan luar negeri. Kondisi obyektif naskah seperti ini dengan sendirinya memerlukan pengkajian secara filologis yang ditujukan untuk menghasilkan edisi teks serta pengungkapan kandungan isinya sebagai bagian dari upaya pelestarian nilai-nilai moral-spiritual di masa lalu. Sebagai teks tasawuf, di samping berisikan ajaran-ajaran tasawuf Syaikh Yusuf yang bersifat praktis-etis sebagaimana yang lazim dalam kehidupan tasawuf, teks SA juga syarat dengan muatan filosofis. Lebih dari itu, teks SA juga memperlihatkan keterkaitannya dengan pandangan filosofis Ibnu `Arabi meskipun pada abad ke-17-masa di mana teks SA ditulis oleh Syaikh Yusuf-pernah terjadi kontroversi sepular doktrin wujadiyyah yang terpengaruh oleh sufi besar asal Andalusia tersebut. Keterkaitan teks SA dengan teks-teks Ibnu `Arabi ini terlihat dengan jelas dari ajaran sufistik-filosofis Syaikh Yusuf mengenai persoalan hubungan ontologis Tuhan dengan alam. Dalam konteks ini, Syaikh Yusuf menekankan transendensi dan imanensi wujud Tuhan sekaligus. Prinsip dualitas pada tataran ontologis ini juga membawa pengaruh pada tataran epistemologis; dalam hal Syaikh Yusuf menekankan bahwa pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan juga harus didasarkan pada transendensi dan imanensi-Nya.
Syaikh Yusuf Makassar (died in 1699) is one of the greatest sufi who exerted a great influence on the development of surism across the Archipelago. We still can trace the influence through the existence of the tarekat he developed in Indonesia, the tarekat Nagsyabandiyyah-Khalwatiyyah, and also from many suit works he wrote. Sirru al-Asrar (Secret of Secrets) -from now on called SA- is one of the most important works of Syaikh Yusuf Makassar. SA text is contained in four different copies stored in and outside the country. The objective condition of the manuscripts automatically needs philological studies aimed to present a text edition and to show the content of the text as part of maintaining the moral-spiritual values of the past. As a tasawuf text, SA text not only contains Syaikh Yusuf teachings on practical and ethical tasawuf life; this text is also rich with philosophical contents, Still more, SA text shows a connection with Ibnu Arabi philosophical view, in spite of the controversy in the seventeenth century-the time when this text was written by Syaikh Yusuf-on the wujadiyyah doctrine influenced by the Great Sufi from Andalusia. The connection between the SA text and Ibnu `Arabi's texts is clearly seen in Syaikh Yusuf sufistic-philosophical teachings about the ontological relationship between God and universe. In this context, Syaikh YUsuf puts the emphasis on the transcendence and immanence of God all at once. The dual principles on the ontological level also had its influence on the epistemological level, in the sense that according to Syaikh Yusuf the true knowledge about God also be based on His transcendence and immanence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dantri Anjani
"Penelitian ini menyajikan suntingan teks dari naskah Hikayat Nabi Wafat dari Ambon. Dalam penyajian suntingan teks, metode yang digunakan adalah metode edisi kritis. Penelitian ini juga membahas kedudukan Hikayat Nabi Wafat dari Ambon dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian memperlihatkan kedudukan Hikayat Nabi Wafat sebagai sastra Islam yang membahas Muhammad dan keluarganya.

