Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170970 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fattah Hanurawan
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari suatu gejala di mana tidak selalu remaja yang memiliki pengetahuan tentang penampilan pemusik rock mempunyai niat untuk melakukannya. Dalam kerangka teori tindakan beralasan Fishbein & Ajzen (1975) suatu niat perilaku dapat diterangkan melalui faktor sikap (internal) dan norma subyektif (Sosial) sebagai determinan utamanya. Sedang ditinjau dari teori belajar sosial dapat dijelaskan bahwa masalah peniruan penampilan fisik pemusik rock merupakan hasil dari proses belajar sosial faktor internal (sikap) remaja dengan lingkungan, sosialnya. Sandura dan Walters menyatakan bahwa proses belajar sosial terutama terjadi melalui proses belajar perwakilan (vicarious learning), yang dalam konsep belajar sosial spesifik tersebut terkandung pengertian bahwa cara berperilaku seseorang merupakan hasil interaksi belajar dengan perilaku orang lain.
Ditinjau dari teori peran (role theory) remaja peniru dalam konteks sosialnya menempati kedudukan sebagai aktor atau pelaku yang akan selalu memperhatikan tuntutan peran yang diembannya. Tuntutan peran yang dipertimbangkan remaja itu terwujud dalam bentuk harapan, norma, wujud perilaku, penilaian, dan sanksi terhadap niat meniru penampilaan fisik pemusik rock
Dari kajian teori belajar sosial, teori pecan, dan kerangka pemilahan- variabel yang rnenggunakan model teori tindakan Fishbein & Ajzer (1975) kemudian diajukan 2 hipotesis mayor dan dua hipotesis minor yang diuji kebenarannya pada 254 pelajar SMA di Kotamadya Malang,
Hipotesis itu adalah: Hipotesis Mayor 1 berbunyi Sikap dan norma subyektif remaja terhadap tingkah laku meniru penampilan fisik pemusik rock secara signifikan berhubungan positif dengan niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock. Hipotesis Minor 1 adalah sikap remaja terhadap tingkah laku meniru penampilan fisik pemusik rock secara signifikan berhubungan positif dengan niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock. Hipotesis Minor 2 berbunyi norma subyektif remaja mengenai tingkah laku meniru penampilan fisik pemusik rock secara signifikan berhubungan positif dengan niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock. Kemudian Hipotesis Mayor 2 berbunyi norma subyektif secara signifikan memberikan sumbangan relatif lebih besar dibanding sikap remaja terhadap niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock.
Berdasar hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Mayor 1, Hipotesis Minor 1 dan 2 dapat diterima kebenarannya. Sedang Hipotesis Mayor 2 tidak dapat diterima kebenarannya. Terhadap hasil penelitian ini disarankan bagi orang tua untuk melakukan pendekatan lebih dekat dengan unsur-unsur dalam norma subyektif seperti teman bermain atau teman sekolah. Saran bagi masyarakat umum dan pemerhati masalah sosial agar melakukan sosialisasi pesan-pesan normatif berkenaan dengan peniruan terhadap penampilan fisik pemusik rock melalui pembinaan 2 saluran, yaitu sikap dan norma subyektif remaja. Bagi penelitian lebih lanjut disarankan untuk mempelajari masalah independensi antara komponen struktur sikap dan norma subyektif dalam kaitannya dengan niat. Juga bagi peneliti lebih lanjut disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut pola-peniruan dan perkembangan sosialitas remaja pada wilayah perilaku yang lain."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suidman, Ieneke... (et al.)
