Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196880 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aristy Maydini
"Sampai saat ini, tidak ada media massa yang dapat disebut netral. Kenyataannya, sebagai sebuah industri media massa memiliki misi atau kepentingan tertentu, yang terkadang kepentingan media massa bisa sejalan dengan kepentingan publik sebagai khalayak dan terkadang pula kepentingan tersebut sama sekali berbeda bahkan bertolak belakang. Banyak faktor yang mempengaruhi surat kabar nasional dalam melakukan pemberitaan, salah satu faktor yang paling dominan adalah pengaruh pasar pembaca di Iuar faktor ideologi politik dan pasar iklan.
Penelitian ini berangkat dari prespektif Paradigma konstruktivisme memiliki asumsi ontologis, epistemologis, aksiologis dan metodologis, yang berbeda dari paradigma lain. Secara ontologis paradigma konstruktivisme merupakan relativism. Penggunaan analisis wacana dalam konteks paradigma konstruktivis dapat menggunakan analisis framing. Penelitian tentang wacana isu politik pada kampanye pernilu 2004 ini menggunakan paradigma konstruktivis karena wacana isu-isu politik merupakan proses framing dari sejumlah isu yang diangkat oleh media massa. Wacana isu-isu politik yang diangkat oleh masing-masing media berperan dalam memainkan debat publik.
Berdasarkan pada pengemasan pemberitaan baik secara tekstual maupun analisis framing terlihat bahwa pada kenyataannya hampir semua surat kabar (Kompas, Media Indonesia, Republika) memiliki agenda media masing-znasing. Dalam pemberitaan partai politik dalam kampanye pemilu 2004 ini, Kompas Iebih bersifat netral dalam penyajian berita-berita yang ditampilkan terhadap porsi parpol. Akan tetapi Kompas secara halus melakukan kritik terhadap peran parpol yang dianggap harus lebih bersikap etik. Pemberitaan yang dibuat juga cukup seimbang antara berita hard news dan follow up new, juga antara berita yang actual dengan berita yang tematik.
Pada Media Indonesia terlihat sedikit keberpihakan pada partai politik tertentu, mengingat secara organisasi Media Indonesia dimiliki oleh Surya Paloh yang pada waktu itu mengikuti Konvensi Partai Golkar dalam kerangka bursa calon presiden. Karena itu, tidak heran apabila beberapa berita yang dimunculkan menampakkan hal tersebut.
Demikian pula pada Republika, surat kabar ini dalam beberapa penggal beritanya sempat tai npak bahwa kalau Koran ini mendiskriditkan salah satu partai politik (Golkar). Namun, dari sudut penyajian berita, berita yang disajikan lebih bersifat menonjolkan upaya perbaikan atas seluruh parpol yang ikut dalam pemilu 2004. Meskipun berita yang disajikan tetap menjaga kaidah dan aturan yang berlaku dalam dunia jurnalistik.
Berdasarkan gambaran di atas sebenarnya kerangka yang dibangun oleh ketiga surat kabar nasional tersebut dalam pemberitaan partai politik lebih mebekankan pada dua isyu utama. Yaitu isyu tentang peran partai politik dan pemilu 2004, Berta persoalan kampanye pemilu 2004 yang di dalamnya sudah pasti melibatkan partai politik. Dua buah isyu utama ini digambarkan dalam pemberitaannya dengan secara utuh tentunya dengan gaya penulisan yang menjadi ciri dari masing-masing surat kabar. Paling tidak gambaran yang dapat dijelaskan adalah bahwa surat kabar ini mempunyai agenda sendiri yang dalam arti tertentu berbeda dengan agenda yang diinginkan oleh khalayak. Kewajiban khalayak adalah membaca teks media dengan cerdas sehingga mampu menangkap makna yang terkandung di balik sebuah berita."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Andayani
"Tayangan iklan politik televisi di Indonesia merupakan fenomena baru sejak ORBA digantikan oleh Orde Reformasi.. Di negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat misalnya sebagai pelopor iklan politik di televisi. perkembangan iklan politik dapat dilihat berdasarkan periode kelahirannya, Di awal dekade kelahirannya di tahun 1952 misalnya iklannya umumnya cenderung bercirikan bermerek iklan isu, menggunakan daya tarik (appeal s) emosional, dan berpendekatan negatif.
