Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70360 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lien Herlina
"ABSTRAK
Penetapan gaji secara kualitatif yang biasa diterapkan di lembaga-lembaga pemerintah sering dirasakan kurang adil karena hak yang diterima untuk jenis pekerjaan yang beban tugasnya lebih berat tidak berbeda dengan hak untuk jenis pekerjaan yang beban tugasnya lebih ringan, demikian juga untuk seseorang yang berprestasi baik tidak berbeda dengan untuk yang berprestasi biasa-biasa saja.
Sistem penetapan gaji yang membedakan gaji berdasarkan kinerjanya masing-masing dikenal dengan nama "sistem merit" Idenya adalah bahwa janji akan adanya pemberian gaji yang lebih tinggi untuk yang lebih berprestasi akan mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.
Salah satu penerapan sistem merit di Lembaga Pemerintahan adalah melalui penerapan jabatan fungsional peneliti, sedangkan tolok ukur produktivitas dalam penerapan jabatan fungsional peneliti adalah melalui pengumpulan angka kredit.
Satu sampel berjumlah 201 responden yang terdiri dari 104 peneliti dan 97 bukan peneliti digunakan untuk menguji beberapa hipotesa berkaitan dengan [earl tentang sistem merit. Analisa data untuk menguji hipotesa tersebut meliputi uji beda dua rata-rata dan analisa korelasi. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dengan memakai skala Likert untuk mendapatkan data primer.
Uji beda dua rata-rata menunjukkan bahwa terdapat perbedaan produktivitas antara peneliti dan bukan peneliti dimana produktivitas peneliti Iebih tinggi dibandingkan produktivitas bukan peneliti. Selanjutnya analisa korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positip antara pelaksanaan sistem merit melalui penerapan jabatan fungsional peneliti dengan produktivitas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positip antara jenjang jabatan fungsional peneliti dengan produktivitas.
Dengan asumsi bahwa pegawai yang mengikatkan dirinya kedalam jabatan fungsional peneliti adalah orang-orang yang sudah mempunyai "achievement need" yang tinggi, maka dengan adanya tugas, peluang dan balas jasa yang sudah jelas, akan semakin terdorong baginya untuk menghasilkan produktivitas tertentu yang dipersyaratkan dalam jabatan fungsional peneliti.
Temuan penelitian dapat menjadi masukan bagi organisasi secara umum yang ingin sistem penggajiannya sebagai alat memotivasi pegawai untuk meningkatkan produktivitas. Untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini disarankan agar dikembangkan penelitian lanjutan antara lain : studi tentang faktor lain yang mempengaruhi produkivitas, studi tentang faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk melaksanakan sistem merit, studi perbandingan penerapan sistem merit pada organisasi lainnya.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Razmara
"Pada kondisi saat ini, sejak di berlakukannya Otonomi Daerah, hampir di semua sektor mengalami perubahan yang signifikan. Tidak terkecuali di Kantor Penghubung Pemerintah Propinsi Riau, peranannya semakip strategis dan komplek. Peningkatan sumber daya manusia, sarana & prasarana, efisiensi dan efektivitas organisasi telah dilakukan. Sehingga budaya kerja yang ada dapat menentukan optimalisasi pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai produktivitas pegawai yang tinggi. Budaya kerja yang kondusif antara lain ditunjukkan oleh sikap pegawai yang mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan baik eksternal maupun internal dan dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman, sehingga produktivitas pegawainya juga tinggi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana suasana budaya kerja dan produktivitas pegawai, tinggi atau lemah, dan untuk mengetahui lebih jauh hubungan budaya kerja dengan produktivitas pegawai di lingkungan Kantor Penghubung Pemerintah Propinsi Riau di Jakarta.
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, jumlah sampel sebesar 60 dan teknik pengambilan sampelnya menggunakan sampling jenuh atau semua populasi yang ada menjadi sampel penelitian. Analisis data yang terkumpul dari kuesioner dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, karena datanya ordinal menggunakan analisis median dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan budaya kerja dengan produktivitas pegawai menggunakan analisis non parametrik yaitu uji korelasi Spearman Rank (Rho).
Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian peneliti menguji validitas dan reliabilitas dari instrumen budaya kerja dan instrumen produktivitas pegawai sebelum dan sesudah pengambilan data dengan menggunakan Pearson's Product Moment dan rumus Alpha dengan bantuan program SPSS 11,00.
