Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119484 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herman Hartoyo
"Industri penerbangan adalah industri yang sarat dengan teknologi canggih, dimana dengan tingkat kemajuan teknologi yang demikian-pesatnya, maka tingkat obsolesence peralatan yang digunakan menjadi tinggi. Oleh karena itu untuk bisa tetap survive dalam persaingan yang begitu ketat, maka perusahaan penerbangan harus terus menerus mengikti kemajuan teknologi dirgantara yang begitu pesat. Untuk itu dibutuhkan modal yang cukup besar dalam investasi pesawat terbang maupun peralatan lain yang digunakan agar pesawat terbang tetap bisa "up to date" sesuai dengan selera konsumen. Dalam hal ini modal yang diperlukan untuk investasi pesawat terbang bisa berasal dari pinjaman [debt] atau bisa berasal dari modal saham [equity]. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui struktur modal dari industri penerbangan Indonesia dewasa ini dan kecenderungan dari perusahaan-perusahaan penerbangan di Indonesia dalam mendapatkan modal untuk membiayai investasinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan penerbangan di Indonesia lebih cenderung menggunakan modal yang berasal dari pinjaman [debt] dalam pembiayaan investasinya, padahal belum tentu menguntungkan, dimana dalam penelitian ini bisa dibuktikan bahwa industri penerbangan di Indonesia rata-rata menggunakan modal pinjaman yang cukup besar, sehingga leverage rationya jauh melampaui leverage ratio industri penerbangan yang optimal. Hal ini akan mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang [WACC] industri penerbangan Indonesia akan lebih tinggi dari biaya modal rata-rata tertimbang industri penerbangan yang optimal, sehingga market value of the firm rata-rata industri penerbangan Indonesia menjadi lebih rendah dari nilai optimalnya. Hal ini berarti bahwa industri penerbangan di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk menjadi industri yang berpotensi "biaya tinggi".
Sebenarnya struktur modal optimal bisa dijadikan patokan untuk pembiayaan investasi, dimana apabila struktur modal belum mencapai nilai optimal seharusnya pembiayaan investasi menggunakan modal yang berasal dari pinjaman [debt] tetapi apabila struktur modal sudah lebih besar dari nilai optimalnya maka seharusnya pembiayaan investasi menggunakan modal saham [equity]. Dengan demikian mulai sekarang sudah seharusnya mulai dipikirkan alternatif pembiayaan investasi melalui "go public" dipasar modal dimana sampai saat ini belum satupun perusahaan penerbangan di Indonesia yang "go public"."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawati
"Penelitian ini merupakan studi empiris tentang struktur modal pada perusahaan yang go public di Indonesia. Penelitian dilakukan pada saham yang sudah terdaftar terus menerus di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan mengambil sampel 81 perusahaan, yang dikelompokkan dalam 3 kelompok industri selama 5 tahun, yaitu dan tahun 1990 sampai dengan tahun 1994. Tiga kelompok industri tersebut adalah industri pabrikasi, industri real estat & properti dan industri hotel & travel.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana rata-rata struktur modal (Debt Fequity ratio / DER dan Debt Assets Ratio / DAR) dari ketiga industri tersebut di Indonesia dan perbedaannya antar industri.
Selanjutnya, mengacu pada dua hal yang dipertimbangkan oleh para investor dalam melakukan investasi, yaitu resiko dan return, maka diteliti pula pengaruh faktor resiko yang ada terhadap struktur modal. Faktor resiko pertama yang diuji adalah perubahan nilai perusahaan, yang berkaitan erat dengan probabilita terjadinya biaya kebangkrutan. Dalam penelitian ini, volatility of earning digunakan sebagai proksi perubahan nilai perusahaan.
Faktor resiko kedua yang diuji adalah resiko yang tidak dapat dieliminasi dengan kombinasi portfolio saham, yaitu systematic risk. Proksi yang digunakan adalah beta saham. Beta saham dihitung dengan menggunakan pendekatan Aggregated Coefficients Method Market Model (AC Method-Market Model), diinana model ini menurut penelitian para ahli dianggap tepat untuk pasar yang masih rendah frekwensi perdagangannya (infrequent trading) dan banyak saham yang tidak aktif diperdagangkan di pasar, seperti pada periode sampel penelitian ini. Terakhir, dilihat pula pengaruh struktur modal terhadap return saham.
