Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127529 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hertantiono Kardiman
"Analysis of the Management of Referral Standard Operational Procedure at the Polyclinics of Arjawinangun General Hospital CirebonAt the end of 20th century, the development of health industry, especially the hospital sector growth very fast, and influence the development of regional Government's hospital.
On the other hand level education and economic condition increasing and affecting their demand on health services. Therefore Regional Government's Hospital as the top of referral center in the regional level must be capable to manage the increasing demand by increasing quality of service to the community.
Arjawinangun Hospital is type C general hospital and. owned by the Regional Government of Cirebon Regency. The hospital manage to increase quality of services through the introduction of referral procedure from general practitioner to the specialist doctors using the standard operating procedure of outpatient management.
This study analyze the changes of the number of referral cases in the polyclinic of Arjawinangun Hospital. Secondly the study measure the level of satisfaction among the customer and doctors agree the introduction of standard operating procedure of outpatient management.
The result shows that there is a sharp increased on the number of referral cases the specialist doctors, and a large number of patient, specialist doctors and general practitioner who are satisfied with the new the standard operating procedure of outpatient management. In conclusions the implementation of the standard operating procedure should be continuously monitored and supervise to increase the satisfaction among customer and doctors at Arjawinangun Hospital Cirebon.
Bibliography : 23 (1971 - 1997)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Setyono
"Subang General Hospital is the only public hospital in Subang Regency which has referral service of health service at the level of primary health service facility in Subang Regency. In doing some jobs, especially in managing medical service incentive, General Hospital have several hindrances, they are ; medical service incentive receiving is't suitable with planning, happen that too late medical service incentive receiving and procedure of medical service incentive estimated bureaucratic.
Based on all above, examiner try to make some examinations, it's mean, can answer the problems like as:
- How much preference medical service incentive received is
- How on time medical service incentive receiving is
- How simple bureaucratic to make medical service incentive is
So that this examination means to know different characteristic time for medical service incentive receiving and different amount of medical service incentive in General Hospital Subang, by evaluative research with case study retrospective approach. We can understand this examination only use for case that examined and the result difficult to use as general for the other case.
Based on data which have been collected since April 1994 until Maret 1997, the examiner found adjournment of medical service incentive sharing at the rate of 4,25 month from the month the incentive should be shared. There was also a difference of amount of the incentive to be paid from the factual incentive at about 35.154.787, 87 rupiahs.
The examiner suggests Management of Subang General Hospital, based on the result of the research, to make budget planning which pays attention to effective regulations in order to be more accurate in sharing the incentive. It is better for the local government of Subang Regency to put the local regulations into effect, hence they are able to give authority to manage hospital's income and activate hospital cultivator team as well.

Rumah Sakit Umum Subang merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah yang ada di Kabupaten Daerah Tingkat II Subang yang melayani rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat fasilitas pelayanan kesehatan pertama sewilayah Subang dan sekitarnya.
Penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
- Bagaimana kecenderungan besarnya jasa medis yang diterima
- Bagaimana ketepatan waktu penerimaan jasa medis
- Bagaimana kecenderungan penyederhanaan birokrasi pengajuan jasa medis.
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kesenjangan waktu penerimaan jasa medis dan kesenjangan besarnya jasa medis di rumah sakit umum Subang, dengan melalui penelitian evaluatif kualitatif (evaluatif research) dengan pendekatan studi kasus (case study) retrospektif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penelitian ini hanya berlaku untuk kasus yang diteliti saja dan hasilnya sukar untuk berlaku secara umum bagi kasus-kasus yang lainya.
Berdasarkan data yang terkumpul sejak April 1994 sampai dengan Maret 1997 terjadi keterlambatan pembayaran rata-rata 4,25 bulan dari bulan seharusnya dibayar dan adanya perbedaan besarnya jasa medis yang seharusnya dibayar dengan kenyataan yang diterima rata-rata sebesar Rp 35.154.787,87,ï·“
Peneliti menyarankan kepada Rumah Sakit Umum Subang untuk membuat perencanaan anggaran yang memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku sehingga lebih akurat dan bagi Pemerintah Daerah Tingkat II Subang sebaiknya mengeluarkan Peraturan Daerah yang bisa memberikan kewenangan mengelola penghasilan rumah sakit secara langsung serta mengaktipkan Tim Pembina rumah sakit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Saptarini
"ABSTRAK