Peneliti menggunakan variabel budaya kerja menurut De Bettignie dalam Ndraha, 1997, terdiri dari beberapa aspek, yaitu: (1) conformity (kebatuhan), (2) reactance (reaksi atau respon), (3) responsibility (tanggung jawab), (4) risk taking (pengambilan risiko), (5) standards (standar atau baku), (6) rewards (ganjaran), (7) clarity (kejelasan), (8) team spirit (semangat tim), dan (9) warmth (kehangatan). Adapun variabel produktivitas pegawai yang diambil dari Encyclopedia of Professional Management dan diuraikan lebih lanjut oleh peneliti, terdiri dari : (1) kemampuan merumuskan kebijakan, (2) pembinaan sarana dan prasarana, (3) kelancaran urusan tata usaha, (4) pembinaan pegawai, (5) kualitas dan tersedianya bahan, (6) skala pelaksanaan pekerjaan, (7) sikap kerja, (8) motivasi dan (9) efektivitas.
Pengukuran budaya kerja menurut Waworuntu, 2002:49, dalam Purnama, Nur Ratih, 2002:41, bahwa budaya tinggi dengan median ≥ 4; budaya lemah dengan median ≥ 3 dan ≤ 4; dan budaya diambang. pintu (sudah menjadi nilai tetapi masih lemah) dengan median ≤ 3. Pengukuran terhadap produktivitas pegawai juga menggunakan pengukuran yang sama, yaitu produktivitas tinggi dengan median≥ 4; produktivitas lemah dengan median ≥3 dan ≤ 4; dan produktivitas diambang pintu (sudah menjadi nilai tetapi masih lemah) dengan median ≤ 3.
Hasil penelitian, berdasarkan analisis median diketahui persepsi dari 60 responden terhadap suasana/kondisi budaya kerja pada Kantor Penghubung Riau, 90,0% menyatakan budaya kerjanya tinggi dan 10,0% menyatakan budaya kerjanya lemah, serta nilai median sebesar 4,2857. Adapun persepsi dari 60 responder terhadap tingkat produktivitas pegawai pada Kantor Penghubung Riau di Jakarta, 90,0% menyatakan produktivitas pegawainya tinggi dan 10,0% menyatakan produktivitas pegawainya lemah, serta nilai median sebesar 4,2857.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho), diketahui bahwa terdapat korelasi yang significant antara budaya kerja dengan tingkat produktivitas pegawai yaitu sebesar r = 0,977** dan p = 0,000; berarti ada hubungan yang sangat kuat antara budaya kerja dengan tingkat produktivitas pegawai. Apabila budaya kerjanya tinggi maka produktivitas pegawainya juga tinggi.
Secara keseluruhan baik budaya kerja maupun produktivitas pegawai hasilnya adalah tinggi, namun ada beberapa saran yang dapat peneliti sumbangkan yaitu :
1. Segenap jajaran pimpinan dan staf di Kantor Penghubung Pemerintah Propinsi Riau agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam beradaptasi dengan berbagai perubahan;
2. Perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kekuatan dari budaya kerja yang akan menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas;
3. Agar tetap memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan strategi pelayanan Pemerintah Propinsi Riau.

Relationship Between Working Culture And Personnel Productivity In Contact Office Of Riau Province GovernmentAt present condition, since the enforcement of Local Autonomy, nearly all sectors undergo significant changes. That includes Contact Office of Riau Province Government, it holds more strategic and complex roles. Improvement of human resources, facilities & infrastructures, organizational efficiency and effectiveness have been implemented. Therefore, the available working culture can determine the optimum job implementation in achieving high personnel productivity. A conducive working culture among others is projected by the personnel attitudes that can adapt towards both external and internal changes and can create a comfortable working environment, so that the personnel productivity is also high.
Based on that grounds, this research is aimed at identifying as to whether the working culture condition and personnel productivity, high or low, and further identifying the relationship between working culture and personnel productivity in Contact Office Of Riau Province Government in Jakarta.
Method of data collection uses questionnaires with a total of 60 samples and the technique to get the samples is through saturated samples or all respondents available become research samples. Data analysis collected from the questionnaires is done through the use of descriptive analysis, because the data is ordinal, analysis median is used and to find out the presence or the absence of relationship between working culture and personnel productivity using non-parametric analysis, that is, correlation test of Spearman Rank (Rho).
To find out the validity and reliability of the research instruments the researcher verify the. validity and reliability of working culture instruments and personnel productivity instruments before and after data collection through the use of Pearson's Product Moment and Alpha formula with the assistant of SPSS 11,00 program.