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata struktur modal industri tahun 1990-1994 adalah DER sebesar 1,2189 dan DAR sebesar 0,4788. Dan ketiga industri yang diteliti rata-rata struktur modal tertinggi ada pada industri real estat & properti (DER=1,4708 dan DAR=0,5296), kemudian industri pabrikasi dengan DER=1,2130 dan DAR=0,4825, disusul dengan yang terendah pada industri hotel & travel (DER=0,8393 dan DAR=0,3594).
Uji beda rata-rata DER tiap dua tahunan untuk seluruh industri menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata struktur modal tiap industri pada tahun 1990 dengan tahun-tahun selanjutnya. Tidak signifikannya perbedaan rata-rata DER tersebut terlihat pada keseluruhan uji beda tiap industri maupun industri keseluruhan dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1994.
Sedangkan uji beda rata-rata DAR seluruh industri menunjukkan ada perbedaan rata-rata struktur modal pada tahun 1990 dengan tahun-tahun selanjutnya, sedangkan tahun 1991 sampai tahun 1994 tidak berbeda. Terlihat dari signifikasi hasil uji beda industri keseluruhan pada tahun 1990 dengan tahun 1992 (t=-2,9069) dan hasil uji beda tahun 1990 dengan tahun 1994 (t=-2,4701). Hal ini dikarenakan perbedaan yang signifikan terjadi pada industri pabrikasi.
Hasil analisis Marian terhadap rata-rata DER terlihat sangat signifikan (F=19,146), berarti adanya perbedaan rata-rata struktur modal antar ketiga industri. Demikian juga pengujian ANOVA terhadap rata-rata DAR menunjukkan hasil yang sangat signifikan (F=53,075), yang mengartikan pula adanya perbedaan rata-rata struktur modal antar industri.
Pengujian regresi volatility of earnings terhadap DER sebagai struktur modal terlihat tidak signifikan (t=-0,866), demikian pula hasil regresi volatility of earnings terhadap DAR (t=-1,143). Hal tersebut membuktikan bahwa volatility of earnings tidak berpengaruh terhadap DER maupun DAR, sebagai proksi dart struktur modal.
Regresi systematic risk terhadap struktur modal, baik DER (t=0,629) maupun DAR (t=0,303) menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Berarti hasil regresi tersebut tidak membuktikan systematic risk berpengaruh positif terhadap struktur modal di Indonesia.
Pengujian regresi terakhir untuk membuktikan pengaruh struktur modal terhadap return saham juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan, baik dengan DER (t=-0,422) maupun DAR (t=-0,340) sebagai proksi struktur modal. Dengan demikian hasil regresi tersebut juga tidak mendukung adanya penganih struktur modal terhadap return saham."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendry Sugianto
"Tesis ini membahas determinan struktur modal secara teori dan empiris pada perusahaan manufaktur Indonesia dengan fokus pada teori pecking-order. Tujuan utama penelitian ini adalah mengidentifikasi apakah determinan struktur modal perusahaan manufaktur Indonesia mampu dijelaskan oleh teori pecking-order. Analisis dilakukan pada book leverage perusahaan manufaktur Indonesia dengan sampel 92 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007 hingga 2011 dengan menggunakan analisis data panel. Penelitian ini menemukan bahwa size, profitability dan free cash flow berpengaruh negatif terhadap leverage, sedangkan growth dan tangibility berpengaruh positif terhadap leverage. Non debt tax shield dan risk ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap leverage namun bernilai negatif. Variabel funding-gap sebagai unsur hirarki pendanaan perusahaan terbukti memberikan pengaruh negatif signifikan sehingga mendukung ekspektasi teori pecking-order di dalam struktur modal. Pada semua uji juga membuktikan bahwa hutang masa lampau mempengaruhi hutang saat ini yang ditandai dengan time-lag, sehingga terbukti adanya pengaturan dinamis pada hutang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa determinan struktur modal perusahaan manufaktur Indonesia dapat dijelaskan oleh teori pecking-order.