Penelitian ini pun ingin melihat bagaimana kecenderungan iklan politik di televisi Indonesia di awal periode kelahirannya? Juga perbandingan isi iklan politik dari ketiga partai politik yang memperoleh suara terbesar pada Pemilu 1999, yaitu iklan PDI Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Kebangkitan Bangsa berdasarkan kategori isi iklan, strategi iklan, dan teknik iklannya.
Sampel penelitian ini menggunakan rekaman semua tayangan iklan politik dari ketiga partai politik yaitu berjumlah sebesar 30 spot. terdiri dari 9 spot iklan PDIP, 14 spot iklan Partai Golkar, dan 7 spot iklan PKB, dengan menggunakan metode deskriptif dan teknik penelitian analisis isi (content analysis).
Dari temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara umum iklan politik di televisi Indonesia (a) berdasarkan kategori isi iklannya cenderung berbentuk iklan slogan, berdaya tarik emosional, dan dengan pendekatan positif - meski iklan dengan pendekatan negatif pun banyak jumlahnya; (b) Dan dari kategori strategi iklannya -baik pada partai yang berposisi sebagai partai yang berkuasa maupun partai penantang -sama-sama banyak menggunakan aspek-aspek- strategi penguasa ketimbang aspek-aspek strategi penantang. Aspek strategi penguasa yang banyak digunakan adalah strategi mengandalkan jabatan seseorang di dalam penyampaian pesan iklan, dan strategi menggunakan wakil partai yang biasanya bertokoh rakyat atau orang yang tak terkenal, Dan (c) dari kategori teknik iklannya. Iklan politik di televisi banyak mengandalkan seting informal. dengan teknik kombinasi--, yaitu kombinasi dari cinemayertte dan man-in-the-street. man-in-the-street dengan talking-head. dan kombinasi dari documentacy, head-on. serta testimonial.
Sedangkan dari (2) perbandingan isi iklan politik ketiga partai yang memperoleh suara terbesar dalam pemilu 1999 yaitu iklan PD1 Perjuangan, Partai Golkar, dan PKB berdasarkan kategori isi iklan. strategi iklan. dan teknik iklannya adalah sebagai berikut. Berdasarkan kategori isi iklannya iklan PDIP cenderung berbentuk iklan isu. dengan menggunakan daya tarik kombinasi yang seimbang antara daya tarik logis, emosional, dan etis, namun iklannya cenderung berpendekatan negatif Sedangkan iklan Partai Golkar dan PKB sama-sama banyak berbentuk iklan slogan dan citra, berdaya tarik emosional dan etis, serta cenderung berpendekatan positif.
Dari strategi iklannva yang digunakan. ketiga partai tersebut sama-sama banyak menggunakan aspek-aspek pada strategi penguasa. Pada iklan PDIP dan PKB banyak digunakan aspek strategi penggunaan jabatan seseorang di dalam penyampaian pesan iklannya. Sedangkan pada iklan Partai .Golkar menggunakan aspek strategi perwakilan dalam penyampaian pesan iklan dengan menggunakan tokoh rakyat atau pun orang tak dikenal.
Dan dari teknik iklannya, baik PDIP maupun Partai Golkar mengandalkan seting informal, sedangkan iklan PKB kombinasi antara seting formal dan informal. Dan dari teknik filmnya iklan PDIP lebih banyak menggunakan teknik film kombinasi antara manin-the-street dan talking-head, sementara iklan Partai Golkar kombinasi dari cinema-cerite dan man-in-the-street, dan iklan PKB kombinasi antara documentary, head-on, serta testimonial.
Jika iklan politik diyakini dapat berpengaruh pada perolehan suara partai politik, maka studi mengenai isi iklan politik di televisi menjadilah penting. Tak mustahil sebuah kemenangan itu bermuara dari perencanaan komunikasi yang baik melalui bentuk periklanan politik. Dalam kerangka berpikir seperti itulah tesis ini dibuat.

The show of television political advertisement in Indonesia is a new phenomena after ()RBA has been replaced by new Orde Reformasi. In western countries, such as United States which serve as pioneer political advertisement in television_ development of political advertisement can be seen through its birth. In the early period of the 1952 the advertisement tend to have issue advertisement form, using emotional appeals and negative approach.
This research want to study how political advertisement tendency in television during its birth. In addition, we also want to see the comparrison of the three political parties showing highest votes in 1999 General .Election, namely advertisement of POI Perjuangan, Partai Golkar, and Partai Kebangkitan Bangsa based on advertisement content category, advertisement strategy, and advertisement technique.
