Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52661 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asmarinah
"Huang lingkup dan Cara penelitian: Pria merupakan fokus baru untuk program Keluarga Berencana (KB). Salah satu strategi penelitian WHO untuk mencari dan mengembangkan metode kontrasepsi pria yang aman, efektif dan reversibel adalah mengembangkan metode kontrasepsi pria melalui bahan/zat dari tanaman. Produk tanaman yang diharapkan dapat menjadi bahan kontrasepsi pria adalah buah paria (Hoiordica charantia L.), yang telah diketahui mengandung zat sitotoksik atau sitostatik. Dari beberapa penelitian diketabui bahwa ekstrak buah paria dapat menurunkan kesuburan individu jantan.
Beberapa penelitian terdahulu inenggunakan ekstrak alkohol 95 % dari buah paria. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak cairan perasan (juice) buah paria terhadap kesuburan mencit jantan. Pemberian ekstrak secara oral selama 40 hari dilakukan pada dosis 800 mg/kg bb, 900 mg/kg bb, 1000 mg/kg bb yang diberikan satu kali sehari, dan juga diberikan dua kali sehari, sehingga dosisnya menjadi kelipatan dosis yang diberikan satu kali sehari. Setelah perlakuan selesai dilakukan pengambilan data parameter kesuburan, antara lain berat testis, konsentrasi spermatozoa, jumlah sel-sel spermatogenik (spermatogonia A, spermatosit preleptoten, spermatosit pakhiten, spermatid), diameter tubulus seminiferus, jumlah anak dan berat badan mencit sebagai data pelengkap.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak juice buah paria pada semua dosis perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap berat testis, jumlah spermatogonia A, jumlah spermatosit preleptoten, ukuran diameter tubulus seminiferus, jumlah anak dan berat badan mencit. Dosis ekstrak mulai dari dosis 900 mg/kb bb berpengaruh bermakna terhadap konsentrasi spermatozoa. Sedangkan dosis mulai dari 80O mg/ kg bb berpengaruh bermakna terhadap jumlah spermatosit pakhiten dan spermatid. Antar semua dosis perlakuan berbeda bermakna terhadap jumlah spermatid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ari Pujianto
"Dalam rangka mencari altematif kontrasepsi untuk pria, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai tanaman-tanaman yang diduga mengandung zat-zat antifertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak cairan perasan (juice) buah paria (Momordica charantia L) terhadap kesuburan dan kadar hormon testosteron dalam darah mencit jantan strain AJ. Pemberian ekstrak dilakukan dengan dosis 800 mg/ml, 900 mg/ml, dan 1000 mg/ml selama 40 hari.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 5 macam perlakuan yakni dosis 800 mg/ml, 900 mg/ml, 1000 mg/ml, kontrol dengan perlakuan, dan kontrol tanpa perlakuan, dan masing-masing perlakuan dengan 6 kali ulangan.
Ekstrak buah paria diperoleh dengan cara penguapan cairan perasan (juice) buah paria menggunakan penangas air bersuhu 50 ° C. Kemudian dibuat dosis ekstrak 800 mg, 900 mg, dan 1000 mg dalam aquabides. Cairan ekstrak diberikan pada mencit secara oral dengan menggunakan spuit khusus sebanyak ± 0,5 ml dua kali sehari (pagi dan sore) selama 40 hari.
