Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Budi Suhendar
"Kondom yang telah digunakan dalam suatu tindak kejahatan seksual berupa persetubuhan dapat memberikan barang bukti pada kasus kejahatan seksual. Kondom tersebut dapat mengandung bukti biologis yang berasal dari pelaku dan korban yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pelaku dan mengkaitkannya dengan korban yang mengindikasikan kemungkinan telah terjadi persetubuhan. Pada bagian luar kondom dapat menempel epitel vagina, sekret vagina, darah korban atau rambut pubis yang dapat berasal dari pelaku atau korban, sedangkan di bagian dalam kondom dapat ditemukan cairan mani dan epitel penis yang berasal dari pelaku. Sebagai bahan biologis, barang bukti tersebut tidak akan terhindarkan dapat mengalami degradasi seiring dengan perubahan waktu dan kondisi lingkungan dimana kondom itu berada. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh waktu dan lingkungan terhadap bukti biologis berupa epitel vagina dan cairan mani pada kondom pasca senggama. Pemeriksaan terhadap cairan mani menggunakan pemeriksaan fosfatase asam, Florence, Berberio dan dilakukan pemeriksaan terhadap sel sperma yang berada di bagian dalam kondom. Pemeriksaan terhadap barang bukti dari bagian luar kondom untuk pembuktian adanya epitel vagina dilakukan Hasil penelitian pemeriksaan cara lugol dan pemeriksaan Barr body. menunjukkan bahwa sampai hari ke sepuluh pemeriksaan ini, cairan mani dan epitel vagina masih dapat ditemukan serta tidak terdapat perbedaan antara hasil temuan kondom yang dilakukan di tempat terbuka, tempat tertutup dan di dalam air."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T57261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwika Aldila
"ABSTRAK
Rendahnya penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) menjadi
permasalahan pada program Keluarga Berencana (KB). MKJP memiliki tingkat
efektivitas lebih tinggi, namun setiap tahun jumlah akseptor non MKJP (Suntik dan Pil)
di Indonesia selalu mengalami peningkatan dibandingkan dengan MKJP (IUD dan
Impant) yang cenderung menurun. Persepsi akseptor terhadap alat kontrasepsi
menyebabkan ketidaksesuain akseptor memilih alat kontrasepsi. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional yang menganalisis data sekunder ICMM 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi ragam alat kontrasepsi terhadap
keputusan penggunaan MKJP dan Non MKJP. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita
usia subur (WUS) usia 15 sampai 49 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi dengan
jumlah responden 9100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi preferensi MKJP dan Non MKJP, efektivitas, pengetahuan dan
durasi pernikahan terhadap keputusan penggunaan MKJP. Dalam upaya peningkatan
cakupan penggunaan MKJP diperlukan strategi komunikasi yang tepat dalam pembuatan
program keluarga berencana dengan memperhatikan preferensi akseptor terhadap alat
kontrasepsi dan efektivitas alat KB kepada akseptor.

ABSTRACT
The low usage of Long Term Montraceptive Method (LTCM) has become a problem for
the Family Planning (KB) program. LTCM has a higher effective rate than its counterpart
the non LTCM. But every year the acceptor for the non LTCM contraceptive method
(shots and pills) are increasing and the LTCM contraceptive method has been steadily
declining. The acceptor perception on the contraceptive method have caused a fault on
their contraceptive method choice. This research uses a cross sectional method design
analysing a secondary data from the 2016 ICMM data. The purpose of this research is to
know the perception of fertile female to the various contraceptive methods (LTCM and
Non LTCM). The samples in this research are 9100 fertile women ranging from 15 to 49
years old whos been using contraceptive methods. The results show that there is a
significant correlation between perception preference for the LTCM and Non LTCM. For
an increase of the LTCM use coverage, it needs an effective communication strategy on
the family planning program that pays attention to the acceptor's contraceptive method
preference and the effectiveness of the contraceptive method for the acceptor"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robbiatul Afda`tiyah
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada akseptor KB di Provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil menunjukkan bahwa penggunaan MKJP di Provinsi Jawa Tengah sebesar 22,1%, sedangkan di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 8,9%. Faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP di Provinsi Jawa Tengah adalah status pekerjaan, jumlah anak hidup, keterpaparan informasi dan pengambilan keputusan ber-KB. Faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP di Provinsi Sulawesi Selatan adalah umur, pengambilan keputusan ber-KB dan pengetahuan terhadap kontrasepsi. Faktor yang paling berhubungan terhadap penggunaan MKJP untuk di Provinsi Jawa Tengah adalah pengambilan keputusan ber-KB, sedangkan untuk di Provinsi Sulawesi Selatan adalah umur responden.