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1985
155.5 ONE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"
Tulisan ini adalah kajian tentang bagaimana pemuda Ambon salg berkomunikasi dalam sebuah ruang public yakni Ambon Plaza,atau sering disingkat dengan Ampas, yang berdiri sejak 1995. Ini adalah pusat perbelanjaan yang secara signifikan berubah pasca konflik di Ambon tahun 1999-2003. Di pusat perbelanjaan,pengunjung dapat melakukan hubungan yang interaktif, tidak hanya dengan pengunjung lain tetapi juga dengan penjajanya. Amplaz memiliki peran yang penting untuk mempertemukan orang-orang dari agama yang berbeda. Ini adalah tempat di mana kelompok Kristen dan Islam dapat bertemu tanpa rasa takut. Di tempat ini, gaya hidup baru dirayakan, sehngga Amplaz lebih terlihat sebagai arena untuk menunjukkan gaya hidup modern, dibangdingkan sebagai area konflik.
"
JSPA 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sajidin
"[ABSTRAK
Program Pemuda Pelopor merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Pemuda Indonesia, dengan
harapan bahwa pemuda Indonesia memiliki jiwa kepeloporan di segala
bidang, sehingga apa yang menjadi peran pemuda di masyarakat salah satunya
menjadi Agen Of Change atau agen perubahan bisa terlaksana. di Kota Bogor
pelaksanaan pemuda pelopor dilaksanakan oleh pemerintah Kota Bogor
melalui Kantor Pemuda Dan Olahraga Kota Bogor menjadi peran startegis
dalam memcari dan menanamkan kepeloporan kepada pemudanya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitaif deskriptif analisis dengan
factual problemnya adalah bahwa peserta yang mengikuti kegiatan program
pemuda pelopor yang dilaksanakan oleh Kanpora Kota Bogor belumlah
optimal, dikarenakan peserta yang mengikuti program ini dari tahun ketahun
belum mecapai target, seperti halnya di pelaksanaan program pemuda pelopor
tahun 2014, peserta di targetkan sebanyak 5 orang namun yang mengikuti
program ini sebanyak 3 peserta, dalam penellitian ini, ada 4 faktor yang
berperan penting dalam keberhasilan implementasi program yaitu, Peran
Proses Rekrutmen, Peran Kinerja/Performance Pelaksana, Peran Komunikasi
dan Peran Pelaksanaan Dari Evaluasi Program.
Hasil penelitian dari yang sudah dilakukan di Kanpora Kota Bogor,
bahwa Kanpora sebagai pelaksana teknis belum optimal dalam melaksanakan
program pemuda pelopor, dikarenakan kurangnya pagu anggaran yang di
tetapkan oleh Pemerintah Kota Bogor, sehingga berdampak kepada
pelaksanaan yang tidak maksimal, seperti halnya proses rekrutmen yang
dilaksanakan oleh pelaksana hanya mengandalkan surat untuk
mensosiaalisaikan dan menginformasikan program, belum adanya keterlibatan
dari alumni/stakeholder dan belum menggunakan media elektronik, media
cetak dan media sosial untuk mensosialisasikannya, adapun saran dalam
penelitian ini adalah agar terpenuhinya peserta program pemuda pelopor,
pelaksana/pantia harus melakukan sosialisasi dengan menggunakan media
elektronik, media cetak dan media sosial, selain itu melibatkan senior/alumni
yang pernah mengikuti program. dan menjalin kordinasi dengan SKPD Lain
untuk berkordinasi langsung dalam pembinaan pemuda.

ABSTRACT
Pioneer Youth Program is one of the effort in improving Indonesian
Youth human resources (HR), with an eye to the young people of Indonesia
have a pioneering spirit in all areas, so what become the role of youth in the
society one of them becomes Agent Of Change can be implemented. in Bogor
City, the implementation of pioneer youth is implemented by the city
government of Bogor through youth and sport centre become strategic role in
pioneering the community and instilling the youth.