This thesis explores the determinants of capital structure theory and empirical in Indonesian manufacturing company with a focus on the pecking order theory. The main purpose of this study is to identify the determinants of capital structure in Indonesian manufacturing company which can be explained by the pecking order theory. Analysis was performed on book leverage manufacturing company in Indonesia with a sample of 92 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2007 to 2011 using panel data analysis. This study found that size, profitability and free cash flow have negative effect on leverage, while growth and tangibility have positive effect on leverage. Besides, non debt tax shield and risk have not significant influence, but in accordance with the pecking order theory has a same result which is negative. Analysis of funding-gap variable as an element of corporate financing hierarchy in pecking order theory which proved has a negative effect in the capital structure of Indonesian manufacturing firms. All test also prove that the debt of the current debt is affected by past debt which is characterized by time-lag, so it proved a dynamic setting in leverage. Based on these results, it can be concluded that the determinants of capital structure of Indonesian manufacturing firms can be explained by the pecking- order theory."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T34626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saffana Putri Andriana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor industri terhadap struktur modal pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2017-2021. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 273 perusahaan dengan total observasi sebesar 1615 firm-year. Penelitian ini terdiri dari struktur modal sebagai variabel dependennya, dan industry competitiveness, industry munificence, serta industry dynamism sebagai variabel independen. Hasil penelitian menemukan adanya pengaruh signifikan negatif dari industry competitiveness dan industry dynamism terhadap struktur modal. Sedangkan, untuk industry munificence ditemukan adanya pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap struktur modal.

This study aims to determine the effect of industry-specific factors on capital structure in non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the 2017-2021 period. The research sample used in this study was 273 companies with a total observation of 1615 firm-year. This study consists of capital structure as the dependent variable, and industry competitiveness, industry munificence, and industry dynamism as independent variables. The result found that there is a negative significant effect of industry competitiveness and industry dynamism on capital structure. Meanwhile, for industry munificence, there is a negative but insignificant influence on capital structure."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarjono
"Pada dasarnya pokok pembahasan yang menjadi fokus perhatian dalam tesis ini adalah masalah struktur modal, dengan objek penelitian 10 (sepuluh) perusahaan di luar lembaga keuangan yang telah terdaftar sejak tahun 1983 di Bursa Efek Jakarta. Tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini adalah untuk melihat dan mengetahui apakah kebijaksanaan struktur modal (leverage) yang diterapkan telah mencapai optimal guna memaksimumkan hasil pengembalian bagi pemilik perusahaan (rentabilitas modal sendiri), atau belum mencapai optimal di mana perusahaan masih dapat menambah leverage (hutang) untuk meningkatkan hasil pengembalian pemilik perusahaan. Selain itu studi ini juga bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi leverage atau struktur modal perusahaan.
Analisa diawali dengan meneliti besarnya leverage dan rentabilitas modal sendiri tiap perusahaan pada setiap periode observasi dan menentukan leverage optimal yang memaksimumkan rentabilitas modal sendiri melalui model hubungan rentabilitas dan leverage, kemudian membandingkannya. Hasil pembandingan dan pengujian dengan menggunakan metode statistik terbukti bahwa leverage dan rentabilitas modal sendiri yang nyata dari perusahaan-perusahaan yang diteliti berada di bawah atau lebih kecil dari leverage optimal yang memaksimumkan rentabilitas modal sendiri yang dapat dicapai perusahaan pada periode yang bersangkutan. Dengan demikian terbukti bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi objek penelitian sebenarnya masih dapat menambah hutang untuk meningkatkan hasil bagi para pemegang saham.
Lebih lanjut kemudian dilakukan perkajian terhadap hubungan antara leverage dengan beberapa faktor yang diduga mempengaruhinya yaitu tingkat penjualan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas. Hubungan ini ditelaah dengan menggunakan metode regresi linier berganda yang disertai dengan pengujian dan koreksi asumsi dasar klasik autokorelasi, heteroskedastis dan multikolinieritas, serta uji t dan uji F statistik. Hasil pengujian ini memperlihatkan bahwa di antara ke empat faktor yang diduga mempengaruhi leverage, hanya profitabilitas yang terbukti dengan signifikan mempengaruhi tingkat leverage, sedangkan faktor-faktor lain seperti penjualan, struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan memperlihatkan pengaruh yang tidak signifikan. Hal ini memberi indikasi bahwa selain penjualan saham di pasar modal, laba ditahan (retensi laba) merupakan sumber modal yang terpenting bagi perusahaan.
Kedua kesimpulan mengenai hasil penelitian ini memberi kesan bahwa perusahaan-perusahaan yang diteliti umumnya cenderung menghindari risiko dalam memenuhi kebutuhan dana."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abram Riccardo Hasiholan S.