Research sample used recording of all political advertisement shows from the three political parties, amounting thirty spots, with consist of 9 spot PDIP, 14 Partai Golkar, and 7 spot PKB advertisement by using the descriptive matter and content analysis.
The research resulted shows (1) in general political advertisement in Indonesian television, based on advertisement content tend to for slogan advertisement, emotional appeals, and with positive approach. From other strategic category, wither for powerful or opposing parties both used more aspect of incumbent strategies than through opposing strategies, Aspect of incumbent strategies with is used more is strategy using, authority profesion conducting advertisement messages and strategies using party representatives which normally function as command unknown people. The last one is category for advertisement technique and where political advertisement in television used many informal setting with combination documentary, head-on, and testimonial.
From the point of comparison for political advertisement the three parties showing highest votes in 1999 General Election, namely advertisement of PDIP. Partai Golkar, and PKB based on advertisement content, ad strategy, and other technique are as follow based on advertisement content category, PDIP advertisement tend to form issue advertisement, using combine appeals with is balance between logical, emotional, and ethical appeals. Even through the advertisement tend to have negative approach. For Partai Golkar and PKB however they have more slogan advertisement, image advertisement, emotional and ethical appeals and have positive approach.
From the point of advertisement strategies. the three parties used more or less the same aspect of incumbent strategies. In PDIP and PKB advertisement they used many aspect of incumbent profession in conducting its message, Partai Golkar used aspect of representatives strategies in conducting its messages by using common or unknown and unfamous man.
From advertisement technique both PDIP and Partai Golkar used informal setting, while PKB used combined advertisement between formal and informal setting. From film technique, PDIP advertisement between Cinme-verite, Man-in-the street, and PKB used combined advertisement among documentary, head-on, and testimonial.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbo Tinarbuko
Yogyakarta: Jalasutra, 2009
659.1 SUM i (1);659.1 SUM i (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnina Sekar Segari
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai bagaimana tiga surat kabar nasional, Kompas, Media
Indonesia dan Koran Sindo memberitakan Partai Nasdem sebagai partai politik baru
dalam masa kampanye Pileg 2014. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
metode analisis framing mengunakan model Gamson dan Modigliani. Hasil penelitian
ini menemukan adanya agenda yang berbeda dari masing-masing surat kabar dalam
memberitakan Partai Nasdem. Setiap media mengkonstruksi isu yang sama dengan
cara yang berbeda, untuk mendukung ide dasar mereka. Selain itu, hasil penelitian juga
menyimpulkan adanya keberpihakan media yang terafiliasi dengan Partai Nasdem
dalam memberitakan partai tersebut.

ABSTRACT
This thesis discussed how three national daily in Indonesia, Kompas, Media Indonesia,
and Koran Sindo covered Partai Nasdem as new political party contesting in 2014
legislative election campaign. This research is a qualitative research that using framing
analysis model from Gamson & Modigliani. In this research, researcher found that
each media has their different agenda in covering Partai Nasdem. Each media
contructed the same issue with different ways that support their big idea about Partai
Nasdem. This research also concludes that media who has affliation with political
party, tends to support the political party they affiliated with"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basrie
"Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh iklan politik di televisi (paid televised political commercials) yang ditayangkan pasangan kandidat Megawati - Hasyim terhadap perilaku memilih bagi warga di Kelurahan Kebagusan, Kecamatan pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini adalah dapat mendapatkan gambaran tentang pengaruh iklan politik di televisi terhadap perilaku pemilih di kelurahan tersebut pada Pilpres 2004 sekaligus mengidentifikasi faktor-faktor lain yang menyebabkan iklan-iklan itu berpengaruh atau tidak.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai demokrasi, demokratisasi, perilaku memilih, komunikasi politik, kampanye politik, dan iklan politik. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut dilakukan pembagian kuesioner yang disertai wawancara. Penetapan responden (n=100) ditentukan melalui teknik sampling random terbatas dan penelitian ini bersifat analitis kuantitatif.
Dan penelitian ini ditemukan bahwa iklan politik kandidat presiden di televisi ikut mempengaruhi perilaku pemilih di Kelurahan Kebagusan, dan iklan politik pasangan kandidat Megawati - Hasyim tidak mampu mempengaruhi perilaku pemilih di kawasan tersebut karena beberapa faktor.