RSUD Pasar Rebo merupakan salah satu RSUD di daerah perkotaan yang berfugsi sebagai Rumah Sakit Rujukan untuk daerah Jakarta Timur dan sekitarriya. Banyak kasus rujukan ibu hamil dan bersalin berisiko yang datang ke Rumah Sakit ini. Masih belum adanya gambaran prosedur penatalaksanaan kasus rujukan ibu hamil dan bersalin berisiko di RSUD Pasar Rebo selania ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisa untuk memperoleh gambaran proses penatalaksanaan kasus rujukan ibu hamil dan bersalin berisiko di RSUD Pasar Rebo dengan ruang lingkup Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik Kebidanan dan Kandungan, Kamar bersalin, Kamar Operasi sampai dengan Ruang Rawat Inap Kebidanan. Yaitu dengan melakukan analisa hubungan antara lima variabel dengan proses penatalaksanaan kasus ibu hamil dan bersalin berisiko, mengidentifikasi perrnasalahan yang ada pads alur proses dan akhirnya mengembangkan upaya untuk perbaikan bagi penatalaksanaan kasus rujukan ibu hamil dan bersalin berisiko di RSUD Pasar Rebo. Kelima variabel tersebut adalah administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, evaluasi dan pengendalian mutu.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif merupakan studi kasus dengan pendekatan pemecahan masalah. Hasil analisa situasi temyata penatalaksanaan kasus rujukan ibu hamil dan bersalin berisiko tidak berbeda dengan penatalaksanaan kasus bukan rujukan dari ibu hamil dan bersalin berisiko. Gambaran kasus rujukan ibu hamil dan bersalin berisiko yang terbanyak datang ke RSUD Pasar Rebo adalah kasus perdarahan dalam kehamilan dan setelah persalinan serta abortus. Selain itu masalah yang ditemukan adalah pengisian rekam medik mengenai rujukan tidak dilakukan masih belum ditulisnya pembagian tugas pada masing-masing unit penatalaksana, kurangnya tenaga pelaksana, kurangnya fasilitas dan peralatan serta belum adanya protap penatalaskanaan kasus rujukan ibu hamil dan bersalin berisiko. Juga masih diperlakukannya penyederhanaan alur proses penatalaksanaan kasus ibu hamil dan bersalin berisiko yang ada saat ini.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penatalaksanaan kasus rujukan ibu hamil dan bersalin berisiko di RSUD Pasar Reba yaitu dengan melengkapi pengisian rekam medik dengan data rujukan, ditulisnya struktur organisasi dan pembagian tugas, penambahan tenaga pelaksana, penambahan fasilitas dan peralatan serta dibuatkannya protap penatalaksanaan kasus rujukan ibu hamil dan bersalin berisiko serta penyederhanaan alur proses penatalaksanaan kasus ibu hamil dan bersalin berisiko yang ada saat ini di RSUD Pasar Rebo.
Daftar bacaan 60(1978 - 1997)

ABSTRACT
Analysis of Management in Referral Cases for Risk Pregnant Women and Labor at Pasar Rebo HospitalPasar Rebo Hospital is one of district hospital in urban area which functions as referral hospital for East Jakarta area and its surrounding. Many cases of referral cases of pregnant women. and risk labor come to this hospital. Recently there is no clear feature of management procedure in referral cases of risk pregnant women and labor at Pasar Rebo Hospital.
The objective of this survey is making analysis to get the picture of management procedure in referral cases for risk pregnant women and labor at Pasar Rebo Hospital. The scope of this analysis are emergency unit, obstetric and gynecology clinic, labor room, operating room, and maternity ward. The survey was conducted by analyzing the correlation among five variables of management procedure in risk pregnant women and labor; identifying the problems revealed in the flow of referral process, and finally extending the efforts of improving management procedure of the risk pregnant women and labor at Pasar Rebo Hospital. Those five variables are administration and management, staff and chief, facilities and equipment, policies and procedures, and evaluation and quality assurance.
This qualitative survey is case study with problem solving approach. The situation analysis resulting to the fact that management procedure for referral cases of risk pregnant women and labor is not different compared to non referral cases of risk pregnant women and labor. Other finding is the pattern of referral cases coming to Pasar Rebo Hospital are abortion, hemorrhagic ante partum, and hemorrhagic post-partum. The problems encountered in this analysis are referral data in medical record are not fulfilled, job description in every functional unit has not been written, the number of staff, equipment, and facilities are insufficient. Furthermore, the standard operating procedure for the management of referral cases of risk pregnant women and labor has not been done. In addition, the flow of management procedure of referral cases of risk pregnant women and labor should be simplified.
The conclusion of this survey are management procedure for referral cases of risk pregnant women and labor is not different compared to non-referral cases of risk pregnant women and labor the pattern of referral cases at Pasar Rebo Hospital are abortion, hemorrhagic ante partum, and hemorrhagic post-partum and management procedure for referral cases of risk pregnant women and labor should be improved.
The recommendation from this survey are fulfilling the referral data in medical record specifying job description in every functional unit increasing the number of hospital staff, facilities and equipment and conducting permanent operating procedure in the management of risk pregnant women and labor in every functional unit at Pasar Rebo Hospital. In addition, the recent flow of management procedure for referral cases of risk pregnant women and labor at Pasar Rebo Hospital should be simplified.