This study aims to determine the utilization of long acting and permanent contraceptive methods (LAMPs) and its associated factors among current use in Central Java and South Sulawesi Province. This study uses data Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) 2012 with univariat, bivariat and multivariat analyzes.
The results showed that utilization of LAMPs in Central Java Province was 22,1%, whereas was 8,9% in South Sulawesi Province. The use of LAMPs in Central Java Province was significantly associated with occupational status, number of children alive, exposure to family planning information and main decider to use contraception. While in South Sulawesi, the use of LAMPs was significantly associated with age, main decider to use contraception and knowledge of contraception. The dominant factors uses of LAMPs in Centra Java Province was main decider to use contraception, whereas age in South Sulawesi Province.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yulia Eka Putri
"Salah satu cara untuk menekan angka kelahiran adalah dengan menggunakan kontrasepsi. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang merupakan salah satu kontrasepsi yang lebih cost-efektif dan memiliki efek samping yang sedikit untuk menurunkan tingkat kelahiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada wanita usia subur di Indonesia tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sumber data penelitian berasal dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan MKJP adalah Pendidikan, umur, jumlah anak hidup, pengabilan keputusan ber-Kb, pengeahuan terhadap kontrasepsi, dan jumlah anak ideal. Faktor yang paling dominan dalam penggunaan MKJP adalah pendidikan tinggi (OR = 2,7; 95%CI=1,7-4,4) dan umur 35-49 tahun (OR=2,3;95%CI=1,9-2,8).

One way to suppress the birth rate is to use contraception. The Long Term Contraceptive Method (LTCM) is one of the more cost-effective contraceptives and has few side effects to lower the birth rate. This study aims to find out the factors related to the use of long-term contraceptive methods (LTCM) in women of childbearing age in Indonesia in 2017. The research design used is cross sectional. The research data source comes from the Indonesian Health Demographics Survey in 2017. The results showed that factors related to LTCM are education, age, number of children living, decision making in family planning, knowledge of contraception, and the ideal number of children. The most dominant factors in the use of LTCM are higher education (OR = 2.7; 95%CI=1.7-4.4) and age 35-49 years (OR=2,3;95%CI=1.9-2.8)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rany Kamilla Yulianti
"Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu langkah untuk menurunkan angka fertilitas total. Namun, pada penggunaannya terdapat dinamika seperti putus pakai, penggantian atau peralihan metode, dan kegagalan kontrasepsi. Kejadian putus pakai kontrasepsi dapat berdampak pada peningkatkan risiko kematian ibu. Provinsi Banten dan Jambi merupakan dua provinsi dengan proporsi putus pakai kontrasepsi yang cukup berbeda. Sebagian besar putus pakai kontrasepsi terjadi pada kontrasepsi modern, seperti suntik dan pil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui putus pakai suatu jenis alat/cara KB dan putus pakai kontrasepsi modern di Banten dan Jambi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong lintang serta menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang telah menikah dan tinggal di provinsi Banten dan Jambi. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 1013 responden untuk suatu jenis alat/cara KB dan 939 untuk kontrasepsi modern di Banten dan 630 responden untuk suatu jenis alat/cara KB dan 579 untuk kontrasepsi modern di Jambi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa putus pakai suatu jenis/alat KB memiliki proporsi sebanyak 34,3% di provinsi Banten dan 61% di provinsi Jambi. Selain itu, putus pakai kontrasepsi modern memiliki proporsi sebanyak 35% di provinsi Banten dan 63,9% di provinsi Jambi. Faktor yang berhubungan dengan putus pakai suatu jenis alat/cara kontrasepsi di provinsi Banten adalah efek samping penggunaan kontrasepsi (RO= 0,850; 95% SK: 1,029-3,331) sedangkan di provinsi Jambi adalah status ekonomi (RO= 0,289; 95% SK: 0,086-0,973), status pekerjaan (RO= 2,164; 95% SK: 1,312-3,569), tempat tinggal (RO= 3,088; 95% SK: 1,691-5,641), Jenis metode KB (RO= 0,253; 95% SK: 0,111-0,574), konseling oleh tenaga kesehatan (RO= 1,942; 95% SK: 1,132-3,331), dan jumlah anak hidup (0,753 (95% SK: 0,569-0,997)). Faktor yang berhubungan dengan kejadian putus pakai kontrasepsi modern di Banten adalah pendidikan (RO= 3,219; 95% SK: 1,044-9,929) sedangkan di provinsi Banten adalah jenis metode KB (RO= 0,179; 95% SK: 0,084-0,381) dan konseling oleh tenaga kesehatan (RO= 1,996; 95% SK: 1,101-3,620).