Setelah masa pemberian selesai mencit dikawinkan dengan betina dewasa fertil untuk mengetahui jumlah anak yang dilahirkan. Setelah 5 hari dicampur dengan betina, mencit dikorbankan untuk meniiai beberapa parameter kesuburan dan kadar hormon testosteron dalam darah. Parameter kesuburan yang diteliti antara lain :
A. Jumlah anak
B. Konsentrasi spermatozoa vas deferens
C. Jumlah sel-sel spermatogenik yakni :
1. Spermatogonium
2. Spermatosit preleptoten
3. Spermatosit primer pakhiten
4. Spermatid"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhuda
"Pare merupakan salah satu jenis tanaman yang diduga bersifat antifertilitas. Dugaan ini didasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak buah pare dapat mempengaruhi perkembangan sel-sel yang aktif membelah seperti sel tumor dan feotus. Beberapa hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa pemberian ekstrak buah pare dapat mempengaruhi proses spermatogensis. Walaupun demikian perlu diteliti dosis optimum yang dapat mempengaruhi proses spermatogenesis secara keseluruhan. Tujuan penelitian, yaitu untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak buah pare dosis 750 mg sampai dosis 2000 mg/kgBB terhadap kesuburan dan kadar testosteron tikus jantan strain LMR. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan. Sebanyak 24 ekor tikus jantan ditempatkan dalam tiga kandang masing-masing delapan ekor. Enam ekor tikus pertama masing-masing menerima dosis ekstrak buah pare 750 mg, 1000 mg, 1250 mg, 1500 mg,1750 mg dan 2000 mg/kgBB ,sedangkan dua ekor sisanya disediakan sebagai kontrol perlakuan dan kontrol tanpa perlakuan. Tiap dosis perlakuan diberikan secara oral sebanyak 0,5 mL/hari selama 50 hari. Kontrol perlakuan hanya diberi pelarut berupa CMC 1% sebanyak 0,5 mL, sedangkan kontrol tanpa perlakuan tidak diberi perlakuan apapun. Setelah perlakuan selesai (50 hari), keesokan harinya tikus jantan dikawinkan dengan tikus betina fertil fase proestrus selama tujuh hari.
Selanjutnya tikus jantan dimatikan dengan eter untuk diambil darah dari jantung dan spermatozoa vas deferen. Tikus betina dipelihara sampai melahirkan anak. Parameter yang dinilai adalah kadar testosterone jumlah, persentase motilitas, persentase kelainan bentuk kepala spermatozoa dan jumlah anak.
Hasil dan kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah pare pada dosis 1250 mg sampai dosis 2000 mg/kg BB meningkatkan kadar testosteron dan persentase kelainan bentuk kepala spermatozoa yang sangat bermakna (P<0,01), sedangkan dibawah dosis tersebut tidak berpengaruh (P>0,05). Sebaliknya pemberian ekstrak buah pare dosis 1250 mg sampai dosis 2000 mg/kg BB dapat menurunkan jumlah, persentase motilitas spermatozoa dan jumlah anak sangat bermakna (P<0,01), sedangkan dibawah dosis tersebut tidak berpengaruh. Hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian esktrak buah pare pada dosis 1250 mg sampai dosis 2000 mg/kg BB dapat meningkatkan kadar testosteron dan menurunkan fertilitas tikus jantan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmarinah
"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak cairan perasan (juice) buah paria terhadap kesuburan mencit jantan strain AJ. Pemberian ekstrak dilakukan pada dosis 800 mg/kg beret badan (bb), 900 mg/kg bb, dan 1000 mg/kg bb selama 40 hari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (PAL) dengan variasi dosis perlakuan sebanyak 5 perlakuan yaitu dosis 800 mg, 900 mg, 1000 mg, kontrol dengan perlakuan, dan kontrol tanpa perlakuan. Ekstrak buah paria diperoleh dengan cara penguapan cairan perasan (juice) buah paria menggunakan penangas air bersuhu 50°C. Selanjutnya dibuat dosis ekstrak 804 mg, 900 mg, dan 1000 mg dalam akuabides. Ekstrak diberikan pada mencit secara oral menggunakan spuit khusus sebanyak 0,5 ml.
Setelah pemberian ekstrak dilakukan selama 40 hari, mencit-mencit dikawinkan dengan mencit betina untuk menilai parameter jumlah anak yang dilahirkan. Setelah lima hari dicampur, mencit jantan perlakuan dikorbankan untuk menilai beberapa parameter kesuburan antara lain:
a. Berat testis
b. Konsentrasi spermatozoa vas deferensr
c. Populasi sel-sel spermatogenik pada tahap VII siklus epitel seminiferus, yaitu :
- Spermatogonia A
- Spermatosit preleptoten
- Spermatosit primer pakhiten
- Spermatid
d. Diameter tubulus seminiferus tahap VII siklus epitel semin iferus, dan sebagai data tambahari berat badan mencit setelah perlakuan.