The researcher uses working culture variable, according to De Bettignies in Ndraha, 1997, consisting of several aspects, that is,: (1) conformity, (2) reactance, (3) responsibility, (4) risk taking, (5) standards, (6) rewards, (7) clarity, (8) team spirit, and (9) warmth. As for the personnel productivity variable extracted from Encyclopedia of Professional Management and further elaborated by the researcher, consist of: (1) ability to formulate policy, (2) facility and infrastructure building, (3) smoothness of administrative affairs, (4) personnel development, (5) quality and materials availability, (6) scale of jobs implementation, (7) working attitudes, (8) motivation and (9) effectiveness.
Measurement of working culture according to Waworuntu, 2002:49, in Pumama, Nur Ratih, 2002:41, states that high culture with median ≥ 4; low culture with median ≥ 3 and ≤ 4; and in subsistence level culture (has become a point but still low) with median ≤ 3. The measurement towards personnel productivity also utilizes the same measurement, that is, high productivity with median ≥ 4; low productivity with median ≥ 3 and ≤ 4; and subsistence level productivity (has become a point but still low) with median ≤ 3.
The results of the research, based on the median analysis have identified the perceptions from 60 respondents towards working culture condition in Riau Contact Office, 90,0% says high and 10,0% says low, and the median point: 4,2857. As for the perception from 60 respondents towards personnel productivity level in Riau Contact Office in Jakarta, 90,0% says high and 10,0% says low, and the median point: 4,2857.
Based on the analysis using correlation test of Spearman Rank (Rho), it is identified that there is significant correlation between working culture and personnel productivity level, that is, r = 0,977** and p = 0,000; which means that there is very strong relationship between working culture and personnel productivity level. If the working culture is high, so is the personnel productivity.
As a whole both working culture and personnel productivity level are high, however the following are the recommendations that can be contributed by the researcher. All levels of management and staff in Contact Office of Riau Province Government are to increase their capacity in adapting with various changes; It is necessary to make some efforts to increase the power of working culture which will determine the success of jobs implementation; It is necessary to maintain the provision of satisfying services to the society, which are adjusted with the needs and the changes of service strategy of Riau Province Government."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar
"Keberhasilan PT Astra International sebagai perusahaan publik tentunya tidak diragukan lagi, sukses tersebut adalah hasil kerja keras dan penerapan strategi perusahaan yang tepat dalam pengelolaan proses ini. Penerapan Gugus Kendali Mutu (GKM) Cipta 2000 di Auto 2000 Ciledug telah berhasil meningkatkan produktivitas kerja karyawan di bagian service. Penelitian yang diangkat dari pelaksanaan GKM Cipta 2000 dengan tema mempercepat waktu pemeriksaan kerusakan komponen IIA telah berhasil menurunkan waktu pengerjaannya dari 192 menit menjadi 27 menit (sebesar 86%) setelah dibuatkan alat bantu khusus "Cipta IIA Tester". Selain itu dengan dilaksanakannya GKM Cipta 2000 ini telah dapat dihemat biaya sebesar Rp.3.960.000,- per tahun. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan GKM Cipta 2000 telah berhasil menumbuhkan pertisipasi karyawan dengan cara ikut menyumbangkan saran pada pertemuan kelompok, sehingga melahirkan ide-ide baru yang bisa digunakan untuk pemecahan masalah-masalah yang dihadapi, bekerja lebih aman dan cepat dan membuat karyawan lebih percaya diri dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sinuraya, Rumenta
"ABSTRAK
Era globalisasi, yang berorientasi pada liberalisasi Perdagangan dan Investasi yang pelaksanaannya dimulai pada tahun 2003 oleh anggota AFTA, dan selambat-lambatnya pada tahun 2020 sesuai dengan kesepakatan World Trade Organization (WTO), akan menciptakan persaingan yang semakin ketat dalam menarik investasi maupun memasuki pasar global. Presiden Soeharto mengingatkan bahwa Indonesia tidak mempunyai pilihan lain selain ikut terlibat langsung dalam persaingan yang ketat tersebut. Oleh karena itu era globalisasi yang berbarengan dengan rencana relokasi industri dari negera-negara industri maju tersebut haruslah dipandang sebagai peluang dan momentum yang hares dimanfaatkan demi pengembangan kemajuan industri dalam negeri. Gerakan Peningkatan Produktivitas Nasional merupakan langkah yang sangat strategis dan efektif dalam rangka meningkatkan daya saing produk industri dalam negeri untuk memenangkan persaingan memasuki pasar domestik, regional maupun global.