This research is using the analysis descriptive qualitative method and
its factual problem is all participants who join the pioneer youth event
implemented by Kanpora of Bogor City has been optimal yet, because of the
participant who join this eent from the year to year has not reached the target.
as well as the implementation of pioneer youth program in 2014, participant is
targeted as many people but who join this program is 3 participants. in this
research there are 4 factors which has the important role in the success of
program implementation namely the role of recruitment process, the role of
performance, the role of communication and the role of implementation from
the bogor city government, so
The result of the research has been executed in kanpora of bogor city,
kanpora as technical implementation has not been optimal in implementing
pioneer youth program, because of the lack of budgeting set by bogor city
government, so it affects to not optimal implementation, as well as the
recruitment process which is implemented by the executor only rely on a letter
to socialize and to inform the program, beside that there is not any
involvement from alumni or stakeholder and it has not used the electronic
media, printing media and social media to socialize it. meanwhile, the
suggestion in the research is in order to fulfill the pioneer youth program
participant, executor/committee should socialize by using electronic media,
printing media and social media. beside that involving the alumni/stakeholder
who have ever joined the program and establish the coordination with the
other SKPD to coordinate directly in youth guidance, Pioneer Youth Program is one of the effort in improving Indonesian
Youth human resources (HR), with an eye to the young people of Indonesia
have a pioneering spirit in all areas, so what become the role of youth in the
society one of them becomes Agent Of Change can be implemented. in Bogor
City, the implementation of pioneer youth is implemented by the city
government of Bogor through youth and sport centre become strategic role in
pioneering the community and instilling the youth.
This research is using the analysis descriptive qualitative method and
its factual problem is all participants who join the pioneer youth event
implemented by Kanpora of Bogor City has been optimal yet, because of the
participant who join this eent from the year to year has not reached the target.
as well as the implementation of pioneer youth program in 2014, participant is
targeted as many people but who join this program is 3 participants. in this
research there are 4 factors which has the important role in the success of
program implementation namely the role of recruitment process, the role of
performance, the role of communication and the role of implementation from
the bogor city government, so
The result of the research has been executed in kanpora of bogor city,
kanpora as technical implementation has not been optimal in implementing
pioneer youth program, because of the lack of budgeting set by bogor city
government, so it affects to not optimal implementation, as well as the
recruitment process which is implemented by the executor only rely on a letter
to socialize and to inform the program, beside that there is not any
involvement from alumni or stakeholder and it has not used the electronic
media, printing media and social media to socialize it. meanwhile, the
suggestion in the research is in order to fulfill the pioneer youth program
participant, executor/committee should socialize by using electronic media,
printing media and social media. beside that involving the alumni/stakeholder
who have ever joined the program and establish the coordination with the
other SKPD to coordinate directly in youth guidance]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Nurjanah
"Program Pemuda Andal yang Mcmiliki lmunitas dari Pcnjualan dan Pernakaian Narkoba (PANTAS JUARA) merupakan program dari Kementcrian Negara Pemuda dan Olaharaga yang bertujuan untuk memberikan penyadamn dan pencegahan penyalahgunaan narkoba dikalangan pemuda yang telah berlangsung scjak lahun 2006. Namun, dalam kurun waktu tahun 2000-2008 kasus tindak pidana narkoba meningkat lebih dari 7 kali lipat, dengan kecenderungan tersangka scmakin muda usianya. Oleh karena itu, pencliti ingin melihat sejauhmana efektivitas program PANTAS JUARA dan mengindcntifikasi kendala-kendala yang dihadapi.
Metode analisa kerangka berpikir logis (logical framework analysis) digunakan dalam melakukan evaluasi cfcktivitas program. Evaluasi dilakukau dengan melihat masukkan (inpur), proscs (process), keluaran (ourpur), manfaat (outcome) dan dampak (impact). Evaluasi bertujuan untuk mcmpclajari apakah program mencapai tujuan yang telah direncanakan dan apa saja kcndala selama pelaksanaan kcgiatan. Dcngan indikator efektivitas program adalah pescrla program PANTAS JUARA tetap bersih dari penyalahgunaan narl-:oba setclah 3 tahun program tersebul berlalu.
