Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194312 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heriyadi
"Propinsi Kalimantan Barat adalah salah satu propinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara asing, yaitu dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia Timur. Kalimanatan Barat merupakan satu-satunya propinsi di Indonesia yang secara resmi telah mempunyai akses jalan darat untuk masuk dan keluar ke/dari negara asing tersebut. Hal ini dapat terjadi karena antara Kalimantan Barat dan Sarawak telah terbuka jalan darat antar negara.
Dengan posisi tersebut tentunya akan membawa dampak/implikasi terhadap kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat di Kalimantan Barat pada umumnya dan khususnya di Kotamadya Pontianak. Adanya jalan raya yang menghubungkan kedua wilayah tersebut, maka arus produk dan jasa menjadi lebih lancar. Tentunya hal ini membuat masyarakat Kotamadya Pontianak cukup mengenali dan bahkan menyenangi produk-produk dari Malaysia.
Dalam penelitian ini mengambil obyek minuman ringan merek Coca-Cola, yang sebenarnya merupakan produk global yang tentunya dikemas dan dipasarkan secara sama. Namun berdasarkan hasil observasi ternyata Coca-Cola buatan Malaysia mempunyai image yang lebih baik dibandingkan dengan Coca-Cola buatan Indonesia.
Dalam pemasaran global dikenal suatu istilah "country-of-origin" atau lebih popular dengan istilah "made in....", yang menerangkan tempat di mana suatu produk berasal atau diproduksi. Banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa Main "country-of-origin" suatu produk dapat mempengaruhi image atau bahkan penilaian konsumen terhadap suatu produk.
Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk mengetahui apakah image positif yang dimiliki oleh Coca-Cola buatan Malaysia lebih dikarenakan dampak dari klaim "country-of origin" yang berupa halo efek ataukah rasa (taste) dari Coca-Cola buatan Malaysia memang lebih dengan selera konsumen di Kotamadya Pontianak.
Dari hasil taste test dengan metode blind test yang dilakukan ternyata image tersebut lebih dikarenakan oleh halo efek dari "country-of-origin" yang terutama menimpa konsumen golongan umur yang lebih rendah (muda) sedangkan untuk konsumen dengan golongan umur yang lebih tinggi terdapat kecenderungan memang lebih menyukai Coca-Cola buatan Malaysia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatia Jamilah
"Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi menyebabkan perluasan ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa. Hal ini menimbulkan dampak positif yaitu konsumen memiliki kebebasan yang terbuka lebar dalam memilih barang dan/atau jasa, selain itu ada juga dampak negatif yaitu konsumen menjadi obyek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha. Dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan dapat lebih melindungi konsumen dari tindakan pelaku usaha yang merugikan. Berdasarkan hal tersebut timbul beberapa pertanyaan, “Apa perbedaan sengketa perlindungan konsumen dengan sengketa perdata?, Bagaimana beban pembuktian dan alat-alat bukti dalam perlindungan konsumen?, Bagaimana penerapan pembuktian dalam perkara antara Tn. Takasu Masaharu melwan PT coca-cola Indonesia CS dengan No. putusan 211/Pdt.G/2004/PN.Jkt.Sel.?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut telah dilakukan penelitian hukum normatif dengan alat pengumpulan data berupa wawancara dan studi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dari penelitian yang dilakukan. Diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, yaitu perbedaan sengketa perlindungan konsumen dengan sengketa perdata dapat dilihat dari segi subyek, obyek, beban pembuktian dan alat-alat bukti sengketanya. Pembuktian dalam perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen dan peraturan pelaksananya. Beban pembuktian dalam hukum perlindungan konsumen merupakan tanggung jawab pelaku usaha sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 dan Pasal 28 Undang-undang Perlindungan Konsumen, sedangkan alat-alat bukti diatur dalam Pasal 21 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 350/MPP/Kep/12/2001 yang terdiri dari barang dan/atau jasa; keterangan para pihak yang bersengketa; keterangan saksi dan/atau saksi ahli; surat dan/atau dokumen serta bukti-bukti lain yang mendukung. Dalam penyelesaian sengketa perlindungan konsumen yang diterapkan adalah ketentuan hukum acara perdata, walaupun untuk hal pembuktian telah diatur secara khusus dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
S22168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Artanti
"Penelitian ini membahas tentang pengaruh sub-budaya agama, harga, dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada produk Hape Esia Hidayah. Hape Esia Hidayah merupakan produk yang dibuat dan dipasarkan oleh PT Bakrie Telcom dengan target pasar bersegmen religius khususnya diperuntukkan bagi masyarakat muslim. Fitur yang ditawarkan sangat islami dengan harga yang cukup terjangkau dan kualitas produk yang cukup baik. Responden untuk penelitian ini adalah mahasiswa yang pernah membeli dan menggunakan Hape Esia Hidayah, hal tersebut dikarenakan mahasiswa dinilai dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan pengalamannya saat memutuskan untuk membeli Hape Esia Hidayah. Sedangkan metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pola berpikir deduktif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa harga dan kualitas produk tidak mempengaruhi keputusan pembelian dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,129 dan 0,639.