Penulis memilih PT XYZ , yaitu salah satu industri dalam negeri dengan misi melakukan alih teknologi dalam rangka menguasai teknologi menuju terbentuknya Pusat Keunggulan Teknologi (Center of Excellence), sebagai obyek penelitian baik dalam rangka mengevaluasi sejauh mana kegiatan pengukuran produktivitas telah dilakukan maupun dalam rangka perancangan model pengukuran produktivitas yang akan diterapkan. Untuk maksud tersebut penulis menggunakan metode Quick Productivity Appraisal Approach yang mencakup Company Performance Analyses (CPA) dan Qualitative Assessment untuk menentukan area prioritas yang memerlukan perbaikan produktivitas. Kemudian dibentuk Nominal Group Technique (NGT) untuk menyusun program peningkatan produktivitas yang akan diiaksanakan, sedangkan Objective Matrix Model digunakan sebagai alat dalam merancang model pengukuran dan mengevaluasi hasil yang dicapai.
Priority Area Improvement yang berhasil diidentifikasi dengan menggunakan QPA temyata sejalan dengan langkah-langkah yang diambil oleh Dewan Komisaris dan Direksi dalam rangka meningkatkan produktivitas perusahaan, di mana kerugian terbesar yang dialami perusahaan pada tahun 1991 sebesar kurang lebih Rp. 38 milyar akhimya berhasil diatasi menjadi keuntungan sebesar Rp. 2,5 milyar pada tahun 1995 dalam jangka waktu 4 tahun.
Akhirnya Direksi perusahaan memutuskan agar unit P6 (Pusat Pengkajian Pertumbuhan Produktivitas Prestasi Perusahaan) menerapkan metode QPA yang dikombinasikan dengan Objectiive Matrix Model tersebut di seluruh unit organisasi sebagai alat dalam melaksanakan Peningkatan Produktivitas secara menyeluruh dan berlanjut di perusahaan tersebut.

ABSTRACT
Globalization in the form of trade and investment liberalization which will be implemented in 2003 by the AFTA members and, at the latest 2020 as has been agreed by World Trade Organization (WTO), will create an intense competition not only in attracting investment but also in entering global market. President Soeharto has said that Indonesia does not have any other choice but to participate in the competition. Therefore the globalization with industrial relocation plan by industrial countries must been seen as opportunities and momentum to be utilized in developing domestic industries. National Productivity improvement Movement is a strategic and effective step toward improving domestic industrial product competitiveness in order to win the competition in entering domestic, regional and global market.
The author chose PT XYZ, one of domestic industries whose mission is to conduct technology transfer in order to acquire technology to develop center of excellence, as the research object not only to evaluate how far the productivity measurement activities have been conducted but also to design productivity measurement to be implemented.
In this thesis, the author used Quick Productivity Appraisal Approach (QPAA) method including the Company Performance Analyses (CPA) and Qualitative Assessment (QA) to determine the areas of priority which need productivity improvement. Then, Nominal Group Technique was established to formulate productivity improvement program; and Objective Matrix Model was used as a tool in designing measurement model and evaluating the result.
Priority Area improvement identified using QPA is actually in accordance with steps taken by Board of Commissioner and Directors in improving corporate productivity which have turned 38 billion rupiah loss in 1991 into 2,5 billion rupiah in profit in 1995.
Finally the Board of Directors had decided that the Pusat Pengkajian Pertumbuhan Produktivitas Prestasi Perusahaan (P6) should implement QPA method which would be combined with Objective Matrix Model at all organizational units as a mean to improve productivity integratedly and sustainably in the company.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ramlan
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa produktivitas dosen perguruan tinggi negeri dalam bidang penelitian sangat bervariasi. Hal ini bila diukur dari jumlah mereka ( Doses Universitas/Institut Negeri ) yang mengajukan proposal penelitian ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan dinyatakan lolos seleksi untuk dibiayai tergolong masih rendah dan bervariasi. Diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Melalui penelitian ini dicoba ungkapkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas dosen perguruan tinggi dalam bidang penelitian. Adapun faktor-faktor yang dianalisis yaitu : Kompetensi dosen, Pelatihan, Motivasi, iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja. Kelima prediktor ini diduga mempunyai hubungan korelasi dengan produktivitas dosen dalam bidang penelitian.