Hasil yang diperoleh dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ekstrak juice buah paria yang diberikan pada mencit drreis 000 mg, 900 mg, dan 1000 mg selama 40 hari tidak berpengaruh terhadap :
a. Berat testis
b. Jumlah spermatogonia A, spermatosit preleptoten, dan jumlah spermatosit primer pakhiten.
c. Ukuran diameter tubules seminiferus
d. Jumlah anak
2. Ekstrak juice buah peria yang diberikan pads mencit berpengaruh terhadap:
a. Konsentrasi spermatozoa vas deferens. Dosis 900 mg dan 1000 mg berpengaruh bermakna dibandingkan dengan kontrol.
b. Jumlah spermatid. Dosis 800 mg, 900 mg, dan 1000 mg berpengaruh sangat bermakna, dan an tar ketiga dosis tersebut terdapat perbedaan bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sutyarso
"Pendahuluan
Pemerintah Republik Indonesia dalam menanggulangi tekanan penduduk telah menempatkan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) sebagai Program Nasional. Menurut laporan BKKBN bahwa pada tahun 1988 di Indonesia terdapat 26.995.469 pasangan usia subur, pasangan yang mampu atau mudah memberikan keturunan.
Dari jumlah itu hanya 17.763.019 pasangan yang pernah menggunakan kontrasepsi dan ternyata di antara mereka sebagian besar adalah kaum wanita, sehingga para istrilah yang sebenarnya lebih aktif berperan sebagai akseptor KB sedang di pihak suami hanya 6% yang bersedia menggunakan kontrasepsi. Meskipun program KB dinilai cukup berhasil, tetapi dari kesinambungan dan kelancaran program tersebut diperlukan partisipasi aktif kaum pria.
Perkembangan kontrasepsi pria jauh tertinggal dibandingkan dengan kontrasepsi wanita. Hal ini disebabkan sulitnya mengendalikan proses spermatogenesis jika. dibandingkan dengan proses ovulasi. Baru pada akhir-akhir ini para peneliti baik dalam maupun luar negeri mulai tertarik kembali pada alat atau bahan kontrasepsi pria. Di Indonesia penelitian sistematik tentang KB pria masih belum banyak dilakukan (1). Berbagai usaha telah dan terus dilakukan oleh para ahli dalam bidang andrologi, untuk memperoleh bahan kontrasepsi pria yang benar-benar ideal. Adapun yang dimaksud dengan kontrasepsi ideal harus memenuhi persyaratan mudah digunakan, murah, dapat diterima oleh masyarakat, tidak toksik, tidak menimbulkan efek sampingan, efektif dan bersifat reversibel (2). Sampai saat ini bahan atau alat kontrasepsi pria masih sangat terbatas yaitu kondom dan vasektomi. Terdapat petunjuk bahwa cara vasektomi bersifat ireversibel. Sedangkan kelemahan utama dalam penggunaan kondom adalah efek psikis karena berkurangnya daya sensitivitas.
Usaha untuk menemukan alat atau bahan kontrasepsi pria telah dilakukan oleh negara maju, antara lain dengan memanfaatkan bahan alami, tetapi hasilnya belum memuaskan sehingga penerapannya sebagai kontrasepsi pria masih diragukan. Oleh karena itu eksplorasi dan penelitian bahan kontrasepsi yang berasal dari tanaman masih merupakan prioritas. Selain itu bahan obat-obatan termasuk kontrasepsi yang berasal dari tanaman mempunyai keuntungan antara lain toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah harganya dan kurang menimbulkan efek samping (1).
Dari hasil skrining aktivitas spermisida 1.600 ekstrak tanaman yang tumbuh di India, ternyata 30 ekstrak tanaman mempunyai efek spermisida pada tikus dan 16 ekstrak tanaman menyebabkan "immotilitas spermatozoa" manusia (3).
Buah pare yang merupakan bagian dari tanaman pare (Momordica charantia L) dilaporkan mempunyai khasiat kontrasepsi, karena mengandung momordikosida golongan glukosida triterpen atau kukurbitasin (4). Bahan ini bersifat sitotoksik dan dapat menghambat spermatogenesis anjing (5). Disamping itu terdapat indikasi bahwa ekstrak buah pare yang diberikan pada tikus secara oral, dapat menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas spermatozoa (6).
TeIah diketahui ada 12 jenis glukosida triterpen terkandung dalam tanaman pare, masing-masing dikenal dengan nama momordikosida A sampai L. Momordikosida utama yang terdapat dalam buah pare adalah jenis K dan L .(7), dan diduga momordikosida jenis inilah yang bersifat sitotoksilc atau sitostatik (8).