The use of contraception is a crucial measure in reducing the total fertility rate. However, its usage exhibits dynamics such as discontinuation, method switching or switching, and contraceptive failure. Discontinuation of contraception can lead to an increased risk of maternal mortality. According to the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) results, there is a significant disparity in contraceptive discontinuation rates between Banten and Jambi provinces, where Banten has a low percentage (39.3%) and Jambi has a considerably higher percentage (63%). Most discontinuations occur with modern contraceptives such as injections and pills. Hence, this research aims to understand the discontinuation rates of specific contraceptive methods and modern contraceptives in Banten and Jambi. This study employs a quantitative method with a cross-sectional study design utilizing secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey. The population comprises married women of reproductive age residing in Banten and Jambi provinces. The sample size consists of 1,013 respondents for a specific contraceptive method and 939 for modern contraceptives in Banten, and 630 respondents for a specific contraceptive method and 579 for modern contraceptives in Jambi. The research findings indicate that discontinuation of a specific contraceptive method stands at 34.3% in Banten and 61% in Jambi. Furthermore, discontinuation of modern contraceptives is observed at 35% in Banten and 63.9% in Jambi. Factors associated with discontinuation of a specific contraceptive method in Banten are contraceptive side effects (OR = 0.850; 95% CI: 1.029-3.331), while in Jambi, they are economic status (OR = 0.289; 95% CI: 0.086-0.973), employment status (OR = 2.164; 95% CI: 1.312-3.569), place of residence (OR = 3.088; 95% CI: 1.691-5.641), type of contraceptive method (OR = 0.253; 95% CI: 0.111-0.574), counseling by health worker (OR = 1.942; 95% CI: 1.132-3.331), and number of living children (0.753 (95% CI: 0.569-0.997)). Factors associated with discontinuation of modern contraceptives in Banten are education (OR = 3.219; 95% CI: 1.044-9.929), while in Jambi, are the type of contraceptive method (OR = 0.179; 95% CI: 0.084-0.381) and counseling by health worker (OR = 1.996; 95% CI: 1.101-3.620)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayasha Naila Ismunandar
"Latar Belakang: Pertumbuhan penduduk tinggi dapat menghambat kesejahteraan masyarakat apabila tidak dikendalikan. Melihat laju pertumbuhan penduduk Indonesia terdapat kecenderungan untuk mengalami kenaikan. Namun, penggunaan KB MKJP sebagai salah satu upaya pengendalian pertumbuhan penduduk secara luas masih rendah. Kelompok wanita yang tidak menggunakan KB MKJP pun pada akhirnya menjadi multiparitas. Metode: Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder SDKI 2017 dataset WUS dengan desain studi cross sectional. Dilakukan uji chi-square dan regresi logistik dengan interval kepercayaan 95% untuk menggambarkan kekuatan hubungan antar variabel. Hasil: Ditemukan cakupan penggunaan MKJP pada wanita multipara yang tidak ingin memiliki anak lagi di Indonesia baru mencapai 28,9% dengan hasil analisis multivariabel menemukan variabel yang berkorelasi secara statistik adalah: (a) umur 36-49 tahun [aOR: 1,36; CI: 1,20-1,55], (b) pendidikan tinggi [aOR: 2,99; CI: 1,76-5,06], (c) jumlah anak hidup >2 orang [aOR: 1,67; CI: 1,49-1,88], (d) pengambilan keputusan ber-KB bersumber dari suami/pasangan [aOR: 1,95; CI: 1,59-2,39], (e) memiliki jaminan kesehatan [aOR: 1,39; CI: 1,23-1,56], (f) pengetahuan tinggi [aOR: 1,39; CI: 1,23-1,56]. Kesimpulan: Pendidikan tinggi menjadi faktor dominan penggunaan MKJP pada wanita multipara yang tidak ingin memiliki anak lagi di Indonesia dikarenakan mereka cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi KB MKJP. Dengan demikian, diharapkan peningkatan pendidikan dapat dilakukan melalui edukasi menyeluruh oleh petugas KB.