Berangkat dari asumsi ini hipotesis penelitian dibuat: terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel bebas (sumber daya manusia/kompetensi dosen, pelatihan, motivasi, iklim organisasi, dan kepuasan kerja) dengan produktivitas dosen dalam bidang penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dosen dalam bidang penelitian. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh tersebut akan sangat bermanfaat bagi pengambil kebijakan baik di tingkat Departemen maupun di tingkat Lembaga Perguruan Tinggi tempat dosen bekerja untuk mengambil kebijakan yang tepat. Diharapkan melalui serangkaian evaluasi kebijakan, umpan balik, dan perbaikan, produktivitas dosen di bidang penelitian bisa ditingkatkan.
Subyek penelitian ini adalah dosen perguruan tinggi negeri, non akademi dan politeknik yaitu peserta penelitian program berbagai bidang ilmu. Dengan demikian, populasinya adalah dosen peserta program penelitian berbagai bidang ilmu sebanyak 886 orang. Sampel diambil secara purposive dengan memilih 137 peneliti berdasarkan kelompok universitas/institut dan pesebaran bidang ilmu yang dievaluasi terhadap artikel ilmiah peneliti/dosen dari semua perguruan tinggi negeri yang diundang mengikuti seminar nasional. Mereka dianggap cukup mewakili semua perguruan tinggi yang ada karena tersebar pada 44 perguruan tinggi (Universitas/Institut ) yang berlokasi di Jawa dan luar Jawa.
Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Teknik analisis data menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari isian kuesioner diolah dengan perhitungan statistik. Metode regresi, stepwise, uji t, dan uji F digunakan untuk mengetahui hubungan/korelasi antara variabel bebas yang berkontribusi dominan dalam mempengaruhi variabel terikat, dan pengujian hipotesis.
Analisis kualitatif digunakan untuk mengkomfirmasikan hasil temuan empirik penelitian ini dengan teori-teori yang dikembangkan dan temuan-temuan penelitian yang sudah ada.
Temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa faktor-faktor kompetensi dosen, pelatihan, iklim organisasi, motivasi kerja, dan kepuasan kerja, nyata-nyata berpengaruh secara signifikan dengan produktivitas dosen perguruan tinggi dalam bidang penelitian. Dari kelima faktor tersebut setelah dilakukan perhitungan dengan metode stepwise, faktor kompetensi dosen mempunyai kontribusi yang paling besar dalam mempengaruhi produktivitas dosen dalam bidang penelitian, diikuti oleh faktor iklim organisasi, pelatihan, kepuasan kerja, dan motivasi.
Berdasarkan temuan penelitian ini disarankan agar ada kebijakan yang lebih reformatif terutama di bidang pengembangan kompetensi dosen, pelatihan, penataan kelembagaan/organisasi baik pada tingkat departemen maupun pada tingkat perguruan tinggi, sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dosen dalam bidang penelitian khususnya."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudwidjo Kuspriyo Murdono
"Dalam era globalisasi dewasa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mendasar diberbagai bidang kehidupan, sehingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai pelopor dan penggerak roda pembangunan harus mampu memberikan contoh dalam peningkatan produktivitas kerjanya yang tercermin dalam citra etos kerjanya, kreativitas, disiplin dan profesionalisme datam melaksanakan tugas pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Disini penulis mencoba mengkaji dan meneliti mengenai upaya peningkatan produktivitas kerja PNS dilingkungan Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) dengan mengajukan variabel training dan variabel molivasi kerja sebagai independen variabel dan peningkatan produktivitas kerja yang dalam hal ini berfungsi sebagai dependen variabel.
Penelitian ini diawali dengan penyusunan kerangka dasar teori yang merangkum pendapat para ahli dan teori-teori yang menyatakan bahwa training dan motivasi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja. Kemudian dari rangkuman tersebut dapatlah'ditarik indikator-indikator yang merupakan ukuran dari masing-masing variabel.
Untuk menguji instrumen yang digunakan telah dilakukan uji validitas dan uji reliabelitas yang berdasarkan basil dari uji validitas dan reliabelitas tersebut adalah signfikan yang berarti instrumen yang digunakan adalah merupakan alat ukur yang sesuai dan konsisten.