Program PANTAS JUARA memiliki beragam kegiatan, yang utarna adalah lokakarya dan pembenrukkan kader bersih narkoba. Kegiatan Iokakarya telah berlangsung di 15 propinsi tersebut dengan peserta sebanyak 750 orang. Kcgiatan pembentukkan kader telah menghasilkan 19.000 kader pemuda bersih narkoba dan telah terbentuk Gerakan Pemuda Bersih Narkoba (GPBN) di 15 propinsi.
Hasil analisis menunjukkan program PANT AS JUARA efektif dalam menccgah pcnyalahgunaan narkoba dikalangan pemuda, karena pcscrta yang pemah mengikuti kegiatan PANTAS JUARA tetap bersih dari penyalahgunaan narkoba. Kcndala yang dihadapi antara lain ketcrbatasan anggaran dan durasi pclaksanaan kegiatan.

Reliable Youth Who Have Immunity from Sales and Use of Drugs Program (PANT AS JUARA) is a program of the Ministry of Youth and Sport which aims to provide awareness and prevention of drug abuse among youths. The program has been ongoing since 2006. However, during the years 2000-2008 criminal drug cases increased more than 7 times, with a trend of increasingly younger suspects. Therefore, this research wanted to evaluate the program?s effectiveness and identify constraints faced by the program.
Logical framework analysis method used in evaluating program effectiveness. Evaluation is done by observing the input, process, output, benefits and impact. The evaluation aimed to learn whether the programs achieve the objectives which have been planned and what constraints during the implementation of programs. With program effectiveness indicators are the participants to stay clean from drug abuse after 3 years of the program passed.
PANTAS JUARA program has a variety of activities, the main one is workshops and the formation of free-of-drugs cadres. Workshops have been held in 15 provinces with the participants as many as 750 people. Formation of clean drug cadres activity has resulted in 19,000 young, free~of-drugs cadres and has established the Free~of-Drugs Youth Movement (GPBN) in 15 provinces.
The analysis showed APPROPRIATE CHAMPION program is effective in preventing dnrg abuse among the youth, because the participants who attended the activities APPROPRIATE CHAMPION remain clean from drug abuse. Constraints faced include the limited budget and duration of implementation of activities.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29148
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah
"Tesis ini membahas tentang perumusan kompetensi kepemimpinan pemuda dan rancangan pelatihan kepemimpinan pemuda. Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mengidentifikasi kunci yang diharapkan stakeholder pada kepemimpinan pemuda dengan menggunakan alat Glasgow Leadership Competencies Framework. Rancangan kepemimpinan pemuda dirumuskan menggunakan konsep pelatihan berbasis kompetansi yang bertujuan memenuhi kompetensi pemuda yang dihasilkan dari penelitian. Data dikumpulkan menggunakan instrumen wawancara dan instrumentasi.

This study examined the formulation of youth leadership competency and the design of youth leadership training. The approach involved qualitative research methods whereby the competencies identified and explored. Glasgow Leadership Competencies Framework used as the conceptual basis of analysis. Youth leadership training design reviewed as a Competency Based Training/CBT, the way ini which to mediate the youth competencies. Data are gathered using in depth interview and documentation instruments.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T31615
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surastuti Hadiwinoto Nurdadi
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Yuda
"Masalah penyalahgunaan NAZA bukan merupakan masalah yang berdiri sendiri, atau hanya dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAZA itu sendiri dan keluarganya, melainkan dapat merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Masalah penyalahgunaan NAZA menjadi semakin meresahkan, mengingat sebagian besar korban penyalahguna zat tersebut adalah remaja, yang notabene merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa.
Banyak faktor yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam (internal) dan luar diri (ekstemal) remaja. Permasalahan yang kemudian muncul adalah faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA? Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan faktor-faktor internal dan ekstemal yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA.