Faktor utama yang menyebabkan iklan Megawati - Hasyim tidak mampu mempengaruhi perilaku memilih warga adalah citra Megawati yang dianggap kurang mampu dalam memimpin negara dan keberadaan Megawati di Kebagusan yang tidak memberi manfaat maupun perubahan positif kepada warga. Padahal, Megawati mendapat dukungan yang cukup besar dari tetangganya tersebut pada Pemilu sebelumnya (1999).
Implikasi teoritisnya adalah bahwa iklan politik di televisi bukan satu-satunya faktor yang dengan serta-merta mampu mempengaruhi perilaku memilih bagi pemilih di Kelurahan Kebagusan pada Pilpres 2004. Masih ada beberapa faktor lainnya yang ikut merniliki andil dalam mempengaruhi pilihan politik masayarakat Kebagusan, terutama citra maupun reputasi kandidat presiden dan pasangannya.

General election is convinced as the most democratic mechanism to select political elite. Base on that assumption, the realization of presidential election in 2004 which Indonesian citizen can decide their own president and vice president directly for the first time not only became the most important documentation of general elections in Indonesia, but also recorded as a golden episode of the democratization process in this country.
One of the most important parts of the process in the direct presidential election in 2004 is the permission for all of the candidates to do political campaign in any commercial advertisement in television (paid televised political commercials) to influence voting behavior. It seems expensive regarding to the campaign budget; however the effectiveness of a paid televised political commercial has been proven in convincing voting behavior and win the election in several countries, especially in the United States of America.
This research aims to get a description of the influence of paid televised political commercials which is showed by Megawati Soekamoputri and Hasyim Muzadi as a pair to induce voting behavior in Kebagusan Township, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. The research question of the research is how do the paid televised political commercials displayed by the candidates influence the people's of Kebagusan choices in the presidential election in 2004. Independent variable of in this research is political advertisement of Megawati and Hasyim in television in the campaign period in the election. The dependent variable is voting behavior of the people of Kebagusan Township in the same election.
The research is used theories of democracy, democratization, voting behavior, political communication, political campaign, and political advertisement. To answer the research question, a field research is done by asking some respondents with questionnaire and followed by depth interview. The respondent is determined by limited random sampling and the research is classified as quantitative analyses.
The conclusion of the research is that there is no significant correlation between political advertisement of Megawati and Hasyim with voting behavior of Kebagusan people. The stigma of Megawati's disability as a political leader and their neighbor, and the willing of significant transformation made the political advertisement of the pair candidates in television meaningless for the voters in the township.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarya Wiguna
"Kemenangan Partai Demokrat meraih 20,85 persen suara dalam Pemilu Legislatif 2009, banyak ditopang iklan politik yang ditayangkan secam massive di media televisi. Kendati begitu iklan politik Partai Demokmt tak luput dari krisis erika.
Krisis etika dimaksud adalah buying acces to voters, lcbih mengedepankan citra daripada isu, penyederhanaan logika politik, dan penyembunyian informasi yang sebenarnya. Kzisis etika yang muncul dalam iklan politik Partai Demolcrat dipastikan akan berakibat pada teijadinya penyimpangan proses demokratisasi, memunculkan deviasi dalam distribusi infonnasi politik, dan pendidikan politik, serta membangkitkan sinisme publik.
Kata kunci : Krisis etika iklan politik, sinismc publik, buying acces to voters."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33888
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asaf Antariksa Riyanto
"Tesis ini ingin mengetahui sejauh mana iklan politik partai pada pemilu legislative 2014 berperan sebagai ruang publik pemilu. Dalam hal ini akan dibahas bagaimana struktur kepemilikan televisi dan iklan politik komersial televisi berpengaruh terhadap pembentukan ruang publik pemilu. Tesis ini menggunakan konsep ruang publik dan analisis diskursus menurut teori tindakan komunikasi Habermas, serta pendekatan ekonomi politik komunikasi untuk mengetahui faktor-faktor struktural yang mempengaruhi ruang publik pemilu.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa iklan politik partai pada pemilu legislatif gagal untuk membangun ruang publik pemilu karena didominasi oleh iklan pencitraan, adanya komersialisasi iklan politik dan konsentrasi kepemilikan media. Kelemahan dibidang peraturan hukum dan penegakan hukum terkait dengan penyelenggaraan pemilu ikut menyumbang bagi kemungkinan terjadinya praktik keberpihakan politik media. Dalam hal ini telah terjadi kolonisasi ruang publik pemilu oleh koalisi antara elit politik dan elit media untuk kepentingan politik mereka. Media penyiaran telah gagal berperan sebagai ruang publik untuk membangun demokrasi Indonesia yang berkualitas.