Terdapat bukti bahwa glukosida triterpen bersifat anti pertumbuhan, terutama menghambat perkecambahan biji kapas, menghambat pertumbuhan sel-sel tumor dan menghambat perkembangan fetus tikus (8). Dengan demikian kukurbitasin merupakan zat anti proliferasi dan anti. diferensiasi sel yang sangat poten (4,7,8).
Mengingat. spermatozoa merupakan sel haploid yang berasal dari perkembangan dan diferensiasi sel-sel induk germinal di dalam testis, maka timbul permasalahan yang menarik yaitu apakah ekstrak buah pare yang diberikan pada mencit jantan akan menghambat spermatogenesis dan sekaligus bersifat anti-fertilitas. Jika hal itu benar, apakah efek anti-fertilitas tersebut bersifat .reversibel. Masalah ini menjadi lebih menarik untuk diselidiki karena buah pare disukai banyak orang di Indonesia sebagai lauk dan mudah diperoleh?
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumastuti Widyaningsih
"ABSTRACT
scope and methods of research: An effective contraception is now being searched to improve family plan naming, Concerning with this, levamisole is one alternate as contraception. Levamisole is an anathematic, which can male spermatozoa immotile in vitro within 2 minutes, by damaging the seminal diamine oxidase. Levamisole is quickly absorbed from digestive system when administered orally, its muscular and subcutan injection and is quickly distributed widely to all body tissues and the liquid in the body levamisole is possibly discovered in plasma semen since there is a similarity of troop bundle with nitro imidazole. TO discover the influence, it has been observed in a research of a male mouse strain AJ with the dose 03 mg, 1.0 mg, 15 mg, 2.0 mg, 2.5 mg given orally daily for 46 days. The males are then crossed with fertile females, the males than to be sacrificed for research: such as testicular histological, percentage of motile spermatozoa and the percentage of abnormal spermatozoa.
Result and conclusion: Administering levamisole in daily doses 03 mg, 1.0 mg, 1.5 mg, 2.0 mg, 25 mg produces no significant changes (p > 0.05) in the spermatogonium A, primary pakhitene spermatocyt cell and number born per litters. It also doesn't indicate the decrease of motile spermatozoa percentage, the weight of testis, diameter of seminiferous tubules and the body weight. Percentage of abnormal spermatozoa however shows significant increases at daily doses 1.0 mg compared with control groups (p r 0.05). It can be concluded that doses of levamisole given orally for 46 days has no effect on the mouse's fertility.

ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara penelitian: Kontrasepsi yang efektif bagi pria saat ini sedang dicari dalam meningkatkan keluarga Berencana. Sehubungan dengan hal tersebut, levamisol merupakan alternatif sebagai alat kontrasepsi. Levamisol merupakan antelmintik yang dapat membuat spermatozoa imotil secara in vitro dalam jangka waktu 2 menit, karena menggangu diamine oksidase seminal. Levamisol segera diabsorpsi dari saluran cerna pada pemberian per oral, pemberian intramuskular dan injeksi subkutan serta segera didistribusi luas pada semua jaringan dan cairan tubuh. Adanya kesamaan gugus levamisol dengan nitroimidazol, besar kemungkinan ditemukan levamisol dalam plasma semen. Untuk mengetahui pengaruh tersebut telah dilakukan penelitian pada mencit jantan strain AJ dengan dosis: 0,5 mg, 1,0 mg, 1,5 mg, 2,0 mg dan. 2,5 mg/hari selama 46 hari. Selanjutnya mencit jantan dikawinkan dengan mencit betina fertil, kemudian mencit jantan dikorbankan guna pemeriksaan: gambaran histologi testis, persentase spermatozoa motil dan persentase spermatozoa abnormal.