Dari hasil penelitian ini setelah dilakukan analisis variabel dan test hipotesa dengari menggunakan analisis statistik yaitu melalui korelasi product moment, korelasi parsial, koefisien determinasi dan analisis regresi diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Dari analisa variabel dapat diketahui bahwa variabel training adalah variabel positif, sedangkan variabel peningkatan produktivitas kerja juga merupakan variabel positif, Oleh karena itu korelasinya adalah korelasi positif, sehingga tinggi, sedang ataupun rendahnya pelaksanaan training akan diikuti oleh tinggi, rendahnya peningkatan produktivitas kerja pegawai. Demikian pula dengan variabel motivasi jugs merupakan variabel positif, sehingga korelasi antara variabel motivasi dan variabel peningkatan produktivitas kerja adalah merupakan korelasi positif yang berarti bahwa tinggi, sedang, atau rendahnya motivasi pegawai akan diikuti dengan tinggi, sedang dan rendahnya peningkatan produktivitas kerja.
2. Di dalam analisa korelasi tunggal atau korelasi product moment, maka terlihatlah bahwa masing-masing variabel yaitu variabel training (Xl) dan variabel motivasi (X2) mempunyai hubungan yang signfkan dengan variabel peningkatan produktivitas kerja (Y). Demikian pula pada analisa korelasi parsial, dimana independen variabel dikorelasikan dengan dependen variabel, dikonlrol dengan variabel babas lainnya, temyata variabel training (X1) dan variabel motivasi (X2) mempunyai hubungan yang signilkan. Hal ini berarti bahwa korelasi antara variabel training (X1) dan variabel produktivitas kerja (Y) adalah merupakan korelasi murni. Demikian juga dengan korelasi antara variabel motivasi (X2) dengan variabel peningkatan produktivitas kerja (Y) juga merupakan korelasi murni.
3. Pada analisa regresi yaitu mengenai penganah dari tiap-tiap independen variabel terhadap dependen variabel, maka basil perhitungan menunjukan bahwa setelah melalui uji tt,st maka baik variabel training (Xl) maupun variabel motivasi (X2) mempunyai pengaruh terhadap variabel peningkatan produktivitas kerja (Y) yaitu dengan diterimanya hipotesa alternatif (Hi) dan ditolaknya hipotesa nol (H0).
4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini terbukti secara empiris yaitu setelah melalui perhitungan analisis koefisien delerminasi mullipel diperoleh basil bahwa antara variabel training (X1) dan motivasi (X2) secara bersamaan mempengaruhi variabel peningkatan produktivitas kerja (Y) sebesar 30%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 70 % dipengaruhi oleh faktor-faktor atau variabel lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihatlah bahwa diluar variabel yang telah diteliti yaitu traning (X1) dan motivasi (X2) masih terdapat variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel peningkatan produktivitas (Y) kerja dan untuk itu masih perlu dilakukan penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reda Rizal
"ABSTRAK
Faktor fisik di lingkungan kerja merupakan parameter pokok yang menjadi pusat studi ini yaitu meliputi; kebisingan, suhu ruangan, iluminasi atau pencahayaan dalam ruangan kerja, serta masalah produktivitas pekerja pada pabrik pemintalan. Pada penelitian ini diteliti pula bagaimana hubungan atau pengaruh kerja shift yaitu; shift kerja pagi, shift kerja siang dan shift kerja malam terhadap produktivitas pekerja, serta meneliti atau mengukur jumlah jam kerja efektif (effective working hours) pekerja pada pabrik pemintalan.
Sebagai sampel telah dipilih 3 (tiga) pabrik pemintalan yang berada dalam satu kawasan indutri tekstil PT. Argo Pantos, Tbk, yang berlokasi di Tangerang, Jawa Barat.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkaitan antara variabel lingkungan fisik kebisingan, suhu ruang kerja, dan iluminasi ruangan kerja dengan produktivitas pekerja pada pabrik pemintalan.
Melalui metode penetitian ekspos fakto dengan pendekatan korelasional akan dapat diketahui sejauhmana hubungan antara variabel-variabel lingkungan fisik ruangan kerja dengan produktivitas pekerja.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa; terdapat korelasi antara faktor kebisingan dengan produktivitas pekerja (yang ditinjau dari aspek kuantitas produk) pada ketiga pabrik pemintalan yang diteliti. Terdapat korelasi antara faktor suhu atau tekanan panas dalam ruangan kerja dengan produktivitas pekerja (yang ditinjau dari aspek kuantitas produk) pada ketiga pabrik pemintalan yang diteliti. Tidak terdapat korelasi antara faktor iluminasi dengan produktivitas pekerja yang ditinjau dari aspek kuantitas dan kualitas produk pada ketiga pabrik pemintalan yang diteliti. Tidak terdapat korelasi antara variabel lingkungan fisik dengan produktivitas pekerja (yang ditinjau dam aspek kualitas produk) pada ketiga pabrik pemintalan yang diteliti. Selain itu dari hasil penelitian ini terlihat pula bahwa nilai produktivitas pekerja berbanding terbalik dengan nilai kebisingan dan nilai produktivitas berbanding terbalik dengan nilai suhu ruangan kerja.