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari tahu faktor penentu struktur modal dari data keuangan internal perusahaan yang dapat diperoleh secara umum meliputi rentang waktu 2012-2018. Variabel yang mewakili faktor penentu struktur modal pada penelitian ini adalah market to book ratio (MB), tangibilitas (TANG), profitabilitas (PROF), ukuran perusahaan (SIZE). Pengujian dilakukan dengan model regresi panel data dengan metode efek tetap dengan teknik Generalized Least Square (GLS). Hasil regresi yang telah dilakukan menemukan bahwa variabel MB dan PROF berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage. Selanjutnya variabel TANG berpengaruh positif signifikan terhadap variabel leverage, sedangkan variabel SIZE memiliki hasil uji yang bervariasi sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan.

This study has a purpose of finding out factors that decide future capital structure from internal financial reports that can be received generally in the range of time between 2012-2018. Variables that represent future capital structure decision in this study are market to book ratio (MB), tangibility (TANG), profitability (PROF), size (SIZE). Tests are applied with panel data regression with fixed effect model – generalized least square technique. Regression results show that variables like MB and PROF is negatively significant to affect leverage. Next, TANG variable is positively significant to affect leverage, meanwhile SIZE variable has variated results, thus future findings are required to make a conclusion."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Wahyu Hidayati
"Struktur modal yang optimal telah menjadi perdebatan dalam banyak studi pustaka. Bagaimanapun, tidak ada satu pun teori yang dapat menjelaskan struktur modal yang optimal pada kondisi yang umum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang memengaruhi struktur modal pada perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini difokuskan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2001-2004. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi tipe cross section dan melakukan obsevasi 94 perusahaan. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple regression. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari empat variabel yang diajukan dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan penjualan, profitabilitas, pertumbuhan total aktiva dan kepemilikan saham manajerial hanya variabel profitabilitas, pertumbuhan total aktiva dan kepemilikan saham manajerial saja yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal atau leverage dimana profitabilitas berpengaruh negatif sedangkan pertumbuhan total aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil ini juga menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal atau debt ratio.
Hasil ini mencerminkan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen mungkin dapat digunakan untuk memperkecil konflik keagenan. Adanya interaksi antara variabel dummy (kepemilikan saham manajerial) dengan variabel babas lainnya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Sehingga dapat diartikan adanya derajat kepemilikan saham manajerial tidak memberikan pengaruh terhadap hubungan antara pertumbuhan penjualan, profitabilitas dan pertumbuhan total aktiva dengan struktur modal.

Optimal capital structure or leverage has been extensively debated in the literatures. However, there is no theory which can explain optimal leverage satisfactorily in general condition. This research attempt to investigate factor-factor that influenced leverage on companies listed in Bursa Efek Jakarta.
The research is focused on companies listed in Bursa Efek Jakarta for period 2001-2004. The method of data collection is done by using cross section documented technique and giving 94 firm observation. The statical method is used in this research is the multiple regression. The result of this research shows that from four variable that are sales growth, profitability, total assets growths and managerial ownership only profitability, total assets growths and managerial ownership that have significant effect to capital structure or leverage which profitability has negative effect and total assets growth has positive effect to capital structure.
This result shows that managerial ownership has negative and significant effect to the debt ratio or capital structure. It means that managerial ownership may replace in order to minimize the agency conflict. Interaction between managerial ownership and other independent variable don't have significant effect to capital structure. So it means that degree of managerial ownership don't have effect to relationship between sales growth, profitability and total assets growth with capital structure.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hakim