References 60 (1978 - 1997)
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parmin
"Manajemen sebagai seni memperoleh hasil melalui kegiatan orang lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Fenomena yang didapatkan di RSUP Undata Palu, fungsi manajemen kepala ruangan belum terlaksana dengan maksimal sesuai dengan tugas dan tanggung jawab sebagai kepala ruangan.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Undata Palu. Populasi dalam penelitian ini adalah 203 perawat pelaksana yang bertugas di 11 ruang rawat inap. Jumlah sampel penelitian ini adalah 149 perawat pelaksana. Proses analisa data menggunakan uji chi square untuk menguji hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan motivasi dan regresi logistik ganda menguji variabel yang paling dominan berhubungan dengan motivasi perawat pelaksana.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan baik 50,3 %, motivasi perawat pelaksana baik 53,7 %. Ada hubungan yang bermakna antara fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan motivasi perawat pelaksana, (p value 0,032, 0,022, 0,002, 0,003), karakteristik perawat pelaksana (umur, jenis kelamin, lama kerja, status perkawinan) tidak ada hubungan dengan motivasi perawat pelaksana (p value 0,949, 0,402, 0,0677, 0,575), sedangkan karakteristik pendidikan ada hubungan dengan motivasi perawat pelaksana (p value 0,045).
Peneliti menyimpulkan bahwa variabel fungsi manajemen kepala ruangan yang paling berhubungan dengan motivasi adalah fungsi pengarahan dan fungsi pengawasan setelah dikontrol oleh variabel pendidikan.

Management as the art of getting results through the activiti of others in order to achieve the goals previously set. Management functions are planning, organizing, directing and monitoring. The phenomenon found in RSUP undata Palu, the implementation of management functions with a maximum head room in accordance with the duties and responsibilities as the head of the room.
This research past descriptive correlation design with a cross-sectional approach that aims to identify how the implementation of relationship management functions with head room nurses motivation in implementing inpatient rooms RSUP Undata Palu. Population in this study was 203 nurses who served in 11 treatmant rooms. The number of samples of this study was 149 nurse staff. The process of data analysis using chisquare test to test the implementation of relationship management functions of lower manager with the motivation and multiple logistic regression to test the most dominant variables associated with motivation nurse staff.
The results showed the implementation of management functions of lower manager both 50.3%, well motivated nurses managing 53.7%. There was a significant relationship between management functions of planning, organizing, directing and monitoring by nurses implementing motivation, (p value 0.032, 0.022, 0.002, 0.003), the nurse staff characteristics (age, gender, working time, marriage status) there was no relationship with the nurse staff motivation (p value 0.949, 0.402, 0.0677, 0.575), whereas educational characteristics have a relationship with the nurse staff motivation (p value 0.045).
Researchers concluded that the variable management functions of lower manager most related to motivation is a function of direction and oversight functions are controlled by the variable after education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T32846
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Desianti Pritasari
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya data mengenai pengiriman pasien oleh perusahaan-perusahaan yang menjalin perjanjian kerja sama dengan Rumah Sakit PERTAMINA Klayan. Data tersebut menunjukkan terdapat 3 dari 14 perusahaan yang menjalin PKS pada tahun 2002 tidak melakukan pengiriman pasien sedangkan 11 perusahaan lainnya yang melakukan pengiriman pasien ke RS PERTAMINA Mayan di tahun 2002 pada bulan - bulan tertentu tidak mengirimkan pasien.
Tujuan peneiitian ini adalah mengetahui faktor-faktor pada perusahaan dan faktor - faktor pada rumah sakit yang dapat menyebabkan perusahaan yang menjalin PKS melakukan dan tidak melakukan pengiriman ke RS PERTAMINA Klayan.
Disain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan interaksi simbolik.
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan mengambil data langsung ke sumber data. Informan dalam penelitian ini adalah pihak yang berwenang membawahi masalah kesehatan karyawan disetiap perusahaan dan karyawan perusahaan yang pernah merasakan pelayanan RS PERTAMINA Klayan. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi dengan sumber untuk menjaga keabsahan data.
Pada penelitian ini diamati faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadi atau tidaknya pengiriman pasien, yaitu:
1. Faktor Perusahaan: Karakteristik Perusahaan, Angka Kesakitan, Kebijakan, Penilaian terhadap isi PKS dan Pengambilan Keputusan.
2. Faktor rumah sakit: Pelayanan, Fasilitas Pelayanan, Waktu, Tarif dan Informasi.
Hasil penelitian menunjukan terjadinya pengiriman dari 11 perusahaan di tahun 2002 ke RS PERTAMINA Klayan (RSPK) disebabkan oleh karakteristik perusahaan yang menimbulkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan seperti yang dimiliki oleh RSPK, sebaran tempat tinggal karyawan perusahaan yang dekat dengan lokasi RSPK, pimpinan perusahaaan yang memutuskan menjadikan RSPK sebagai pusat rujukan, pelayanan dokter dan perawat RSPK yang dinilai baik oleh informan, tarif rawat inap dan rawat jalan RSPK yang dinilai sesuai dengan kualitas pelayanan, kecepatan pelayanan rawat inap RSPK dan pendekatan persuasif mengenai informasi pelayanan RSPK.