Sedangkan sub-budaya agama mempengaruhi keputusan pembelian dengan nilai signifikansi sebesar 0,014. Sub-budaya agama mempengaruhi keputusan pembelian konsumen sebesar 33,2%. Dengan hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa PT Bakrie Telcom telah berhasil memasarkan produk ponselnya dengan mempertimbangkan sub-budaya masyarakat tertentu. Produk yang dibuat untuk masyarakat bersegmen religius tersebut merupakan pertama dan satu-satunya dalam industri telepon genggam di Indonesia. Hal tersebut menjadi keunikan tersendiri bagi PT Bakrie Telkom dalam memproduksi telepon genggam. Selain Hape Esia Hidayah PT Bakrie Telcom juga memperkenalkan Hape Esia Kasih, Hape Esia Fu, dan Hape Esia Bali. Keempat produk tersebut dibuat untuk masyarakat yang bersegmen religius.

This research focuses on influence of sub-culture of religion, price and product quality toward purchase decision on Hape Esia Hidayah. Hape Esia Hidayah is a product which made and sold by PT Bakrie Telcom with the religious segment become their target market especially for muslim community. The contents are very close to muslim people with cheap price and good quality. The respondent for this research are colleges who have ever bought and used Hape Esia Hidayah, it's because they can give a good answer which appropriate with their experience when they have decision to buy Hape Esia Hidayah. The research method is quantitative with deductive pattern. The result of this research tells that price and product quality are not influence toward purchase decision with each significance values are 0.129 and 0.639.
Beside that, sub-culture of religion influence purchase decision with significance value is 0,014. Sub-culture of religion influence purchase decision about 33,2%. The conclusion from the research is PT Bakrie Telcom have already sold their product well which consideration for sub culture of religion. The product which made for religious segment is the first and the only one in Indonesia. That think made PT Bakrie Telcom have unique strategy for sell the product. Besides Hape Esia Hidayah, PT Bakrie Telcom produces Hape Esia Kasih, Hape Esia Fu, and Hape Esia Bali for religious segment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S9816
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Parulian, Jeremia Tiga
"Persaingan pasar produk fashion yang semakin ketat pada platform e-commerce membuat peran promosi penjualan menjadi semakin penting untuk menarik minat konsumen, salah satunya dengan diskon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pembeli produk fashion terhadap diskon memengaruhi intensi perilaku mereka. Sampel penelitian ini berjumlah 249 orang yang berusia 18-35 tahun dan pernah membeli produk fashion dengan promo diskon melalui platform e-commerce. Data penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan secara online dan dianalisis dengan metode Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwaprice-quality perception dan smart shopper self-perception memberikan pengaruh langsung terhadap attitude towards discount dan behavioral intention. Kemudian, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa attitude towards discount mampu memberikan pengaruh mediasi dalam hubungan antara price-quality perception dengan behavioral intention serta smart shopper self-perception dengan behavioral intention

The market for fashion products on e-commerce platforms is becoming more competitive. Therefore, the role of sales promotion, such as discount, is even more important to attract consumers. This study aims to find out how the perceptions of fashion product buyers towards discounts influence their behavioral intentions. The sample of this study was 249 people who aged 18-35 years and had purchased fashion products with discount promotions through e-commerce platforms. The research data was collected through online questionnaires and analyzed using the Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method. This research finds that price-quality perception and smart shopper self-perception has a direct influence on attitude towards discount and behavioral intention. The result of this study also shows that attitude towards discount has a mediating effect on the relationship between price-quality perception and behavioral intention, also on the relationship between smart shopper self-perception and behavioral intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendi Tegar Pratama