Tidak terdapat hubungan antara kerja shift dengan produktivitas pekerja pada pabrik pemintalan-1 maupun pekerja pada pabrik pemintalan-2. Tetapi terdapat hubungan shift kerja dengan produktivitas pekerja pada pabrik pemintalan-3.
Rata rata jumlah jam kerja efektif (effective working hours) pekerja pada pabrik pemintalan yang diteliti adalah sebesar 72,99 %. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan atau pengaruh komponen lingkungan fisik khususnya variabel kebisingan dan suhu ruangan kerja terhadap produktivitas pekerja.

ABSTRACT
The research was carried out to study the significant correlation between variables of both working environment (noise, temperature, illumination) and work-shift system (day-shift, afternoon-shift, night-shift) and workers' productivity as well as to measure effective working hours spent by workers in their working place. Three spinning mills under PT Argo Pantes, Tbk. which are located in an industrial area in Tangerang (West lava) were selected as the main subjects on which the research should shed some light.
Main objectives of the research were to examine the correlation between physical environment variables (such as noise, temperature and illumination) and workers' productivity in spinning mill.
The research identified that there were a number of interrelation discoveries in all three spinning mills studied (in terms of product quantity aspect) as per following results; Noise factor and workers' productivity correlated with one another significantly. Temperature factor or heat pressure in working area affected workers' productivity. There was not a significant correlation between illumination factor and workers' productivity. Workers' productivity did not correlate with work-shift both in spinning mill-1 and mill 2, but it correlated positively with work-shift in null-3. A portion of effective working hours studied, reached a total of 72.99% on the average.
To sum up, there is a significant correlation between working environment especially noise variable and temperature variable with workers' productivity.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Bambang Purnama
"Pada tahun 1973 di Jepang mengalami krisis ekonomi yang diakibatkan karena krisis minyak. Dengan adanya beban pengurangan energi, tidak mungkin untuk meningkatkan produksi dengan tetap mempertahankan upah atau gaji karyawan yang tinggi. Banyak perusahaan Jepang merugi yang akhirnya tutup pada tahun-tahun itu. Akan tetapi dengan adanya krisis minyak ini, membangkitkan pula semangat perusahaan-perusahaan Jepang untuk keluar dari krisis ini, yang akhirnya krisis minyak menjadi berkat yang tersembunyi (blessing in disguise) bagi perusahaan-perusahaan khususnya dan ekonomi Jepang pada umumnya (BA_ Marbun, 1985: 240,241). Salah satu perusahaan yang mendapat berkat tersebut adalah Toyota Motor Corporation.
Sistem Produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oteh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis minyak di tahun 1973. Bahkan selama krisis terjadi, di mana perusahaan lain merugi, Toyota dapat meraih laba dengan sistem ini. Oleh karena itu Sistem Produksi Toyota banyak diadopsi perusahaan-perusahaan Jepang lain pada waktu krisis tersebut sehingga Jepang pada akhirnya dapat keluar dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun itu.
Menurut Yasuhiro Monden, dalam Sistem Produksi Toyota ada dua konsep utama dalam sistem tersebut, yaitu : Just in time dan Autonomasi. Just in time pada dasarnya bermaksud menghasilkan unit yang diperlukan pada waktu diperlukan. Autonomasi (dalam bahasa Jepang, "Ninbenno-aru Jidoka" sering disingkat "Jidoka?) dapat diterjemahkan sebagai pengendalian cacat secara otonom. Proses ini mendukung just in time, dengan tidak memungkinkan unit cacat dari proses terdahulu untuk mengalir ke proses berikutnya dan mengacaukannya (Yasuhiro Mandan, 2000 : 5).
Dengan adanya just in time dan autonomasi {Jidoka) ini, akan mengurangi biaya produksi juga meningkatkan kualitas produk. Hal senada mengenai Sistem Produksi Toyota menurut Koichi Shimizu adalah sistem dengan mengurangi biaya produksi dan aktivitas perbaikan kualitas produk. Metode ini disebut kaizen. Dalam Sistem Produksi Toyota menerangkan bahwa metode kaizen adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk. Jadi metode kaizen ini berada dalam Sistem Produksi Toyota (Koichi Shimizu, 1998: 3).