Faktor penyebab tidak terjadinya pengiriman pasien oleh 3 perusahaan dan faktor penyebab pengiriman pasien 11 perusahaan tidak optimal ke RSPK di tahun 2002 adalah 68,58% sebaran tempat tinggal seluruh karyawan di 14 perusahaan dikategorikan jauh dari lokasi RSPK, karyawan sebagai pengambil keputusan mempunyai banyak pilihan rumah sakit karena perusahaan memiliki perjanjian kerjasama (PKS) dengan rumah sakit lain selain RSPK, fasilitas kesehatan karyawan yang ditanggung perusahaan terbatas, isi PKS antara RSPK dengan perusahaan tidak mengikat perusahaan untuk mengirim pasien hanya kepada RSPK, image tarif RSPK yang mahal bagi karyawan 3 perusahaan yang tidak melakukan pengiriman pasien ke RSPK ditahun 2002, lamanya penagihan dari pihak rumah sakit kepada perusahaan membuat perusahaan merasa dirugikan baik secara waktu, ketepatan pelaksanaan pasal penagihan PKS dan materi khususnya yang terjadi pada PT Terminal Batubara Indah cabang Cirebon.
Literatur: 24 buku (1977 -- 2002)

The Analysis Causation Factor Member of Agreement Company Sent and Not Sent Their Patient to PERTAMINA Klayan Hospital in CirebonThis research have a background data about quantity patient from companies that have master of agreement (MOU) with PERTAMINA Klayan hospital. From 14 companies, 3 of them not sent their patient to PERTAMINA Klayan hospital in 2002. in the other side 11 companies which sent their patient, in a certain month doesn't sent their patient.
The aim of this research is to find out the causation factor at the company and hospital which is cause companies with MOU sent and not sent their patient to PERTAMINA Klayan hospital.
This approach is qualitative approach with symbolic interaction research has been carried out based on data from interview. Informant in this research who is a person with authorithy on official health care problem in every company and company's employee who are ex. patient PERTAMINA Klayan hospital. This research take triangulation data in order to preserve validity of data.
This research observe causaction factor companies with MOU sent or riot sent their patient, as follow as:
1. Company Factor: Company Characteristic, Figure of Illness, Policy, Proportion Section of MOU and Decision Making.
2. Hospital Factor: Service, Facility of service, Time, Price and Information.
In 2002, the result of this research show that sent from 11 companies to PERTAMINA Hospital Klayan was caused by company's character which was appeared the need of healthy service like PERTAMINA Hospital Klayan, employee's residence which is near from PERTAMINA Hospital Klayan as center referral, service PERTAMINA Hospital Klayan doctor and nurses who judged kind by informant, hospitalize fee which is according to service quality, speed of hospitalize service PERTAMINA Hospital Klayan and persuasive approximation about PERTAMINA Hospital Klayan service information.
The cause factor does not sent the patient by 3 companies and the cause factor sent patient from 11 companies were optimal to PERTAMINA Hospital Klayan in 2002 around 68,58% spread of residence whole of in 14 companies. Those categories are far from PERTANIINA Hospital Klayan location, the employee has many options because the company had MOU (member of understanding) with another hospital beside PERTAMINA Hospital Klayan, the facility of employee's health who guaranteed by company, the content of MOU between PERTAMINA Hospital Klayan with company is not to set the company to send the patient to hospital, the expensive fee in PERTAMINA Hospital Klayan for employee 3 companies which is not sent to hospital in 2002, the time limit of debt from hospital to company make they feel lost, in time, accuracy of debt chapter and especially in PT Terminal Batubara Indah Cab. Cirebon.
Literature: 24 books (1977-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun
"Pola perilaku pencarian pengobatan di Jakarta berdasarkan Susenas (2001) didapatkan bahwa selama satu bulan terakhir sebanyak 29,39% penduduk Provinsi DICI Jakarta mengeluh masalah kesehatan (2.466.563 orang). Selain itu, diketahui juga bahwa warga DKI Jakarta mencari pertolongan rawat jalan bila sakit adalah ke praktek dokter (40,01%), puskesmas/pusat sebanyak 212.398 orang (26,93%), poliklinik swasta (11,20%), rumah sakit swasta (9,71%), rumah sakit pemerintah sebanyak 53.395 orang (6,77%), petugas kesehatan (3,82%), dan praktek pengobatan tradisional (1,56%). Dan dari 0,11% penduduk DKI Jakarta yang pernah rawat inap selama satu bulan terakhir menyatakan mencari pertolongan rawat inap bila sakit ke rumah sakit swasta (48,2%), rumah sakit pemerintah sebanyak 2.245 orang (24,5%), puskesmas sebanyak 852 orang (9,3%), dan fasilitas kesehatan lainnya (18,0%).
Terdapat permasalahan kesehatan berupa masih rendahnya upaya pelayanan kesehatan perorangan yang lengkap dan berkualitas di Provinsi DKI Jakarta, salah satunya adalah karena lemahnya pemantauan dan analisa kegiatan pelayanan medis rumah sakit di unit-unit pelayanan kesehatan akibat kualitas informasi dari sistem informasi manajemen rumah sakit termasuk mengenai mutu, efisiensi dan cakupan pelayanan rumah sakit di Provinsi DKI Jakarta yang rendah, sehingga tujuan pencegahan penyakit clan promosi kesehatan yaitu mengubah perilaku, kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan tidak tercapai dengan baik.