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan perilaku konsumen produk makanan anjing dan kucing berdasarkan Theory of Planned Behaviour. Berdasarkan teori, peneliti menggunakan model teoritis yang terdiri dari variabel attitude, subjective norms, perceived behavioural control (PBC), intention, behaviour dan diperluas dengan dimasukkannya variabel self-identity dan social norms. Survei dilakukan terhadap 300 pemilik anjing dan kucing melalui penyebaran kuesioner menggunakan platform online. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan software LISREL 8.8 Full Version dan hasilnya menunjukkan bahwa intention cenderung dipengaruhi oleh attitude, subjective norms, perceived behavioural control (PBC), self-identity dan social norms. Selain itu, niat untuk membeli produk makanan anjing dan kucing cenderung mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Studi ini mendukung keselarasan Theory of Planned Behaviour dengan pemasaran produk makanan anjing dan kucing serta memperluas pemahaman tentang perilaku konsumen makanan anjing dan kucing.

The purpose of this research study was to identify the factors that determine the consumer behaviour of dog and cat food products based on the theory of planned behaviour. According to the theory, researchers propose a theoretical model consisting of the constructs of attitude, subjective norms, perceived behavioural control (PBC), intention, behaviour, and expanded with the inclusion of the self-identity and social norms construct. The survey was conducted with 300 dog and cat owners through a questionnaire distribution using an online platform. Data obtained were analyzed using structural equation model using LISREL 8.8 Full Version software and the results indicate that the intention tends to be influenced by the attitude, subjective norms, perceived behavioural control, self-identity and social norms constructs. Furthermore, the intention to purchase dog and cat food products tend to influence consumer purchasing behaviour. The study supports the alignment of the theory of planned behaviour (TPB) adherence to the marketing of dog and cat food products, extending the understanding of the behaviour of the dog and cat food consumers."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ali Zaenal Abidien
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana komitmen afektif (tinggi vs rendah) dalam situasi pembelian produk fashion mempengaruhi pilihan saluran konsumen (online vs offline) yang dimediasi oleh perceived hedonic benefit dari pembelian di dalam konteks multi-channel di Indonesia. Penelitian ini menggunakan eksperimen dengan between-subject design dengan 2 kondisi komitmen afektif. Dua skenario dirancang untuk masing-masing kondisi komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion (tinggi dan rendah). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan SurveyMonkey dan didapatkan 80 partisipan yang sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, dimana 40 partisipan secara acak mendapatkan skenario kondisi komitmen afektif tinggi dan 40 partisipan secara acak mendapatkan skenario kondisi komitmen afektif rendah. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS 27. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah binary logistics regression, chi-square test, independent sample t-test, dan regression bootstrapping procedure dalam PROCESS module (model 4). Penelitian ini menemukan bahwa ketika komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion meningkat, konsumen akan lebih memilih berbelanja secara offline daripada online. Sementara ketika komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion menurun, konsumen akan lebih memilih berbelanja secara online daripada offline. Penelitian ini juga menemukan bahwa ketika komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion yang tinggi, maka perceived hedonic benefit dari pembelian akan lebih besar dibandingkan dengan komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion yang rendah. Lebih lanjut, penelitian ini juga menemukan bahwa perceived hedonic benefit dari pembelian memediasi pengaruh komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion terhadap pilihan saluran konsumen.