Kaizen berasal dari kata Kai Zen yaitu filosofi Jepang yang berarti perbaikan berkesinambungan. ?Kai? diterjemahkan sebagai perubahan dan ?zen" diterjemahkan baik atau lebih baik. Ketika diaplikasikan di tempat kerja, kaizen berarti penyempurnaan kesinambungan yang melibatkan setiap orang manajer maupun karyawan. Filasafat Kaizen menganggap bahwa cara hidup kita, baik cara kerja, kehidupan sosial, maupun kehidupan rumah tangga perlu disempurnakan setiap saat (Masaaki Imai, 2001 : 4)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiyo Utomo
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan motivasi, disiplin pegawai dan produktivitas kerja pada Pusat Penelitian dan Pengernbangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "Lemigas"
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menitikberatkan pada analisis pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja, dan pengaruh disiplin pegawai terhadap produktivitas kerja. Pengumpulan data primer dilakukan melalui laporan interen perusahaan dan wawancara terstruktur sedangkan data sekunder diambil dari kepustakaan maupun
Teknik analisis yang digunakan adalah untuk melihat hubungan antara motivasi dengan produktivitas dan antara disiplin dengan produktivitas kerja. Dalam hal ini digunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan hubungan-hubungan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara motivasi dan produktivitas serta antara disiplin dan produktivitas. Yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan upayaupaya memotivisir pegawai melalui peningkatan imbalan, dorongan dan penghargaan dan sikap disiplin pegawai, yang diiringi dengan peningkatan produktivitas.
Analisis atas data primer menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan, melalui peningkatan pendapatan dalam bentuk gaji maupun insentif merupakan pendorong yang paling memotivisir pegawai dalam meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.
Dengan demikian motivasi mempengaruhi produktivitas kerja dan disiplin pegawai juga mempengaruhi produktivitas kerja pada PPPTMGB "Lemigas"."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunarwan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel pendidikan, pelatihan dan motivasi kerja dengan produktivitas kerja. Subjek penelitian ini adalah operator mesin Two For One (TFO) merk Muratex dibagian persiapan pada perusahaan tekstil PT. Alenatex , penelitian dilakukan dengan metode survai dengan jumlah sampel sebanyak 64 orang yang diambil dengan menggunakan teknik proporsi random sampling dari jumlah populasi 160 orang.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu pendidikan, pelatihan dan motivasi kerja berupa angket/kuesioner dengan menggunakan metode Skala Likert dimana untuk variabel pendidikan angket pertanyaan identitas responden , untuk variabel pelatihan dan motivasi kerja kuesioner sedangkan variabel produktivitas kerja diperoleh dari waktu rata-rata penyelesaian tugas melaksanakan pemasangan benang dan doffing oleh operator. Teknik analisis data yang digunakan korelasi dan regresi yang dilanjutkan dengan uji t dan F pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa : Terdapat hubungan yang positif antara ketiga variabel bebas dengan variabel terikatnya yaitu untuk variabel pendidikan dengan produktivitas kerja walaupun pelatihan dan motivasi kerja telah dikontrol dengan koefisien korelasi r(y.x1 ? x2x3 ) = 0,478 dan persamaan regresinya Y^ = 87,430 + 1,410 XI, kontribusi pendidikan terhadap produktivitas kerja sebesar 22,9 %.
Untuk variabel pelatihan dengan produktivitas kerja meskipun variabel pendidikan dan motivasi kerja telah dikontrol , koefisien korelasinya r(yx2- xlx3 ) = 0,466 dan persamaan regresinya Y^= 47,602 + 0,595 X 2 , kontribusi pelatihan terhadap produktivitas kerja sebesar 21,7%. Untuk variabel motivasi kerja dengan produktivitas kerja dengan variabel pendidikan dan pelatihan dikontrol , koefisien korelasinya r(yx3_ xix2 ) = 0,491 dan persamaan regresinya Y^= 26,797 + 0,775 X3 , kontribusi motivasi kerja terhadap produktivitas kerja sebesar 24,1%.
Secara bersama-sama ketiga variabel bebas mempunyai hubungan positif dengan variabel terikatnya ,koefisien korelasinya r y-x1 x2x3 = 0,681 dan persamaan regresinya Y^ = 2,283 + 0,874 X1 + 0,365 X 2 + 0,608 X3, secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 46,4 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pelatihan dan motivasi kerja turut menentukan variasi produktivitas kerja operator pada PT Alenatex."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>