Rumah Sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan telah mengalami proses perubahan orientasi nilai dan pikiran, sehingga terjadi perubahan fungsi. Fungsi rumah sakit kini telah berkembang kearah kesatuan pelayanan yang mencakup aspek promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif. Selain itu, Rumah sakit juga merupakan sarana pelayanan kesehatan memiliki fasilitas paling kompleks, padat modal dan padat teknologi dan penyelenggaraan RS cenderung memerlukan teknologi mahal dan modal besar, yang didapat dari kaum pemodal.
Rumah Sakit memerlukan SIMRS yang terintegrasi sehingga terdapat sinkronisasi data dan menghasilkan informasi seperti yang diharapkan dengan cepat, tepat dan akurat agar pimpinan Rumah Sakit mampu mengelola secara lebih efisien dan efektif. Kendala umum yang ada dalam rumah saldt adalah kultur SDM, resistensi, biaya investasi tinggi dan pemahaman yang tidak seragam dan kurang terhadap kebutuhan SIMRS. Oleh karena itu, perlu melakukan standarisasi SIMRS untuk mendukung "pelayanan prima".
Dengan dikembangkannya sistem informasi manajemen rumah sakit mengenai mute, efisiensi dan cakupan pelayanan diharapkan dapat membantu dalam penguatan manajemen program yaitu perencanaan, monitoring dan evaluasi yang nantinya akan berujung pada peningkatan kinerja rumah sakit yang berdasar kepada kepuasan pasien, pelayanan medis, efisiensi ketiangan dan tempat tidur, kepuasan staf dan karyawan, serta kualitas lingkungan sebagai bagian program upaya pelayanan kesehatan perorangan yang terpadu, lengkap dan berkualitas di Provinsi DKJ Jakarta.
Tujuan lain dikembangkannya sistem informasi manajemen rumah sakit mengenai mutu, efisiensi dan cakupan pelayanan adalah dapat diidentifikasinya permasalahan-permasalahan pada sistem informasi manajemen rumah sakit yang ada dan berjalan sebelumnya, tersusunnya basis data dalam mendukung sistem informasi khususnya untuk kegiatan manajemen program pengendalian upaya pelayanan kesehatan, serta teridentifikasinya indikator-indikator yang menunjang kebutuhan informasi mengenai mutu, efisiensi dan cakupan pelayanan medis di rumah sakit.
Metode yang digunakan adalah System Development Life Cycle (SDLC) yang tprbagi dalam empat tahap yaitu perencanaan, analisis sistem, perancangan sistem, dan ,irngkmentasi sistem.
Dari hasil analisis sistem ditemukan beberapa masalah yang ada seperti pada pengumpulan data dilaksanakan triwulan dan tahunan, pengolahan data masih secara konvensional, belum dilaksanakan analisis dan tindakan, sumber data belum lengkap; masih sering terlarnbatnya data yang akan diolah, sumber daya manusia terbatas dan mempunyai tugas rangkap.
Kesimpulan pada tesis ini pertama permasalahan sistem informasi manajemen rumah sakit terkait dengan sistem analisis prosedur, basis data, sarana dan prasarana, kedua prototype yang telah diuji coba di Laboratorium Komputer Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan menggunakan data laporan kegiatan rumah sakit.

The pattern of look for medical treatment behavior in Jakarta based on Susenas (2001) obtained that in the latest month 29,39% DKI Jakarta citizen have complain about health problem (2.466.563 person). The other hand, Selain itu, can be know that DKI Jakarta people need an ambulatory patient helps if sick is to doctor practice (40,01%), health center/sub health center 212.398 person (26,93%), private clinic (11,20%), private hospital (9,71%), government hospital 53.395 person (6,77%), health staff (3,82%), and traditional medicine practice (1,56%). And form 0,11% DKI Jakarta citizen who will have a residential establishment patient in the latest month need a residential establishment patient helps if sick to private hospital (48,2%), government hospital 2.245 person (24,5%), health center 852 person (9,3%), and the others health facility (18,0%).
There are health problems such as health service efforts which complete and quality still low in DKI Jakarta Province, one of that is lack of monitoring and hospital in unit-unit of health services because information quality from hospital management information system include quality, efficiency and service coverage in DKI Jakarta Province are still low, so that the goal of diseases preventive and health promotions to change behavior, social condition, economy and environment which influence a health not accomplished.
Hospital is integral divide of health services which have a difference process of value and thought, so that to be a difference of function. Hospital function now is growing to one-stop services include promotive aspect, preventive, curative and rehabilitative. The other hand, hospital is health service instrument which have complex facility, financial capital dense and technology dense and to carry out a hospital need an expensive technology and great financial capital, which have from financial stakeholders.
Hospital need a SIMRS integrated so that have a data synchronize and have an information to be hope with fast, right and accurately in order to Hospital Decision Maker have capability to manage more efficient and effective. Existing problem in hospital is human resources culture, resistance, high cost investment and lack of Understanding in need of SIMRS. Because of that, need to be standardizing of SIMRS for carried on "first-rate service".