This study aims to analyze the impact of affective commitment (high vs low) in fashion product purchase situation affect consumer’s channel choice (online vs offline) that mediated by perceived hedonic benefit from the purchase on productive workers in Jabodetabek. This study used an experiment with between-subject design with 2 affective commitment’s condition. From the collected data, 80 participants met criteria. 40 participants had scenarios with high affective commitment condition and 40 participants had scenarios with low affective commitment condition. The hypotheses in this study are tested using binary logistics regression, chi-square test, independent sample t-test, and the regression bootstrapping procedure in the PROCESS module (model 4). This study found that when affective commitment in fashion product purchase situation increasing, consumers will prefer to make a purchase on offline rather than online. Meanwhile when affective commitment in fashion product purchase situation is declining, consumers will prefer to make a purchase on online rather than offline. This study also found that when the affective commitment in fashion product purchase situation is high, perceived hedonic benefit from the purchase will be higher than when the affective commitment in fashion product purchase situation is low. Furthermore, this study also found that perceived hedonic benefit from the purchase mediate the impacts of affectice commitment in fashion product situation to consumer’s channel choice. "
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Dzanufiya Indawan
"Skripsi ini menyelidiki hubungan antara peniruan influencer kecantikan, materialisme, rasa takut ketinggalan (FOMO), perbandingan sosial, niat beli, dan variabel baru yang diperkenalkan yaitu pembelian aktual pada konsumen Generasi Z di Indonesia. Sampel terdiri dari perempuan yang telah membeli produk kecantikan yang direkomendasikan oleh influencer kecantikan di Instagram dari Indonesia, berdomisili di Indonesia, dan berusia antara 16 hingga 26 tahun yang dianggap sebagai Generasi Z. Kuesioner disebar secara daring. Jumlah responden yang terkumpul dalam penelitian ini adalah 284. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan perangkat lunak PLS-SEM. Hasil penelitian mengungkapkan temuan yang signifikan dalam konteks produk kecantikan. Peniruan influencer secara positif terkait dengan materialisme, menunjukkan bahwa pengikut yang meniru influencer cenderung memiliki kecenderungan materialistik. Selain itu, FOMO berhubungan positif dengan niat beli, menunjukkan bahwa individu yang mengalami FOMO terkait produk kecantikan yang direkomendasikan lebih cenderung memiliki niat beli yang lebih tinggi. Perbandingan sosial juga berhubungan positif dengan FOMO, menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam perbandingan sosial dengan influencer lebih cenderung mengalami FOMO. Penting untuk dicatat, penelitian ini memperkenalkan variabel pembelian aktual, yang menunjukkan hubungan positif dengan niat beli. Temuan ini memberikan wawasan berharga tentang faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian konsumen Generasi Z dan memiliki implikasi bagi pemasar yang menargetkan demografi ini dalam industri kecantikan di Indonesia.

This thesis investigates the relationship between imitation of beauty influencers, materialism, fear of missing out (FOMO), social comparison, buying intention, and actual purchase among Generation Z consumers in Indonesia. The respondents are woman who purchased any beauty products recommended by local beauty influencers in Instagram, and are aged between 16 to 26 years old. The questionnaire is distributed online. The total number of respondents collected in this study was 284. The collected data was analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) method using PLS-SEM software. The results reveal significant findings in the context of beauty products. The imitation of influencers is positively associated with materialism, indicating that followers who imitate influencers are more likely to exhibit materialistic tendencies. Additionally, FOMO is positively related to buying intention, suggesting that individuals experiencing FOMO regarding endorsed beauty products are more inclined to express a higher intention to purchase. Social comparison is also positively associated with FOMO, indicating that individuals who engage in social comparison with influencers are more likely to experience FOMO. Importantly, the study introduces the variable of actual purchase, demonstrating a positive association with buying intention. These findings provide valuable insights into the factors influencing Gen-Z consumers' purchase behavior and have implications for marketers targeting this demographic in the beauty industry in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Kenisha
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi pengaruh vloggers kecantikan dalam keputusan pembelian konsumen pada produk kecantikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah vloggers kecantikan memiliki pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk kecantikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa vloggers kecantikan memiliki pengaruh besar pada keputusan pembelian konsumen. Data akan dikumpulkan melalui metode kualitatif dengan mewawancarai empat responden. Hasilnya adalah seperti yang diperkirakan bahwa vlogger kecantikan yang telah dipilih memiliki pengaruh besar pada keputusan pembelian konsumen.