Backgrounds: In the absence of regulation, rapid population expansion can negatively impact community welfare. Indonesia's population is likely to continue growing at its current rate. In despite this, LTCM is still not widely used to slow down population increase. Eventually, the women in the group who did not use LTCM became multiparous. Method: This research uses secondary data sources from the 2017 IDHS IR dataset with a cross sectional study design. To describe the strength of the association between the variables, 95% confidence intervals were used for both logistic regression and chi-square tests. Results: It was found that the coverage of LTCM use among multiparous women who didn’t want more child in Indonesia had only reached 28.9%, with the results of multivariable analysis finding variables that were statistically correlated were: (a) age 36-49 years [aOR: 1.36; CI: 1.20-1.55], (b) higher education [aOR: 2.99; CI: 1.76-5.06], (c) number of living children >2 [aOR: 1.67; CI: 1.49-1.88], (d) family planning decision making comes from husband/partner [aOR: 1.95; CI: 1.59-2.39], (e) have health insurance [aOR: 1.39; CI: 1.23-1.56], (f) high knowledge [aOR: 1.39; CI: 1.23-1.56]. Conclusion: Higher education is the dominant factor in using LTCM among multiparous women who don’t want more child in Indonesia because they tend to have better access to LTCM family planning information. Thus, it is hoped that educational improvements can be carried out through comprehensive education assisted by family planning officers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Rima Rahmawati
"Salah satu program strategis pemerintah untuk menekan angka fertilitas adalah dengan peningkatan prevalensi penggunaan kontrasepsi modern, khususnya metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Akan tetapi, berdasarkan laporan SDKI2017, prevalensi pemakaian MKJP terus mengalami penurunan sedangkan penggunaan KB non MKJP terus mengalami peningkatan yang signifikan. Tingginya prevalensi pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek meningkatkan dinamika pemakaian kontrasepsi, diantaranya penggantian metode kontrasepsi. Penggantian metode kontrasepsi akan mampu mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan apabila penggantian metode dari yang kurang efektif ke metode yang lebih efektif. Studi ini bertujuan mengidentifikasi penggantian metode kontrasepsi dari non MKJP ke MKJP serta mempelajari hubungan informed choice dan pengambil keputusan pemakaian kontrasepsi dengan penggantian metode kontrasepsi. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Unit analisis adalah episode penggunaan kontrasepsi jangka pendek dan tradisional selama 3-62 bulan sebelum survei pada dengan kelompok umur 15-49 tahun. Variabel dependennya adalah lamanya periode risiko sampai dengan terjadinya penggantian kontrasepsi ke MKJP. Variabel kontrol dalam penelitian ini meliputi metode yang digunakan sebelum berganti metode, tujuan memakai kontrasepsi, umur saat berganti metode, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, status pekerjaan, jumlah anak yang masih hidup, dan indeks kekayaan. Penelitian menggunakan data kalender SDKI 2017. Analisis menggunakan analisis survival dengan model Gompertz Proportional Hazard. Dari total 11.030 segmen penggunaan kontrasepsi non MKJP, sebanyak 601 segmen beralih menggunakan MKJP. Berdasarkan hasil analisis inferensial diperoleh bahwa informed choice dan pengambil keputusan pemakaian kontrasepsi berhubungan signifikan dengan penggantian kontrasepsi dari non MKJP ke MKJP

One of the government's strategic programs to reduce fertility rates is to increase the use of modern contraceptives, especially long-acting and permanent methods (LAPM). However, based on the Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) report, the use of LAPM has decreased, while the use of non-LAPM has increased significantly. The high prevalence of short-term contraceptive use increases the dynamics of contraceptive use, including contraceptive switching behavior. Switching contraceptive method will reduce unwanted pregnancies if it is switched from a less effective method to a more effective method.This study aims to identify the switching contraceptive methods from non-LAPM to LAPM and to study the relationship between informed choice and decision makers for contraceptive use with switching contraception. This study used a quantitative approach with a cross sectional design. The unit of analysis is episodes of short-term and traditional contraceptive use during the 3-62 months before the survey among women in union age 15-49. The dependent variable is the duration of the risk period up to the occurrence of the contraceptive switch to LAPM. The control variables in this study include the method used before changing the method, contraceptive intention, age, level of education, place of ​​residence, working status, the number of children who are still alive, and the wealth index. The study used calendar data for the 2017 IDHS. The analysis used survival analysis with the Gompertz proportional hazards model. Out of 11,030 episodes of non-LAPM contraceptive use, 601 episodes are switching their contraception method from non LAPM to LAPM. Based on the results of inferential analysis, it was found that informed choice and decision makers for contraceptive use had a significant relationship with contraceptive switching from non-LAPM to LAPM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyebab penyakit kandidiasis vagina terbanyak adalah Candida albicans (85%). kandidiasis sering menimbulkan masalah karena terjadinya relaps/reinfeksi, disebut sebagai kandidiasis vagina rekurens. Saluran pencernaan merupakan reservoar C.albicans. Di samping itu transmisi melalui hubungan seksual, faktor imunologi, faktor hormonal juga berperan terjadinya kandidiasis vagina rekurens. Walaupun upaya pengobatan sudah dilakukan, frekuensi kandidiasis masih terus meningkat dan kandidiasis vagina rekurens juga masih merupakan masalah.