With the development of Hospital Management Information System about Quality, Efficiency and Services Coverage expected to be strengthen of program's management that is planning, monitoring and evaluating which at the end can be increasing The Work Achievement of Hospital based on Patients Satisfaction, Medical Services, Bed Occupancy and Finance Efficiency, Staff and Employee Satisfaction, and Environment Quality where that is a divided of personal health service efforts which kind is centralized, completed and qualified in DKI Jakarta Province.
Another goals from the development of Hospital Management Information System about Quality, Efficiency and Services Coverage is to be identify a problems in existing Hospital Management Information System, to pile up a database for carried on information system especially for management activity of health service efforts controlling program, and then to be identify an indicators which carried on information about quality, efficiency and medical service coverage in hospital.
The method used is System Development Life Cycle (SDLC) that divided in four phases, among others: planning, system analysis, designing and system implementation.
From the result of analysis is found several problems which appears like data collecting is accomplished three-quarters and annually, data processing is conventionally, it had been not accomplished analysis and action yet, data sources is not complete, it's frequently too late the data that will be processed, limited human resources and have a overlapping job.
A conclusion in this thesis: First, a problem of hospital management information system is referred to procedural analysis system, database, instruments and infrastructure. Second, prototype which had experimented in computer laboratory in Public Health Faculty - University of Indonesia by using activities hospital record data.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Ratna Primayanti
"Rumah sakit secara umum yang menghadapi berbagai tantangan dalam melaksanakan fungsinya sebagai institusi pelayanan kesehatan dalam upaya mengembangkan fungsi sosial dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan berbagai hal, antara lain permintaan pasar yang semakin mengarah pada kualitas pelayanan, dicanangkannya pelayanan prima, kebijakan tentang pelayanan pasien miskin, akreditasi rumah sakit, lahirnya UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maraknya Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai kontrol sosial.
Penjabaran tentang fungsi sosial rumah sakit tersebut dapat diketahui dari Pasal 25 Permenkes Nomor 159 b tahun 1988 tentang Rumah Sakit Nasional Jo. SK Menkes Nomor 378 tahun 1993 tentang pelaksanaan fungsi sosial rumah sakit swasta, dinyatakan "Setiap rumah sakit harus melaksanakan fungsi sosialnya dengan antara lain menyediakan fasilitas untuk merawat penderita yang tidak mampu. Bagi rumah sakit pemerintah sekurang-kurangnya 75% dari kapasitas tempat tidur yang tersedia, sedangkan bagi rumah sakit swasta sekurang-kurangnya 25% dari kapasitas tempat tidur yang tersedia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pelaksanaan kebijakan Permenkes No. 159b tahun 1988 tentang penerapan fungsi sosial dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dengan tujuan khusus :
Pemahaman kebijakan tentang fungsi sosial rumah sakit dalam kaitannya dengan penerapan fungsi sosial rumah sakit, pelaksanaan penerapan kebijakan fungsi sosial rumah sakit dan penilaian pelaksanaan Permenkes No. 159b /Menkes/Per/1111988 tentang penerapan fungsi sosial rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukk`an bahwa pemahaman manajer kesehatan terhadap kebijakan fungsi sosial ialah terjadi salah persepsi di pejabat Depkes, yaitu Permenkes 159b/Menkes/Per/1111988 telah diganti SK Menkes 582/Menkes/SK VII1997. Pemahaman dari RSUD Tarakan tentang kebijakan fungsi sosial rumah sakit hanya diketahui oleh level manajer 1 dan level manajer 2. Lever manejer 3 dan manajer 4 hampir seluruhnya baru tahu ada kebijakan fungsi sosial rumah sakit dan merasa hanya menjalankan kebijakan fungsi sosial rumah sakit sebagai perintah atasan. RSUD Tarakan telah melaksanakan fungsi sosial dengan tempat tidur kelas III 41,41% dengan BOR kelas 111 73,23%, klaim yang dikeluarkan untuk fungsi sosial rumah sakit 23,29% dari hasil pendapatan rumah sakit.
Disarankan agar antara Permenkes 159blMenkeslPer/1111988 Pasal 25 dan SK Menkes RI No. 582/ MenkesISKIVI/1997 sehingga harus dilakukan peninjauan kembali 2 ketentuan yang menetapkan besarnya jumlah tempat tidur, meskipun RSUD Tarakan dalam pelaksanaannya tidak memenuhi ketentuan Permenkes 159b tahun 1988 Pasal 25 ternyata dengan tempat tidur 41,41% BOR nya 73,23%. Hal ini dipertimbangkan agar rumah sakit dibebaskan untuk mengatur tempat tidur.

Analysis on Implementation of Hospital Social Function Policy Conducted in Tarakan Hospital, Central Jakarta Year 2004Hospitals face many challenges in implementing their function as health care institution related to the development of hospital social function and the duty to provide health care to the public. This complex situation is caused by market demand towards quality, prime service embark, policy on poor patient, hospital accreditation, Law No. 8/1999 on consumer's protection and the ever increasing number of NGO act as social control.
The Minister of Health Decree Number 159b/1988 Chapter 25 on National Hospital and Minister of Health Decree Number 378/1993 on the implementation of social function of private hospitals stated that every hospital should implement its social function by, among others, providing facilities to poor patients, at least 75% of bed capacity for state-owned hospital and at least 25% for private hospital.