Abstract
This research presents the editing text of Hikayat Nabi Wafat manuscript. Writer use critic method to present the editing text. The research also discuss about position of Hikayat Nabi Wafat in Classical Malay Literature and use qualitative method to present it. This Research seen the position of Hikayat Nabi Wafat in Classical Malay Literature as Islam literature about Muhammad Phophet and his family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S509
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Rencana ini membincangkan sebuah teks sastera Melayu yang boleh di sebut 'satra dakwah', Islam dari awal abad ke-20. Bertajuk syair surga, ia menguraikan ajaran tarekat tentang tingkat kesedaraan dan memberi peanafsiran simbolik tentang imbalan pahala yg akan diterima badah shalat. Ia bercerita tentang imbalan pahala yg akan diterima muslim yang saleh di alam baka, tempat mereka akan hidup bahagia di surga yang kekal. Rencana ini menyediakan transliterasi syair ini dalam huruf roman, mengulas isinya dan menyajikan catatan mengenai kepengarangannya. Dalam perspektif yang lebih luas, rencana ini menelaah motif akhirat dalam kesusasateraan melayu kla ik. Dengan mengaji peleburan agama dan sastra dalam teks kesusasteraan melayu klasik seperti syair surga, pemahaman kita mengenai Islam lokal di alam Melayu nescaya dapat ditingkatkan dalam perspektif kesejarahannya."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"The treasures literary of Nusantara mystic, that especially written in Malay language in Indonesia are not studied any more, recently. This is too ironical situation because of these works are relevant with strong public's animo to study Islamic mysticism (tasawuf)."
297 TURAS 13:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Desmiati
"Penyalinan sebuah naskah menunjukkan keberagaman wawasan. Naskah HSAQJ sebagai salah satu naskah keagamaan berisi hal-hal yang tidak saja terkait dengan masalah agama, tetapi juga cerita-cerita unik yang menjadi 'bumbu' dalam naskah ini. Ada beberapa alas an mengapa penulis memilih HSAQJ. Pertarna, HSAQJ Muhammad Bakir belum ada suntingan teksnya. Kedua, berangkat dari pendapat Henry Chambert-Loin (1984:55) yang menyatakan bahwa Muhammad Bakir jika menyalin naskah keagamaan akan setia pada contoh salinan. Apabila menyalin naskah non-keagamaan, ia akan menjadi seorang pengarang. Teks disunting dengan menggunakan metode edisi biasa. Setelah itu dilakukan analisis terhadap isi teks melalui perbandingan antara naskah Jawa dan ML.256A. Berdasarkan basil perbandingan tersebut terlihat keistimewaan dan kekhasan penyalinan Muhammad Bakir. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam penyalinan, Muhammad Bakir tetap mempertahankan penulisan kata-kata berbahasa Arab. Muhammad Bakir juga memasukkan kata-kata berbahasa Betawi. HSAQJ sebagai naskah keagamaan adalah sebuah hikayat yang berkhas Islam Dalam HSAQJ terdapat bentuk pengajaran dan hal ini merupakan salah satu cara yang digunakan dalam penyebaran Islam di Nusantara"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 1996
297.4 TRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syarahsmanda Sugiartoputri
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11056
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dady Hidayat
"Skripsi ini meneliti kemunculan dan perkembangan gerakan dakwah salafi pada era Reformasi. Kerangka teoritis yang digunakan yaitu gerakan sosial dengan 3 faktor utamanya: struktur kesempatan politik, framing sosial, dan mobilisasi sumber daya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian fied research, dimana peneliti melakukan observasi langsung terhadap subjek yang ditelitinya dan mencoba mengkaji pengalaman-pengalaman subjektif dari subjek tersebut secara sosiologis.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa reformasi sebagai sebuah era keterbukaan memberikan kesempatan kepada Gerakan Dakwah Salafi untuk berkembang. Perkembangan ini juga didukung oleh jaringan sosial yang dimiliki untuk dapat memperoleh akses terhadap sumber daya dan secara tidak langsung membantu Gerakan ini untuk melakukan ekpansi dari aktifitasnya.

This under-graduate thesis examines the genesis and the expansion of Salafi Movements during Reformation Era. This research uses a social movement’s perspective by three main factors on Social Movements; political opportunity structure, framing process, and resources mobilization theory.
The research approach used qualitative approach with a field research method, where the researcher directly observe to the people being studied and try to examine any subjective experiences in the sociological view.
The results of this study reveal that Reformation, as an openness era, gives some opportunity to Salafi Movements rapidly expanded. Their expanding is also supported by any social networks to gain resources and help the movements to do expanding of their activity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>