Hasil dan Kesimpulan: Pemberian levamisol dengan dosis: 0,5 mg, 1,0 mg, 1,5 mg, 2,0 mg dan 2,5 mg/hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata p > 0,05 pada: jumlah spermatogonium A, jumlah sel spermatosit primer pakiten, persentase spermatozoa motif, jumlah anak, berat testis, diameter tubulus seminiferous dan berat badan. Persentase spermatozoa abnormal menunjukkan hasil signifikan p < 0,05 pada dosis 1,0 mg/hari. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian levamisol oral selama 46 hari tidak berpengaruh terhadap kesuburan mencit jantan.;Ruang Lingkup dan Cara penelitian: Kontrasepsi yang efektif bagi pria saat ini sedang dicari dalam meningkatkan keluarga Berencana. Sehubungan dengan hal tersebut, levamisol merupakan alternatif sebagai alat kontrasepsi. Levamisol merupakan antelmintik yang dapat membuat spermatozoa imotil secara in vitro dalam jangka waktu 2 menit, karena menggangu diamine oksidase seminal. Levamisol segera diabsorpsi dari saluran cerna pada pemberian per oral, pemberian intramuskular dan injeksi subkutan serta segera didistribusi luas pada semua jaringan dan cairan tubuh. Adanya kesamaan gugus levamisol dengan nitroimidazol, besar kemungkinan ditemukan levamisol dalam plasma semen. Untuk mengetahui pengaruh tersebut telah dilakukan penelitian pada mencit jantan strain AJ dengan dosis: 0,5 mg, 1,0 mg, 1,5 mg, 2,0 mg dan. 2,5 mg/hari selama 46 hari. Selanjutnya mencit jantan dikawinkan dengan mencit betina fertil, kemudian mencit jantan dikorbankan guna pemeriksaan: gambaran histologi testis, persentase spermatozoa motil dan persentase spermatozoa abnormal.
Hasil dan Kesimpulan: Pemberian levamisol dengan dosis: 0,5 mg, 1,0 mg, 1,5 mg, 2,0 mg dan 2,5 mg/hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata p > 0,05 pada: jumlah spermatogonium A, jumlah sel spermatosit primer pakiten, persentase spermatozoa motif, jumlah anak, berat testis, diameter tubulus seminiferous dan berat badan. Persentase spermatozoa abnormal menunjukkan hasil signifikan p < 0,05 pada dosis 1,0 mg/hari. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian levamisol oral selama 46 hari tidak berpengaruh terhadap kesuburan mencit jantan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulilina Retno Dewahrani
"ABSTRAK
Penggunaan obat tradisional telah berlangsung sejak lama dan sampai saat ini masih tetap menjadi bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Obat tradisional adalah obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran bahan-bahan yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman (1). Pada umumnya obat tradisional Indonesia dibuat dari bahan nabati.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat di Indonesia telah dilakukan sejak lama, terutama sebagai bahan obat tradisional. Indonesia sebagai negara kepulauan tropika basah kaya akan spesies flora. Dari 40.000 jenis flora yang tumbuh di dunia, 30.000 jenis di antaranya tumbuh di Indonesia. dari jumlah tersebut, 26 % di antaranya telah dibudidayakan sedangkan sisanya masih tumbuh liar. Dari yang sudah dibudidayakan (kurang lebih 7000 jenis) lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (2).
Indikasi potensial dari suatu bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional kebanyakan berasal dari pengalaman tradisi masyarakat setempat. Hasil laporan empiris menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional dalam masyarakat memberi manfaat dalam meningkatkan kesehatan tubuh dan pengobatan berbagai penyakit (3).
Beberapa tumbuhan obat di Indonesia telah diketahui mempunyai efek antifertilitas, baik pada pria maupun wanita. Sebanyak 52 spesies tumbuhan di Indonesia diperkirakan mempunyai efek antifertilitas pada pria. Bagian tertentu dari beberapa spesies tumbuhan tersebut, seperti akar, daun dan buah, sudah diketahui mempunyai bahan aktif antifertilitas yang umumnya berupa steorid. Contohnya ialah diosgenin, solasodin, dan kolkhisin. Dari 52 spesies tersebut, 19 spesies di antaranya sudah diteliti efek antifertilitasnya secara ilmiah pada beberapa hewan percobaan jantan (4). Di samping itu, tercatat pula 87 spesies tumbuhan di Indonesia yang dipakai oleh kaum wanita untuk tujuan kontrasepsi, aborsi dan emenagoga. Sekitar 50 spesies tumbuhan telah diteliti efek antifertilitasnya pada hewan percobaan betina dan.manusia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan tersebut dapat bersifat sebagai antigonadotropik, anti-implantasi, anovulatori maupun menurunkan jumlah kelahiran (5)."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nukman Helwi Moeloek
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Retnowati
" LATAR BELAKANG
Saat ini usaha keluarga berencana mulai banyak dikembangkan pada pihak keluarga. Secara garis besar pelaksanaan keluarga berencana pada pria dilakukan dengan cara mekanis atau dengan cara penggunaan obat. Cara mekanis diharapkan akan mengganggu penyaluran sperma, misalnya dengan melakukan vasektomi sehingga akan menyumbat saluran sperma, sedangkan penggunaan obat keluarga berencana diharapkan dapat menghambat pembentukan sperma atau pematangan sperma. Cara yang dipergunakan dalam keluarga berencana yang menggunakan obat yang mengandung hormon merupakan cara yang terakhir.