This study objective is to analyze the implementation of Minister of Health Decree Number 159b/1988 on the implementation of hospital social function in Tarakan Hospital with specific objectives of investigating the understanding of the hospital social function among hospital managers, the implementation of hospital social function policy, and evaluation of Minister of Health Decree Number 159b/1988 on hospital social function implementation.
The study shows that there is misperception on social function policy among hospital managers the Minister of Health Decree Number 159b/1988 has been replaced by Minister of Health Decree Number 582/1997. Understanding of hospital social function were only perceived by level 1 and level 2 managers. Level 3 and 4 managers did not notice the policy as legal document and implement the policy based on superior's command only. Tarakan Hospital has been implemented its social function by providing 41.41% class III wards with BOR of 73.23%, the hospital also claimed that they spent 23.29% of its income for social function.
It is recommended to adjust and to review both the Minister of Health Decree Number 159b/1988 and the Minister of Health Decree Number 582/1997 as to not confuse hospital managers. Even though Tarakan Hospital was not complied to the Minister of Health Decree Number 159b/1988 but the hospital had provided 41.41% class III wards with BOR of 73.23%. It is also suggested that the hospital should given the freedom to determine the number of beds provided for social function.
References: 25 (1986-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afni Intan Pratiwi
"Implementasi IPM melalui SAMRS oleh teknisi elektromedik IPSSRS RSUP Fatmawati belum dilaksanakan secara optimal, ditunjukkan dengan adanya perbedaan antara capaian IPM dalam kontrak kinerja pegawai dengan report IPM melalui SAMRS. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis implementasi inspection preventive maintenance berbasis web sistem aset manajemen rumah sakit dengan technology acceptance model di RSUP Fatmawati. Penelitian ini merupakan jenis penelitian operasional yang bersifat kualitatif. Metode yang digunakan adalah observasi, telaah dokumen, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian digambarkan dengan matriks hasil wawancara mendalam untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi implementasi IPM melalui SAMRS. Berdasarkan hasil analisis menggunakan technology acceptance model, diketahui akar penyebab implementasi IPM melalui SAMRS tidak optimal akibat kurangnya sumber daya elektromedik di RSUP Fatmawati. Faktor lain penyebab implementasi IPM melalui SAMRS tidak optimal karena IPM melalui SAMRS belum menjadi laporan wajib teknisi elektromedik dan kurangnya waktu yang dibutuhkan oleh teknisi elektromedik untuk pencatatan hasil IPM melalui SAMRS. Berdasarkan analisis tersebut diberikan usulan berupa penghitungan analisis beban kerja teknisi elektromedik terhadap jumlah alat medik di RSUP Fatmawati yang dilakukan inspection preventive maintenance dan merubah sistem pelaporan IPM teknisi elektromedik kepada kepala IPSSRS dari manual menjadi digital melalui SAMRS.

The implementation of IPM through SAMRS by IPSSRS electromedic technician at RSUP Fatmawati has not been carried out optimally, as indicated by the differences between the achievement of IPM in employee performance contracts with IPM reports through SAMRS. This research was conducted to obtain the results of the implementation analysis of a web-based inspection preventive maintenance system of hospital management with technology acceptance models at RSUP Fatmawati. The type of this research is qualitative operational research. The method used are observation, literature review, and in-depth interviews. The results of the study are illustrated by a matrix of in-depth interviews to find out the factors that influence the implementation of IPM through SAMRS. Based on the analysis using the technology acceptance model, the main cause of the implementation of IPM through SAMRS is not optimal due to the lack of electromedic resources in RSUP Fatmawati. The other factors causing the nonoptimal implementation of IPM through SAMRS are IPM through SAMRS has not become a mandatory report on electromedical technicians and the lack of time required by electromedical technicians to record the results of IPM through SAMRS. Based on the analysis it can be proposed that electromedical technician workload calculation of the number of medical devices in RSUP Fatmawati which is carried out by preventive maintenance inspection and changes the electromedic technician's IPM reporting system to the IPSSRS head from manual to digital via SAMRS is suggested as the recommendation to resolve the problem."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Abdullah
"Banyak pengelola Rumah Sakit telah melaksanakan kegiatan pemasaran walau belum didasari oleh manajemen pemasaran yang benar sehingga hasilnya belum optimal. Agar kegiatan pemasaran dapat berjalan sesuai dengan tujuannya maka diperlukan adanya kegiatan manajemen atau manajerial yang utama meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi kerja dan pengawasan. Kegiatan pemasaran yang direncanakan dengan baik, diorganisasikan, dikoordinasikan serta diawasi akan membuahkan hasil yang memuaskan. Kegiatan pemasaran yang seperti itulah yang disebut sebagai kagiatan Manajemen Pemasaran.