Untuk memperoleh data primer dan sekaligus untuk mengetahui faktor-faktor internal dan ekstemal yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZI, penulis telah melakukan penelitian yang bersifat deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif diiakukan melalui suatu wawancara mendalam, baik dengan informan utama (lima orang remaja korban penyalahgunaan NAZA yang sedang di rawat di Pondok lnabah I) maupun dengan informan penunjang (orang tua, teman sepengobatan dan pembimbing informan utama). Ada pun pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati. Pendekatan tersebut digunakan, karena penelitian ini menekankan kepada manfaat yang berlandaskan pada informasi yang dikumpulkan, yakni dengan Cara mendalami fenomena yang diteliti. Sementara data sekunder diperoleh dari hasil studi kepustakaan.
Dari beberapa teori, pendapat dan hasil penelitian, ditemukan, bahwa ada beberapa faktor yang dapat melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA. Namun, dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut dibatasi hanya pada faktor-faktor yang berasal dari dalam diri (internal), dalam hal ini adalah faktor kepribadian, dan faktor yang berasal dari luar (ektemal), yaitu faktor keluarga, sekolah, kelompok sebaya, subkultur dan faktor lingkungan sosial.
Hasil temuan penulis memperlihatkan, bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA adalah kepribadian, keluarga, sekolah, kelompok sebaya dan subkultur. Faktor kepribadian yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZ14 ditandai dengan sering mengalami kesulitan dalam mengatasi perasaan cemas, tegang dan perasaan frustrasi; sifat mudah kecewa; sifat tidak sabar atau tidak dapat menunggu; sifat suka mengambil resiko secara berlebihan; sifat mudah bosan atau jenuh; sifat impulsif; sifat kurang percaya diri; dan sifat ingin diakui sebagai orang dewasa. Sedangkan faktor yang berasal dari kondisi keluarga yang dirasakan oleh remaja adalah kesibukan orang tua (kurang adanya komunikasi antara anak-orang tua), sikap orang tua yang terlalu melindungi dan terlalu menyayangi anak secara berlebihan dan adanya pola asuhan yang bersifat permisif. Faktor lainnya adalah faktor sekolah, dalam hal ini adanya prasarana dan sarana sekolah yang menunjang anak untuk terlibat dalam penyalahgunaan NAZA; faktor kelompok sebaya, dalam hal ini rasa setia kawan dan mencontoh (ikut mode); dan faktor subkultur, dalam hal ini pergaulanl keterlibatan remaja dalam kelompok penyalahguna NAZA.
Penelitian ini menjadi menarik, karena dalam penelitian ini tidak ditemukan informan yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis, yaitu yang ditandai dengan ketidaklengkapan orang tua, suasana rumah yang selalu diwamai dengan adanya penemgkaran yang terus menerus, serta sikap orang tua yang kurang memberikan kasih sayang kepada anaknya. Sementara pandangan umum menyebutkan bahwa penyalahgunaan NAZAsering berkaitan dengan ciri-ciri keluarga seperti itu. Demikian pula faktor yang berasal dari lingkungan sosial, dalam hal ini kondisi lingkungan sosial yang miskin/kumuh, disorganisasi, struktur sosial yang tidak baik, dan lingkungan sosial yang selalu tegang, tidak ditemukan dalam penelitian ini. Padahal pandangan umum menyebutkan, kebiasaan menggunakan NAZA sering terjadi di lingkungan seperti di atas.