This thesis discusses the political discourse on party political advertising in the 2014 legislative election, to determine wheter the party political advertising can function as a public sphere of election according Habermas’s conception. In addition, it also discusses how the ownership structure of commercial television and commercial political advertising will influence the public sphere of election. The methodology in this thesis uses the concept of public sphere and discourse analysis according to Habermas's theory of communication action, as well as the political economy of communication approach to determine the structural factors that influence the public sphere of election.
The results of this study stated that the party political advertising in legislative election dominated by advertising imagery that failed to build a public sphere of election. Furthermore, the commercialization of political advertising and concentration of media ownership has resulted media bias to a particular political party. Weakness in the field of rule of law and law enforcement related to the election contributed to the political bias of media practices. In this case there has been a colonization of public sphere in the legislative election by a coalition between the party political elite and the media elite for their political interests. Broadcast media have failed to act as a public sphere to build the quality of democracy in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Haryo Puja Siswono
"Tesis ini membahas bagaimana brand Partai Politik (yang diadaptasi dari brand korporasi) ditampilkan di 2 (dua) media massa, yaitu portal berita daring medcom.id dan liputan6.com pada Periode Kampanye Pemilu Serentak 2019. Analisis framing juga dilakukan untuk melihat bagaimana masing-masing portal berita membingkai pemberitaan mengenai Partai NasDem. Secara deskriptif brand Partai NasDem yang muncul pada medcom.id adalah sebanyak 238 (dua ratus tiga puluh delapan) yang didominasi oleh pemberitaan dengan tone positif dan tidak ada satupun pemberitaan dengan tone negatif (no negative news). Lebih lanjut, melalui penelitian ini terlihat medcom.id menjalankan peran layaknya corong kehumasan (PR Stories) bagi brand Partai NasDem. Di sisi lain, secara deskriptif brand Partai NasDem yang muncul pada liputan6.com ternyata juga didominasi oleh pemberitaan dengan tone positif namun masih memiliki 1 (satu) pemberitaan dengan tone negatif (some negative news). Liputan6.com dalam memberitakan brand Partai NasDem cenderung mengabarkan berdasarkan peristiwa (event-based) yang terjadi. Sementara terkait tokoh sebagai sub-brand yang dijadikan kutipan sumber dalam berita, baik medcom.id maupun liputan6.com menempatkan tokoh yang sama pada posisi 3 (tiga) teratas, yaitu Surya Paloh, Johnny Plate, dan Willy Aditya. Analisis framing model Pan & Kosicki yang dilakukan menunjukkan bahwa pada Artikel 1 mengenai laporan Rizal Ramli terhadap Surya Paloh, perbedaan framing sangat mencolok (salient) mengingat isu tersebut mengancam reputasi Partai NasDem. Medcom.id membingkai artikelnya dengan sangat kental menggunakan perspektif Partai NasDem, sementara liputan6.com cenderung hanya sekadar mengabarkan fakta/peristiwa. Selanjutnya, pada Artikel 2 mengenai pertemuan pejabat KPK dengan pengurus Partai NasDem, perbedaan framing juga cukup mencolok (salient) bagaimana medcom.id seolah-olah ingin menyampaikan bahwa kedatangan KPK adalah khusus untuk menjaga kualitas pemimpin dari Partai NasDem, sementara liputan6.com secara umum menyampaikan kedatangan KPK adalah untuk membahas agenda pemberantasan korupsi. Terakhir, pada Artikel 3 mengenai pujian Ketua DPR, Bambang Soesatyo, dalam acara Konsolidasi dan Perayaan HUT Ke-4 Fraksi NasDem, tidak ada perbedaan yang signifikan antara medcom.id dan liputan6.com dalam membingkai (framing) artikel berita tersebut.