"
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ribkhi Amalia Putri
"Latar belakang: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang memiliki efektivitas tinggi. Pemasangan AKDR pascaplasenta akan meningkatkan cakupan penggunaan kontrasepsi dan menurunkan angka unmeet need. Metode pemasangan AKDR pascaplasenta bervariasi dengan menggunakan tangan, inserter, dan klem. Selain masalah pemasangan, permasalahan yang sering muncul pada penggunaan AKDR diantaranya adalah ekspulsi, infeksi, dan efek samping, yang mempengaruhi kenyamanan dan penerimaan klien.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas, ekspulsi, penerimaan, dan efek samping pemasangan AKDR pascaplasenta dengan klem.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional longitudinal prospektif. Populasi terjangkau adalah akseptor AKDR pascaplasenta yang melahirkan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada periode April 2018 sampai dengan Maret 2019. Evaluasi dilakukan melalui wawancara pada minggu keenam, bulan ketiga, dan bulan keenam. Analisis data bersifat deskriptif dalam jumlah dan persentase.
Hasil: Sebanyak 94 orang subjek diikutkan dalam penelitian. Sebanyak 4,2% tidak dapat dilakukan pendataan pada bulan ketiga dan 19,1% pada bulan keenam. Efektivitas AKDR mencapai 100%. Angka ekspulsi diperoleh 2,13% pada minggu keenam, 3,45% pada bulan ketiga, dan 0% pada bulan keenam. Angka penerimaan didapatkan pada bulan ketiga 93,3% dan bulan keenam 90,8%. Efek samping yang muncul adalah: perdarahan (3,45% pada bulan ketiga dan 1,45% pada bulan keenam) dan nyeri perut (3,45% pada bulan ketiga dan 4,35% pada bulan keenam). Kejadian perforasi dan infeksi tidak ditemukan. Keluhan tambahan yang didapatkan berupa dispareunia, keputihan, dan benang keluar. Sebanyak 91,1% subjek pada bulan ketiga dan 88,16% pada bulan keenam merasa puas terhadap pemasangan AKDR pascaplasenta dengan klem.
Kesimpulan: Pemasangan AKDR pascaplasenta dengan klem memiliki efektivitas baik, dengan angka ekspulsi kumulatif 5,32% dan penerimaan kumulatif tiga bulan 93,3% dan enam bulan 90,8%.

Bakcground: Intrauterine device (IUD) is a high effectivity of long term contraception method. Postplascenta IUD increase the number of contraception use and decrese the unmeet need of contraception. There are three methods of postplacental IUD: manually using hand, using inseter, and clamp. Instead of insertion problem, expulsion, infection, and side effects are problems that influence the comfortability and acceptability.
Objectives: To evaluate the effectivity, expulsion, acceptability, and side effects of postplacenta IUD insertion using clamp. Method: This is an observational longitudinal prospective study. The population are IUD acceptors who delivered at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta at April 2018-March 2019. The evaluation was done at 6 weeks, 3 months, and 6 months after delivery by interviewing the subjects. Data was analysed descriptively on number and precentage.
Result: A total of 94 women were included in this study, with 4,2% loss of follow up at 3 months and 19,1% at 6 months. The effectivity was 100%. The expulsion rate were 2,13%; 3,45%; and 0% at 6 weeks, 3 months, and 6 months respectively. The total acceptability rate at 6 weeks, 3 months, and 6 months were 96,81%; 93,3%; and 90,8% respectively. The post-placenta IUD acceptability rate at 6 weeks, 3 months, and 6 months were 95,74%; 88,89%; and 85,63%. The side effects were menorrhagia (3,45% at 3 months and 1,45% at 6 months) and abdominal pain (3,45% at 3 months and 4,35% at 6 months). We didn't find any perforation and infection. The additional side effects were dyspareunia, vaginal discharge, and coming out of threat. 91,1% and 88,16% subjects were satisfy to the IUD contraception at 3 months and 6 months.
Conclusion: Postplacenta IUD using clamp had good effectivity, with cumulative expulsion rate 5,32%. The acceptability were 93,3% and 90,8% at 3 months and 6 months respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>