Manajemen Pemasaran di Rumah Sakit X dalam pengamatan penulis selama melakukan kegiatan residensi beberapa waktu sebelumnya belum mempunyai departemen pemasaran formal dan belum menerapkan seluruh fungsi pemasaran. Dimana dari analisa situasinya Rumah Sakit X mempunyai beberapa peluang dan ancaman, seperti adanya perluasan kapasitasnya dan tingginya tingkat persaingan antar Rumah Sakit dewasa ini. Dengan adanya usulan model pengembangan manajemen pemasaran ini diharapkan dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang ada.
Tujuan penelitian adalah membuat beberapa model manajemen pemasaran baik yang bersumber dari industri jasa kesehatan maupun industri jasa lainnya, yang kemudian akan dikaji kekuatan dan kelemahan dari masing-masing model untuk dibuat menjadi suatu karya (design) model yang sesuai untuk pengembangan manajemen pemasaran di Rumah Sakit X.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan metode penelitiannya diskriptif analitik.
Dari hasil penelitian tampak bahwa team pemasaran atau manajemen pemasaran Rumah Sakit X masih bergerak dalam ruang lingkup yang masih terbatas, baik dalam perencanaan pemasaran, struktur organisasi, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan pemasaran yang dilakukannya.
Usulan pengembangan model ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi pengembangan manajemen pemasaran di Rumah Sakit X.
Daftar Pustaka : 29 (1980 ? 1996)

The Development of Marketing Management Model in the Hospital XMany hospital have carried out marketing activities, but they have not used correct marketing management, and the result is not maximum.
In order to work as the plan, marketing activities need management activities or the main managerial which include Planning, organization, working coordination and control of marketing activities which are planned carefully, organized, coordinated and fully controlled with the hope to get best result. These activities are called marketing Management activities.
As he writer observed juicing the residential program, the hospital "X" doesn't have a formal marketing department and it has not applied all marketing functions.
Where from the situational analysis the hospital "X" has both opportunities and threats, such as capacity improvement and high competition among hospitals.
The idea of improvement model of marketing management hopefully can help to face the existing problems.
The aim of the observation is to make some models of marketing management both from the industry of health services and other service industries. Then based on these models, we can observe each model for its strength and weaknesses so in the end we can create a model which is suitable for improving marketing management in the Hospital "X".
It is a qualitative observation with a model of analytical descriptive examination. From the observation we can conclude that the marketing team or marketing management in the hospital "X" work with a limited scope, such as in marketing plan, organization structure, activities performance and marketing control.
The idea- of improving this model hopefully can be used for marketing management improvement in the Hospital "X"."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldino Novian
"Latar Belakang: Manajemen professional sangat dibutuhkan untuk menentukan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan rumah sakit yang berkualitas. Perawat sebagai salah satu sumber daya manusia di rumah sakit merupakan ujung tombak pelayanan yang harus direncanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja dan jumlah optimal kebutuhan tenaga perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit FMC tahun 2018.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational descriptive dengan menggunakan metode quantitative dan wawancara mendalam. Pengumpulan data secara quantitative dilakukan dengan cara observasi, yang dilakukan dengan pendekatan work sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit FMC. Sample penelitiannya adalah seluruh perawat (27 perawat) di instalasi rawat inap. Data dianalisa menggunakan formula Gillies, PPNI, Ilyas dan Douglas.
Hasil: analisa ini menunjukkan bahwa penggunaan waktu produktif terhadap total waktu kerja kerja selama observasi 7 hari sebesar 64,87%. 28,11% digunakan untuk aktifitas keperawatan langsung dan 36,11% digunakan untuk aktifitas keperawatan tidak langsung. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan waktu produktif oleh perawat masih rendah. Berdasarkan penggunaan waktu produktif yang dianalisa menggunakan formula Gillies, PPNI, Ilyas dan Douglas rata-rata tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 22 perawat.
Kesimpulan: Jumlah optimal kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan di instalasi rawat inap Rumah Sakit FMC sebanyak 22 orang perawat. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan jumlah perawat di instalasi rawat nap Rumah Sakit FMC sebanyak 5 orang perawat.

Background: Professional management is needed to determine the type as well as the quality of the human resources to assure the quality productive hospital services. Nurses, as one kind of the resources in hospital, act as a frontline service that should be planned. This study aimed at finding out of workload and the optimal number of nurses in the inpatient instalasi at FMC hospital 2018.
Method: This research is a descriptive observational study using quantitative method and deep interview. Quantitative data collection observation was done by using work sampling approach. Data were collect through observation of nurses activities at inpatient instalasi at FMC hospital will be observed for seven days. Samples were all nurses (27 nurses) at inpatient instalasi. The data were analyzed using Gillies, Indonesian nurses association, Ilyas and Douglas formulas.
Results: The analysis showed that using the total productive activities time were observed for seven days at 64,87%. 28,76% is used for direct nursing activities and 36,11% is used for indirect nursing activities, it was conclude that the productive time use of the nurses still very low. Based on the productive working hours that analyzed using Gillies, Indonesian Nursse Association, Ilyas and Duoglas formulas, average only twenty two nurses needed.
Conclusion: The optimal number of nurses needed in the inpatient instalasi at FMC hospital is twenty two nurses. This means that there are an excessive number of nurses as five nurses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>