"Pasar modal sebagai wahana guna menghimpun dana bagi perusahaan dalam menunjang pembiayaan pembangunan nasional memang merupakan alternatif yang tepat. Pada awalnya kegiatan pasar modal baru diramaikan dengan sembilan perusahaan yang melakukan emisi. Namun dari waktu kewaktu kegiatan pasar modal menunjukkan kegairahan yang sangat menakjubkan. Hingga pertengahan bulan Maret 1995, kegiatan pasar modal telah diramaikan oleh 223 perusahaan yang mencatatkan efek untuk diperjualbelikan pada bursa efek Jakarta dengan total kapitalisasi mencapai 104 trilyun rupiah. Saat ini perusahaan kecil menengah telah dapat turut berkiprah pada bursa reguler yang mulai membenahi diri dengan pola otomatisasinya. Peranan pemodal asing juga membawa dinamika bagi kegiatan pasar modal. Go-public BOMN baik melalui bursa domestik, internasional maupun transnasional adalah juga dalam rangka memperbaiki struktur permodalan BUMN serta guna memprediksikan penjadwalan pembayaran hutang luar negeri. Pertumbuhan ekonomi yang mapan, stabilitas politik yang mantap adalah merupakan faktor pendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia. Agar ada kepastian hukum bagi para pelaku pasar modal, maka Undang-undang Pasar Modal yang saat ini sedang dibahas di DPR-RI memang sangat urgent kehadirannya."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery D Prasetyo
"Struktur Modal masih menjadi kontroversi dalam dunia keuangan perusahaan. Ada beberapa pendekatan yang mendasari teori struktur modal, namun tidak satupun yang sesuai dengan praktek di lapangan. Keputusan struktur modal dianggap penting karena dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan berdampak pada kemampuan perusahaan menghadapi lingkungan persaingan. Tujuan penulisan karya akhir mi adalah untuk melihat bagaimana dampak perbedaan jenis usaha diantara dua kelompok perusahaan, dalam hal mi adalah kelompok Ritel dan Consumer goods, dilihat dari beberapa rasio finansial yang tercermin dan laporan keuangan perusahaan. Dari perbedaan yang diamati kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampaknya terhadap pemilihan struktur modal perusahaan. Penelitian mi merupakan replikasi hasil pengujian yang dilakukan oleh Chiang Yat Hung, Chan Ping Chuen Albert dan Hui Chi Man Edie (Hong Kong Polytechnic University, Hong Kong) pada kelompok perusahaan kontraktor dan developer di Hong Kong dan penelitian oleh Akhtar Shumi terhadap perusahaan yang tergolong perusahaan multinasional dan perusahaan domestik di Australia. Penelitian tersebut dipicu oleh kondisi profitabilitas yang sangat superior di kelompok developer yang sangat berlawanan dengan kelompok kontraktor. Pengujian dilakukan dengan metode "twoindependent sample-test" untuk melihat adanya perbedaan yang signifikan kemudian dilanjutkan dengan uji korelasi variabel yang dipilih sebagai faktor determinan tingkat leverage perusahaan dan terakhir menguji regresi untuk membuat model yang dapat memprediksi komposisi struktur modal yang optimal. Untuk penelitian di Indonesia, dipilih kelompok usaha Ritel dan Consumer goods yang memiliki kesamaan dalam jenis produk yang dipasarkan adalah produk masal namun berbeda dalam hal cara perolehannya. Kelompok consumer goods memproduksi sendiri sementara ritel hanya mendistribusikan barang yang bukan diproduksi oleh perusahaan tersebut. Pengujian menggunakan data laporan keuangan tahunan dan perusahaan yang terdaftar di BEJ selama periode tahun 2000 - 2006. Hasil uji perbedaan dua kelompok tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik diantara kedua kelompok tersebut dengan menggunakan variabel skalá perusahaan, struktur aset perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas perusahaan. Dari kelima variabel yang dipilih, ditambah satu variabel dummy yang menggolongkan perusahaan berada di kelompok ritel atau consumer goods, dilakukan pengamatan untuk melihat tingkat korelasi antara masing-masing variabel terhadap variabel terikat yaitu tingkat leverage perusahaan. Hasil pengujian korelasi menunjukan bahwa variabel skala perusahaan, profitabilitas, kelompok perusahaan, struktur aset dan pertumbuhan memiliki korelasi berurutan dari yang paling kuat. Namun dilihat dan tingkat signifikansinya, hanya variabel skala perusahaan, profitabilitas dan kelompok perusahaan yang diduga memiliki pengaruh kuat terhadap keputusan struktur modal.Uji regresi dilakukan terhadap variabel dummy dan variabel interaksi antara variabel dummy dengan variabel bebas lainnya untuk melihat pengaruh perbedaan kelompok pada setiap variabel bebas sebagai faktor determinan struktur modal. Uji regresi menunjukan bahwa model yang dibentuk memiliki nilai signifikan pada tingkat 0,05 yang berarti pemodelan mi secara umum dapat diterima. Namun model yang dibentuk mi hanya memiliki nilai adjusted R2 kurang dari 50 % yang berarti model mi hanya mampu menjelaskan variabel terikat dengan porsi kurang dari 50 %. Dari variabel bebas yang digunakan, variabel dummy menunjukan arah negatif yang berarti kelompok industri nitel cenderung memiliki porsi hutang lebih besar dibandingkan consumer goods. Walaupun beberapa variabel bebas tersebut merupakan faktor determinan yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan, namun hasil penelitian mi menunjukan bahwa diantara kelompok industri nitel dan consumer goods, masing-masing kelompok dipengaruhi oleh variabel yang berbeda. Jika dilihat lebih dalam lagi, ternyata hanya variabel SIZE yang memiliki interaksi signifikan dengan perbedaan jenis usaha. Perbedaan skala perusahaan di kelompok Ritel dan Consumer goods memiliki dampak yang signifikan terhadap keputusan struktur modal perusahaan. Dengan memperhatikan variabel yang signifikan terhadap tingkat leverage perusahaan, manajemen dapat memilih aktivitas mempengaruhi struktur modal ke arah yang dianggap optimal. Pihak kreditur disarankan untuk mengikutsertakan variabel yang signifikan ketika melakukan penilaian dalam memutuskan besar pinjaman yang akan diberikan ke perusahaan."