Spermatogenesis pada dasarnya merupakan proses yang dikendalikan susunan syaraf melalui poros hipotalamus hipofisis - testis (HHT). Harmon atau anti hormon yang dapat mengganggu poros HHT pada dasarnya akan mengganggu pula spermatogenesis, sehingga memungkinkan untuk dipakai dalam melaksanakan keluarga berencana pada pria . Obat-obat tersebut dapat bekerJa di berbagai tingkat pada poros HHT.
Pada dasarnya suatu obat atau suntikan keluarga berencana untuk pria yang bersifat hormon harus dapat menghambat proses spermatogenesis secara reversibel tanpa mengganggu libido dan tingkah laku keJantanan. Hambatan spermatogenesis dapat dilakukan dalam poros HHT, dalam tingkat hipotalamus, hipofisis atau testis. Pada tingkat hipotalamus diperlukan suatu senyawa yang dapat menghambat sekresi gonadotropin Releasing Harmon (GnRH), pada tingkat hlpofisis diperlukan suatu senyawa yang dapat menghambat sekresi hormon gonadotropin CFSH dan LH) dan tingkat testis diperlukan senyawa yang secara langsung dapat menghambat spermatogenesis.
Dari berbagai obat-obat keluarga berencana yang mengandung hormon yang sedang dan telah ditellti antara lain kombinasi hormon progestin-androgen. Cara kerja kombinasi hormon progestin-androgen adalah melalui hambatan sekresi hormon FSH dan LH oleh progestin, sehingga poros pernbentukan sperma terganggu dan sintesis androgen pun menurun. Untuk
mencegah penurunan libido dan potensi seksual akibat penurunan hormon androgen, maka pemberian hormon progestin dikombinasikan dengan hormon androgen.
Berbagai percobaan telah dilakukan dengan menggunakan
kombinasi depo medroksiprogesteron asetat dan testosteron enantat. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kombinasi tersebut umumnya dapat menyebabkan azoospermia atau aligozoospermia berat sekitar 75-82% dari kasus yang diteliti. Sayangnya belum ada penelitlan yang memperoleh 100% azoospermia. Untuk itu perlu dicari kombinasi obat lain yang mungkin mempunyai prospek lebih baik. Salah satu alternatif adalah penggunaan kombinasi norethisteron enantat dan testosteron enantat. Seperti halnya depo medroksiprogesteron asetat, norethisteron enantat ,juga mempunyai kemampuan dalam menekan gonadotropin.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Nurina Paramita
"Penelitian ini bertujuan memelajari pengaruh intensitas cahaya malam hari terhadap fertilitas dan channel yang membuat intensitas cahaya malam hari berpengaruh terhadap fertilitas di Indonesia. Hasil regresi panel fixed effects dengan data tiga tahunan dari data Susenas, Podes, dan satelit DMSP/OLS menunjukkan bahwa intensitas cahaya malam hari sebagai proksi tingkat pembangunan dan penggunaan listrik, berpengaruh signifikan terhadap penurunan fertilitas di Indonesia. Intensitas cahaya malam hari berpengaruh signfikan terhadap peningkatan umur kawin pertama dan penurunan pengguna alat/metode kontrasepsi modern.

This research aims to study impact of night-time lights intensity on fertility and channel that makes night-time lights intensity affects fertility in Indonesia. The results of fixed effect panel regression with triennial data from National Socioeconomic Survey, Village Census, and DMSP/OLS satellite show that night-time lights intensity as a proxy for capturing development level and electricity use, significantly affects fertility decline in Indonesia. Night-time lights intensity significantly affects increasing of age at first marriage and decreasing user proportion of modern contraception."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T46119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>