Penyalinan sebuah naskah menunjukkan keberagaman wawasan. Naskah HSAQJ sebagai salah satu naskah keagamaan berisi hal-hal yang tidak saja terkait dengan masalah agama, tetapi juga cerita-cerita unik yang menjadi 'bumbu' dalam naskah ini. Ada beberapa alas an mengapa penulis memilih HSAQJ. Pertarna, HSAQJ Muhammad Bakir belum ada suntingan teksnya. Kedua, berangkat dari pendapat Henry Chambert-Loin (1984:55) yang menyatakan bahwa Muhammad Bakir jika menyalin naskah keagamaan akan setia pada contoh salinan. Apabila menyalin naskah non-keagamaan, ia akan menjadi seorang pengarang. Teks disunting dengan menggunakan metode edisi biasa. Setelah itu dilakukan analisis terhadap isi teks melalui perbandingan antara naskah Jawa dan ML.256A. Berdasarkan basil perbandingan tersebut terlihat keistimewaan dan kekhasan penyalinan Muhammad Bakir. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam penyalinan, Muhammad Bakir tetap mempertahankan penulisan kata-kata berbahasa Arab. Muhammad Bakir juga memasukkan kata-kata berbahasa Betawi. HSAQJ sebagai naskah keagamaan adalah sebuah hikayat yang berkhas Islam Dalam HSAQJ terdapat bentuk pengajaran dan hal ini merupakan salah satu cara yang digunakan dalam penyebaran Islam di Nusantara