ABSTRACT
This research is done to explore the influence of beauty vloggers in consumers buying decision on beauty products. The aim of this research is to determine whether the beauty vloggers has its influence on consumers buying decision on beauty products. The research has shown that beauty vloggers has a massive influence on consumers buying decision. The data will be gathered through qualitative method by interviewing four respondents. The result is as predicted that the beauty vlogger that has been chosen has a big influence on the consumer buying decision."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Fathia
"Penelitian ini berusaha mengeksplorasi fenomena metroseksual yang terjadi di tanah air beberapa waktu belakangan inl. Bagaimana karakteristik dan dasar pemilihan gaya hidup mereka, juga, alasan serta latar belakang pengambilan keputusan mereka terhadap produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan.
Pada kerangka konsep dijabarkan mengenai definisi-definisi dan teoriteori yang digunakan dalam penelitian, antara lain mengenai metroseksual, perilaku konsumen, gaya hidup, dan merek.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif/eksploratif, menggunakan metode pengumpulan data melalui studi literatur, data sekunder, dan depth-interview terhadap beberapa informan yang dilakukan secara purposive. Metode analisa data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang didapat dari berbagai sumber Iisan dan tertulis. Data yang didapat kemudian dianalisa dan dicocokkan dengan pola teoritis yang digunakan sebagai acuan untuk menemukan perilaku pengambilan keputusan konsumen metroseksual dalam memilih merek produk-produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan.
Hasil data yang didapat berdasarkan penelitian antara lain mengenai karakteristik metroseksual dan dasar pemilihannya, motivasi pembelian produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan mereka, juga alasan dan pola pengambilan keputusan pembelian mereka.
Kesimpulannya, bahwa metroseksual merupakan pria-pria yang sangat memperhatikan dan menjaga penampilan disebabkan dorongan dari dalam diri mereka sendiri, menggunakan sejumlah produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan yang disesuaikan dengan kecocokan pribadi. Tidak sungkan mengunjungi salon, namun bukan merupakan rutinitas wajib. Mereka ingin tampil trendi, tetapi tidak selalu menerapkan tren fesyen pada penampilan, dan mempunyai kecenderungan 'tidak ingin tertinggal dalam hal teknologi'. Mereka merupakan orang-orang yang sangat rasional dan selektif dalam memperhitungkan pengeluaran, dan berasal dari golongan Social Economic Status (SES) A dan A+. Perilaku pengambilan keputusani mereka terhadap pembelian produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan merupakan kombinasi dari Keputusan keteriibatan tinggi (High-Involvement Decision), perspektif pengalaman (Experiental Perspective), dan perspektif pengaruh perilaku (Behavioral lnfluencePerspective).
Temuan fakta dalam penelitian ini adalah bahwa istilah metroseksual yang dikemukakan oleh Mark Simpson, dirasa kurang tepat jika disamaratakan dengan pria metroseksual yang dijadikan sebagai informan penelitian. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa mereka gemar memperhatikan penampilan dan perawatan tubuh disebabkan faktor kepuasan pribadi, tanpa embel-embel narsis.
Implikasi yang diperoleh bahwa mereka cukup antusias menanti kemunculan produk perawatan tubuh khusus pria, karena itu, komunikasi yang dibutuhkan untuk menjangkau mereka adalah yang melibatkan panca indera, tidak memaksa atau lebih tepatnya memberikan mereka waktu untuk berpikir, menimbang segala kebaikan dan keburukan dari produk, menumbuhkan dan membangun kepercayaan terhadap produk, sehingga produk Anda dipercaya bahkan dicintai oleh mereka.
Direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk melaksanakan penelitian lanjutan yang tujuannya memperdalam penelitian mengenai masalah-masalah yang berkembang tentang metroseksual dan gaya hidup yang dinamis, juga metroseksual yang cenderung narsis. Sementara itu untuk para praktisi yang mengincar seg men metroseksual diharapkan untuk mengembangkan strategi pemasarannya dengan menggunakan pendekatanpendekatan khusus agar tepat sasaran.

This research tried to explore about metrosexual phenomenon that recently happened in researcher homeland. How are their characteristics and their base of this life style choosing, and also their reason and background of their decision taking about toiletries and appearance enhancing product.
In the concept base, it was explained in detail about definitions and theories used in this research, some of them are about metrosexual, consumer behavior, life style and brand.
Research was being done by using qualitative/explorative approach, using data collecting method through the literature study, secondary data and depth-interview with some informers which was done purposively. Data analyzing method was done by deepening all data collected from direct resource and indirect resource. These collected data, then were being analyzed and confirmed with theoretical pattern which is used as a base to find the behavior of metrosexual consumer as decision maker in choosing the brand for toiletries and appearance enhancing product.
Data result that had been collected was based on research about metro sexual characteristics and their base of choosing, motivation on buying toiletries and appearance enhancing product, also the reason and their motivation of taking decision to buy product,
As conclusion, that metro sexual are the guys that really concern about and maintain their appearance and this is caused by internal private desire from their own self to use toiletries and appearance enhancing product that suit to their personal taste. They are not shy to visit the salon, but that is not must routines. They want to appear in style, but not always follow the newest trend in fashion and they have the tendency for "not being left behind in technology side°. They are very rational and very selective in counting their spent; they come from Social Economic Status (SES) A dan A+ group. Their behavior in decision making of buying toiletries and appearance enhancing product is a combination High-Involvement Decision, Experiental Perspective, and Behavioral Influence Perspective.
Factual finding in this research is the acknowledgement of metrosexual launched by Mark Simpson is not that correct if being confirmed with the metrosexual guys who are the direct informers in this research. The result of interviews showed that the concerning of appearance and treating the body is caused by private self-satisfaction and there is no narcism involved in here.
Implications that can be gathered from this are that they are quite enthusiastic enough to wait the new launching of man special body treatment product, and for that purpose, the communication ways should be done to reach their attention are some ways connected to human's essential five senses, not to push them or in precise way, to give them some time to think, to consider all the goods and bads from the products offered, your ability to raise and to develop their trust to the product offered so your product will be trusted, even will be loved by them.
It is recommended for the next researcher to do a further research which purpose is to deepen the problems arousing the metrosexual and dynamic life style, also a research about the metrosexual guy who has the tendency to be a narcist. Meanwhile, the practicians who set the metrosexual segment as their market target, hopefully will develop their marketing strategy by using special approach, so their strategy can be effectively straight forward to this group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Azka
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalis bagaimana pengaruh store image yang dimiliki Aksara Bookstore terhadap keputusan pembelian konsumennya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang konsumen Aksara Bookstore Pacific Place dengan menggunakan metode non-probability yang menggunakan accidental sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan Regresi Sederhana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa store image memiliki pengaruh yang postitif terhadap keputusan pembelian di Aksara Bookstore. Store image mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Aksara sebesar 45,3% dan sisanya sebesar 54,7% dipengaruhi oleh faktor lain.

The purpose of this study was to analyze the influence of store image is owned Aksara Bookstore on purchasing decisions of consumers. This study uses a quantitative approach. The sample was 100 Pacific Place Bookstore Aksara consumers using non-probability methods that use accidental sampling. The instrument of this study using a questionnaire and analyzed using simple regression.
The results of this study indicate that the store image has a postitive influence on purchasing decisions in Aksara Bookstore. Store image affects consumer purchase decisions Aksara of 45.3% and the remaining 54.7% is influenced by other factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>