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T 23065
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Azwar
"Penelitian struktur modal menarik untuk terus dilakukan, terlebih dengan menggunakan metode baru dalam pengujiannya. Pengujian kali ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan struktur modal di Indonesia khususnya pada emiten Bursa Efek Jakarta pada periode sebelum dan setelah krisis moneter. Penekanan teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Pecking Order Theory (POT) dan Static Trade-Off (STO) dengan pendekatan penelitian yang dilakukan sebelumnya
Pada pengujian POT digunakan proksi yang sama dengan David E. Allen dan Martyn R. Clissold menggunakan periode penelitian tahun 1994 - 1996 dan 1999 - 2001. Variabel yang digunakan sebagai variabel terikat adalah perubahan jumlah hutang jangka panjang serta variabel eksplanatori adalah defisit arus kas. Pada pengujian variabel yang menjadi determinan penetapan struktur modal menggunakan pendekatan penelitian yang dilakukan oleh Philippe Gaud et. al. Variabel yang digunakan sebagai dependent variable adalah rasio total hutang terhadap total asset, rasio hutang jangka panjang terhadap total asset dan rasio hutang jangka pendek terhadap total asset. Sedangkan untuk eksplantori digunakan variabel rasio ukuran perusahaan (size), rasio asset tetap (tang), rasio pertumbuhan (growth), rasio profitabilitas (prof) dan risiko operasional (risk).
Hasil pengujian POT diperoleh bahwa pada periode sebelum krisis moneter perusahaan tidak menggunakan POT dalam penetapan struktur modalnya (perubahan hutang jangka panjang perusahaan tidak signifikan dipengaruhi oleh defisit arcs kas). Sedangkan setelah terjadi krisis moneter perusahaan khususnya di BEJ menggunakan POT dalam struktur pendanaannya
Pada pengujian variabel yang mempengaruhi struktur modal sesuai STO dan POT menggunakan pooled cross section, ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan mempengaruhi seluruh rasio hutang dengan hubungan positif dan negatif Sedangkan tangibilitas hanya mempengaruhi rasio hutang jangka panjang pada periode sebelum krisis dan tingkat pertumbuhan signifikan negatif pada rasio hutang jangka pendek setelah krisis. Sedangkan risiko mempengaruhi rasio total hutang perusahaan secara positif. Pengujian dengan metode fixed effect memperlihatkan tingkat profitabilitas mempengaruhi seluruh rasio hutang kecuali rasio hutang jangka panjang setelah krisis.

Research for capital structure is still interest and continues to study, which use new method for testing. The objective of the test is to know determinant of capital structure in Jakarta Stock Exchange Company before and after monetary crisis. This paper focuses on Pecking Order Theory (POT) and Static Trade-Off (STO).
The POT test using the same model as David E. Allen and Martyn R. Clissold for period 1994 - 1996 and 1999 - 2001. Changes in long term debt as the dependent variable and internal funds flow deficit as the independent variable. Determinant variables in capital structure which is using research of Philippe Gaud et. al. The dependent variables for this test are total debt to total assets, long term debt to total asset and short term debt to total asset. Explanatory variables are firm size (size), tangibility (tang), firm's growth (growth), profitability (prof) and operational risk (risk).
Result of POT test shows that before monetary crisis, JSX Company did not use POT in their capital structure policy, but after monetary crisis the POT was used. Before the crisis, internal funds flow deficit is not significant to changes in long term debt, and after the crisis internal funds flow deficit shows positive significance.
Variables testing, which influence capital structure based on STO and POT using pooled cross section, shows that firm size and level of profitability significant to all type of debt ratio. While tangibility influence ratio of long term debt to total asset before crisis and firm growth negative significantly for ratio of short term debt to total asset after crisis. Firms risk influence only for ratio total debt to total asset positively. Research using fixed effect method shows that profitability influence for all type of debt ratio except for long term debt ratio after crisis.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>