Kendati demikian fenomena NAZA dan penyalahgunaannya di kalangan remaja bukan lab masalah yang sederhana. Oleh karena itu perlu diupakan upaya penanganan yang terpadu dan bekesinambungan. Pada level konseptual, untuk mencari kesamaan definisi, disiplin lima seperti pekerja sosial, psikolog, psikolog sosial, sosiolog dan antropolog kota patut dipertimbangkan. Sedangkan pada level preventif, peran profesi yang berkecimpung dalam penegakkan supremasi hukum dan educator, sangat penting. Sementara untuk upaya kuratif dan rehabilitatif, psikolog sosial maupun klinis, psikiater, dan rohaniawan perlu mendapat tempat, tanpa mengecilkan sumbangsih seluruh lapisan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Herwina
"Pada kelompok remaja awal, strategi active coping, avoidance coping, emotion focused coping, acceptance coping, dan religious focused coping memberikan sumbangan yang signifikan terhadap tingkat stres. Strategi emotion focused coping memberikan sumbangan terbesar terhadap tingkat stres. Pada kelompok remaja madya, strategi active coping, avoidance coping, dan emotion focused coping, memberikan sumbangan yang signifikan terhadap tingkat styes. Strategi avoidance coping memberikan sumbangan terbesar terhadap tingkat stres. Ada perbedaan yang signifikan pada strategi active coping, avoidance coping, emotion focused coping, acceptance coping, dan religious focused coping dan tingkat stres antara remaja awal dan madya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Marcel
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan tingkah laku agresif siswa dalam tawuran sehubungan dengan bentuk konformitas acceptance dan compliance. Tema penelitian ini diangkat melihat kenyataan bahwa sampai saat ini tawuran masih menjadi fenomena yang meresahkan masyarakat, ditandai dengan meningkatnya kerugian yang diakibatkan oleh tawuran baik kerugian berupa materi, maupun jatuhnya korban jiwa, bertambahnya jumlah pelaku dan sekolah yang terlibat tawuran.
Tawuran adalah perkelahian masal yang merupakan perilaku kekerasan antar kelompok, oleh karena itu tingkah laku agresif siswa dalam tawuran dapat dikatakan sebagai hasil dan proses kelompok. Sementara menurut Myers (1996) pengaruh proses kelompok yang menghasilkan perubahan tingkah laku, keyakinan individu tidak sama pada masing-masing individu. Ada individu yang bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara individual ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Adapula individu yang perilaku maupun keyakinannya sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya. Dari sini kemudian peneliti menduga perbedaan pengaruh proses kelompok pada individu akan menghasilkan tingkah laku agresif yang berbeda pula.
Penelitlan ini menggunakan pendekatan kuantitatif, penarikan sampel tergolong ke dalam non probability sampling dengan teknik incidental. Subyek adalah siswa dari sekolah yang mempunyai frekuensi terlibat tawuran yang tinggi dengan jumlah subyek sebanyak 135 orang. Pengolahan data yang telah terkumpul menggunakan rumus t-test for independent sample dengan bantuan program SPSS for Windows release 9.0.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkah Iaku agresif siswa dalam tawuran sehubungan dengan bentuk konformitas acceptance dan compliance. Siswa yang menunjukkan konformitas acceptance memperlihatkan tingkah Iaku yang Iebih agresif dalam tawuran bila dibandingkan dengan siswa yang menunjukkan konformitas compliance. Hal Iain yang ditemukan sehubungan dengan penelitian ini adalah, siswa kelas satu dan kelas dua menunjukkan bentuk konformitas yang berbeda, sementara tingkah laku agresif siswa kelas satu dan kelas dua dalam tawuran cenderung sama. Selain itu ada perbedaan dalam bentuk konformitas pada kelompok siswa usia 16, 17, dan 18 tahun. Hal lain yang ditemukan adalah bahwa siswa wanita turut terlibat dalam tawuran, dimana mereka memperiihatkan tingkah Iaku agresif dalam tawuran yang cenderung rendah bila dibandingkan dengan kelompoknya.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dapat terjadi kemungkinan dikarenakan keberadaan siswa yang menunjukkan bentuk konformitas compliance hanya sekedar ingin dilihat bahwa mereka cukup solider dengan ikut tawuran, sedangkan siswa yang benar-benar meyakini norma yang terkait dengan tawuran (acceptance), lebih merasakan tawuran perlu dan merupakan keharusan sehingga mereka tidak segan-segan melukai lawan."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>