This thesis discusses how Brand of Political Party (which adapted from corporate brand) is displayed in 2 (two) mass media, namely the online news portal medcom.id and liputan6.com during the 2019 Simultaneous Election Campaign Period. Framing analysis is also carried out to see how each news portal framed the news coverage about Partai NasDem. Descriptively, the brand of Partai NasDem that appeared on medcom.id was 238 (two hundred and thirty-eight) dominated by news with a positive tone and no news with a negative tone. Furthermore, through this research, it is seen that medcom.id plays a role more like to tell PR Stories for the Partai NasDem’s brand. On the other hand, Partai NasDem’s brand that appeared on liputan6.com was 81 (eighty one) news coverage and also dominated by news with a positive tone but still had 1 (one) news with a negative tone (some negative news). Liputan6.com in reporting the Partai NasDem’s brand tends to report based on events (event-based). Meanwhile, regarding the political figure as a sub-brand that is used as a source quote in the news coverage, both medcom.id and liputan6.com placed the same political figures in the top 3 (three), namely Surya Paloh, Johnny Plate, and Willy Aditya. Based on the results of the Pan & Kosicki model of framing analysis, the research findings show that in Article 1 regarding Rizal Ramli's report on Surya Paloh, the difference in framing is highly salient considering that the issue threatens Partai NasDem’s brand reputation. Medcom.id frames its articles very strongly using the Partai NasDem’s perspective, while liputan6.com tends to just report the fact/event as it is. Furthermore, in Article 2 regarding the meeting of KPK officials with the Partai NasDem’s management, the difference in framing is quite salient how medcom.id seems want to convey that the KPK's arrival is specifically to maintain the quality of leaders from Partai NasDem, while liputan6.com conveys that the KPK's arrival is generally to discuss the anti-corruption agenda. Finally, in Article 3 regarding the praise of the Speaker of the House of Parliament (DPR), Bambang Soesatyo, in the Consolidation and Celebration of the 4th Anniversary of the NasDem Faction (Fraksi NasDem), there is no significant difference between medcom.id and liputan6.com in framing the news article."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efri Risasila Putri
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana bentuk pemberitaan harian Media Indonesia dengan fokus penelitian dari awal tahun 2011 hingga Maret 2012, penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana sebuah surat kabar yang dimiliki oleh seorang tokoh politik dalam memberitakan pemberitaan yang terkait dengan isu politik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain eksplanatif. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan pers yang dimiliki oleh seorang aktor politik memiliki kesulitan yang lebih besar dalam menyajikan sebuah berita agar tidak terkesan sebagai media massa yang memiliki keberpihakan, begitu pula dengan Media Indonesia yang merupakan salah satu media massa yang dimiliki oleh aktor politik, harus lebih berhati-hati dalam membentuk pemberitaan dalam surat kabarnya.

This research discusses about the news form of the daily Media Indonesia, with the focus of research from early 2011 until March 2012, the research was done to see how a newspaper owned by a political figure in reporting was related to political issues. This research is a qualitative research with explanative way. The results of this research concluded that the press is owned by a political actor has greater difficulty in presenting a news that unimpressed the mass media has a bias, as well as, the Media Indonesia, which is one of the mass media owned by political actors, should be more careful in shaping the news in the newspaper."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Fauzi Djamal
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi maraknya penggunaan iklan oleh partai politik selama kampaye pemilu sehingga menimbulkan ketertarikan untuk meneliti bagaimana pengaruh kredibilitas iklan partai politik di kalangan pemilih pemula. Dengan berlandaskan pada teori elaboration likelihood model (ELM), penelitian ini mengidentifikasi empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kredibilitas iklan partai politik: kualitas argumen, kredibilitas sumber, konsistensi pesan, dan keberpihakan pesan, serta perbedaan tingkat penerimaan dan kemampuan menerima pesan.
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei terhadap 217 responden yang berasal dari kalangan mahasiswa tingkat pertama untuk menguji model penelitian.
Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa kualitas argumen sebagai jalur sentral menjadi faktor yang mempengaruhi kredibilitas iklan partai politik. Responden menggunakan jalur periferal seperti kredibilitas sumber, konsistensi pesan, dan keberpihakan pesan.

ABSTRACT
This research based on the use of political advertisement during election campaign. Drawing on the elaboration likelihood model (ELM), this study examines four information cues used to evaluate the credibility of online reviews: argument quality, source credibility, review consistency, and review sidedness, under different levels of involvement and expertise. We conducted on the online survey that involved elementary election. Consistent with previous research, the result reveal that argument quality, a central cue, was the primary factor affecting review credibility, participants also relied on peripheral cues such as source credibility, review consistency, and review sidedness when evaluating political advertisement"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>